You are on page 1of 21

ANATOMI DAN FISIOLOGI KULIT

PENDAHULUAN
Kulit merupakan organ yang istimewa pada manusia. Berbeda dengan organ lain, kulit
yang terletak pada sisi terluar manusia ini memudahkan pengamatan, baik dalam kondisi
normal maupun sakit. Manusia secara sadar terus menerus mengamati organ ini, baik yang
dimiliki orang lain (misalnya ketika bertatapan mata) maupun diri sendiri (terkadang hingga
menjadi semacam obsesi).
Dari kulit, muncul berbagai aksesori yang terindera manusia; rambut (kasar dan
halus), kuku, dan kelenjar (sekretnya terurai oleh mikroorganisme dan keluarlah bau). Dalam
kondisi sehat, kullit beserta aksesorinya ini menunjang rasa percaya diri seseorang; dalam
keadaan sakit, mereka mungkin menjadi sumber keresahan.
Kulit adalah organ terbesar pada tubuh manusia, dengan berat sekitar 5 kg dan luas 2
m2 pada seseorang dengan berat badan 70 kg. Bila diamati lebih teliti, terdapat variasi kulit
sesuai dengan area tubuh. Kulit yang tidak berambut disebut kulit glabrosa, ditemukan pada
telapak tangan dan telapak kaki. Pada lokasi tersebut, kulit memiliki relief yang jelas di
permukaannya yang disebut dermatoglyphics.
Kulit glabrosa kira kira 10 kali lebih tebal dibandingkan dengan kulit yang paling
tipis, misalnya di daerah lipatan (fleksural). Secara histologik, kulit glabrosa kaya akan
kelenjar keringat tetapi miskin kelenjar sebasea. Kulit yang berambut selain memiliki banyak
folikel juga memiliki kelenjar sebasea. Kulit kepala memiliki folikel rambut yang besar dan
terletak dalam hingga ke lapisan lemak kulit (subkutis), sedangkan kulit dahi memiliki rambut
yang halus (velus) tetapi dengan kelenjar sebasea yang berukuran besar.
Selain keberadaan rambut, warna kulit merupakan aspek yang paling mudah dilihat
pada kulit manusia. Dikenal pembagian warna kulit menurut Fitzpatrick berdasarkan pada
kemampuan kulit untuk berpigmentasi (tanning) dan kemungkinan terbakar (sunburn) pasca
pajanan sinar ultraviolet. Terdapat pula variasi regional pigmentasi kulit berdasarkan lokasi
tubuh.

1
DESCRIPTION
TYPE I Always burns, never tans

TYPE II Usually burns, tans with difficulty

TYPE III Sometimes mild burns, tans gradually to light


brown
TYPE IV Rarely burns, tans easily to moderate brown

TYPE V Never burns, tans very easily, deeply pigmented

Kulit (dan adneksa) menjalankan berbagai tugas dalam memelihara kesehatan manusia
secara utuh yang meliputi fungsi, yaitu:
1) Perlindungan fisik (terhadap gaya mekanik, sinar ultraviolet, bahan kimia)
2) Fungsi absorpsi
3) Fungsi ekskresi
4) Fungsi persepsi
5) Fungsi pengaturan suhu tubuh
6) Fungsi Pembentukan vit. D
7) Fungsi pembentukan pigmen
8) Fungsi keratinisasi
Fungsifungsi tersebut lebih mudah dipahami dengan meninjau struktur mikroskopik
kulit yang terbagi menjadi 3 lapisan : epidermis, dermis dan subkutis.
Dalam menjalankan berbagai fungsi diatas, ketiga lepisan tersebut bertindak sebagai
satukesatuan yang saling terkait satu dengan yang lain. Sebagai contoh, perlindungan
imunologik terhadap infeksi dikerjakan bersama oleh keratinosit dan sel penyaji antigen di
epidermis yang berkomunikasi dengan limfosit yang beredar di sekitar pembuluh darah
dermis.

