Professional Documents
Culture Documents
Hamdin Husin
ABSTRACT
The objectives of this research were to identife and analize ; 1) the implementation of
Regional Working Performance Support Policy toward the working motivation of staff at
Secretariat of Banggai Regency. The data used in this study was primary and seconfdery data
distribution. The Population of this study was 98 peole. The was sample was drawn by the
use of purposive sampling technique included 60 peole as respondents. The data analysis
used was descriptive qualitative supported by frequency and percentage table while the mean
analysis used to measure respondents attitude to every indicator was liker scale. The study
result shows that the implementation of Regional Working Performance Support Policy
toward the Working Motivation at Regional Secretariat of Banggai Regency has not optimal
yet could be seen from the communication through socialization, the competence of human
resources, disposition and structure of bureaucracy have not run effectively. In the other side
of working motivation of staff at Reginal Secretariat Banggai Regency achieved yet due to
internal factor such education factor, discipline, facility and axternal factors such as
PENDAHULUAN
Bangsa Indoensia yang mempunyai landasan filosofiPancasila dan Undang Undang
Dasar 1945 sebagai konstitusi Negara adalah sebuah keharusan Universal, dimana
merupakanfilter dan barometer suatu Bangsa yang akan dijadikan rujukan setiap manusia dan
seluruh masyarakat Indonesia dalam setiap gerak dan langkah dalam mewujudkan birokrasi
Sedangkan Menurut Anderson dalam Solichin Wahab (1997:2) mengatakan bahwa kebijakan
sebagai perilaku dari sejumlah Aktor (Pejabat, Kelompok, Instansi pemerintah) atau
serangkaian aktor dalam suatu bidang kegiatan tertentu. Sehingga dapat dikatakan bahwa
membutuhkan pegawai yang memiliki kinerja yang baik dalam memberikan pelayanan
pegawai sesuai dengan keinginan dan atau lebih dari yang diharapkannya dan
terhadap pencapaian hasil dan kebijakan pengawasan yang telah dirumuskan, dan hal itu
dapat disejajarkan dengan proses konversi dalam kerja / mekanisme sistem, sehingga out put
yang dihasilkan sesuai dengan target atau kinerja pengawasan dapat lebih professional. Oleh
karena itu, pemberian tunjangan kinerja daerah kepada pegawai negeri sipil di kabupaten
Banggai pada umumnya dan pada Sekretariat daerah pada khususnya perlu adanya
pengawasan yang dilakukan oleh pengambil kebijakan sehingga bisa melihat tingkat efisiensi
kabupaten Banggai, Pemerintah kabupaten Banggai merujuk pada peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 59 tahun 2007 pasal 39 ayat 2 bahwa Pemerintah Daerah dapat memberikan
Hal tersebut di atas telah dijabarkan dalam Peraturan Bupati Banggai Nomor 2 Tahun
2008 bahwa Tunjangan Kinerja Daerah diberikan kepada pegawai negeri Sipil yang telah
memiliki urusan tugas yang jelas secara tertulis, dan diberikan kepada tenaga honorer yang
sudah terdata dalam data base dan telah mempunyai nomor registrasi serta memiliki uraian
tugas yang jelas secara sistematis. Dasar pemberian Tunjangan Kinerja Daerah bagi Pegawai
Negeri Sipil dan Pegawai Honorer yang masuk dalam data base berdasarkan komponen
berbeda - beda di sesuaikan dengan pangkat dan golongannya berdasarkan beban dan
kebijakan tentang pemberian tunjangan kinerja Daerah di Kabupaten Banggai belum berjalan
secara optimal disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor kualitas yang
belum menunjukkan tingkat produktivitas yang baik, serta faktor kedisiplinan pegawai yang
masih rendah baik itu pengambil kebijakan maupun staf pelaksana pegawai sebagai aparatur
negara. Masalah lain adalah belum didukung oleh sumber daya dan komitmen terutama
diawasi secara baik dan maksimal mengenai kebijakan Tunjangan kinerja tersebut.
