You are on page 1of 32

mplementasi Kebijakan Tunjangan Kinerja Daerah Terhadap Motivasi Kerja Pegawai

Pada Lingkup Sekretariat Kabupaten Banggai

Hamdin Husin

Dosen Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik Untika Luwuk

ABSTRACT

The objectives of this research were to identife and analize ; 1) the implementation of

Regional Working Performance Support Policy toward the working motivation of staff at

Regional Secretariat of Banggai Regency ; 2) The working quality of civil servant at

Secretariat of Banggai Regency. The data used in this study was primary and seconfdery data

as well decomentation conducted through observation, interview, and questionnaire

distribution. The Population of this study was 98 peole. The was sample was drawn by the

use of purposive sampling technique included 60 peole as respondents. The data analysis

used was descriptive qualitative supported by frequency and percentage table while the mean

analysis used to measure respondents attitude to every indicator was liker scale. The study

result shows that the implementation of Regional Working Performance Support Policy

toward the Working Motivation at Regional Secretariat of Banggai Regency has not optimal

yet could be seen from the communication through socialization, the competence of human

resources, disposition and structure of bureaucracy have not run effectively. In the other side

of working motivation of staff at Reginal Secretariat Banggai Regency achieved yet due to

internal factor such education factor, discipline, facility and axternal factors such as

participation, supervision, and environment.

PENDAHULUAN
Bangsa Indoensia yang mempunyai landasan filosofiPancasila dan Undang Undang

Dasar 1945 sebagai konstitusi Negara adalah sebuah keharusan Universal, dimana

merupakanfilter dan barometer suatu Bangsa yang akan dijadikan rujukan setiap manusia dan

seluruh masyarakat Indonesia dalam setiap gerak dan langkah dalam mewujudkan birokrasi

pemerintahan yang mengacu pada prinsip good governance.

Menurut William N, Dunn (1981:56) menyatakan bahwa akan halnya implementasi

kebijakan lebih bersifat praktis termasuk didalamnya mengeksekusi dan mengarahkan.

Sedangkan Menurut Anderson dalam Solichin Wahab (1997:2) mengatakan bahwa kebijakan

sebagai perilaku dari sejumlah Aktor (Pejabat, Kelompok, Instansi pemerintah) atau

serangkaian aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu. Sehingga dapat dikatakan bahwa

dalam menjalankan kebijakan terutama yang bersumber dari pemerintah sangat

membutuhkan pegawai yang memiliki kinerja yang baik dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakatdengan memperhatikan perkembangan kebutuhan dan keinginan Pegawai

dari waktu ke waktu, untuk kemudahan mengantisipasinya berupaya menyediakan kebutuhan

pegawai sesuai dengan keinginan dan atau lebih dari yang diharapkannya dan

memperlakukan pegawai dengan pola pemberian tunjangan kinerja.

Hal ini tentunya menunjukkan bahwa implementasi pengawasan akan berpengaruh

terhadap pencapaian hasil dan kebijakan pengawasan yang telah dirumuskan, dan hal itu

dapat disejajarkan dengan proses konversi dalam kerja / mekanisme sistem, sehingga out put

yang dihasilkan sesuai dengan target atau kinerja pengawasan dapat lebih professional. Oleh

karena itu, pemberian tunjangan kinerja daerah kepada pegawai negeri sipil di kabupaten

Banggai pada umumnya dan pada Sekretariat daerah pada khususnya perlu adanya

pengawasan yang dilakukan oleh pengambil kebijakan sehingga bisa melihat tingkat efisiensi

dan efektivitas kinerja pegawai.


Adapun dikeluarkannya kebijakan tunjangan kinerja Daerah bagi pegawai negeri sipil di

kabupaten Banggai, Pemerintah kabupaten Banggai merujuk pada peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 59 tahun 2007 pasal 39 ayat 2 bahwa Pemerintah Daerah dapat memberikan

tambahan penghasilan kepada Pegawai Negeri sipil Daerah berdasarkan pertimbangan

obyektif dengan memperhatikan kemampuan keuangan Daerah dan memperoleh persetujuan

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sesuai dengan ketentuan perundangundangan.

Hal tersebut di atas telah dijabarkan dalam Peraturan Bupati Banggai Nomor 2 Tahun

2008 bahwa Tunjangan Kinerja Daerah diberikan kepada pegawai negeri Sipil yang telah

memiliki urusan tugas yang jelas secara tertulis, dan diberikan kepada tenaga honorer yang

sudah terdata dalam data base dan telah mempunyai nomor registrasi serta memiliki uraian

tugas yang jelas secara sistematis. Dasar pemberian Tunjangan Kinerja Daerah bagi Pegawai

Negeri Sipil dan Pegawai Honorer yang masuk dalam data base berdasarkan komponen

Jabatan/profesi dilingkungan Pemerintah Kabupaten Banggai, dan besaran tunjangan tersebut

berbeda - beda di sesuaikan dengan pangkat dan golongannya berdasarkan beban dan

tanggung jawabnya masing - masing. Berdasarkan pengamatan peneliti bahwa implementasi

kebijakan tentang pemberian tunjangan kinerja Daerah di Kabupaten Banggai belum berjalan

secara optimal disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor kualitas yang

belum menunjukkan tingkat produktivitas yang baik, serta faktor kedisiplinan pegawai yang

masih rendah baik itu pengambil kebijakan maupun staf pelaksana pegawai sebagai aparatur

negara. Masalah lain adalah belum didukung oleh sumber daya dan komitmen terutama

dalam memberikan kewenangan dan pertanggungjawaban, bahkan belum dikoordinasi dan

diawasi secara baik dan maksimal mengenai kebijakan Tunjangan kinerja tersebut.

Semestinya dengan pemberian stimulus tersebut maka pegawai negeri sipil yang berada pada

lingkup sekretariat Daerah Kabupaten Banggai termotivasi lebih giat untuk melakukan

aktivitasnya. Harapan lain yang diinginkan pada pemberian Tunjangan Kinerja Daerah dalam
rangka untuk mewujudkan penegakkan disiplin dan peningkatan kinerja dalam memberikan

pelayanan serta upaya meningkatkan kesejahteraan bagi pegawai negeri sipil dan pegawai

honorer di lingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten Banggai.

Pada Tataran berpikir seperti inilah, Pemerintah Kabupaten Banggai dimana Bupati sebagai

pemimpin Daerah mengambil suatu kebijakan untuk memberikan Tunjangan Kinerja Daerah

Bagi Pegawai Negeri Sipil dan Honorer sehingga pegawai tersebut termotivasi dan giat

bekerja secara lebih baik agar terarah, terukur, sistematis dan Rasional.

