You are on page 1of 37

LINTAS PENGLIHATAN

(VISUAL PATHWAY)

PENDAHULUAN

Sistem penglihatan pada manusia, mengantar kita untuk memahami informasi


yang berasal dari dunia luar. Melihat, bermula ketika lensa memfokuskan cahaya
pada suatu image dari dunia luar menuju pada lapisan yang sensitif di belakang
mata. Retina adalah bagian dari otak yang berfungsi sebagai transducer yang
mengkonversikan cahaya menjadi sinyal saraf. Lensa memfokuskan cahaya untuk
sampai pada sel fotoreseptor pada retina, yang menangkap foton dan berespon
dengan menghasilkan sinyal saraf. Sinyal saraf ini selanjutnya diproses pada
beberapa tempat yang berbeda di otak, yaitu mulai dari retina ke nukleus
genikulatum lateral untuk sampai ke korteks visual primer dan sekunder di otak.(1)

Lintasan penglihatan dibentuk mulai dari fotoreseptor yang terdapat di retina,


informasi meninggalkan mata melalui saraf optik, dan sebagian axon mengalami
persilangan di kiasma optik. Setelah kiasma optik, serabut-serabut tersebut dikenal
sebagai traktus optikus. Traktus optikus menuju korpus genikulatum lateral dimana
seluruh serabut-serabut saraf bersinaps dan selanjutnya melalui radiasio optik
berakhir pada korteks visual di lobus oksipital.(2)

Penglihatan manusia sendiri memerlukan kerjasama yang tepat dari bagian di


otak yang mengantar sinyal visual. Mulai dari mata sampai terbawanya ke korteks
serebral, terbangun kerjasama yang akhirnya akan menghasilkan suatu image.
Hubungan antara mata dengan otak sangatlah erat dan memberikan petunjuk
diagnosis yang penting pada gangguan sistem saraf pusat.(3)

Pengetahuan mengenai neuroanatomi lintas penglihatan, sangat penting


dalam menginterpretasi defek lapangan pandang pada jalur lintas penglihatan, untuk
itu pada sari pustaka ini akan membahas anatomi dan fisiologi lintas penglihatan.

1
ANATOMI LINTAS PENGLIHATAN
Struktur-struktur pendukung dalam lintasan penglihatan, yaitu :

RETINA
Lapisan Retina

Cahaya secara optik difokuskan dibagian depan mata yang selanjutnya


diproyeksikan ke lapisan retina. Perubahan cahaya menjadi sinyal listrik dimulai dari
sel-sel batang dan kerucut di retina. Retina sendiri adalah jaringan saraf tipis yang
berada dibagian dalam bola mata dan terdiri dari beberapa lapisan seperti yang
terlihat pada gambar 1. ( 4 )

Gambar 1. Lapisan Retina. Dikutip dari 4

Sel Batang dan Sel Kerucut

Retina mengisi lapisan terdalam bola mata yang luasnya sekitar 12 cm


persegi, dimana terdapat 65 juta sel fotoreseptor per mata ( 3,2 juta sel kerucut dan
60 an juta sel batang). Sel batang yang jumlahnya lebih banyak dari sel kerucut
menyebar di bagian retina perifer yang berfungsi untuk penglihatan dengan cahaya
rendah ( scotopic) dan ketajaman penglihatan rendah. Sedangkan sel kerucut yang
jumlahnya lebih sedikit dan berkonsentrasi di fovea dan yang berfungsi dalam
penglihatan warna , sangat berpengaruh dalam ketajaman penglihatan tinggi dan
penglihatan saat terang ( photopic).(5)

2
Gambaran Fovea

Pada bagian sentral retina yang disebut fovea, berisi sel kerucut yang sangat
banyak tetapi berada pada tempat yang sangat kecil, sekitar 160.000 sel kerucut
untuk setiap milimeter perseginya. Tingginya densitas dari cone ini yang membuat
kita dapat melihat lebih banyak detail secara jelas saat kita melihat lurus kedepan.
Fovea berada sekitar 4 mm atau 2,5 diameter diskus dari dan 0,8 mm lebih rendah
dari diskus optik, dengan ukuran diameter 1,5 mm atau 1 diameter diskus.(4)

Diluar fovea, sel batang dan sel kerucut bergabung dan ketajaman
penglihatan menjadi terbatas tetapi sensitif terhadap cahaya rendah karena adanya sel
rod.(4)

Distribusi serabut saraf di retina

Sel-sel ganglion mengirimkan serabut-serabut yang berasal dari area fovea ke


temporal nervus optik, kemudian membentuk kumpulan serabut papilomakular
bundle. Serabut sel ganglion retina yang berasal dari nasal perifer memasuki daerah
nasal diskus optik, sedangkan serabut sel ganglion yang berasal dari daerah temporal
dekat meridian horisontal berjalan ke arah diskus sampai sekitar 4 mm temporal dari
fovea, dimana serabut tersebut bercabang di sekitar papilomakular bundle dan

3
manjadi bagian dari kumpulan serabut-serabut nervus arkuata superior dan inferior.
(5)

Gambar 3. Serabut saraf retina yang membentuk papilomakular bundle.


Dikutip dari 5
Ketika rod dan cone telah mengubah cahaya menjadi sinyal listrik melalui
proses fototransduksi, selanjutnya akan berpindah melalui sinaps dengan sel bipolar.
Melalui dendritnya, sel bipolar akan menerima informasi dari sel fotoreseptor dan
axonnya akan memberikan informasi ke sel ganglion. Sel bipolar melanjutkan
hubungan ke bagian dalam retina melalui lapisan plexiform luar (lapisan ini
menghubungkan fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horisontal) ke lapisan
plexiform dalam (lapisan ini menghubungkan sel bipolar dengan sel ganglion dan sel
amakrin). Sel bipolar lalu bersinaps dengan sel ganglion di lapisan plexiform

4
dalam.Selanjutnya dari sel ganglion sinyal-sinyal di teruskan ke nervus optik. (4)

Gambar 4. Perjalanan Sinar di Retina.

Vaskularisasi

Vaskularisasi retina dibagi oleh lapisan plexiform luar, dimana setengah


bagian dalam menerima dari arteri retina sentralis dan bagian terluar yang dekat
dengan koroid menerima dari pembuluh darah koroid. Arteri retina sentralis ini
adalah cabang dari arteri oftalmika dan memasuki bola mata bersama dengan nervus
optik dimana terbagi 2 yaitu cabang superior dan inferior. Cabang ini akan mensuplai
keempat kuadran retina. Tidak anastomose dari pembuluh darah disini. Fovea
disuplai oleh dari a.retina sentralis dengan plexus koroid. (7)

DISKUS OPTIK

Diskus optik berlokasi di nasal retina 3-4 mm dari fovea. Diameter vertikal
kira-kira 1,8 mm dan diameter horisontal kira-kira 1,76 mm. Diskus optik
merupakan bagian dari nervus optik intra okuler. Terdiri dari serabut-serabut sel
ganglion.