Semestinya dengan pemberian stimulus tersebut maka pegawai negeri sipil yang berada pada
lingkup sekretariat Daerah Kabupaten Banggai termotivasi lebih giat untuk melakukan
aktivitasnya. Harapan lain yang diinginkan pada pemberian Tunjangan Kinerja Daerah dalam
rangka untuk mewujudkan penegakkan disiplin dan peningkatan kinerja dalam memberikan
pelayanan serta upaya meningkatkan kesejahteraan bagi pegawai negeri sipil dan pegawai
Pada Tataran berpikir seperti inilah, Pemerintah Kabupaten Banggai dimana Bupati sebagai
pemimpin Daerah mengambil suatu kebijakan untuk memberikan Tunjangan Kinerja Daerah
Bagi Pegawai Negeri Sipil dan Honorer sehingga pegawai tersebut termotivasi dan giat
bekerja secara lebih baik agar terarah, terukur, sistematis dan Rasional.
Harapan yang diinginkan dapat mempunyai dampak positif yang ditimbulkan akibat dari
kebijakan tersebut sehingga terjadi peningkatan sumber daya dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya masing - masing, namun disisi lain bisa berdampak sebaliknya, dimana akan
dirasakan secara langsung oleh masyarakat pada umumnya dan pegawai negeri sipil pada
khususnya, apabila tingkat produktivitas dan prestasi kerja tidak mengalami peningkatan
serta pelayanan yang diberikan tidak dapat memuaskan. Hal ini terlihat seperti jam masuk
kantor bagi pegawai pada lingkup sekretariat daerah masih terlambat dan jam keluar kantor
pun pegawai mendahului dari waktu yang telah ditetapkan. Sebagaimana yang dilakukan
dalam evaluasi yang berupa absensi kehadiran pegawai negeri sipil pada setiap hari
Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa Implementasi kebijakan tunjangan kinerja Daerah
belum dapat menghasilkan suatu kinerja Pegawai Negeri Sipil yang profesional dan
mempunyai kualitas yang baik sehingga mengarah pada tingkat produktivitas yang tinggi
Untuk itu penulis tertarik mengangkat masalah Implementasi Kebijakan Tunjangan Kinerja
Daerah terhadap Motivasi kerja Pegawai pada lingkup Sekretariat Kabupaten Banggai.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana Implementasi Kebijakan Tunjangan Kinerja Daerah Dalam mewujudkan
Daerah Dalam mewujudkan Motivasi kerja pegawai pada lingkup Sekretariat Kabupaten
Banggai ?
Tujuan Penelitian
Tunjangan Kinerja Daerah dalam mewujudkan Motivasi kerja pegawai pada lingkup
METODE PENELITIAN
Pengumpulan Data
maka dalam penelitian ini sumber data yang diperlukan, diperoleh dua) sumber yaitru :
a. Data Primer, adalah data yang berasal dari informasi responden yang terpilih. Adapun
- Observasi (pengamatan) yatu cara yang digunakan untuk mengumpulkan data dan
informasi langsung pada objek yang diteliti. Pengamatan dilakukan pada aktivitas
- Interview (Wawancara) adalah mengumpulkan data yang diperlukan dengan cara taanya
jawab langsung kepada informan yang dianggap mampu memberikan informasi atau
informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Untuk pertanyaan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dalam bentuk pertanyaan tertutup dengan menggunakan skala likert.
b. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kegiatan Sekretariat Kabupaten Banggai
dan instansi terkait lainnya. Sumber data sekunder mencakup jurnal jurnal penelitian,
pedoman pedoman kerja, jumlah pegawai, pangkat dan golongan, struktur organisasi,
serta sarana dan prasarana yang memilki keterkaitan dengan konteks penelitian.