2
1. Epidermis
Lapisan epidermis adalah lapisan kulit dinamis, senantiasa beregenerasi, berespons
terhadap rangsangan di luar maupun dalam tubuh manusia. Tebalnya bervariasi antara 0,4-1,5
mm. Penyusun terbesar epidermis adalah keratinosit. Terselip di antara keratinosit adalah sel
langerhans dan melanosit, dan kadang kadang juga sel merkel dan limfosit.
Keratinosit tersusun dalam beberapa lapisan. Lapisan paling bawah disebut stratum
basalis, di atasnya berturut turut adalah stratum spinosum dan startum granulosum. Ketiga
lapisan epidermis ini dikenal sebagai stratum malpighi. Lapisan teratas adalah stratum
korneum yang tersusun oleh keratinosit yang telah mati (korneosit).
Susunan epidermis yang berlapis - lapis ini menggambarkan proses diferensiasi
(keratinisasi) yang dinamis, yang tidak lain berfungsi menyediakan sawar kulit pelindung
tubuh dari ancaman di permukaan.

3
a. Stratum basalis
Keratinosit stratum basalis berbentuk toraks, berjajar di atas lapisan struktural
yang disebut basal membrane zone (BMZ). Keratinosit basal berdiri kokoh di atas
BMZ karena protein struktural yang memaku membran sitoplasma keratinosit pada
BMZ yang disebut hemidesmosom.
Terdapat berbagai jenis hemidesmosom, yang penting di antaranya adalah
BPAg dan integrin. Gangguan pada struktur hemidesmosom akan menyebabkan kulit
tidak dapat menahan trauma mekanik. Pada penyakit pemfigoid bulosa misalnya,
reaksi autoimun yang menghancurkan BPAg akan menyebabkan timbulnya celah
subepidermal yang terletak antara keratinosit basal dan BMZ.
Terdapat 3 subpopulasi keratinosit di stratum basalis, yaitu:
1) Sel punca (stem cell)
2) Transient amplifying cell (TAC)
3) Sel pascamitosis (post-mitotic cell
Sel punca lambat membelah diri, biasanya aktif saat terjadi kerusakan luas
epidermis yang membutuhkan regenerasi cepat. TAC, sesuai dengan namanya, aktif
bermitosis dan merupakan subpopulasi terbesar stratum basalis. Sel sel ini tidak
lama tinggal di stratum basalis, setelah beberapa kali membelah diri (pascamitosis)
dan berkomitmen untuk berdiferensiasi, mereka berpindah ke lapisan di atas stratum
basalis (suprabasal).
Keratinosit memiliki struktur intrasitoplasma yang disebut keratin
intermediate filament (KIF). Terdapat berbagai macam jenis keratin dengan keasaman
dan berat molekul yang berbeda. Dua macam keratin akan berpasangan dan terpilih

4
dalam ikatan -heliks yang kokoh, dan berfungsi sebagai sitoskeleton (cyto-skeleton).
Sitoskeleton memberi kekuatan pada keratinosit untuk menahan gaya mekanik pada
kulit. Sitoplasma keratinosit banyak mengandung melanin, pigmen warna yang
tersimpan dalam melanosom. Melanosit mensintesis melanin dan mendistribusikannya
pada sekitar 36 keratinosit di stratum basalis

b. Stratum spinosum
Keratinosit stratum spinosum memiliki bentuk poligonal, berukuran lebih
besar daripada keratinosit stratum basale. Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat
struktur mirip taji (spina) pada permukaan keratinosit yang sebenarnya merupakan
penyambung antar keratinosit yang disebut desmosom. Desmosom terdiri dari
berbagai protein struktural, misalnya desmoglein dan desmokolin. Struktur ini
memberi kekuatan pada epidermis untuk menahan trauma fisis di permukaan kulit.
Pada beberapa penyakit autoimun, misalnya pemfigus, terjadi gangguan terhadap
pembentukan desmoglein sehingga keratinosit tidak lagi terhubung satu dengan yang
lain (akantolisis). Pada epidermis terbentuk celah yang berisi keratinosit yang terlepas
dari kesatuannya, yang disebut sel akantolitik.