Bintik Buta ( Blind Spot )

5
Diskus optik tidak mengandung sel fotoreseptor sehingga menyebabkan
skotoma absolut pada lapangan pandang yang disebut blind spot. Blind spot
berada 15 dari titik fiksasi atau sekitar 4-5 mm dari fovea dan sedikit dibawah
meridian horisontal pada lapangan pandang temporal. Kita tidak perlu merasa
khawatir rugi tidak dapat melihat daerah pada bintik buta tersebut karena mata kita
adalah binocular vision yang artinya tiap mata akan melihat gambaran yang sama
dari titik tempat yang berbeda sehingga jika satu tdk melihat maka mata yang lain
akan melihatnya, dan selanjutnya otak kita yang akan memproses/mengisi bagian
yang kosong tersebut.(9)

Koroid dan seluruh lapisan retina kecuali lapisan serabut saraf, berakhir pada
tepi diskus optik. Nervus optik intraokular keluar dari mata lalu berhubungan
dengan lamina kribrosa yang dibentuk oleh jaringan ikat sklera, jaringan ikat koroid
dan membrana Bruch, serta astroglia yang berasal dari sistem septal saraf tersebut.
Di posterior diskus tersebut, serabut saraf mengalami mielinisasi, sedangkan bagian
anterior tidak bermielin. ( 5,6)

Gambar 5. Diskus Optik. Dikutip dari 5


Keterangan gambar : 1a dan 1b = lapisan retina, 2=physiologic cup, 4= kanalis
optik, 5= akhir lapisan retina, 6= serabut saraf tdk bermielin, 7= lamina cribrosa,
sep = septa, GI.M = sel astrocyt, GI.C = sel oligodendrocyt

NERVUS OPTIK

6
Nervus optik berisi lebih dari 1 juta axon yang berasal dari sel ganglion di
retina dan berlanjut sampai korteks serebri di lobus oksipital. Nervus optik terbagi
secara topografi yaitu:

- Area intraocular dari nervus optik yang disebut diskus optik yang terbagi
atas prelaminar dan laminar ( 1 mm )
- Area intraorbital yang berlokasi di muscle cone ( 25 mm )
- Area intra canalicular yang berlokasi di kanalis optikus ( 29 mm )
- Area intracranial yang berakhir di kiasma optikus ( 16 mm )
Jadi panjang nervus optik kira-kira 40 mm. ( 5, 6)
Bagian orbital nervus optik berjalan dari bola mata ke kanal optik,
berdiameter kira-kira 3-4 mm, nervus optik orbital berjalan secara sinusoidal dalam
kanal optik. Ukurannya yang lebih panjang memudahkan pergerakan bola mata
tanpa mengganggu saraf tersebut. Bila terjadi proptosis lebih dari 10 mm saraf
tersebut menjadi tegang dan pergerakan bola mata jadi terhambat.( 5)
Secara histologis, nervus optik intraorbital terdiri dari kumpulan serabut-
serabut bermielin dipisahkan oleh septum jaringan ikat yang mengandung pembuluh
darah. Jumlahnya sekitar 1 juta serabut saraf. Serabut-serabut saraf tersebut berperan
dalam penglihatan dan refleks pupil. Nervus intraorbital dibungkus oleh 3 lapisan
menings yaitu : duramater merupakan lapisan terluar yang berbatasan dengan sklera,
arakhnoid di bagian tengah dan piamater merupakan lapisan terdalam yang bersatu
dengan permukaan luar saraf tersebut. (3,5,6,7 )
Dekat apeks orbita, nervus optik berjalan melewati cincin jaringan ikat,
annulus Zinnii yang mana tersusun dari tendon yang berasal dari m.rektus. Pada
apeks orbita, nervus optik melewati kanal optik. Ukurannya sekitar 5-10 mm dan
lebarnya 5-7 mm. Dinding tulangnya lebih tipis dibagian medial dimana
memisahkan nervus optik dari sinus sphenoid dan sinus ethmoid. Bersama nervus
optik, dalam kanal tersebut terdapat arteri oftalmikus, sebagian filamen plexus
karotis simpatis dan perluasan menings intrakranial yang membentuk pembungkus
nervus optik. (2,5,6,7)
Di dalam kanalis optik, duramater dari nervus optik dan periostium bersatu.
Didalam orbita, nervus optik relatif bebas bergerak namun dalam kanalis lebih
terfiksasi. Sebagai akibatnya , suatu lesi kecil dalam kanalis dapat menyebabkan
neuropati kompressi.
Ketika nervus optik keluar dari lubang posterior kanal optik, nervus optik
melewati lipatan duramater, kemudian berlanjut ke posterior dan medial naik 45
derajat ke kiasma optik. Panjang bagian intrakranial setiap nervus optik antara 12-18

7
mm. Diatas nervus optik terdapat permukaan inferior lobus frontalis, traktus
olfaktorius , a.cerebralis anterior dan a.komunikans anterior. Dilateral , biasanya
langsung berbatasan dengan arteri karotis interna yang keluar dari sinus kavernosus.
Di inferior dan medial berbatasan dengan sinus sphenoid dan sinus ethmoid
posterior.(5,6,7)

Vaskularisasi
Disuplai oleh beberapa sumber yaitu : a. Retina sentralis , circle of Zinn-
Haller (pembuluh darah sklera), plexus koroid dan plexus pial ( cabang dari a.karotis
interna).(7)

KIASMA OPTIK
Kiasma optik mempunyai ukuran lebar kira-kira 13mm, ukuran
anteroposterior 8 mm, dan 4 mm vertikal dan merupakan penyatuan dari 2 nervus
optik . Serabut-serabut dari kedua nervus optik bersatu membentuk kiasma optik. .
Bidang dorsal atau posterior kiasma optik membentuk dasar ventrikel III,
berhubungan dengan tuber cinereum pada permukaan posteriornya, yang meluas ke
infundibulum atau tangkai dari hipofise. Kiasma optik dillekatkan ke permukaan
dorsal diencephalon oleh piamater dan arakhnoid.
Serabut-serabut nasal dari masing-masing retina menyilang di kiasma optik,
sementara serabut dari temporal tidak menyilang. Karena persilangan tersebut maka
tiap traktus optik terdiri dari serabut-serabut nasal kontralateral dan serabut temporal
ipsilateral, bersama-sama mewakili separuh lapangan pandang kontralaeral. Lebih
dari setengah ( 55%) serabut-serabut nervus optik yang menyilang, karena nasal
retina mengandung sel-sel ganglion lebih banyak dibanding temporal retina. (5,6,7,8)
Serabut saraf yang menyilang, dari nasal retina bagian inferior mengadakan
putaran ke anterior sampai ke bagian ujung dari nervus optik sebelahnya
( Wilbrand`s knee ) sebelum menuju posterior dan berlanjut ke traktus optikus. Jika
ada lesi di bagian ini akan menyebabkan defek lapangan pandang pada daerah
superotemporal. (9)