Data yang diperoleh dalam penelitian akan di analisis secara deskriftif kualitatif dengan
dan presentase. Dengan analisis tersebut diperoleh penjelasan dan gambaran tentang
implementasi kebijakan tunjangan kinerja daerah tentang motivasi kerja pegawai pada
Untuk nilai dari variabel penelitian dibuat indikator untuk menyusun aitem aitem
instrumen dalam bentuk pertanyaan atau pertanyaa berdasarkan interval 1,2,3,4,5 dengan
menggunakan skala Likert dan memberi bobot atau skor sebagai berikut :
Untuk mengetahui hasil yang diperoleh dari bobot tersebut diatas, maka akan
keputusan yang diputuskan oleh seorang pemimpin, ssehingga pada prinsipnya implementasi
kebijakan merupakan kata kunci timbulnya motivasi kerja pegawai dalam mencapai sasaran
Proses pengambilan kebijakan bukanlah terjadi begitu saja secara insedentil melalui
otoritas pemimpin, akan tetapi proses pengambilan kebijakan harus mengacu pada suatu
sistem dan mekanisme terutama pada jenis kebijakan yang menyangkut kepentingan umum
Sistem dan mekanisme implementasi kebijakan secara ideal merupakan suatu proses
integralistik yang saling melibatkan antara komponen atau unit kepentingan yang terkait
dengan obyek/jenis kebijakan yang akan diambil, dengan kata laian apapun model kebijakan
yang telah diputuskan oleh seorang Bupati sebagai pemimpin Daerah kabupaten maka
hendaknya mekanisme pelibtan unit atau bidang bidang tertentu yang mempunyai
keterkaitan erat dengan pengambilan kebijakan tersebut tetap menjadi acuan pokok terutama
dalam kaitan dengan kontribusi masukan/output baik itu berupa informasi maupun ide ide
sebagai dasar dalam menentukan pilihan pilihan kebijakan. Sehingga akan terwujud
suasana demokrasi dalam proses pengambilan kebijakan yang dilakukan oleh pemimpin
Daerah, di samping itu bawahan akan merasa dihargai yang secara tidak langsung akan
masing. Akomodasi kepentingan tersebut terlihat jelas dari seberap jauh komunikasi
dibangun dalam pengmbilan kebijakan yang melibatkan bidang- bidang dan stekholders yang
a. Faktor Komunikasi
Unsur unsur yang dimaksud tersebut di atas harus mampu menjalin komunikasi yang
lebih baik sehingga tercipta komunikasi yang lancar, efektif dan tidak terjadi kesimpang
siuaran dalam melaksanakan keputusan keputusan yng sangat strategis. Karana itu diantara
mereka harus saling berkaitan satu dengan yang lain, tidak ada satupun yang dapat bekerja
sendiri sementara yang lain menjadi partisipan saja. Dengan komunikasi yang lancar maka
dapat menghasilkan kinerja pegawai yang lebih efektif sehingga upaya positif untuk
ada Dasar acuan yang jelas dalam bentuk hukum, undang undang atau perda sehingga
Kabupaten Banggai belum konsisten dengan peraturan bupati yang mengatur tentang
tunjangan kinerja Daerah, dan hal itu terjadi disebabkan belum didukung dengan payung
hukum yang berupa peraturan Daerah tentang tunjangan kinerja tersebut. Dasar hukum atau
peraturan yang diterbitkan oleh DPRD Kebupaten Banggai yang beru perda, itu sangat
penting untuk mendukung pemerintah dalam melaksanakan program disegala bidang, namun
untuk menghindari terjadi komplin masyarakat terhadap perda tersebut, maka perlu dilakukan
sosialisasi pra peraturan Bupati sehingga begitu lahir aturan tersebut masyarakat sudah
mengetahuinya sehingga menjadi Dasar hukum yang kuat serta bisa berjalan dengan lancar.
Tabel 1 Tanggapan responden mengenai tingkat sosialisasi pra peraturan Bupati tentang
Kriteria
Nilai Persentase
No. Jawaban Bobot Frekwensi Skor
Harapan (%)
Responden
Sangat baik
1. 5 2 10 252 300 3,33
Baik
2. 4 3 12 209 251 5,00
Kurang baik
3. 3 30 90 156 203 50,00
Tidak baik
4. 2 13 26 108 155 21,66
Sangat tidak
5. 1 12 12 60 107 20,00
baik
Jumlah 60 150 100
Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa tingkat
sosialisasi pra peraturan Bupati tentang Tunjangan Kinerja Daerahtidak pernah dilakukan
dimana30 orang (50%) menjawab tidak baik, 13 orang atau 21,66 menjawab tidak baik dan
12 orang mengatakan sangat tidak baik. Jumlah responden yang mendukung fakta ini
sudah dilaksanakan adalah 5 oarang atau 8,33%. Bila didasarkan kenyataan bahwa tingkat
sosialisasi pra peraturan Bupati tentang Tunjangan Kinerja Daerah hanya sebagian kecil yang
menyatakan sudah, sementara pada tataran yang mendominasi sangat terlihat begitu besar,
dari nilai harapan maksimal 300 yang berarti bahwa sosialisasi dalam melaksanakan
kebijakan komunikasi masih kurang tercipta dengan lancar dan baik, lebih jelasnya dapat
STB KB CB B SB
motivasi pegawai untuk menjalankan misi lembaga bahwa, pegawai negeri harus
memberikan pelayanan terbaik. Salah satu kebijakan komunikasi dalam memberi pelayanan
yang positif adalah pimpinan Daerah menyediakan fasilitas dan jalur jalur pelayanan yang
memadai.