c. Stratum granulosum
Keratinosit stratum granulosum mengandung keratohyaline granules (KG)
yang terlihat pada pemeriksaan mikroskopik biasa. KG mengandung profilagrin dan
loricrin yang penting dalam pembentukan cornified cell envelope (CCE). Secara
sederhana, keratinosit di stratum granulosum memulai program kematiannya sendiri
(apoptosis), sehingga kehilangan inti dan organel sel penunjang hidupnya. Profilagrin
akan dipecah menjadi filagrin yang akan bergabung dengan KIF menjadi
makrofilamen. Beberapa molekul filagin kelak akan dipecah menjadi molekul asam
urokanat yang memberikan kelembaban stratum korneum dan menyaring sinar
ultraviolet. Loricrin akan bergabung dengan protein protein struktural desmosom,
dan berikatan dengan membran plasma keratinosit. Proses proses tersebut
menghasilkan CCE yang akan menjadi bagian dari sawar kulit di stratum korneum.
Waktu yang diperlukan bagi keratinosit basal untuk mencapai stratum korneum
kira kira 14 hari, dan dapat lebih singkat pada keadaan hiperproliferasi misalnya
psoriasis dan dermatitis kronik.

d. Stratum korneum

5
CCE yang mulai dibentuk pada stratum korneum akan mengalami penataan
bersama dengan lipid yang dihasilkan oleh LG. Susunan kedua komponen sawar kulit
tersebut sering dikiaskan sebagai brick-and-mortar, CCE menjadi batu bata yang
diliputi oleh lipid sebagai semen di sekitarnya. Matriks lipid ekstraseluler ampuh
menahan kehilangan air dan juga mengatur permeabilitas, deskuamasi, aktivitas
peptida antimikroba, eksklusi toksin dan penyerapan kimia secara selektif. Korneosit
lebih berperan dalam memberi penguatan terhadap trauma mekanis, produksi sitokin
yang memulai proses peradangan serta perlindungan terhadap sinar ultraviolet. Waktu
yang diperlukan bagi korneosit untuk melepaskan diri (shedding) dari epidermis kira
kira 14 hari.

2. Dermis
Dermis merupakan jaringan di bawah epidermis yang juga memberi ketahanan pada
kulit, termoregulasi, perlindungan imunologik, dan ekskresi. Fungsi fungsi tersebut mampu
dilaksanakan dengan baik karena berbagai elemen yang berada pada dermis, yakni struktur
fibrosa dan filamentosa, ground subtance, dan selular yang terdiri atas endotel, fibroblas, sel
radang, kelenjar, folikel rambut dan saraf.

Serabut kolagen (collagen bundles) membentuk sebagian besar dermis, bersama


sama serabut elastik memberikan kulit kekuatan dan elastisitasnya. Keduanya tertanam dalam
matriks yang disebut ground subtance yang terbentuk dari proteoglikans (PG) dan
glikosaminoglikans (GAG). PG dan GAG dapat menyerap dan mempertahankan air dalam
jumlah besar sehingga berperan dalam pengaturan cairan dalam kulit dan mempertahankan
growth factors dalam jumlah besar.

6
Fibroblas, makrofag dan sel mast rutin ditemukan dalam dermis. Fibroblas adalah sel
yang memproduksi protein matriks jaringan ikat dan serabut kolagen serta elastik di dermis.
Makrofag merupakan salah satu elemen pertahanan imunologik pada kulit yang mampu
bertindak sebagai fagosit, sel penyaji antigen, maupun mikrobisidal dan tumorisidal.

3. Subkutis
Subkutis terdiri atas jaringan lemak mampu mempertahankan suhu tubuh, dan
merupakan cadangan energi, juga menyediakan bantalan yang meredam trauma melalui
permukaan kulit. Deposisi lemak menyebabkan efek kosmetis. Sel sel lemak terbagi bagi
dalam lobus, satu sama lain dipisahkan oleh septa.