Relevansi letak kiasma dengan kelenjar Hypofise


Kiasma terletak 10 mm diatas kelenjar hipofise. Perlu diketahui bahwa
pembesaran tumor hipofise harus ukurannya sama atau lebih dari 10 mm diatas
diagfragma sella sebelum bertemu dengan kiasma yang baru dapat memberikan
kelainan defek lapangan pandang akibat kompressi tumor. Ruang yang relatif luas

8
diantara kiasma dan hipofise seringkali memungkinkan ekstensi supraselular dari
suatu tumor kecil hipofise tanpa adanya defek lapangan pandang.(4,7,9)

Gambar 6. Struktur kelenjar hypofise dan relevansinya dengan posisi


perichiasmal region.Dikutip dari 9
Vaskularisasi

Berasal dari anastomose pembuluh darah dari Circle of Willis. Bagian dorsal
berasal dari segmen posterior a.serebralis anterior dan sisanya bersal dari a.karotis
interna dan a.komunikans anterior. Terdapat kemungkinan juga a.komunikans
posterior, a.serebralis posterior dan a.basilaris mensuplai daerah kiasma.(7)

TRAKTUS OPTIKUS
Serabut saraf retina setelah melewati kiasma, berjalan menuju ke KGL
melalui traktus optikus. Traktus optik berawal dari bagian posterior chiasma
optik, berjalan agak ke lateral dan berlanjut ke posterior melingkari pedunkulus
cerebri ( daerah ventral dari midbrain ) dan hipotalamus posterior, serta berakhir di
KGL. Terdiri dari serabut-serabut sel ganglion nasal retina pada sisi yang
berlawanan dan temporal retina pada sisi yang sama.
Setelah melewati kiasma, serabut saraf nasal inferior retina bertemu dengan
serabut saraf temporal inferior retina dan serabut saraf yang bersilangan bagian
superior akan bertemu dengan serabut saraf superior yang tdk bersilangan. Serabut

9
dari makula berada di superolateral, sedangkan bagian superior berada di
superomedial dan bagian inferior berada di bagian inferolateral.(7)

Distribusi serabut saraf traktus optik menuju pada beberapa tempat berbeda
Ada 5 tempat untuk distribusi dari serabut saraf di traktus optik yaitu KGL
(sebagian besar) , nukleus pretectal yang mengatur refleks pupil, colliculus superior
yang mengatur saccadic eye movement, pulvinar yang merupakan ekstragenikulate
visual pathway , dan ke suprachiasmatic nucleus yang mengatur circadian rhytms.(8)
Sebagian besar serabut saraf menuju ke KGL dan berperan dalam sensasi
visual; serabut ini membentuk akar lateral dari traktus optik. Sesaat sebelum saraf ini
memasuki KGL, yaitu sekitar 10 % serabut ini melanjutkan diri ke dalam brachium
quadrigeminal superior menuju ke colliculus superior dan berakhir di lapisan abu-
abu superfisial colliculus superior, serabut-serabut lainnya mencapai midbrain dan
berakhir di kompleks nukleus pretektal yang mengontrol refleks pupil dan
akomodasi. ( 2,5,7,9)

Vaskularisasi
Berasal dari plexus pial dan juga oleh cabang dari a.cerebralis middle.

KORPUS GENIKULATUM LATERAL

Korpus Genikulatum Lateral adalah bagian dari hipotalamus yang merupakan


bagian akhir dari sebagian besar serabut-serabut afferen lintas penglihatan. Berlokasi
pada diencephalon di lateral korpus genikulatum medial. Korpus Genikulatum
tersusun atas 6 lapisan sel ( nomor 1-6 ) dimulai dari hilus dan berlanjut ke bagian
dorsal nukleus.

Seperti kita ketahui bahwa sel ganglion retina terdiri atas 2 macam yaitu sel
Magnoselular dan Parvoselular. Neuron Magnoselular (lebih besar dan lebih
uniform) akan memasuki lapisan 1 dan 2, sedangkan neuron Parvoselular ( lebih
kecil ) akan memasuki lapisan 3,4,5 dan 6. Neuron Magno ( sel-sel M) berperan
dalam mendeteksi gerakan, stereopsis dan sensitivitas kontras frekuensi rendah,
karena juga merupakan proyeksi dari sel-sel batang. Sel-sel ini akan bersinaps
dengan serabut saraf dari korteks visual primer di lapisan 4Ca. Neuron Parvo (sel-
sel P) berperan dalam penglihatan warna yang merupakan proyeksi sel-sel kerucut,
kemudian bersinaps dengan serabut saraf dari korteks visual primer di lapisan 4Cb.
(2,7,9)

10
Sedangkan proyeksi sel-sel ganglion dari retina ipsilateral berakhir pada
lapisan 2,3 dan 5 dari KGL, dan sel-sel retina kontralateral bersinapsis pada lapisan
1,4 dan 6. Proyeksi sel-sel tersebut berputar putaran sehingga serabut-serabut dari
retina superior berada di medial KGL dan retina inferior berada i lateral KGL. Axon
foveal berlokasi di posterior KGL. Rotasi terjadi lagi setelah serabut tersebut
meninggalkan KGL sehingga serabut retina superior dan inferior kembali menempati
masing-masing bagian superior dan inferior radiasio optik .(2,7,9)

Gambar 7. Proyeksi serabut saraf dari korpus genikulatum lateral ke korteks visual.
Dikutip dari 10

Vaskularisasi
Merupakan dual vaskularisasi yaitu dari a.koroidal anterior ( cabang dari
a.karotis interna) dan a. Koroidal lateral ( cabang a.cerebralis posterior). (7)

11
RADIASIO OPTIK

Meyer (1907) menggambarkan radiasio optik ( traktus genikulokalkarina)


menjadi Radiasio optik terdiri dari 3 kelompok serabut utama yaitu :

- Bagian superior mengandung serabut saraf yang mewakili lapangan pandang


inferior
- Bagian inferior mengandung serabut saraf yang mewakili lapangan pandang
superior
- Bagian sentral mengandung serabut saraf dari makula dan jumlahnya lebih
dari bagian superior dan inferior.

Meyer`s Loop

Serabut saraf superior meninggalkan KGL, berjalan langsung ke


posterior ke korteks occipital melalui korteks parietal dan berakhir di bibir atas
(dorsal) fissura kalkarina. Serabut-serabut inferior melingkari sistem ventrikular
ke lobus temporal membentuk Meyer`s Loop dan berakhir di bibir bawah

(ventral) fissura kalkarina.(2,7,9)

\
\
korteks serebral. Dikutip dari 10

Gambar 8. Meyer`s Loop pada Radiasio Optik. Dikutip dari 9\

Gambar 8. Meyer`s Loop

12
Vaskularisasi

Utamanya berasal dari a.cerebralis posterior dan a.cerebralis middle. (7)

KORTEKS VISUAL

Korteks visual terbagi atas area visual primer atau V1 atau korteks striata
( Broadman`s area 17) dan area visual sekunder atau extra striata yang dikenal dgn
V2, V3,V4 dan V5(Broadman `s area 18 dan 19).(2,7,8.9)