Harapan yang diinginkan dapat mempunyai dampak positif yang ditimbulkan akibat dari

kebijakan tersebut sehingga terjadi peningkatan sumber daya dalam melaksanakan tugas dan

fungsinya masing - masing, namun disisi lain bisa berdampak sebaliknya, dimana akan

dirasakan secara langsung oleh masyarakat pada umumnya dan pegawai negeri sipil pada

khususnya, apabila tingkat produktivitas dan prestasi kerja tidak mengalami peningkatan

serta pelayanan yang diberikan tidak dapat memuaskan. Hal ini terlihat seperti jam masuk

kantor bagi pegawai pada lingkup sekretariat daerah masih terlambat dan jam keluar kantor

pun pegawai mendahului dari waktu yang telah ditetapkan. Sebagaimana yang dilakukan

dalam evaluasi yang berupa absensi kehadiran pegawai negeri sipil pada setiap hari

melaksanakan aktivitas keseharian.

Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa Implementasi kebijakan tunjangan kinerja Daerah

belum dapat menghasilkan suatu kinerja Pegawai Negeri Sipil yang profesional dan

mempunyai kualitas yang baik sehingga mengarah pada tingkat produktivitas yang tinggi

sehingga dapat memperhatikan pada aspek efesiensi dan efektifitas pekerjaan .

Untuk itu penulis tertarik mengangkat masalah Implementasi Kebijakan Tunjangan Kinerja

Daerah terhadap Motivasi kerja Pegawai pada lingkup Sekretariat Kabupaten Banggai.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana Implementasi Kebijakan Tunjangan Kinerja Daerah Dalam mewujudkan

Motivasi kerja pegawai pada lingkup Sekretariat Kabupaten Banggai?

2. Faktor faktor apakah yang mempengaruhi Implementasi Kebijakan Tunjangan Kinerja

Daerah Dalam mewujudkan Motivasi kerja pegawai pada lingkup Sekretariat Kabupaten

Banggai ?

Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis Implementasi Kebijakan Tunjangan Kinerja Daerah Dalam

mewujudkan Motivasi kerja pegawai pada lingkup Sekretariat Kabupaten Banggai;.

2. Untuk menganalisis Faktor faktor yang mempengaruhi Implementasi Kebijakan

Tunjangan Kinerja Daerah dalam mewujudkan Motivasi kerja pegawai pada lingkup

Sekretariat Kabupaten Banggai.

METODE PENELITIAN

Pengumpulan Data

Dalam Upaya mendapatkan informasi yang validitasnya dapat dipertanggung jawabkan,

maka dalam penelitian ini sumber data yang diperlukan, diperoleh dua) sumber yaitru :

a. Data Primer, adalah data yang berasal dari informasi responden yang terpilih. Adapun

pengumpulan data primer ini digunakan tekbik :

- Observasi (pengamatan) yatu cara yang digunakan untuk mengumpulkan data dan

informasi langsung pada objek yang diteliti. Pengamatan dilakukan pada aktivitas

Kebijakan pemerintah , Tunjangan Kinerja daerah dan Motivasi Kerja.

- Interview (Wawancara) adalah mengumpulkan data yang diperlukan dengan cara taanya

jawab langsung kepada informan yang dianggap mampu memberikan informasi atau

keterangan tentang permasalahan yang diteliti sesuai dengan obyek penelitian.


- Kuesioner yaitu daftar pertanyaan yang dipergunakan untuk menjaring informasi

informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Untuk pertanyaan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dalam bentuk pertanyaan tertutup dengan menggunakan skala likert.

b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kegiatan Sekretariat Kabupaten Banggai

dan instansi terkait lainnya. Sumber data sekunder mencakup jurnal jurnal penelitian,

pedoman pedoman kerja, jumlah pegawai, pangkat dan golongan, struktur organisasi,

serta sarana dan prasarana yang memilki keterkaitan dengan konteks penelitian.

Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian akan di analisis secara deskriftif kualitatif dengan

di bantu tabel Distribusi frekuensi

dan presentase. Dengan analisis tersebut diperoleh penjelasan dan gambaran tentang

implementasi kebijakan tunjangan kinerja daerah tentang motivasi kerja pegawai pada

sekretariat daerah kabupaten Banggai.

Untuk nilai dari variabel penelitian dibuat indikator untuk menyusun aitem aitem

instrumen dalam bentuk pertanyaan atau pertanyaa berdasarkan interval 1,2,3,4,5 dengan

menggunakan skala Likert dan memberi bobot atau skor sebagai berikut :

a. Sangat Baik diberi bobot = 5

b. Baik diberi bobot = 4

c. Kurang Baik diberi bobot = 3

d. Tidak baik diberi bobot = 2

e. sangat Tidak Baik diberi bobot = 1

Untuk mengetahui hasil yang diperoleh dari bobot tersebut diatas, maka akan

dikemukakan skor ideal berdasarkan jawaban responden sebagai berikut :

a. 252 300 = Sangat Baik

b. 204 251 = Baik


c. 156 203 = Kurang Baik

d. 108 155 = Tidak baik

e. 60 107 = sangat Tidak Baik

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengambilan kebijakan begitu sangat penting peranannya pada setiap pengambilan

keputusan yang diputuskan oleh seorang pemimpin, ssehingga pada prinsipnya implementasi

kebijakan merupakan kata kunci timbulnya motivasi kerja pegawai dalam mencapai sasaran

dan tujuan organisasi.

Proses pengambilan kebijakan bukanlah terjadi begitu saja secara insedentil melalui

otoritas pemimpin, akan tetapi proses pengambilan kebijakan harus mengacu pada suatu

sistem dan mekanisme terutama pada jenis kebijakan yang menyangkut kepentingan umum

serta tujuan organisasi.

Sistem dan mekanisme implementasi kebijakan secara ideal merupakan suatu proses

integralistik yang saling melibatkan antara komponen atau unit kepentingan yang terkait

dengan obyek/jenis kebijakan yang akan diambil, dengan kata laian apapun model kebijakan

yang telah diputuskan oleh seorang Bupati sebagai pemimpin Daerah kabupaten maka

hendaknya mekanisme pelibtan unit atau bidang bidang tertentu yang mempunyai

keterkaitan erat dengan pengambilan kebijakan tersebut tetap menjadi acuan pokok terutama

dalam kaitan dengan kontribusi masukan/output baik itu berupa informasi maupun ide ide

sebagai dasar dalam menentukan pilihan pilihan kebijakan. Sehingga akan terwujud

suasana demokrasi dalam proses pengambilan kebijakan yang dilakukan oleh pemimpin

Daerah, di samping itu bawahan akan merasa dihargai yang secara tidak langsung akan

mendorong tumbunya kreativitas dalam meningkatkan kinerjanya.