ADNEKSA KULIT
Yang tergolong adneksa kulit adalah rambut, kelenjar ekrin dan apokrin, serta kuku.
Folikel rambut sering disebut sebagai unit pilosebasea karena terdiri atas bagian rambut dan
kelenjar sebasea yang bermuara ke bagian folikel rambut yang disebut ismus. Rambut yang
tebal dan berpigmen disebut rambut terminal, misalnya rambut kulit kepala dan janggut.
Rambut yang halus, panjangnya kurang dari 1 cm dan tidak berpigmen disebut velus, terdapat
pada sebagian besar permukaan kulit kecuali kulit glabrosa. Unit pilosebasea pada aksila dan
inguinal mengandung kelenjar apokrin, dan pada dada, punggung atas dan wajah memiliki
kelenjar sebasea yang besar. Rambut tumbuh mengikuti siklus 3 fase anagen (pertumbuhan),
katagen (involusi) dan telogen (istirahat).
Kelenjar ekrin berada pada epidermis dan dermis. Bagian di epidermis disebut
akrosiringium. Bagian sekretorik kelenjar ekrin terletak di dermis dalam, dekat perbatasan
dengan subkutis. Kelenjar ini tersebar di seluruh permukaan kulit kecuali di daerah ujung
penis, klitoris dan bibir. Kepadatan pada berbagai lokasi tubuh berbeda beda.

Fungsi utama kelenjar ekrin adalah :


1) Mengatur pelepasan panas
2) Ekskresi air dan elektrolit
3) Mempertahankan keasaman permukaan kulit sehingga mencegah kolonisasi
kuman patogen.

7
Kelenjar apokrin baru aktif saat pubertas; sekret yang dihasilkannya akan diurai oleh
kuman sehingga keluarlah bau. Fungsi kelenjar apokrin pada manusia tidak jelas tetapi
mungkin sekret kelenjar ini mengandung semacam feromon.

8
ANATOMI ALAT KELAMIN

ALAT KELAMIN LAKI LAKI

Uretra
Uretra adalah organ berbentuk pipa yang terdapat antara ostium uretra internum dan
ostium uretra eksternum. Panjangnya sekitar 20cm dan menyerupai huruf S terbalik,
horizontal, dari vesika urinaria ke simfisis pubis melengkung dengan cekungan menghadap
kebawah belakang. Pada uretra dapat dibedakan:
- Pars prostatika
- Pars membranasea
- Pars spongiosa

a. Uretra Pars Prostatika


Bagian ini terletak dalam glandula prostate, antara ostium uretra internum dan fasia
diafragma urogenitale superior, panjangnya sekitar 3cm dan merupakan bagian uretra terlebar
dengan daya dilatasi terbesar. Uretra dilapisi oleh epitel transisional. Pada dinding dorsal
dapat dilihat:
- Verumontanum: rigi memanjang di garis tengah
- Sinus prostatikus: muara saluran glandula prostate
- Kolikulus seminalis dan duktus eyakulatorius

b. Uretra Pars Membranasea


Merupakan bagian uretra terpendek, mulai dari ujung prostat sampai umbi zakar dan
juga dilapisi epitel transisional. Kecuali di ostium uretra eksternum, bagian ini merupakan

9
bagian uretra tersempit. Di sebelah dorso lateral, masing-masing sebelah kanan dan kiri,
terletak glandula bulbo uretralis cowper. Pars membranasea ini dilingkari otot lingkar M.
sfingter uretra eksternum.

c. Uretra Pars Spongiosa


Merupakan bagian uretra terpanjang, dari fasia diafragma urogenitale inferior sampai
ostium uretra ekternum. Dilapisi epitel torak, kecuali 12mm terakhir (fosa navikularis) yang
dilapisi epitel gepeng berlapis. Potongan melintangnya 0,5cm melebar di fosa navikularis,
kemudian menyempit kembali di orifisium uretra eksternum. Di dinding atas dan sisi terdapat
muara kelenjar-kelenjar uretra yang mengarah ke ventral.