Area visual Primer / Korteks Striata/ Area V1/Area 17

Area visual primer menempati dinding dari sulkus kalkarina yang berada pada
permukaan medial dari hemisfere dan meluas ke korteks di atas dan dibawah sulkus.
Area 17 ini meluas ke bagian posterior sejauh daerah oksipital, dan sebagian kecil
dari daerah ini meluas ke bagian posterolateral. Bagian anterior, area 17 ini meluas
ke depan atas sulkus kalkarina sejauh sulkus parieto-oksipital; dibawah sulkus
kalkarina area ini meluas sedikit. (7,9)

Gambar 10. Topografi Visual Korteks. Dikutip dari 11

Gambar 11.Visual Cortex Topography

Korteks visual primer dapat dikenal karena area ini sangat tipis dan
mempunyai karakteristik berupa adanya garis putih atau stria yang bernama Line of
Gennari di dalam daerah abu-abu . Garis putih dibentuk pada lapisan keempat dari
korteks oleh adanya serabut-serabut bermielin yang berasal dari radiasio optik dan
serabut di sekitarnya.(11)

Secara histologis korteks visual terbagi atas 6 lapisan (terlihat di gambar),


dimana tiap lapisan memiliki karakteristik dan fungsi yang berbeda-beda. Lapisan 1

13
cenderung tidak memiliki neuron, lapisan 2 dan 3 (lapisan supragranular) akan
mengirimkan axon ke ekstrastriata (V2,V3,V4, V5). Lapisan 4 ( granular ), yang
terbagi atas sublapisan 4A,4B,4Ca dan 4Cb, dimana lapisan 4Ca dan 4Cb adalah
tempat menerima serabut saraf dari KGL terbanyak. (11)

Gambar 10. Lapisan korteks V1.Dikutip dari 11

Gambar 11. Proyeksi serabut saraf dari korpus genikulatum lateral ke korteks
primer

14
Vaskularisasi

Korteks visual disuplai oleh arteri serebralis posterior. Pada bagian akhir dari
anterior sulkus kalkarina terdapat arteri serebralis middle yang ikut mensuplai.
Anastomose lanjut antara arteri serebralis middle dan posterior terdapat pada
permukaan lateral dekat daerah posterior yang mensuplai daerah fovea. Hal inilah
yang mempengaruhi terjadinya fenomena Macular Sparing pada kelainan lapangan
pandang.(7,9)

LINTASAN PENGLIHATAN

Dari Retina ke Lobus Oksipital

Sensasi visual yang berasal dari end organ yaitu sel batang dan kerucut
dihantarkan ke otak melalui 4 unit neuron. Neuron pertama adalah sel-sel
fotoreseptor, yang melalui proses fototransduksi akan mengubah sel cahaya (foton)
menjadi impuls saraf, selanjutnya impuls dibawa ke neuron kedua yaitu sel-sel
bipolar pada lapisan nuklear dalam dengan axonnya yang berada pada lapisan
plexiform dalam. Impuls tersebut kemudian ditransfer ke neuron ketiga yaitu sel-sel
ganglion retina. Axon-axon sel ganglion tersebut membentuk lapisan serabut saraf
retina dan kemudian berjalan sepanjang nervus optik, kiasma dan traktus optik untuk
mencapai korpus genikulatum lateral dan berakhir disitu. Dari sini bermula neuron
keempat yang membawa impuls visual sepanjang radiasio optik menuju ke korteks
visual yang terletak di bagian medial lobus occipital.(9)

15
Gambar 12.Skematik lintas penglihatan. Dikutip dari 9

Kharakteristik Proyeksi Lapangan Pandang ke Retina

Dalam hal distribusi impuls visual pada lintas penglihatan , retina dibagi
menjadi bagian sentral ( daerah makula ) dan perifer ( daerah di sekitar papil nervus
optik. Daerah perifer dibagi menjadi 4 kuadran oleh garis horisontal dan vertikal
yang menyilang di fovea sentralis, yaitu kuadran superior, inferior, temporal dan
nasal.(7)

Gambaran visual mengalami pembalikan setelah melalui lensa.Lapangan


pandang tersusun oleh persepsi total yang dihasilkan dari stimulus retina. Stimulus
visual yang berasal dari bagian retina tertentu merangsang bagian retina yang
berlawanan. Obyek yang berlokasi dibagian temporal merangsang retina bagian
nasal dan sebaliknya serta obyek yang berasal dari bagian atas akan merang sang
retina bagian bawah dan sebaliknya pula. (7,9,10)

16
Proyeksi serabut saraf retina ke nervus optik

Serabut saraf dari sel ganglion dari seluruh bagian retina berkumpul menjadi
diskus optik, sekitar 3 mm nasal dari bagian posterior mata dan 1 mm dibawah garis
horisontal. Serabut saraf yang memasuki diskus optik sesuai dengan lokasi sel-sel
ganglion dalam retian. Sel-sel ganglion di bagian superior memiliki serabut saraf di
sebagian superior dari nervus optik, dan serabut saraf dibagian inferior nervus
berasal dari sel-sel ganglion di bagian inferior retina. Sserabut saraf di bagian nasal
retina berada di bagian medial (nasal) dari nervus optik, sementara serabut saraf
yang berasal dari temporal retina berada pada bagian lateral (temporal ) dari nervus
optik (7,9,11).

Gambar 14. Distribusi serabut saraf retina ke nervus optik

17
Serabut-serabut makula berjalan lurus di medial mencapai bagian lateral
papil nervus optik dimana menempati suatu area berbentuk triangular yang apeksnya
terletak di sentral nervus optik. Papillomakular bundle ini berjalan ke posterior
sepanjang nervus optik menempati bagian sentral dari nervus optik. Kumparan axon
yang keluar dari mata berupa nervus optik, berjalan dibagian nasal dan posterior
orbita menuju ke foramen optikum, melanjutkan diri melalui kanalis optikus di
dalam tulang sphenoid, setelah itu nervus optik dari tiap mata bergabung pada
kiasma.(3,8)

Defek Lapangan pandang pada retina

Secara umum tidak ada pola dari defek lapangan pandang pada penyakit retina.
Biasanya berupa skotoma yang terlokalisasi atau generalisata.(7)

Defek Lapangan Pandang pada nervus optik

Yang tersering adalah scotoma sentral. Diperkirakan sekitar 30 % serabut


saraf di nervus optik yang rusak baru dapat membuat defek lapangan pandang.
Selain skotoma sentral dapat juga defek altitudinal ( kelainan vaskular) atau
cecocentral scotoma (nutritional defisiensi,intake toxin atau hereditary atropies). (7)

`Kiasma`= Persilangan

Di kiasma, serabut saraf mengalami persilangan parsial (decussation), dimana


serabut dari makula dan bagian temporal memasuki traktus optik pada sisi yang sama
(ipsilateral), sedangkan serabut dari nasal menyilang di kiasma dan memasuki
traktus optik pada sisi yang berlawanan (kontralateral) menuju ke korpus
genikulatum lateral.(7,9)