Tabel 2. Tanggapan responden tentang tingkat sosialisasi penerapan peraturan Bupati tentang
Persentase
No. Jawaban Responden Bobot Frekuwensi Skor Nilai Harapan
(%)
1. Sangat baik 5 24 120 252 300 40,00
60 243 100
Data ini menunjukkan bahwa dari 60 responden, 24 orang (40,00%) menyatakan sangat
baik, 19 orang (31,66) mengatakan baik dalam tingkat sosialisasi penerapan peraturan Bupati
tentang Tunjangan Kinerja Daerah, baik pada tingkat pimpinan, bidang maupun pada
tingkat staf atau bawahan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian sesar responden dalam
penerapan peraturan Bupati tersebut berjalan dengan baik dimana mencapai 43 orang
(71,66%). Sementara 28,32 % dari jumlah responden dalam penerapan peraturan Bupati
belum baik dalam pelaksanaannya. Dari hasil pengolahan data tersebut, menunjukkan bahwa
tanggapan responden mencapai nilai harapan 243 dari nilai harapan tertinggi sebesar 300.
Dapat dikemukakan bahwa pentingnya kebijakan strategis dalam kegiatan Tunjangan Kinerja
Daerah seperti menciptakan koordinasi dan komunikasi. Hal tersebut dapat membentu
tercapainya tujuan Tunjangan Kinerja daerah. Skor kegiatan sosialisasi merupakan kategori
STB KB CB B SB
Sekretariat daerah adalah salah satuh pusat pengintegrasian tanggung jawab dalam
pemerintahan, bagian adm.pertanahan, dan bagian sumber daya alam, (2) Adm.
hukum & per Undang-undang dan bagian umum & rumah tangga serta bagian
humas,protokol dan perjalanan. Semua itu perlu dibangun dan dikelolah atas landasan hukum
yang kuat dan didukung oleh semua elemen yang ada pada sekretarit daerah serta didukung
Kemampuan kualitas akan dapat melahirkan pegawai yang memiliki kinerja yang
profesional pada bidang tupoksi seperti kemampuan membangun komunikasi dan memiliki
Tabel 3. Tanggapan responden tentang dukungan jumlah SDM pada sekretariat Daerah
kabupaten Banggai.
5. Sesuai 1 - 1 60 107 -
Tidak Sesuai
Sangat tidak
Sesuai
60 246 100
Hasil data ini menunjukkan bahwa pelibatan bidang dalam pengambilan keputusan
Tabel di atas dapat dikemukakan dukungan jumlah pegawai dalam mendukung kebijakan
implementasi peraturan Bupati tentang Tunjangan kinerja daerah cukup memadai, dikatakan
cukup memadai karena Pegawai negeri sipil yang ada di sekretariat daerah 52 orang
(86,66%) sudah sesuai. Hal itu sejalan dengan hasil wawancara dengan (Musir A. Madja
tanggal 24 Mei 2009) beliau mengatakan bahwa : Sumber daya pegawai yang berada di
melaksanakan pekerjaan yang menghasilkan sesuatu dengan hasil yang mencapai standar
yang baik, dan potensi yang dimiliki dapat dikembangkan dengan hasil yang lebih baik lagi,
meskipun demikian kualitas pendidikan dan pelatihan pegawai masih perlu ditingkatkan
Berdasarkan olahan data tersebut maka sumber daya pegawai yang tersedia untuk
mendukung kinerja pada sekretariat daerah baik, sebagaimana gambar di bawah ini :
STB KB CB B SB
Jelas Skor yang didapat pada gambar di atas adalah nilai 246 dari skor 300 adalah sudah
merupakan kategori baik untuk mendukung kinerja pegawai pada sekretarit Daerah.Khusus
untuk sumber daya meskipun responden dominan menjawab baik, namun tingkat pendidikan
pegawai dari golongan III dan golongan IV atau pegawai yang berkualifikasi pendidikan S1
dan S2 masih jauh lebih besar dari pada pegawai yang golongan II atau berpendikan SLTA.