Efektivitas suatu kebijakan dalam meningkatkan sasaran yang diharapkan sangat

ditentukan oleh sejauh mana proses pengambilan kebijakan mampu mengakomodir


kepentingan, keinginan dan kebutuhan unit/bidang berdasarkan tugas dan dungsinya masing

masing. Akomodasi kepentingan tersebut terlihat jelas dari seberap jauh komunikasi

dibangun dalam pengmbilan kebijakan yang melibatkan bidang- bidang dan stekholders yang

terkait dalam setiap kebijakan yang akan diambil.

Analisis Implementasi kebijakan TKD terhadap Motivasi Kerja pegawai

a. Faktor Komunikasi

Unsur unsur yang dimaksud tersebut di atas harus mampu menjalin komunikasi yang

lebih baik sehingga tercipta komunikasi yang lancar, efektif dan tidak terjadi kesimpang

siuaran dalam melaksanakan keputusan keputusan yng sangat strategis. Karana itu diantara

mereka harus saling berkaitan satu dengan yang lain, tidak ada satupun yang dapat bekerja

sendiri sementara yang lain menjadi partisipan saja. Dengan komunikasi yang lancar maka

dapat menghasilkan kinerja pegawai yang lebih efektif sehingga upaya positif untuk

peningkatan kemampun pegawai dalam mendukung pengembangan kebijakan yang menjadi

komitmen bersama kearah pencapaian tujuan.

Kesinambungan pemerintahan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab perlu

ada Dasar acuan yang jelas dalam bentuk hukum, undang undang atau perda sehingga

dalam menimplementasikan kebijakan kebijakan dapat dilaksanakan oleh pegawai.

Kabupaten Banggai belum konsisten dengan peraturan bupati yang mengatur tentang

tunjangan kinerja Daerah, dan hal itu terjadi disebabkan belum didukung dengan payung

hukum yang berupa peraturan Daerah tentang tunjangan kinerja tersebut. Dasar hukum atau

peraturan yang diterbitkan oleh DPRD Kebupaten Banggai yang beru perda, itu sangat

penting untuk mendukung pemerintah dalam melaksanakan program disegala bidang, namun

untuk menghindari terjadi komplin masyarakat terhadap perda tersebut, maka perlu dilakukan

sosialisasi pra peraturan Bupati sehingga begitu lahir aturan tersebut masyarakat sudah

mengetahuinya sehingga menjadi Dasar hukum yang kuat serta bisa berjalan dengan lancar.
Tabel 1 Tanggapan responden mengenai tingkat sosialisasi pra peraturan Bupati tentang

tunjangan Kinerja Daerah.

Kriteria
Nilai Persentase
No. Jawaban Bobot Frekwensi Skor
Harapan (%)
Responden
Sangat baik
1. 5 2 10 252 300 3,33
Baik
2. 4 3 12 209 251 5,00
Kurang baik
3. 3 30 90 156 203 50,00
Tidak baik
4. 2 13 26 108 155 21,66
Sangat tidak
5. 1 12 12 60 107 20,00
baik
Jumlah 60 150 100

Sumber : Hasil olahan data primer tahun 2009.

Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa tingkat

sosialisasi pra peraturan Bupati tentang Tunjangan Kinerja Daerahtidak pernah dilakukan

dimana30 orang (50%) menjawab tidak baik, 13 orang atau 21,66 menjawab tidak baik dan

12 orang mengatakan sangat tidak baik. Jumlah responden yang mendukung fakta ini

berjumlah 55 0rang (91,66%). Argumen responden yang menyatakan sudah melaksanakan

sudah dilaksanakan adalah 5 oarang atau 8,33%. Bila didasarkan kenyataan bahwa tingkat

sosialisasi pra peraturan Bupati tentang Tunjangan Kinerja Daerah hanya sebagian kecil yang

menyatakan sudah, sementara pada tataran yang mendominasi sangat terlihat begitu besar,

sehingga Nampak bahwa sosialisasi tidak dilaksanakan.


Kaitannya dengan argumentasi di atas dihubungakan dengan nilai harapan sebesar 150

dari nilai harapan maksimal 300 yang berarti bahwa sosialisasi dalam melaksanakan

kebijakan komunikasi masih kurang tercipta dengan lancar dan baik, lebih jelasnya dapat

dilihat gambar di bawah ini :

STB KB CB B SB

107 150 155 203 251 300

Gambar 1. sosialisasi dalam melaksanakan kebijakan komunikasi

Komunikasi di lingkungan Sekretariat Daerah tidak terlapas dari masih rendahnya

motivasi pegawai untuk menjalankan misi lembaga bahwa, pegawai negeri harus

memberikan pelayanan terbaik. Salah satu kebijakan komunikasi dalam memberi pelayanan

yang positif adalah pimpinan Daerah menyediakan fasilitas dan jalur jalur pelayanan yang

memadai.

Tabel 2. Tanggapan responden tentang tingkat sosialisasi penerapan peraturan Bupati tentang

Tunjangan Kinerja Daerah .

Persentase
No. Jawaban Responden Bobot Frekuwensi Skor Nilai Harapan
(%)
1. Sangat baik 5 24 120 252 300 40,00

2. Baik 4 19 76 209 251 31,66

3. Kurang baik 3 14 42 156 203 23,33

4. Tidak baik 2 2 4 108 155 3,33


5. Sangat tidak baik 1 1 1 60 107 1,66

60 243 100

Sumber : Hasil olahan data primer tahun 2009

Data ini menunjukkan bahwa dari 60 responden, 24 orang (40,00%) menyatakan sangat

baik, 19 orang (31,66) mengatakan baik dalam tingkat sosialisasi penerapan peraturan Bupati

tentang Tunjangan Kinerja Daerah, baik pada tingkat pimpinan, bidang maupun pada

tingkat staf atau bawahan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian sesar responden dalam

penerapan peraturan Bupati tersebut berjalan dengan baik dimana mencapai 43 orang

(71,66%). Sementara 28,32 % dari jumlah responden dalam penerapan peraturan Bupati

belum baik dalam pelaksanaannya. Dari hasil pengolahan data tersebut, menunjukkan bahwa

tanggapan responden mencapai nilai harapan 243 dari nilai harapan tertinggi sebesar 300.