Seperti diketahui sebelumnya bahwa serabut-serabut perifer dibagi atas 4


bagian, yaitu superonasal, inferonasal, superotemporal dan infrotemporal. Axon-
axon dari inferonasal retina berlokasi di permukaan anterior dan inferior kiasma
(dekat glandula hypofise).Posisi axon inferonasal pada bagian inferior kiasma
membuat axon tersebut rawan terhadap pembesaran kelenjar hypofise.Sehingga
defek lapangan pandang awal pada tumor hipofise adalah hilangnya lapangan
pandang superotemporal. (4,7,9)

18
Defek Lapangan Pandang pada kiasma

Kompressi pada kiasma dapat simetris atau asimetris tergantung dari besar
lesi yang akan merefleksikan jenis defek lapangan pandangnya yang dapat bilateral
atau unilateral. Monocular temporal hemifield melibatkan serabut saraf yang berjalan
ipsilateral, sedangkan bitemporal hemianopsia jika lesi berada di bagian sagital dari
kiasma. Kelainan defek lapangan pandang biasanya berhubungan dengan proses
inflamasi, kelainan vaskuler dan tumor. Biasanya tumor hipofise.(7)

Sindroma Anterional Junction

Axon-axon tersebut setelah melewati kiasma agak berputar kedepan pada


nervus optik yang berlawanan sebelum memasuki traktus optik (Wilbrand`s knee).
Putaran anterior pada nervus optik kontra lateral ini, bertanggung jawab untuk
terlibatnya kelainan lapangan pandang superotemporal pada lesi yang mengenai
nervus optik tepat di depan kiasma. Hal ini dikenal dengan Sindrom Anterior
Junction.(9)

Gambar 15. Skematik perjalanan serabut saraf di sekitar kiasma dan hubungannya
dengan defek lapangan pandang. Dikutip dari 9

19
Proyeksi Serabut saraf di traktus optik

Setiap traktus optik terdiri dari separuh serabut-serabut retina temporal dari
sisi yang sama dan separuh serabut-serabut dari sisi yang berlawanan. Traktus optik
berlanjut ke posterior dimana mengalami perputaran 90 derajat ke dalam, sehingga
serabut dari kuadran retina superior melalui sisi medial traktus optik dan serabut
serabut yang berasal dari retina bagian inferior melalui sisi lateral traktus optikus.
Axon-axon tersebut dengan cepat diredistribusi sehingga axon-axon dari bagian yang
bersesuaian dari tiap retina dapat berhubungan.Serabut saraf dari superior nasal
retina pada satu sisi bergabung dengan bagian temporal yang tidak menyilang dari
sisi lain, dan serabut inferior nasal retina bergabung dengan serabut inferior temporal
yang tidak menyilang.

Defek Lapangan Pandang di traktus optik

Defek transmisi pada traktus optik menyebabkan defek lapangan pandang


homonim (sisi yang sama pada kedua mata ), karena serabut saraf yang bersesuaian
dari tiap retina terkena pada satu lesi. Serabut saraf pada traktus optik akan berakhir
di korpus genilkulatum lateral.(7,9)

Jalur Refleks Pupil

Sebagian kecil saraf yaitu sekitar 10 % meninggalkan traktus optik untuk


bersinaps pada sel-sel saraf di nukleus pretektal, dimana letaknya dekat dengan
colliculus superior. Impuls-impuls ini melalui serabut-serabut saraf di nukleus
pretektal menuju nuklei parasimpatetik ( nuklei Edinger Westphal) dari nukleus
nervus oculomotor yang berlanjut menuju ganglion siliaris di orbita, akhirnya
serabut parasimpatetik post ganglion melalui nervus siliaris brevis menuju otot
siliaris dan otot konstriktor pupillae pada iris. Kedua pupil konstriksi pada refleks
cahaya konsensual, oleh karena nukleus pretektal mengirimkan serabutnya ke nuklei
Edinger-Westphal dari kedua sisi, (akan dijelaskan lebih lanjut).(2,7,9,10)

Serabut saraf ganglion retina akhirnya bersinaps di KGL

Pada korpus genikulatum lateral, axon retina yang tidak menyilang yaitu
bagian temporal bersinaps pada lapisan 2,3 dan 5, sedangkan axon retina yang
menyilang yaitu bagian nasal bersinaps pada lapisan 1,4 dan 6. Selanjutnya dapat

20
dilihat bahwa serabut retina baik yang menyilang maupun tidak menyilang tidak
bersinaps pada neuron dari lamina yang sama. Sel Parvo sendiri mengirimkan
axonnya ke lapisan 3-6 sedangkan sel Magno mengirimkan axonnya ke lapisan 1 dan
2. Serabut bagian medial KGL mewakili bagian kuadran superior kedua retina,
sedangkan serabut bagian lateral KGL mewakili kuadran bawah kedua retina.
(2,7,9,10)

Defek Lapangan Pandang di KGL

Lesi pada KGL menyebabkan defek lapangan pandang yang sama pada tiap
mata ( defek homonim kongruen ). Lesi pada axon yang membawa stimulus dari
inferior retina yang melewati KGL menyebabkan defek lapang pandang homonim
kuadrantanopsia superior (sering merupakan tanda lesi vaskuler ). Lesi-lesi pada
axon superior yang langsung melewati nasal KGL akan menyebabkan homonim
kuadrantanopsia inferior. Jika terjadi kelainan vaskularisasi pada arteri koroidal
anterior akan menyebabkan wedge-shaped visual defect (pie in the sky).(2,7,9).

Gambar 16. Gambaran defek lapangan pandang di KGL yang berhubungan


dengan kelainan vaskuler. Dikutip dari 9

21
Proyeksi serabut saraf di radiasio optik

Axon-axon yang berasal dari bagian medial KGL membentuk bagian dorsal
atau superior radiasio optik dan berakhir pada bibir atas fissura kalkarina. Demikian
juga axon-axon yang berasal dari lateral KGL akan membentuk bagian ventral atau
inferior radiasio optik dan berakhir di bibir bawah fissura kalkarina. Bagian tengah
radiasio optik ditempati oleh serabut-serabut makula.(7,9,11)

Defek Lapangan Pandang pada Radiasio Optik

Kelainan defek lapangan pandangnya tergantung daerah dan besarnya daerah


yang terkena lesi. Defeknya dapat berupa homonimous hemianopia (biasanya lesi
pada lobus temporal) yang mengenai serabut saraf superior atau homonimous
kuadrantanopic ( lesi pada lobus temporal) yang mengenai serabut saraf inferior .
Jika lesi mengenai daerah Meyer` Loop ( di lobus temporal) akan membuat defek
lapangan pandang Temporal Crescent.(7).

Retinotopic Mapping ke korteks serebri

Korteks visual berlokasi di daerah fissura kalkarina di permukaan medial


lobus oksipital. Area ini menerima sensasi visual yang merupakan proyeksi kortikal
dari separuh bagian retina yang bersesuaian yaitu : korteks visual kanan menerima
serabut-serabut dari separuh kedua retina. Bibir atas dan bawah fissura kalkarina
mewakili kuadran superior ( lapangan pandang inferior) dan inferior ( lapangan
pandang superior) dari separuh retina. Bagian paling posterior dari korteks visual
yaitu polus oksipital mewakili separuh bagian makula dari sisi yang bersesuaian.