Penis
Di dalam zakar (penis) terdapat badan pengembung (erektil), yaitu:
1. Korpus spongiosum penis yang meliputi uretra
2. Korpus kavernosum penis, di sebelah dorso lateral kanan dan kiri korpus spongiosum
penis

1. Korpus spongiosum penis


Badan erektil ini melebar di kedua ujungnya dengan membentuk bulbus penis di
akar penis dan di ujung bebasnya, yakni glans penis. Glans penis diliputi oleh preputium
yang disebelah ventral berhubungan dengan glans melalui preputium preputii. Di kedua
sisi frenulum ini bermuara saluran kelenjar sebasea, yaitu glandula Tyson yang membuat
smegma. Duktus parauretralis berupa pipa buntu yang teratur sejajar dengan bagian
terakhir uretra dan bermuara di sekitar orifisium uretre eksternum.

2. Korpus kavernosum penis


Kedua korpus kavernosum penis di akar penis berpencar masing masing
membentuk krus penis yang memperoleh fiksasi pada ramus inferior os pubis dan ramus
superior os iskii

Prostat
Berukuran 4x4 cm, terletak dibawah vesika urinaria, di atas diafragma urogenitale dan
meliputi bagian pertama uretra. Terdiri atas 2 lobus lateral dan 1 lobus medial, salurannya
dilapisi oleh epitel torak dan bermuara pada uretra pars prostatika

10
Vesikula seminalis
Kedua vesikula seminalis merupakan alat yang gepeng, lonjong, dan panjang kurang
lebih 5 cm. Struktur dalamnya berupa tabung berkelok kelok. Saluran kedua vesikula
seminalis masing masing bersatu dengan bagian akhir duktus deferens yang homolateral utuk
membentuk duktus ejakulatorius.

Duktus deferens
Merupakan pipa penghubung yang terentang antara kutub bawah epididimis dan alas
prostata di kedua sisi tubuh. Bagian pertama berjalan naik di belakang epididimis lalu ikut
membentuk funikulus seprmatikus. Bgaina terakhir nya melebar menjadi ampula duktus
deferentis, kemudian menyempit dan bersatu degan saluran vesikula seminalis menjadi duktus
ejakulatorius

Testis dan Epididimis


Kedua alat terbungkus dalam kantung skrotum. epididimis melekat pada permukaan
poterolateral buah zakar testis. Dari rete testis dilepaskan kurang lebih 20 pipa, yaitu duktus
eferentis yang membentuk kutub atas epididimis, lalu bersatu menjadi satu saluran yang
berliku liku dan membentuk kaput dan kauda epididimis.

ALAT KELAMIN PEREMPUAN


Alat kelamin perempuan dan laki-laki mempunyai asal yang sama, namun pada
perkembangan selanjutnya terjadi beberapa perbedaan.

11
Mons Veneris dan Kedua Labium Pudendi
Kedua bibir kemaluan besar (labium mayus pudenda) masing-masing berasal dari
benjolan genital kanan dan kiri yang pada laki-laki menghasilkan kantung buah zakar.
Persatuan kedua benjolan genital disebelah ventrokranial kemudian diubah menjadi bukit
kemaluan (mons pubis atau mons veneris) yang didalamnya terdapat jaringan lemak subkutis.
Kedua bibir kemaluan kecil (labium minus pudendi) ini di anterior bertemu membantuk kulup
kelentit (preputium) dan di posterior bersatu dalam komisura posterior (fourchette).

Klitoris (kelentit)
Merupakan homolog bagian dorsal penis dan betrayal dari tuberkulum genitale yang
tidak berkembang seperti halnya pada laki-laki. Alat ini berisi 2 badan pengembung yang
bersatu pada glans klitorides.