Dapat dikemukakan bahwa pentingnya kebijakan strategis dalam kegiatan Tunjangan Kinerja

Daerah seperti menciptakan koordinasi dan komunikasi. Hal tersebut dapat membentu

tercapainya tujuan Tunjangan Kinerja daerah. Skor kegiatan sosialisasi merupakan kategori

baik, septi digambarkan di bawah ini :

STB KB CB B SB

107 155 203 243 251 300

Gambar 2. tingkat sosialisasi penerapan peraturan Bupati TKD


2. Faktor Sumber daya

Sekretariat daerah adalah salah satuh pusat pengintegrasian tanggung jawab dalam

mengoptimalkan pelayanan (1) Adm. Pemerintahan yang meliputi: bagian adm

pemerintahan, bagian adm.pertanahan, dan bagian sumber daya alam, (2) Adm.

Pembangunan meliputi ; bagian adm. Pembangunan, bagian Perekonomian, dan bagian

Kesejahteraan Masyarakat, (3) Pembinaan aparatur meliputi ; bagian organisasi, bagian

hukum & per Undang-undang dan bagian umum & rumah tangga serta bagian

humas,protokol dan perjalanan. Semua itu perlu dibangun dan dikelolah atas landasan hukum

yang kuat dan didukung oleh semua elemen yang ada pada sekretarit daerah serta didukung

dengan kualitas dan kuantitas.

Kemampuan kualitas akan dapat melahirkan pegawai yang memiliki kinerja yang

profesional pada bidang tupoksi seperti kemampuan membangun komunikasi dan memiliki

kemampuan berkoordinasi dengan orang lain sehingga dapat menghindari terjadinya

kesimpangsiuran dalam mengambil keputusan.

Tabel 3. Tanggapan responden tentang dukungan jumlah SDM pada sekretariat Daerah

kabupaten Banggai.

Tanggapan Nilai Persentase


No. Bobot Frekuensi Skor
Responden Harapan (%)
1. Sangat 5 35 175 252 300 58,33

2. sesuai 4 17 68 209 251 28,33

3. Sesuai 3 8 24 156 203 13,33

4. Kurang 2 - 2 108 155 -

5. Sesuai 1 - 1 60 107 -
Tidak Sesuai

Sangat tidak

Sesuai
60 246 100

Sumber : Hasil olahan data primer tahun 2011

Hasil data ini menunjukkan bahwa pelibatan bidang dalam pengambilan keputusan

strategis dari 60 responden 35 orang (58,33%) menyatakan bahwadukungan sumber daya

manusia sudah sangat sesuai kemampuan pegawainya, sedangkan 17 orang

(28,33%) menjawab sesuai dan 8 orang atau (13,33%)menjawab kurang sesuai.

Tabel di atas dapat dikemukakan dukungan jumlah pegawai dalam mendukung kebijakan

implementasi peraturan Bupati tentang Tunjangan kinerja daerah cukup memadai, dikatakan

cukup memadai karena Pegawai negeri sipil yang ada di sekretariat daerah 52 orang

(86,66%) sudah sesuai. Hal itu sejalan dengan hasil wawancara dengan (Musir A. Madja

tanggal 24 Mei 2009) beliau mengatakan bahwa : Sumber daya pegawai yang berada di

secretariat Daerah sudah memperlihatkan keterampilan dan kemampuannya dalam

melaksanakan pekerjaan yang menghasilkan sesuatu dengan hasil yang mencapai standar

yang baik, dan potensi yang dimiliki dapat dikembangkan dengan hasil yang lebih baik lagi,

meskipun demikian kualitas pendidikan dan pelatihan pegawai masih perlu ditingkatkan

sehingga bisa memberikan sebuah peningkatan yang lebih baik lagi.

Berdasarkan olahan data tersebut maka sumber daya pegawai yang tersedia untuk

mendukung kinerja pada sekretariat daerah baik, sebagaimana gambar di bawah ini :
STB KB CB B SB

107 155 203 246 251 300

Gambar 3. Dukungan jumlah SDM.

Jelas Skor yang didapat pada gambar di atas adalah nilai 246 dari skor 300 adalah sudah

merupakan kategori baik untuk mendukung kinerja pegawai pada sekretarit Daerah.Khusus

untuk sumber daya meskipun responden dominan menjawab baik, namun tingkat pendidikan

pegawai dari golongan III dan golongan IV atau pegawai yang berkualifikasi pendidikan S1

dan S2 masih jauh lebih besar dari pada pegawai yang golongan II atau berpendikan SLTA.

Hal ini menunjukkan bahwa tingkat rata rata jumlah sumber daya manusia yang berada di

sekretariat daerah perlu ditingkatkan lagi.

Tabel 4. Tanggapan responden tentang dukungan kualitas SDM.

Tanggapan
No. Bobot Frekuensi Skor Nilai Harapan Persentase (%)
Responden
1. Sangat baik 5 21 105 252 300 35,00

2. Baik 4 15 60 209 251 25,00

3. Kurang Baik 3 13 39 156 203 21,66

4. Tidak Baik 2 11 22 108 155 18,33

5. Sangat tidak baik 1 - 1 60 107 -


Jumlah 60 227 100
Sumber : Hasil olahan data primer tahun 2011

Data tersebut memperlihatkan bahwa 36 orang (60,00%) responden

menyatakan dukungan kualitas sumber daya manusia sudah baik, sementara 24

orang (39,99%) menyatakan kualitasnya masih kuang baik,ini berarti masih perlu adanya

peningkatan pada sisi pendidikan maupun pelatihan jenjang karir kepangkatan sehingga bisa

melakukan sebuah perubahan dalam mewujudkan motivasi kerja pada pegawai khusunya

para pegawai yang masih memiliki golongan I dan Golongan II.

Nilai harapan sebesar 127 dari nilai harapan maksimal 300 yang berarti bahwa masih

dalam kategori cukup baik menyangkut dukungan kualitas sumber daya manusia

pada Sekretariat Daerah Kabupaten Banggai , lebih jelasnya dapat dilihat gambar di bawah

ini :

STB KB CB B SB

107 155 203 227 251 300

Gambar 4. Dukungan kualitas SDM

Unsur unsur yang dapat member motivasi kerja pegawai oleh pimpinan begitu

bervariasi dan beraneka ragam misalnya pujian, penghargaan, dan Promosi jabatan serta

insentif. Tetapi bentuk motivasi yang sangat efektif dan umum adalah insentif atau financial.