Gambar 17.Retinotopic maping pada korteks visual. Dikutip dari 9

22
Defek Lapangan Pandang pada Korteks Visual

Lesi pada korteks visual pada satu sisi menyebabkan defek lapangan pandang
hemianopsia homonim dengan macular sparing atau macular splitting. Lesi pada
ujung polus oksipital menyebabkan defek lapangan pandang hemianopsia homonim
kongruen. Lesi pada akhir bagian anterior fissura kalkarina menyebabkan hilangnya
lapangan pandang pada temporal crescent dari mata yang kontralateral. Dapat juga
berupa altitudinal yang mengenai bagian superior atau inferior lobus
oksipital(2,7,9,11)

Fenomena Macular Sparing

Oklusi dari arteri cerebralis posterior dapat membuat defek lapangan pandang
homonimous hemianopia dengan macular sparing ( makular tidak terlibat),. Hal ini
dikarenakan adanya dual blood suplai ke daerah ujung lobus oksippital yang
merefleksikan daerah fovea, yaitu arteri cerebralis posterior dan a.serebralis middle
dan juga tingginya kerapatan serabut saraf di sekitar fovea yang membuat fovea
relatif tidak terlalu terganggu .Tetapi jika keduanya terjadi oklusi maka akan terjadi
macular splitting (makula ikut terlibat). Hal ini menjadi penting karena sangat
berhubungan dengan reading ability seseorang. Macular splitting akan mengganggu
kemampuan membaca seseorang sedangkan macular sparing relatif tidak akan
mengganggu. Mengapa?

Dari gambar memperlihatkan visual acuity (garis vertikal), daerah baca


minimum( lingkaran biru) dan daerah total jangkauan baca (lingkaran hijau). Daerah
biru adalah tempat terjelas orang dapat membaca, Minimum jarak baca seseorang

23
adalah 2 derajat horisontal dan 1 derajat vertikal dari titik fiksasi keatas dan
kebawah. Tetapi total jarak yang dapat dijangkau sekitar 5 derajat horisontal.(9)

Lesi dengan macular sparing sampai pada 3 derajat horisontal sehingga


seseorang dengan defek seperti ini maka orang tersebut relatif masih dapat membaca.

Gambar a= macular splitting, b=macular sparing

Gambar 20. Perjalanan lengkap serabut saraf pada lintas penglihatan. Dikutip dr 7

24
Gambar 21. Defek Lapangan Pandang dikutip dari 9 :

1. Partial optic nerve Ipsilateral scotoma pada mata kanan

2. Complete optic nerve Blindness pada mata kanan

3. Optic chiasm Bitemporal hemianopia

4 .Optic tract Homonymous hemianopia

5. Meyers loop Homonymous upper quadrant anopia

6. Optic radiation Homonymous hemianopia dengan macular sparing

7. Visual cortex Homonymous hemianopia dengan macular sparing

8. Macular cortex Central scotomas (bilateral)

25
AREA VISUAL SEKUNDER/ AREA VISUAL EKSTRA STRIATA

Sesudah informasi visual mencapai korteks visual di lobus oksipital, tidak


berhenti sampai disitu, akan tetapi masih akan diproses pada tingkat yang lebih
tinggi pada tempat yang berbeda yaitu diluar lobus oksipital.

Diperkirakan ada sekitar 30 area diluar area striata/ area V1. Setiap area akan
memproses informasi visual yang berbeda-beda. Semua informasi visual akan
berawal dari area V1 yang selanjutnya akan diteruskan dan diterjemahkan ke area-
area sesuai dengan fungsinya masing-masing. Jadi jika ada kelainan pada daerah ini
maka bukan kelainan defek lapangan pandang yang terjadi tapi fungsi yang lebih
spesifik.(13)

Perjalanan serabut saraf dari area V1 akan melalui 2 jalur yaitu :

a. Jalur ventral/What stream


Jalur ini akan memproses informasi color, bentuk dan texture. Serabut saraf
dari V1 akan menuju V2, V4 dan berakhir di lobus temporal.
Dikatakan `What` karena berguna untuk mengenali benda. Jadi jika ada
kelainan pada jalur ini maka kita dapat melihat benda tersebut tapi tidak
mengenal nama benda tersebut walau pernah melihatnya ( Visual Agnosia).
b. Jalur dorsal/Where stream
Jalur ini memproses informasi motion, orientasi ruang dan lokasi. Serabut
saraf dari V1 akan menuju ke V2, V3, V5/ MT (Media Temporal) dan
berakhir di lobus parietal. Jalur ini akan menilai sesuatu yang dihubungkan
dengan lingkungan sekitarnya.(13)

26
Gambar 22. Jalur Area Visual Sekunder /Area Visual Ekstrastriata

ANATOMI PUPIL
Pupil merupakan pintu masuk bagian sentral yang dikelilingi oleh iris. Pupil
mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan kontriksi (miosis) pada cahaya
yang terang dan dilatasi (midriasis) pada cahaya yang gelap. Ukuran pupil dikontrol
oleh aksi yang berlawanan dari dua otot yaitu otot spinkter pupil yang diinervasi oleh
sisitem parasimpatis nervus okulomotoris dan otot dilatator pupil yang diinervasi
oleh serabut-serabut simpatis ganglion servikal. Otot spinkter adalah otot yang
terletak dekat tepi pupil di dalam stroma iris. Diinervasi oleh serabut viseral efferen
yang berasal dari nukleus Edinger- Westphal nervus okulomotorius. Serabut
preganglionik memasuki bola mata dengan cabang inferior nervus okulomotor.
Suatu cabang motorik pendek yang dipercabangkan ke ganglion siliaris dimana
bersinapsis membentuk serabut-serabut postganglionik. Saraf postganglionik dibagi
dalam 6-20 nervus siliaris brevis yang memasuki sklera disekitar nervus optik. (2,6)

27
Otot dilatator tersusun secara radier di dalam stroma iris. Diinervasi oleh
serabut saraf simpatis dari hipotalamus. Dari sini serabut tersebut turun ke cervikal
kord lateral dan muncul bersama cervikal delapan. Saraf tersebut lalu menuju ke
rantai simpatis ganglion servikal superior dimana mereka bersinaps. Serabut
postganglionik berjalan ke kranial sepanjang arteri karotis interna dan mencapai otot
dilatator pupil. (2,6,12)

JALUR REFLEKS PUPIL

a. Refleks Cahaya ( light refleks )


Bila cahaya mengenai kedua mata maka kedua pupil akan berkontriksi .
Refleks konstriksi pupil pada mata yang langsung kena cahaya disebut refleks
langsung, sedangkan refleks konstriksi pupil pada mata sebelahnya disebut refleks
konsensual.