Vestibulum Pudendi (serambi kamaluan)


Merupakan ruangan yang dibatasi oleh kedua bibir kemaluan kecil (labia minora).
Pada ruangan ini bermuara orifisium uretra eksternum, saluran kelenjar bartholin (glandula
vestularis mayor) dan ostium vagina.

Hymen (selaput dara)


Merupakan lipatan mukosa yang membatasi ostium vagina pada gadis.

12
Urethra
Panjang uretra wanita hanya 3 cm. Epitelnya ialah epitel transisional di bagian
proximal dan epitel berlapis di bagian distal. Kelenjar skene terletak disebelah kanan dan kiri
lateral dari OUE dan bermuara di vestibulum vaginae atau OUE.

Vagina
Merupakan saluran penghubung antara vestibulum pudenda dan serviks uteri. Panjang
dinding depannya 9 cm dan dinding belakang 14 cm, epitelnya epitel gepeng berlapis yang
mengandung banyak glikogen.

Uterus (rahim)
Terdiri atas leher (serviks) dan badan (korpus uteri). Didalamnya terdapat sebuah
rongga berukuran 5x8 cm disebut rongga rahim (kavum uteri). Bagian atas korpus uteri
disebut fundus uteri dan disusut lateral fundus uteri bermuara saluran telur (tuba uterine) ke
dalam kavum uteri.

Tuba Uterine dan Ovarium


Tuba uterine terletak melintang disisi kanan dan kiri rahim masing-masing panjangnya
12 cm, terdiri atas pars uteri, ismus, ampula dan fimbrie. Tuba uterine dilapisai oleh epitel
torak berambut getar. Ovarium berbentuk ovale dan melekat pada permukaan belakang
ligamentumlatum uteri.

13
MORFOLOGI KULIT

Efloresensi kulit dapat berubah pada waktu berlangsungnya penyakit. Proses tersebut
dapat merupakan akibat biasa dalam perjalanan proses patologik. Kadang-kadang perubahan
ini dapat dipengaruhi keadaan luar, misalnya trauma garukan, dan pengobatan yang diberikan
sehingga perubahan tersebut tidak biasa lagi. Dalam hal ini gambaran klinis morfologi
penyakit menyimpang dari biasanya dan sulit dikenali. Demi kepentingan diagnosis penting
sekali untuk mencari kelainan yang pertama (efloresensi primer) yang biasanya khas untuk
penyakit tersebut.
Menurut Praken (1966) yang disebut efloresensi (ruam) primer adalah makula, papul,
plak, urtika, nodus, nodulus, vesikel, bula, pustule dan kista. Sedangkan efloresensi sekunder
adalah skuama, krusta, erosi, ulkus, dan sikatriks.
Untuk mempelajari macam-macam kelainan kulit lebih sistematis sebaiknya dibuat
pembagian menurut Siemens (1958) yang membaginya sebagai berikut :
- Setinggi permukaan kulit adalah makula.
- Bentuk peralihan, tidak terbatas pada permukaan kulit adalaheritema,
telangiektasis.
- Di atas permukaan kulit adalah urtika, vesikel, bula, kista, pustule, abses, papul,
nodus, tumor, vegetasi.
- Bentuk peralihan, tidak terbatas pada suatu lapisan saja adalahsikatriks (hipertrofi
dan hipotrofi), cekung, hipotrofi, anetoderma, erosi, ekskoriasi, ulkus, yang
melekat di atas kulit (deposit), skuama, krusta, sel-sel asing dan hasil
metaboliknya, kotoran.

Defenisi Berbagai Efloresensi Kulit/Kelainan Kulit dan Istilah-Istilah Yang


Berhubungan Dengan Kelainan Tersebut:
- Makula adalah kelainan kulit berbatas tegas berupa perubahan warna semata-mata.
Contoh adalah melanoderma, leukoderma, purpura, petekie, ekimosis.
- Eritema adalah kemerahan pada kulit yang disebabkan pelebaran pembuluh darah
kapiler yang reversible.
- Urtika adalah edema setempat yang timbul mendadak dan hilang perlahan-lahan.
- Vesikel adalah gelembung berisi cairan serum, beratap, berukuran kurang dari cm garis
tengah dan mempunyai dasar ; vesikel berisi darah disebut vesikel hemoragik.
- Pustule adalah vesikel yang berisi nanah, bila nanah mengendap di bagian bawah vesikel
disebut vesikel hipopion.