Hal ini sejalan dengan kebijakan Bupati Banggai yang memberikan Tunjangan kinerja daerah

kepada pegawainya yang jumlahnya sangat bervariasi berdasarkan Jabatan Eselon dan Non

Eselon serta tenaga Honorer. Untuk melihat tanggapan responden menyangkut pengaruh
tunjangan kinerja daerah terhadap motivasi kerja pegawai sehingga dapat bekerja secara

maksimal dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 5 Tanggapan responden mengenai dukungan TKD.

N Jawaban Nilai Prosentase


Bobot Frekuensi Skor
o. Responden Harapan (%)
Sangat

sesuai
1. 5 23 115 252 300 38,33
Sesuai
2. 4 20 80 209 251 33,33
Kurang
3. 3 11 33 156 203 18,33
Sesuai
4. 2 5 10 108 155 8,33
Tidak Sesuai
5. 1 1 1 60 107 1,66
Sangat tidak

Sesuai
60 239 100

Sumber : Hasil olahan data primer tahun 2009

Terlihat pada tabel ini bahwa dari 60 responden 23 orang (38,33%) menyatakan

sangat sesuai, 20 orang (33,33%) menjawab sesuai , 11 orang (18,33%) mengatakan

kurang sesuai, 5 orang (8,33%) tidak sesuai dan 1 orang (1,66%) menjawab sangat

tidak sesuai.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah pegawai yang ada pada sekretariat

Daerah 43 orang (71,66%) sudah mengatakan sudah sesuai atau dengan kata lain bahwa

pegawai sebagian besar mendukung pemberian tunjangan kinerja daerah tersebut, sementara
17 orang (28,32%) menyatakan bahwa masih belum sesuai atau dengan kata lain masih ada

sebagian kecil pegawai yang tidak mendukung pemberian tunjangan kinerja daerah tersebut,

dengan alasan argumentasi bahwa TKD tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap

peningkatan motivasi kerja pegawai.

Dari informasi ini terlihat bahwa dukungan terhadap pemberian tunjangan kinerja

daerah belum seluruh pegawai menyetujuinya. Hal tersebut sebagaimana tercantum pada

gambar di bawah ini :

STB KB CB B SB

107 155 203 239 251 300

Gambar 5. Dukungan TKD

Hal ini diperkuat dari perolehan nilai skor 239 dari nilai harapan maksimal 300 yang

berarti bahwa masih dalam kategori cukup baik menyangkut dukungan pegawai yang

berhubngan dengan pemberian tunjangan kinerja daerah pada sekretariat Daerah Kabupaten

Banggai.

3. Disposisi

Faktor disposisi merupakan dimensi terpenting yang dikembangkan pada Sekretariat

Daerah Kabupaten Banggai, apalagi sebagai daerah yang mengarah pada pemekaran provinsi,

memang sangat membutuhkan pegawai yang memiliki sikap optimis untuk melaksankan pilar

demokrasi yang memprioritaskan pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan yang

mengedepankan kepntingan masyarakt. Dalam hal tersebut dimaksudkan bahwa sikap

pegawai akan mendorong untuk mengetahui bidang pekerjaan mana yang harus ditahu,
kemudian diaplikasikan secara maksimal sebagai kebijakan pimpinan yang perlu

diimplementasikan oleh semua sumber daya aparatur pada Sekretariat Daerah Kabupaten

Banggai sebagai suatu bentuk kesepakatan dan keinginan pembuat atau penentu kebijakan.

Sering terjadi antara keinginan pembuat kebijakan dengan pelaksanaan kebijakan tidak

sejalan atau tidak seiring dengan keinginannya , sehingga pembuat kebijakan sering

berhadapan dengan tugas tugas yang sulit seperti melakukan disposisi sesuai kenginan atau

kemampuan pelaksana, dengan demikian dengan demikian otoritas pimpinan dapat

menyesuaikan dengan situasi tertentu. Untuk dapat mengetahui dengan jelas tentang

bagaimana implementasi kebijakan pada dimensi disposisi dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6. Tanggapan responden tentang sikap sumber daya aparatur dalam

Implementasi kebijakan peraturan Bupati tentang TKD.

Jawaban Nilai Prosentase


No. Bobot Frekuensi Skor
Responden Harapan (%)
Sangat baik
1. 5 21 105 252 300 35,00
Baik
2. 4 18 64 209 251 30,00
Kurang Baik
3. 3 16 48 156 203 26,66
Tidak Baik
4. 2 3 6 108 155 10,00
Sangat tidak
5. 1 2 2 60 107 3,33
baik
60 225 100

Sumber : Hasil olahan data primer tahun 2009


Dari tabel di atas memperlihatkan bahwa 21 orang (35,00%) sangat baik, 18orang atau

30,00% Baik dan 16 orang (26,66%) mengatakan kurang baik, 3 orang (10,00%) tidak

baikdan 2 orang atau 3,33 sangat tidak baik. Jadi dapat dikatakan bahwa ada 39 orang

( 65,00%) memberikan argumen sikap sumber daya aparatur dalam Implementasi kebijakan

peraturan Bupati tentang TKD berjalan dengan baik sehingga memberikan gambaran kinerja

pegawai dilaksanakan dengan baik pula, sedangkan 23 orang (39,66 %) menjawab masih

belum baik.

STB KB CB B SB

107 155 203 225 251 300

Gambar 6. sikap sumber daya aparatur dalam Implementasi kebijakan peraturan Bupati

tentang TKD.

Gambar tersebut dihubungakan dengan nilai harapan sebesar 225 dari nilai harapan

maksimal 300 yang berarti bahwa dalam kategori cukup baik atau sikap sumber daya

aparatur pegawai dalam Implementasi kebijakan masih perlu ditingkatkan hingga mencapai

pada kategori sangat baik. Pernyataan diatas sejalan dengan apa yang dikatan oleh ( Mustadir

Malia bulan April 2009) bahwa :Pegawai negeri sipil pada umumnya menyikapi secara positif

terhadap pemberian tunjangan kinerja daerah. Jadi tunjangan yang diberikan tersebut mampu

memberikan inovasi baru sehingga pegawai mempunyai kreativitas dalam menjalankan

aktivitas keseharian.