ciliary ciliary
ganglion ganglion

RETINA

CN 3 CN 2
CHIASM

PRETECTAL PRETECTAL
NUCLEUS NUCLEUS

EDINGER EDINGER
WESTPHAL WESTPHAL
NUCLEUS NUCLEUS

Gambar 23.Jalur Reflex Cahaya Langsung

Keterangan gambar : Cahaya memasuki mata, melalui nervus II secara ipsilateral


meneruskan ke nukleus pretektal dan berlanjut ke nukleus Edinger-Westphal secara
ipsilateral pula. Melalui serabut preganglionik N.III menuju ke ganglion siliar, selanjutnya
melalui nervus siliaris brevis yang akhirnya yang menginervasi m.konstriktor pupil

28
ciliary ciliary
ganglion ganglion

RETINA

CN 3 CN 2
CHIASM

PRETECTAL PRETECTAL
NUCLEUS NUCLEUS

EDINGER EDINGER
WESTPHAL WESTPHAL
NUCLEUS NUCLEUS

Gambar 24. Jalur Refleks Cahaya Konsensual


Ada 2 tempat dimana impuls bersilangan yang menyebabkan terjadinya
refleks konsensual, yaitu : di kiasma dan perjalanan serabut saraf dari nukleus
pretektal ke nukleus Edinger-Westphal. Setelah impuls melalui kiasma dan nukleus
pretektal secara ipsilateral selanjutnya akan meneruskan diri secara kontra lateral ke
ganglion siliar dan akhirnya menginervasi ke otot konstriktor pupil.
Refleks cahaya terdiri dari jalur afferen dan efferen.
Jalur afferen di mulai dari sel-sel batang dan kerucut di retina sampai ke sel
ganglion. Axon-axon sel ganglion berjalan bersama nervus optik menuju kiasma dan
mengadakan persilangan di kiasma, selanjutnya memasuki traktus optik. Axon-axon
tersebut keluar dari traktus tepat sebelum mencapai KGL untuk memasuki batang
otak melalui brachium kollikulus superior dan bersinaps di daerah pretektal. Dari sini
kemudian melewati persilangan di midbrain menuju ke nukleus Edinger-Westphal
ipsilateral dan kontralateral.(2,10,12)
Jalur Efferen Parasimpatis keluar dari midbrain bersama nervus
okulomotorik di dalam ruang subarakhnoid dan sinus kavernosus lalu berjalan turun
di luar saraf tersebut dan cabangnya akhirnya bersinapsis di ganglion siliar, yang lalu
mempercabangkan n.siliaris brevis yang menuju ke otot spinkter iris mengakibatkan
miosis pada pupil.
Jalur efferen simpatis pupil berasal dari hipotalamus posterior, Serabutnya
menuruni batang otak lalu mengalami sinapsis di mesencephalon dan pons,

29
kemudian bersatu lagi di medula oblongata dan berakhir di kolom sel
intermediolateral spinal cord setinggi cervikal 8 sampai thorakal 2. Serabut
pupilomotor keluar dari spinal cord setinggi thorakal 1 dan memasuki rantai simpatis
servikal setinggi ganglion servikal superior. Serabut postganglionik selanjutnya
berjalan bersama a.karotis interna untk memasuki sinus kavernosus. Serabut tersebut
meninggalkan pleksus karotis berjalan bersama n. Abdusens dan memasuki orbita
melalui fissura orbitalis superior bersama N.III cabang oftalmikus. Kemudian
menuju ke ganglion siliar tapi tidak bersinaps dan berakhir pada otot dilatator pupil
mengakibatkan midriasis pada pupil. (14)

Gambar 25. Jalur Efferent Simpatis Refleks Cahaya.Dikutip dari 12

30
Gambar 26. Perjalanan serabut saraf yang melayani terjadinya refleks
pupil.
Dikutip dari 12.
Keterangan gambar :1= serabut N.II, 2= nukleus pretektal, 3=nukleus Edinger-
Westphal, 4= serabut preganglionik siliar , 5= ganglion siliar, 6= serabut
postganglion siliar, 7=otot spinkter iris, 8=serabut saraf kommisura
epitalamic,9=ciliospinal centre, 10=serabut simpatis, 11= otot dilatator iris,
18=korteks striata, 19= nukleus nervus V ,

b. Refleks dekat ( near refleks )


Refleks dekat atau reaksi konvergensi-akomodasi adalah kontriksi pupil pada
kedua mata saat melihat objek yang dekat. Hal ini terjadi karena adanya persarafan
yang sama terhadap otot rectus medial ( mengakibatkan konvergensi ) dan otot
spinkter iris ( miosis ).
Jalur afferen reaksi konvergensi adalah dari otot rektus medial membawa
impuls proprioseptif sepanjang nervus III kemudian menuju cabang mesencephalon
nervus V, selanjutnya ke nukleus di collikulus superior yang selanjutnya ke korteks

31
striata.Setelah diproses di korteks akan menuju ke nukleus pretektal dan berakhir di
nukleus Edinger Westphal.
Jalur afferen akomodasi adalah mulai dari nervus optik menuju kiasma
selanjutnya melalui traktus optik menuju ke korteks striata melalui viasual pathway
lalu ke area parastriata kemudian menuju ke nukles di colliculus superior lalu ke
nukleus pretektal dan berakhir di nukleus Edinger-Westphal.
Akhirnya jalur efferen refleks dekat yaitu dari nukleus Edinger-Westphal,
serabut efferen berjalan sepanjang N. III selanjutnya ke ganglion siliar dan berakhir
pada muskulus siliaris dan otot iris.(2,8)

SISTEMATIKA PEMERIKSAAN PUPIL

Step pertama : Periksa apakah pupil respon terhadap cahaya

Pupil efektif diperiksa dalam ruangan gelap, jika kedua pupil bereaksi positif
terhadap cahaya dengan miosis , lanjutkan ke langkah kedua. Tapi jika hasilnya
negatif lanjutkan ke langkah keempat.

Step kedua : Bandingkan ukuran pupil keduanya.

Pemeriksaan ini untuk mengetahui fungsi dari jalur efferen, jika terdapat
anisokoria, ulangi dengan iluminasi yang lebih kuat.

Step ketiga : Lakukan swinging flash light test

Langkah ini untuk membandingkan respon afferen dari kedua pupil. Jika
pupil tidak bereaksi baik terhadap cahaya maka tes ini tidak dapat dilakukan.
Langkah-langkahnya sbb :

- Pasien disuruh melihat objek yang jauh di dalam ruangan yang gelap(mata
dalam keadaan tidak beraskomodasi).
- Mula-mula iluminasi mata pada dua jarak yang berbeda yang gunanya untuk
menentukan ukuran pupil yang bereaksi dengan intensitas cahaya.
- Dengan menggunakan cahaya yang cukup, iluminasi mata selama 2-3 detik,
setelah itu secepatnya memindahkan cahaya pada mata sebelahnya. Selama
2-3 detik juga, secepatnya cahaya dipindahkan kembali ke mata yang
pertama. Lakukan berulang 4-5 kali..