14
- Bula adalah vesikel yang berukuran lebih besar. Dikenal juga istilah bula hemoragik,
bula purulen, dan bula hipopion.
- Kista adalah ruangan berdinding berisi cairan, sel, maupun sisa sel. Kista terbentuk
bukan akibat peradangan, walaupun dapat meradang. Kista terbentuk dari kelenjar yang
melebar dan tertutup, saluran kelenjar, pembuluh darah, saluran getah bening, atau
lapisan epidermis. Isi kista terdiri atas serum, getah bening, keringat, sebum, sel-sel
epitel, lapisan tanduk, dan rambut.
- Abses adalah kumpulan nanah dalam jaringan, bila mengenai kulit berarti di dalam kutis
atau subkutis.
- Papul adalah penonjolan di atas permukaan kulit, sikumskrip,berukuran diameter lebih
kecil dari cm, berisikan zat padat. Warna papul dapat merah akibat peradangan, pucat,
hiperkrom, putih, atau seperti kulit di sekitarnya. Letak papul dapat epidermal atau kutan.
- Nodus adalah massa padat sirkumskrip, terletak di kutan atau subkutan, dapat menonjol,
jika diameternya lebih kecil dari 1 cm disebut nodulus.
- Plak adalah peninggian di atas permukaan kulit, permukaannya rata dan berisi zat padat
(biasanya infiltrat), diameternya 2 cm atau lebih. Contohnya papul yang melebar.
- Tumor adalah istilah umum untuk benjolan yang berdasarkan pertumbuhan sel maupun
jaringan.
- Infiltrate adalah tumor terdiri atas kumpulan sel radang.
- Vegetasi adalah pertumbuhan berupa penonjolan bulat atau runcing yang menjadi satu.
Vegetasi dapat dibawah permukaan kulit.
- Sikatriks adalah terdiri atas jaringan tak utuh, relief kulit tdk normal, permukaan kulit
licindan tidak terdapat adneksa kulit. Sikatriks dapat atrofik, kulit mencekung dan dapat
hipertrofik yang secara klinis terlihat menonjol karena kelebihan jaringan ikat. Bila
sikatriks hipertrofik menjadi patologik, pertumbuhan melampaui batas luka
disebut keloid (sikatriks yang pertumbuhan selnya mengikuti pertumbuhan tumor), dan
ada kecenderungan terus membesar.
- Anetoderma adalah bila kutis kehilangan elastisitas tanpa perubahan berarti pada pada
bagian kulit yang lain, dapat dilihat bagian-bagian yang bila ditekan dengan jari-jari
seakan-akan berlubang. Bagian yang jaringan elastiknya atrofi disebut anetoderma.
- Erosi adalah kelainan kulit yang disebabkan kehilangan jaringan yang tidak melampaui
stratum basal.
- Ekskoriasi adalah kelainan kulit yang disebabkan oleh hilangnya jaringan sampai
stratum papilare.
- Ulkus adalah hilangnya jaringan yang lebih dalam dari ekskoriasi.
- Skuama adalah lapisan stratum korneum yang terlepas dari kulit. Skuama dapat halus
sebagai taburan tepung, maupun lapisan tebal dan luas sebagai lembaran kertas. Dapat
dibedakan misalnya pitirasiformis (halus), psoriasiformis(berlapis-lapis), iktiosiformis