Tabel 7. Tanggapan responden tentang keinginan pegawai menerapkan peraturan Bupati

tentang TKD.
Jawaban Nilai Prosentase
No. Bobot Frekuensi Skor
Responden Harapan (%)
Sangat baik
1. 5 19 95 252 300 31,66
Baik
2. 4 25 100 209 251 41,66
Kurang Baik
3. 3 10 30 156 203 16,66
Tidak Baik
4. 2 4 8 108 155 6,66
Sangat tidak
5. 1 2 3 60 107 3,33
baik
60 232 100

Sumber : Hasil olahan data primer tahun 2009

Berdasarkan tabel di atas memberi pengertian bahwa pegawai memiliki keinginan

kuat untuk menerapkan kebijakan pimpinan yaitu peraturan Bupati sebagaimana yang

didisposisikannya. Data tentang keinginan pegawai tersebut dapat dilihat jawaban responden

yaitu 19 orang (31,66%) dan 25 orang (41,66%) memiliki keinginan baik untuk menerapkan

kebijakan, sementara 16 orang (26,65%) menjawab kurang baik memiliki keinginan

menerapkan kebijakan.

Dari tersebut di atas terlihat bahwa adanya keinginanpegawai menerapkan peraturan

Bupati tentang Tunjangan Kinerja Daerah meskipun belum secara menyeluruh. Hal tersebut

sebagaimana tercantum pada gambar di bawah ini

STB KB CB B SB

107 155 203 232 251 300

Gambar 7.. Kompetensi pegawai pada sekretariat Daerah


Dengan gambar di atas menunjukkan tanggapan responden berada pada nilai skor 232

dari nilai harapan maksimal 300. Dengan capaian skor tersebut dapat dikategotikan pegawai

mampu menerapkan peraturan Bupati tersebut. Peraturan Bupati yang didukung sebagian esar

jumlah pegawai tentu bukanlah sikap terpaksa dan ragu ragu, melainkan karena kebijakan

tersebut melalui proses dan prosedur yang demokratis sehingga memiliki legitimasi yang kuat

karena penetapan tersebut rapat khusus dengan pimpinan SKPD dan pimpinan DPRD

kabupaten Banggai, bahkan pelaksanaannya tetap dipantau atau diawasi oleh lembaga

tersebut untuk mengetahui sejauh mana ketetapan dilaksanakan.

4. Struktur Birokrasi

Aspek implementasi kebijakan struktur Birokrasi pada Sekretariat Daerah yang

menjalankan kebijakan pemerintah melalui prosedur yang benar dalam menjalankan

kegiatan, memerlukan dukungan Struktur birokrasi yang kuat yang tanggu dari intervensi

kelompok tertentu, kaitannya hal tersebut maka yang paling bertanggung jawab untuk

mengimplementasikan kebijakan adalah para pimpinan yang berada pada lingkup Sekretariat

Daerah, karena kebijakan pimpinanlah yang dapat mengefektifkan pelaksanaan dan

pencapaian tujuan dari struktur dan birokrasi tersebut. Untuk mengetahui bagaimana

tanggapan responden tentang pelaksanaan kewenangan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 8. Tanggapan responden tentang pelaksanaan kewenangan Peraturan Bupati tentang

TKD pada sekretarit Daerah Kabupaten Banggai.

Jawaban Nilai Persentase


No. Bobot Frekuensi Skor
Responden Harapan (%)
1. Sangat 5 18 90 252 300 30,00

2. sesuai 4 23 92 209 251 38,33


sesuai

Kurang
3. 3 15 45 156 203 25,00
sesuai
4. 2 3 6 108 155 5,00
Tidak sesuai
5. 1 1 1 60 107 1,66
Sangat tidak

sesuai
60 234 100

Sumber : Hasil olahan data primer tahun 2009

Dari tabel di atas diperoleh gambaran bahwa pelaksanaan kewenangan yang ada di

Sekretariat Daerah Kabupaten Banggai dalam mengoptimalkan peraturan Bupati tentang

Tunjangan Kinerja Daerah sudah berjalan cukup baik sebagaimana jawaban responden yaitu

18 orang atau 30,00% menjawab sangat sesuai, 23 orang (38,33%) menjawab sesuai dan 19

orang (31,66%) menyatakan belum sesuai.

Data diatasmenunjukkan bahwa adanya pelaksanaan kewenangan Peraturan Bupati

tentang TKD pada sekretarit Daerah Kabupaten Banggaimeskipun belum secara menyeluruh.

Hal tersebut sebagaimana nampak pada gambar di bawah ini :

STB KB CB B SB

107 155 203 234 251 300

Gambar 8. Pelaksanaan kewenangan Peraturan Bupati tentang TKD


Dengan gambar di atas menunjukkan tanggapan responden berada pada nilai skor 234

dari nilai harapan maksimal 300. Dengan capaian skor tersebut dapat melaksanakan

kewenangan Peraturan Bupati tersebut.

Tabel 9. Tanggapan responden tentang pertanggung jawaban implisit dan eksplisit kebijakan

peraturan Bupati tentang TKD.

Jawaban Nilai Prosentase


No. Bobot Frekuensi Skor
Responden Harapan (%)
Sangat baik
1. 5 24 120 252 300 40,00
Baik
2. 4 19 76 209 251 31,66
Kurang Baik
3. 3 10 30 156 203 16,66
Tidak Baik
4. 2 3 6 108 155 5,00
Sangat tidak
5. 1 4 4 60 107 6,66
baik
60 236 100

Sumber : Hasil olahan data primer tahun 2009

Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa 24 orang (40%) menjawab

sangat baik, 19 orang (31,66%) menjawab baik dan 17 orang atau 28,32% menyatakan belum

berjalan dengan baik.Ini berarti sebagian besar pimpinan sudah melaksanakan akuntabilitas

dengan cukup baik terhadap kebijakan peraturan Bupati menyangkut Tunjangan Kinerja

Tersebut.

Pernyataan tersebut didukung oleh hasil wawancara dengan ( Fery Sujarman bulan april

2009) bahwa :
Kebijakan Peraturan Bupati yang mengatur tunjangan kinerja daerah secara hukum mampu di

pertanggung jawabkan, hal ini terlihat bahwa dalam penerapannya diberlakukan secara

menyeluruh, misalnya pimpinan maupun staf ketika terlambat, sakit tanpa pemberitahuan

surat dan tidak masuk kantor maka harus ada konsekuensi logis yang harus diterima, yakni

pemotongan tunjangan. Ini menunjukkan salah satu bentuk pertanggung jawaban yang nyata.

Data tersebutmenunjukkan bahwa adanya pelaksanaan pertanggung jawaban

akuntanilitas baik secara eksplisit maupun implisit yang cukup baik mengenai Peraturan

Bupati tentang TKD pada sekretarit Daerah Kabupaten Banggai. Hal tersebut sebagaimana

terlihatpada gambar di bawah ini :

STB KB CB B SB

107 155 203 236 251 300

Gambar 9. Pertanggung jawaban implisit dan eksplisit kebijakan peraturan Bupati tentang

TKD.