32
Step keempat : Memeriksa adanya kelainan

Setelah melakukan 3 langkah diatas , mungkin ada kelainan sbb:

Relative Afferen Pupillary Defek ( RAPD)


Normalnya pupil akan kontriksi pada saat mata di beri cahaya, begitu pula
pada mata sebelahnya. Pada saat cahaya dipindahkan ke mata sebelahnya
maka kedua mata akan kontriksi pula.. Pemeriksa harus melihat juga
kecepatan pupil pada saat kontriksi. Jika salah satu pupil kontriksinya lebih
lemah atau malah dilatasi dari pupil sebelahnya setelah dilakukan swinging
flashlight test maka RAPD positif pada mata tersebut yang mengindikasikan
adanya sesuatu yang patologis.

RELATIVE AFFEREN PUPILLARY DEFEK (RAPD)


Relative Afferent Pupillary Defect (RAPD) atau Marcus Gunn Pupil,
adalah tanda klinis yang sangat objektif dan signifikan dalam pemeriksaan sistem
visual, walaupun pada pasien yang tidak sadar. Ada banyak kondisi yang
mengarahkan timbulnya RAPD ini, mulai dari severe glaukoma sampai tumor di
nervus optik.
Jika Swinging Flash Light Test terdapat kelainan, maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat RAPD. Dikatakan relatif karena membandingkan antara kedua
mata.Tapi perlu diperhatikan bahwa RAPD akan positif hanya jika kelainan bersifat
unilateral dan tidak pada keadaan bilateral.

33
Keterangan gambar :

a.Testing anisokoria dan respon pupil pada cahaya


b. Respon terhadap swinging flashlight test dgn fungsi afferen normal
c. Kelainan dari jalur afferen
1. Inspeksi pada ruangan gelap, 2. Inspeksi dengan adanya cahaya, tidak ada anisokoria dan
fungsi afferen yang normal.3.4. Swinging flash light yang normal, dan tidak ada RAPD, 5.6.
RAPD positif pada mata kiri, 7-12 . mata kanan tidak respon thd cahaya, 9.10. tidak ada
RAPD, 11.12. RAPD pada mata kanan.

Tabel RAPD akan positif pada beberapa tempat di lintasan penglihatan

34
KONDISI DENGAN PENURUNAN ADA TIDAKNYA RAPD.....:
PENGLIHATAN
Neuritis optik Walau keadaan neuritis optik yang
sedang dan kehilangan penglihatan yang
ringan, memperlihatkan RAPD yang
berat.
Ischemic Optic Neuropathies Ada
Glaucoma Akan muncul jika salah satu mata lebih
berat dari yang lain
Traumatic optic neuropathy Ada
Optic Nerve Tumor Ada
Optic Nerve Inflamation (sarcoidosis) Ada
Ischemic Retinal Disease Ada
(CRVO,CRAO, etc)
Ischemic Ocular Disease Ada
Chiasmal Disease Jarang
Optic Tractus Disease Ada dan biasanya kontralateral dengan
tempat lesi krn jumlah serabut yang
bersilangan lebih banyak.

Retinal Detachment Akan timbul jika makula ablasi atau dua


kuadran retina ablasi
Severe Macular Degeneration Timbul jika keadaan berat atau unilateral
Retinal or Choroidal Tumor Timbul jika keadaan berat
Amblyopia Timbul jika keadaan berat
Refractif Error Tidak ada walau keadaan berat
Cerebral disease Tidak ada
Media Opacity Tidak ada

PENUTUP
Lintasan penglihatan dimulai dari sel photoreseptor di retina yang mengubah
cahaya menjadi informasi visual lalu menuju ke nervus optik. Sebagian serabut saraf
mengadakan persilangan di kiasma dan berlanjut ke traktus optikus. Dari traktus
optik berlanjut ke korpus genikulatum lateral dimana seluruh serabut saraf bersinaps,
dan melalui radiasio optik berakhir di korteks serebri pada lobus oksipital.
Jika terdapat lesi pada lintasan penglihatan maka akan terjadi defek lapangan
pandang sesuai dengan tempat dimana terjadinya lesi.

35
Sesaat sebelum tiba di korpus genikulatum lateral, sekitar 10 % serabut saraf
menuju ke nukleus pretektal yang akan mengatur terjadinya refleks pupil.

DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN 1
II. ANATOMI LINTAS PENGLIHATAN 2
RETINA 2
DISKUS OPTIK 5
NERVUS OPTIK 6
KIASMA OPTIK 8
TRAKTUS OPTIK 9
KORPUS GENIKULATUM LATERAL 10
RADIASIO OPTIK 12
KORTEKS VISUAL 13
III. LINTAS PENGLIHATAN 15
IV. AREA VISUAL SEKUNDER 26
V. ANATOMI PUPIL 27
VI. JALUR REFLEKS PUPIL 28
VII. PEMERIKSAAN PUPIL 32
RELATIVE AFFEREN PUPILLARY DEFFECT 33
VIII. PENUTUP 36

DAFTAR PUSTAKA

36
1. Wikipedia: Visual Perception.Available from :
http://en.wikipedia.org/wiki/visual perception.Acessed : 7/03/2009.
2. Snell RS, Lemp MA. Clinical Anatomy of The Eye : the visual pathway. 2nd
ed. Malden, USA: Blackwell Science, 1998;379-408.
3. Vaughan D, Asbury T. Neuro-opthalmology. In : General Opthalmology, 7th
ed. California. Lange Medical Publication, 1980 : 140-52.
4. Ayyub G. Visual Transduction and Non-Visual Light Perception .In : Optical
Path, 1st ed. Totowa, USA. Springer, 2008 ; 3-13.
5. Newman SA, Arnold AC, Friedman DI, Kline LB, Rizzo III JF. BCSC : Neuro-
opthalmology. Section 5. San Francisco, USA : AAO, 2008-2009; 23-28.\
6. Cibis GW, Abdel Latief AA, Bron AJ, Chalam KV, Tripathy BJ et al. BCSC :
Fundamental and principles of opthalmology. Section 2. San Francisco, USA :
AAO, 2008-2009 ; 77-86.
7. Rowe F. Visual Field via visual pathway.1 st ed.Oxford, USA. Blackwell
Science, 2006 ; 83-237.
8. Pearlman AL, The central visual pathways. In : Adler`s Physiology of the eye.
Clinical application, 8 th ed. St Louis, Washington DC, Toronto. The CV
Mosby Company, 1987 ; 311-321,583-589.
9. Schiefer.U, Hart.W, Clinical Neuro Opthalmology : Functional Anatomy of
The Human Visual Pathway. St.Louis.USA:Springer,2007;19-28.
10. Neurowiki: Pupillary light refleks and visual pathways.Available from :
http://wiki.cns.org/wiki/index.php/Pupillary_light_reflex_and_visual_pathway.
Acessed : 07/03/2009.
11. Neurology: Basic Visual Pathways. Available from :
www.neurology.org/crg/Bsic visual pathway. Acessed : 12/03/2009.
12. Kahle, W. Color Atlas of Human Anatomy. In : Ocular pathway and visual
reflexes.5th ed. Stutgart, Newyork.Thieme,2001; 345-356.
13. Neuroscience:What and Where Pathway. Available from :
www.neuroscience.org/crg/what and where pathway. Acessed: 23 /04/2009.

37

You might also like