15
(seperti ikan), kutikular (tipis), lamellar (berlapis), membranosa (lembaran-lembaran),
dan keratotik (terdiri atas zat tanduk).
- Krusta adalah cairan badan yang mengering. Dapat bercampur dengan jaringan nekrotik.
Maupun benda asing (kotoran, obat dan sebagainya). Warnanya ada beberapa macam
adalah kuning muda berasal dari serum, kuning kehijauan berasal dari pus, dan kehitaman
berasal dari darah.
- Likenifikasi adalah penebalan kulit disertai relief kulit yang makin jelas.
- Guma adalahinfiltrak sirkumskrip, menahun, destruktif, biasanya melunak.\
- Eksentama adalah kelainan pada kulit yang timbul serentak dalam waktu singkat dan
tidak berlangsung lama, umumnya didahului oleh demam.
- Fagedenikum adalah proses yang menjurus ke dalam dan meluas.
- Terebrans adalah proses yang menjurus ke dalam.
- Monomof adalah kelainan pada kulit yang satu ketika terdii atas hanyan satu macam
ruam kulit.
- Polimorf adalah kelainan kulit yang sedang berkembang, terdiri atas bermacam-maca
eflolesensi.
- Telangiektasis adalah pelebaran kapiler yang menetap pada kulit.
- Roseola adalah eksantema yang lentikular berwarna merah tembaga pada sifilis dan
frambusia.
- Eksantema skariatiniformis adalah erupsi yang difus dapat generalisata atau lokalisata,
berbentuk eritema numular.
- Eksantema morbiliformis adalah erupsi yang berbentukk eritema yang lentikular.
- Galopans adalah proses yang sangat cepat meluas.
Berbagai istilah ukuran, susunan kelainan/bentuk serta penyebaran dan
lokalisasi dijelaskan sebagai berikut:
UKURAN
- Miliar: sebesar kepala jarum pentul
- Lentikular: sebesar biji jagung
- Nummular: sebesar uang logam 100 rupiah
- Plakat: lebih besar dari numular
SUSUNAN/KELAINAN BENTUK
- Liniar: seperti garis lurus
- Sirsinar/anular: seperti lingkaran
- Polisiklik: bentuk pinggiran yang sambung menyambung
- Arsinar: berbentuk bulan sabit
- Korimbiformis: susuan seperti induk ayam yang dikelilingi anak-anaknya
BENTUK LESI
- Teratur: misalnya bulat, lonjong, dsb
- Tidak teratur

PENYEBARAN DAN LOKALISASI

16
- Sirkumskrip: berbatas tegas
- Difus: tidak berbatas tegas
- Generalisata: tersebar pada sebagian besar bagian tubuh
- Regional: mengenai daerah tertent badan
- Universalis: seluruh atau hampir seluruh tubuh (90 100%)
- Solitary: hanya satu lesi
- Herpetiformis: vesikel bekelompok seperti pada herpes zooster
- Konfluens: dua atau lebih lesi yang menjadi satu
- Diskret: terpisah satu dengan yang lain
- Serpiginosa: proses yang menjalar ke satu jurusan diikuti oleh penyembuhan
pada bagian yang ditinggalkan
- Irisformis: eritema berbentuk bulat lonjong dengan vesikel wana yang lebih gelap
ditengahnya
- Simetrik: mengenai kedua belah badan yang sama
- Bilateral: mengenai kedua belah badan
- Unilateral: mengenai sebelah badan
LAMPIRAN MORFOLOGI KELAINAN KULIT

Makula

Papula

Urtika

Plaque
Nodul

17
Erosi

Vesikel

Ulkus

Pustula

Fisura

Krusta
Atropi

18
Sikatriks

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Adhi Djuanda, dkk. 2016. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7. FKUI :Jakarta

2. Boedirdja, Siti Aisah; Budi mulja, Unandar. 2015. Morfologi Kulit dan Cara Membuat
Diagnosis. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. FKUI: Jakarta.

3. Daili, Sjaiful Fahmi. 2015. Anatomi Alat Kelamin. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
FKUI: Jakarta.

4. Rihatmadja, Rahadi. 2015. Anatomi dan Faal Kulit. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
FKUI: Jakarta.

You might also like