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat rata rata jumlah sumber daya manusia yang berada di
Tanggapan
No. Bobot Frekuensi Skor Nilai Harapan Persentase (%)
Responden
1. Sangat baik 5 21 105 252 300 35,00
orang (39,99%) menyatakan kualitasnya masih kuang baik,ini berarti masih perlu adanya
peningkatan pada sisi pendidikan maupun pelatihan jenjang karir kepangkatan sehingga bisa
melakukan sebuah perubahan dalam mewujudkan motivasi kerja pada pegawai khusunya
Nilai harapan sebesar 127 dari nilai harapan maksimal 300 yang berarti bahwa masih
dalam kategori cukup baik menyangkut dukungan kualitas sumber daya manusia
pada Sekretariat Daerah Kabupaten Banggai , lebih jelasnya dapat dilihat gambar di bawah
ini :
STB KB CB B SB
Unsur unsur yang dapat member motivasi kerja pegawai oleh pimpinan begitu
bervariasi dan beraneka ragam misalnya pujian, penghargaan, dan Promosi jabatan serta
insentif. Tetapi bentuk motivasi yang sangat efektif dan umum adalah insentif atau financial.
Hal ini sejalan dengan kebijakan Bupati Banggai yang memberikan Tunjangan kinerja daerah
kepada pegawainya yang jumlahnya sangat bervariasi berdasarkan Jabatan Eselon dan Non
Eselon serta tenaga Honorer. Untuk melihat tanggapan responden menyangkut pengaruh
tunjangan kinerja daerah terhadap motivasi kerja pegawai sehingga dapat bekerja secara
sesuai
1. 5 23 115 252 300 38,33
Sesuai
2. 4 20 80 209 251 33,33
Kurang
3. 3 11 33 156 203 18,33
Sesuai
4. 2 5 10 108 155 8,33
Tidak Sesuai
5. 1 1 1 60 107 1,66
Sangat tidak
Sesuai
60 239 100
Terlihat pada tabel ini bahwa dari 60 responden 23 orang (38,33%) menyatakan
kurang sesuai, 5 orang (8,33%) tidak sesuai dan 1 orang (1,66%) menjawab sangat
tidak sesuai.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah pegawai yang ada pada sekretariat
Daerah 43 orang (71,66%) sudah mengatakan sudah sesuai atau dengan kata lain bahwa
pegawai sebagian besar mendukung pemberian tunjangan kinerja daerah tersebut, sementara
17 orang (28,32%) menyatakan bahwa masih belum sesuai atau dengan kata lain masih ada
sebagian kecil pegawai yang tidak mendukung pemberian tunjangan kinerja daerah tersebut,
dengan alasan argumentasi bahwa TKD tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap
Dari informasi ini terlihat bahwa dukungan terhadap pemberian tunjangan kinerja
daerah belum seluruh pegawai menyetujuinya. Hal tersebut sebagaimana tercantum pada
STB KB CB B SB
Hal ini diperkuat dari perolehan nilai skor 239 dari nilai harapan maksimal 300 yang
berarti bahwa masih dalam kategori cukup baik menyangkut dukungan pegawai yang
berhubngan dengan pemberian tunjangan kinerja daerah pada sekretariat Daerah Kabupaten
Banggai.
3. Disposisi
Daerah Kabupaten Banggai, apalagi sebagai daerah yang mengarah pada pemekaran provinsi,
memang sangat membutuhkan pegawai yang memiliki sikap optimis untuk melaksankan pilar
pegawai akan mendorong untuk mengetahui bidang pekerjaan mana yang harus ditahu,
kemudian diaplikasikan secara maksimal sebagai kebijakan pimpinan yang perlu
diimplementasikan oleh semua sumber daya aparatur pada Sekretariat Daerah Kabupaten
Banggai sebagai suatu bentuk kesepakatan dan keinginan pembuat atau penentu kebijakan.
Sering terjadi antara keinginan pembuat kebijakan dengan pelaksanaan kebijakan tidak
sejalan atau tidak seiring dengan keinginannya , sehingga pembuat kebijakan sering
berhadapan dengan tugas tugas yang sulit seperti melakukan disposisi sesuai kenginan atau
menyesuaikan dengan situasi tertentu. Untuk dapat mengetahui dengan jelas tentang
bagaimana implementasi kebijakan pada dimensi disposisi dapat dilihat pada tabel berikut :
30,00% Baik dan 16 orang (26,66%) mengatakan kurang baik, 3 orang (10,00%) tidak
baikdan 2 orang atau 3,33 sangat tidak baik. Jadi dapat dikatakan bahwa ada 39 orang
( 65,00%) memberikan argumen sikap sumber daya aparatur dalam Implementasi kebijakan
peraturan Bupati tentang TKD berjalan dengan baik sehingga memberikan gambaran kinerja
pegawai dilaksanakan dengan baik pula, sedangkan 23 orang (39,66 %) menjawab masih
belum baik.