Dengan gambar di atas menunjukkan tanggapan responden berada pada nilai skor 236

dari nilai harapan maksimal 300. Dengan capaian skor tersebut dapat dikategorikan cukup

baik melaksanakan pertanggung jawaban tersebut.

Koordinasi dalam suatu organisasi adalah menjadi bagian menjadi penting dalam

mengembangkan komunikasi baik internal maupun eksternal, karena dengan koordinasi yang

baik dengan semua unsure terkait, baik pimpinan, staf maupun yang lainnya dengan

lingkungan kerja terkait secara langsung dapat mendukung pruduktivitas yang mengarah pada

efektivitas dan efisiensi kerja sesuai tupoksi dan tujuan yang ingin dicapai. Untuk mengetahui
pelaksanaan koordinasi sebagai bentuk komunikasi interen yang harus selalu dibangun secara

berkesinambungan guna mencapai kekompakan kerja semaksimal mungkin dapat dilihat pada

table dibawah ini.

Tabel 10 Tanggapan responden mengenai Koordinasi pelaksanaan Peraturan Bupati berkaitan

dengan pemberian TKD.

Jawaban Nilai Persentase


No. Bobot Frekuensi Skor
Responden Harapan (%)
Sangat baik
1. 5 11 55 252 300 18,33
Baik
2. 4 2 8 209 251 3,33
Kurang Baik
3. 3 6 18 156 203 10,00
Tidak Baik
4. 2 35 70 108 155 58,33
Sangat tidak
5. 1 6 6 60 107 10,00
baik
60 157 100

Sumber : Hasil olahan data primer tahun 2009

Berdasarkan data tersebut di atas bahwa 11 orang (18,33%) menyatakan bahwa sangat

baik, sementara 2 orang ( (3,33%) menjawab baik, 6 orang (10,00%) menyatakan kurang

baik, 35 orang (58,33%) menyatakan kurang baik dan 6

orang (10,00%) menyatakan sangat sangat tidak baik.

Data tersebut menunjukkan bahwa koordinasi pelaksanaan peraturan Bupati tentang

tunjangan kinerja Daerah belum berjalanan dengan efektif dimana hanya 13 orang (21,66%)
yang menyatakan sudah baik, sementara 47 orang (78,335) mengatakan belum berjalan

dengan baik. Hal tersebut diatas dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

STB KB CB B SB

107 155 157 203 251 300

Pernyataan di atas menunjukkan tanggapan responden berada pada nilai skor 157 dari

nilai harapan maksimal 300. Dengan capaian skor tersebut dapat dikategorikan bahwa

koordinasi pelaksanaan Peraturan Bupati berkaitan dengan pemberian TKD belum berjalan

dengan baik, sesuai dengan Nilai Skor harapan maksimal.

Tabel .11 Tanggapan Responden mengenai motivasi kerja pegawai.

Jawaban Nilai Persentase


No. Bobot Frekuensi Skor
Responden Harapan (%)
Sangat baik
1. 5 - - 252 300 -
Baik
2. 4 - - 209 251 -
Kurang Baik
3. 3 4 12 156 203 6,66
Tidak Baik
4. 2 46 92 108 155 76,66
Sangat tidak
5. 1 10 10 60 107 16,66
baik
60 114 100

Sumber : Hasil olahan data primer tahun 2009


Berdasarkan data tersebut di atas bahwa 4 orang (6,66%) menyatakan bahwa sangat

baik, sementara 46 orang ( (76,66%) menjawab tidak baik, dan 10orang (16,66%)

menyatakan sangat sangat tidak baik.

Data tersebut menunjukkan bahwa motivasi kerja pegawai masih sangat rendah

sehingga belum berjalanan dengan efektif dimana hanya 56 orang (93,32%) yang

menyatakan tidak baik, sementara 4 orang (6,66%) mengatakan belum berjalan dengan baik.

Hal tersebut diatas dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

STB KB CB B SB

107 114 155 203 251 300

Pernyataan di atas menunjukkan tanggapan responden berada pada nilai skor 114 dari

nilai harapan miniimal 107. Dengan capaian skor tersebut dapat dikategorikan bahwa

motivasi kerja pegawai tidak berjalan dengan baik, atau hasil kinerja pegawai masih sangat

rendah.

2. Faktor faktor yang mempengaruhi Implementasi kebijakan TKD terhadap

Motivasi Kerja pegawai.

a. Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan sumber daya aparatur

pegawai yang dimiliki oleh Sekretariat Daerah dari sisi kemampuan pegawai beulm

menunjukkan suatu profesionalisme yang mengarah pada kualitas yang sangat baik, Dapat

dilihat tanggapan responden menyangkut jumlah dan kualitas pegawai yang berada

disekretariat daerah masih sangat relative rendah.

b. Sarana

Suatu kenyatan bahwa Sekretariat Daerah Kabupaten Banggai belum secara serentak

memiliki sarana dan prasarana secara memadai, jadi untuk memberikan sebuah pelayanan

maksimal masih jauh dari harapan yang ideal. Oleh karena itu kelemahan dan kekurangan

disebabkan dari penggunaan anggaranyang tidak memperhatikan pada aspek penggunaan

dana secara efesiensi. Hal ini sebagaimana terlihat pada penggunaan anggaran belanja

Seklretariat Daerah dibawah ini. Jika di bandingkan angka tersebut maka akan terlihat

bahwa anggaran Belanja tidak langsung sebesar Rp. 14.887. 840.406 lebih besar dari

anggaran belanja langsung sebesar Rp. 11. 380. 821 yaitu terjadi selisi senilai Rp.

3.547.459.585.

c. Disiplin

Disiplin merupakan faktor penting pendukung implementasi kebijakan tunjangan kinerja

daerah. Hal ini menunjukkan betapa besarnya peran disiplin dari segi waktu, segi

pekerjaan dan segi penggunaan sumber dana yang ada. Jelas Disiplin merupakan kunci

pokok dari kesuksesan Implementasi Kebijakan Tunjangan Kinerja Daerah dalam

mewujudkan Motivasi Pegawai yang produktif, professional dan memiliki tinggkat

kepekaan pertanggung jawaban yang begitu tinggi. Semua ini bisa berjalan dengan baik

apabila ada konsistensi dan komitmen serta di tunjang dengan sistem pengawasan yang

terkontrol dengan benar.