STB KB CB B SB
Gambar 6. sikap sumber daya aparatur dalam Implementasi kebijakan peraturan Bupati
tentang TKD.
Gambar tersebut dihubungakan dengan nilai harapan sebesar 225 dari nilai harapan
maksimal 300 yang berarti bahwa dalam kategori cukup baik atau sikap sumber daya
aparatur pegawai dalam Implementasi kebijakan masih perlu ditingkatkan hingga mencapai
pada kategori sangat baik. Pernyataan diatas sejalan dengan apa yang dikatan oleh ( Mustadir
Malia bulan April 2009) bahwa :Pegawai negeri sipil pada umumnya menyikapi secara positif
terhadap pemberian tunjangan kinerja daerah. Jadi tunjangan yang diberikan tersebut mampu
aktivitas keseharian.
tentang TKD.
Jawaban Nilai Prosentase
No. Bobot Frekuensi Skor
Responden Harapan (%)
Sangat baik
1. 5 19 95 252 300 31,66
Baik
2. 4 25 100 209 251 41,66
Kurang Baik
3. 3 10 30 156 203 16,66
Tidak Baik
4. 2 4 8 108 155 6,66
Sangat tidak
5. 1 2 3 60 107 3,33
baik
60 232 100
kuat untuk menerapkan kebijakan pimpinan yaitu peraturan Bupati sebagaimana yang
didisposisikannya. Data tentang keinginan pegawai tersebut dapat dilihat jawaban responden
yaitu 19 orang (31,66%) dan 25 orang (41,66%) memiliki keinginan baik untuk menerapkan
menerapkan kebijakan.
Bupati tentang Tunjangan Kinerja Daerah meskipun belum secara menyeluruh. Hal tersebut
STB KB CB B SB
dari nilai harapan maksimal 300. Dengan capaian skor tersebut dapat dikategotikan pegawai
mampu menerapkan peraturan Bupati tersebut. Peraturan Bupati yang didukung sebagian esar
jumlah pegawai tentu bukanlah sikap terpaksa dan ragu ragu, melainkan karena kebijakan
tersebut melalui proses dan prosedur yang demokratis sehingga memiliki legitimasi yang kuat
karena penetapan tersebut rapat khusus dengan pimpinan SKPD dan pimpinan DPRD
kabupaten Banggai, bahkan pelaksanaannya tetap dipantau atau diawasi oleh lembaga
4. Struktur Birokrasi
kegiatan, memerlukan dukungan Struktur birokrasi yang kuat yang tanggu dari intervensi
kelompok tertentu, kaitannya hal tersebut maka yang paling bertanggung jawab untuk
mengimplementasikan kebijakan adalah para pimpinan yang berada pada lingkup Sekretariat
pencapaian tujuan dari struktur dan birokrasi tersebut. Untuk mengetahui bagaimana
tanggapan responden tentang pelaksanaan kewenangan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Kurang
3. 3 15 45 156 203 25,00
sesuai
4. 2 3 6 108 155 5,00
Tidak sesuai
5. 1 1 1 60 107 1,66
Sangat tidak
sesuai
60 234 100
Dari tabel di atas diperoleh gambaran bahwa pelaksanaan kewenangan yang ada di
Tunjangan Kinerja Daerah sudah berjalan cukup baik sebagaimana jawaban responden yaitu
18 orang atau 30,00% menjawab sangat sesuai, 23 orang (38,33%) menjawab sesuai dan 19
tentang TKD pada sekretarit Daerah Kabupaten Banggaimeskipun belum secara menyeluruh.
STB KB CB B SB
dari nilai harapan maksimal 300. Dengan capaian skor tersebut dapat melaksanakan
Tabel 9. Tanggapan responden tentang pertanggung jawaban implisit dan eksplisit kebijakan
Berdasarkan tabel tersebut di atas dapat dikemukakan bahwa 24 orang (40%) menjawab
sangat baik, 19 orang (31,66%) menjawab baik dan 17 orang atau 28,32% menyatakan belum
berjalan dengan baik.Ini berarti sebagian besar pimpinan sudah melaksanakan akuntabilitas
dengan cukup baik terhadap kebijakan peraturan Bupati menyangkut Tunjangan Kinerja
Tersebut.
Pernyataan tersebut didukung oleh hasil wawancara dengan ( Fery Sujarman bulan april
2009) bahwa :
Kebijakan Peraturan Bupati yang mengatur tunjangan kinerja daerah secara hukum mampu di
pertanggung jawabkan, hal ini terlihat bahwa dalam penerapannya diberlakukan secara
menyeluruh, misalnya pimpinan maupun staf ketika terlambat, sakit tanpa pemberitahuan
surat dan tidak masuk kantor maka harus ada konsekuensi logis yang harus diterima, yakni
pemotongan tunjangan. Ini menunjukkan salah satu bentuk pertanggung jawaban yang nyata.
akuntanilitas baik secara eksplisit maupun implisit yang cukup baik mengenai Peraturan
Bupati tentang TKD pada sekretarit Daerah Kabupaten Banggai. Hal tersebut sebagaimana
STB KB CB B SB
Gambar 9. Pertanggung jawaban implisit dan eksplisit kebijakan peraturan Bupati tentang
TKD.
Dengan gambar di atas menunjukkan tanggapan responden berada pada nilai skor 236
dari nilai harapan maksimal 300. Dengan capaian skor tersebut dapat dikategorikan cukup
Koordinasi dalam suatu organisasi adalah menjadi bagian menjadi penting dalam
mengembangkan komunikasi baik internal maupun eksternal, karena dengan koordinasi yang
baik dengan semua unsure terkait, baik pimpinan, staf maupun yang lainnya dengan
lingkungan kerja terkait secara langsung dapat mendukung pruduktivitas yang mengarah pada
efektivitas dan efisiensi kerja sesuai tupoksi dan tujuan yang ingin dicapai. Untuk mengetahui
pelaksanaan koordinasi sebagai bentuk komunikasi interen yang harus selalu dibangun secara
berkesinambungan guna mencapai kekompakan kerja semaksimal mungkin dapat dilihat pada
Berdasarkan data tersebut di atas bahwa 11 orang (18,33%) menyatakan bahwa sangat
baik, sementara 2 orang ( (3,33%) menjawab baik, 6 orang (10,00%) menyatakan kurang
tunjangan kinerja Daerah belum berjalanan dengan efektif dimana hanya 13 orang (21,66%)
yang menyatakan sudah baik, sementara 47 orang (78,335) mengatakan belum berjalan
dengan baik. Hal tersebut diatas dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
STB KB CB B SB
Pernyataan di atas menunjukkan tanggapan responden berada pada nilai skor 157 dari
nilai harapan maksimal 300. Dengan capaian skor tersebut dapat dikategorikan bahwa
koordinasi pelaksanaan Peraturan Bupati berkaitan dengan pemberian TKD belum berjalan
baik, sementara 46 orang ( (76,66%) menjawab tidak baik, dan 10orang (16,66%)
Data tersebut menunjukkan bahwa motivasi kerja pegawai masih sangat rendah
sehingga belum berjalanan dengan efektif dimana hanya 56 orang (93,32%) yang
menyatakan tidak baik, sementara 4 orang (6,66%) mengatakan belum berjalan dengan baik.
STB KB CB B SB
Pernyataan di atas menunjukkan tanggapan responden berada pada nilai skor 114 dari
nilai harapan miniimal 107. Dengan capaian skor tersebut dapat dikategorikan bahwa
motivasi kerja pegawai tidak berjalan dengan baik, atau hasil kinerja pegawai masih sangat
rendah.
a. Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan sumber daya aparatur
pegawai yang dimiliki oleh Sekretariat Daerah dari sisi kemampuan pegawai beulm
menunjukkan suatu profesionalisme yang mengarah pada kualitas yang sangat baik, Dapat
dilihat tanggapan responden menyangkut jumlah dan kualitas pegawai yang berada
b. Sarana
Suatu kenyatan bahwa Sekretariat Daerah Kabupaten Banggai belum secara serentak
memiliki sarana dan prasarana secara memadai, jadi untuk memberikan sebuah pelayanan
maksimal masih jauh dari harapan yang ideal. Oleh karena itu kelemahan dan kekurangan
dana secara efesiensi. Hal ini sebagaimana terlihat pada penggunaan anggaran belanja
Seklretariat Daerah dibawah ini. Jika di bandingkan angka tersebut maka akan terlihat
bahwa anggaran Belanja tidak langsung sebesar Rp. 14.887. 840.406 lebih besar dari
anggaran belanja langsung sebesar Rp. 11. 380. 821 yaitu terjadi selisi senilai Rp.