Sistem pengawasan yang dilakukan di Sekretariat Daerah Kabupaten Banggai berupa

Absensi Kehadiran Pegawai pada setiap hari jam kerja. Mekanisme pemberian tunjangan

kinerja daerah melalui tahapan evaluasi absensi kehadiran pegawai. Apabila ada pegawai

yang yang terlambat dan tidak masuk kantor maka diberikan sanksi berupa pemotongan

tunjangan kinerja daerah. Dan potongan tersebut bervariasi, jika pegawai dating terlambat

dan tidak mengikuti apel pagi dikenakan potongan 2%, apabila pegawai cepat pulang dan

tidak mengikuti apel siang dan sore dikenakan potongan 2%, jika tidak mengikuti program

kedinasan.

d. Lingkungan

Tempat yang strategis untuk Lokasi perkantoran juga sangat mendukung untuk

menciptakan motivasi kerja pegawai meningkat. Keadaan lingkungan perkantoran di

sekretariat daerah kabupaten Banggai dari segi keamanan sangat kondusif, namun disisi

lain mempunyai kelemahan yakni keberadaan tempat tersebut yang jauh dari jangkauan

perkotaan sehingga berdampak pada proses pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya

masing - masing. Dampak yang terjadi seperti ketidak tepatan waktu bagi pegawai pada

jam masuk maupun jam keluar kerja yang telah ditentukan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Implementasi kebijakan Tunjangan Kinerja Daerah terhadap Motivasi kerja pegawai pada

Sekretariat Daerah Kabupaten Banggai belum optimal meskipun sudah diberikan stimulus

berupa berupa tunjangan kinerja Daerah. Hal ini terlihat dari penguasaan berkomunikasi

yang malalui tahapan sosialisasi, kompetensi sumber daya manusia, disposisi dan struktur

birokrasi yang belum berjalan secara efektif;


2. Motivasi kerja pegawai pada sekretariat Daerah kabupaten Banggai dalam hal

memberikan sebuah pelayanan masih begitu rendah sehingga upaya dalam mewujudkan

produktivitas belum terwujud.Saran

Meskipun pegawai sudah diberikan stimulus berupa tunjangan kinerja daerah namun

kenyataannya masih belum menunjukkan suatu produtivitas yang tinggi sehingga belum

mengakibatkan efektivitas pelayanan secara optimal, maka perlu disarankan hal-hal sebagai

berikut :

1. Dengan belum adanya Peraturan Daerah yang mengatur TKD sebagai salah satu landasan

dan dasar hukum yang lebih kuat untuk pelaksanaan Tunjangan Kinerja Daerah tersebut,

maka Pemerintah Daerah harus segera merekomendasikan untuk perumusan Peraturan

Daerah sehingga mendapat persetujuan dari DPRD ;

2. Berdasarkan hasil penelitian bahwa belum berjalannya kinerja pegawai secaraoptimal

dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya setelah pemberian Tunjangan kinerja

Daerah tersebut, maka semestinya Pemerintah Daerah perlu meninjau kembali peraturan

Bupati nomor 2 Tahun 2007 tentang Tunjangan Kinerja Daerah Tersebut;

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wahab, 1997, Evaluasi Kebijakan Publik, IKIP Press, Malang.

Atu Pade, 2005, Sejarah Banggai, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Anonim, B P K P. 1990. Norma Pemeriksaan Aparat Fungsional Pemerintah, Jakarta.

Bambang Sunggono, 1994. Hukum dan Kebijakan Publik, Sinar Grafika, Jakarta.

Dwiyanto, 1995, Penilaian Kinerja Organisasi Pelayanan Publik. Fisip UGM, Yokyakarta

Dunn Willian N, 2000, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Gadjah Mada University

Press, Yogyakarta.

--------------------, 1984, Analisis Kebijaksanaan Publik (Terjemahan Muhadjir Darwin), PT.

Haninditas Offset, Yogyakarta.


Eddi Wibowo, dkk, 2004. Hukum dan Kebijakan Publik, Penerbit YPAPI, Yogyakarta.

Edwards George C, 1980, Implementing Public Policy, Washington DC Congressional

Quarterly Press.

Ermaya Suradinata, 1992, Manajemen Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Ramadan,

Bandung.

----------, 2002, Manajemen Pemerintahan Dalam Ilmu Pemerintahan, Vidcodata, Jakarta.

Gomes, F.C 1999. Manajemen Sumberdaya Manusia. Andi Offset, Yogyakarta.

Gordon J.R, 1993, A Diagnostic Aproachn To Organizational Behavior, Allyn and Bacon,

Boston

Hadari Nawawi, 1993, Pengawasan Melekat di Lingkungan Aparatur Pemerintah, PT.

Erlangga, Jakarta.

----------, 1998. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk bisnis yang kompetitip, PT.

Erlangga, Jakarta.

----------, 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial, Cetakan Kesembilan, Gadjah Mada

University Press, Yogjakarta.

Handoko T. Hani, 2000, Manajemen Edisi 2, BPFE, Yogyakarta.

Hoogerwerf, 1983, Ilmu Pemerintahan, Erlangga, Jakarta.

Husein Umar, 1999, Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, PT. Gramedia

Pustaka Utama, Jakarta.

Kasmiran Wuryo S, 1999, Manajemen Kinerja Pegawai, Rineka Cipta, Jakarta.

Keban, Yeremias T, 1995, Indikator Kinerja Pemda, Pendekatan Manajemen dan

Kebijakan, Fisip UGM, Yogyakarta.

-----------, 2004, Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik, Gava Media, Yogyakarta.

La Ode Husen, 2004, Negara Hukum, Demokrasi dan Pemisahan Kekuasan, Laboratorium

Hukum Fakultas Hukum, UMI Makassar.


----------------------, 2005, Hubungan Fungsi Pengawasan DPR dengan BPK dalam sistem

ketatanegaraan Indonesia, CV. Utomo, Bandung

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 1997. Sistem Administrasi Negara

Republik Indonesia (Jilid I), Toko Gunung Agung, Jakarta.

---------, Jilid II

Mudrajad Kuncoro, 2001. Metode Kuantitatif Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan

Ekonomi, AMP. YKPN, Yogyakarta

Musanef, 2000. Management Kepegawaian di Indonesia, H. Arus Agung, Jakarta.

Nasir Moh, 1985, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Rosenbloom, 1989, Public Administration, Understanding Management, Politics and Law

in the Public Sector, New York.

Sarundajang, 2001, Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah, Itjen Depdagri, Jakarta.

You might also like