3.547.459.585.
c. Disiplin
daerah. Hal ini menunjukkan betapa besarnya peran disiplin dari segi waktu, segi
pekerjaan dan segi penggunaan sumber dana yang ada. Jelas Disiplin merupakan kunci
kepekaan pertanggung jawaban yang begitu tinggi. Semua ini bisa berjalan dengan baik
apabila ada konsistensi dan komitmen serta di tunjang dengan sistem pengawasan yang
Absensi Kehadiran Pegawai pada setiap hari jam kerja. Mekanisme pemberian tunjangan
kinerja daerah melalui tahapan evaluasi absensi kehadiran pegawai. Apabila ada pegawai
yang yang terlambat dan tidak masuk kantor maka diberikan sanksi berupa pemotongan
tunjangan kinerja daerah. Dan potongan tersebut bervariasi, jika pegawai dating terlambat
dan tidak mengikuti apel pagi dikenakan potongan 2%, apabila pegawai cepat pulang dan
tidak mengikuti apel siang dan sore dikenakan potongan 2%, jika tidak mengikuti program
kedinasan.
d. Lingkungan
Tempat yang strategis untuk Lokasi perkantoran juga sangat mendukung untuk
sekretariat daerah kabupaten Banggai dari segi keamanan sangat kondusif, namun disisi
lain mempunyai kelemahan yakni keberadaan tempat tersebut yang jauh dari jangkauan
perkotaan sehingga berdampak pada proses pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya
masing - masing. Dampak yang terjadi seperti ketidak tepatan waktu bagi pegawai pada
Kesimpulan
1. Implementasi kebijakan Tunjangan Kinerja Daerah terhadap Motivasi kerja pegawai pada
Sekretariat Daerah Kabupaten Banggai belum optimal meskipun sudah diberikan stimulus
berupa berupa tunjangan kinerja Daerah. Hal ini terlihat dari penguasaan berkomunikasi
yang malalui tahapan sosialisasi, kompetensi sumber daya manusia, disposisi dan struktur
memberikan sebuah pelayanan masih begitu rendah sehingga upaya dalam mewujudkan
Meskipun pegawai sudah diberikan stimulus berupa tunjangan kinerja daerah namun
kenyataannya masih belum menunjukkan suatu produtivitas yang tinggi sehingga belum
mengakibatkan efektivitas pelayanan secara optimal, maka perlu disarankan hal-hal sebagai
berikut :
1. Dengan belum adanya Peraturan Daerah yang mengatur TKD sebagai salah satu landasan
dan dasar hukum yang lebih kuat untuk pelaksanaan Tunjangan Kinerja Daerah tersebut,
dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya setelah pemberian Tunjangan kinerja
Daerah tersebut, maka semestinya Pemerintah Daerah perlu meninjau kembali peraturan
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Sunggono, 1994. Hukum dan Kebijakan Publik, Sinar Grafika, Jakarta.
Dwiyanto, 1995, Penilaian Kinerja Organisasi Pelayanan Publik. Fisip UGM, Yokyakarta
Dunn Willian N, 2000, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Quarterly Press.
Bandung.
Gordon J.R, 1993, A Diagnostic Aproachn To Organizational Behavior, Allyn and Bacon,
Boston
Erlangga, Jakarta.
----------, 1998. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk bisnis yang kompetitip, PT.
Erlangga, Jakarta.
----------, 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial, Cetakan Kesembilan, Gadjah Mada
Husein Umar, 1999, Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, PT. Gramedia
-----------, 2004, Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik, Gava Media, Yogyakarta.
La Ode Husen, 2004, Negara Hukum, Demokrasi dan Pemisahan Kekuasan, Laboratorium
---------, Jilid II
Mudrajad Kuncoro, 2001. Metode Kuantitatif Teori dan Aplikasi untuk Bisnis dan