Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
bayi di negara-negara maju lebih kecil. Hal ini disebabkan karena di negara-
negara majuterdapat kesadaran untuk melakukan pemeriksaan antenatal dan natal
secara rutin3
BAB II
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PENDERITA
Nama pasien : Ny.F.A Nama suami : Tn. M
Umur : 21 tahun Umur : 25 tahun
Pendidikan : SLTA Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Petani
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Melayu Suku : Melayu
Alamat : Desa pengalian Alamat :Desa pengalian
No. MR : 838291
2
ANAMNESIS
Pasien masuk Kamar Bersalin IGD RSUD AA Pekanbaru padatanggal
21Desember2013Pukul 15.20 WIB, rujukan dari RSUD Petala Bumi
dengan:G1P0A0H0, + eklamsi.
Keluhan Utama:
Pasien datang dengan kejang
f. Riwayat Haid:
Pertama menstruasi usia 12 tahun, siklus teratur 28 hari, selama 5-6 hari,
banyaknya 2-3 kali ganti pembalut/hari dan tidak ada nyeri haid.
g. Riwayat Perkawinan:
1 kali menikah, menikah saat usia ibu 20tahun
i. Riwayat KB :
Tidak ada
3
j. Riwayat Sosial Ekonomi
Suami bekerja sebagai buruh tani di perkebunan sawit, ibu sebagai ibu rumah
tangga, hasil kerja suami cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari dan
sekolah anak.
PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Tampak sakit berat
b. Kesadaran
Apatis
d. Status Generalis
Kepala
Mata: Palpebra tidak edema, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher
Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening
Thoraks
Paru :vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Jantung : dalam batas normal
Abdomen : Status Obstetrikus
Genitalia : Status Obstetrikus
Ekstremitas : edema pada kedua tungkai, CRT < 2 detik,akral hangat.
Reflek patella: tidak ada data
e. Status Obstretikus
Muka : Kloasma gravidarum (-)
Mammae : Hiperpigmentasi areola mammae, mammae membesar dan
menegang, papilla mammae menonjol.
Abdomen
Inspeksi :Perut tampak membesar sesuai dengan usia kehamilan,
striae gravidarum (+), hiperpigmentasi linea mediana (+),
skar (-)
Palpasi :
L I:teraba massa bulat, lunak, tidak melenting, 2 jari dari
pusat
4
L II: tahanan terbesar teraba di perut kiri ibu
L III:teraba massa bulat, keras, melenting
L IV: Belum masuk PAP
TFU : 24 cm
His : (-)
Auskultasi : DJJ : 156 x/ menit
TBJ : 1705 gr
VT : tidak dilakukan
TERAPI / SIKAP
Observasi KU, TTV, His, DJJ/30 menit
Rawat ICU
Rencana terminasi perrabdominam, dalam 6 jam akan dilakukan stabilisasi
umum setelah itu dilakukan SC
Pemberian regimen MgSO4 40% 4 gram dosis loading kemudian diberikan 6
gram dosis maintenance dengan dosis 2g/jam.
Lapor konsulen jaga kemudian di acc rencana diatas
Diagnosis Pre Operasi:
G1P0A0H0 gr 26 minggu + belum inpartu + eklamsi gravidarum
Janin Hidup Tunggal Intrauterin + Peresentasi Kepala
5
Diagnosis Post Operasi:
P1A0H0 post SC atas indikasi eklamsi
LAPORAN OPERASI
21 Desember 2013 (21.55 WIB)
- Pasien tidur telentang dengan spinal anastesi dilakukan SCTPP
- Lahir bayi perempuan BBL: 770 gram PB: 30 cm AS:2/4
- Perdarahan lebih kurang 400 cc
Intruksi Post Op
1. Rawat ICU
2. Regimen SM
3. Ceftriakson 2x1 gr
4. Tirah baring 24 jam
6
Natrium Diklofenat 3x 25 mg
S Nyeri luka operasi
KU: baik Kes: CM
TTV : TD: 125/100 mmHg, Nadi: 92 x/ menit, Nafas: 22
x/menit, Suhu: 36.5OC
Status generalis: DBN
O
Status obstetris:
-TFU 2 jari dibawah pusat
-Kontraksi baik
-perdarahan aktif tidak ada
A P1A0H0, Post SC TPP a/i eklamsia nifas hari ke-3
P
Selasa 23/12/13
Pasien Pulang
14.00 WIB
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. Eklamsia
Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti halilintar,
karena seolah-olah gejala timbul secara tiba-tiba tanpa didahului oleh tanda-tanda
lain. Eklampsia biasanya timbul pada wanita hamil atau dalam masa nifas dengan
tanda-tanda preeklampsia.3 Eklamsi merupakan kasus akut pada penderita
7
preeklamsia, yang disetrai dengan kejang menyeluruh dan koma. Sama halnya
dengan preeklamsi, eklamsia dapat timbul pada ante, intra dan postpartum.3
2. Frekuensi
Frekuensinya bervariasi antara satu negara dengan negara yang lain.
Frekuensi rendah umumnya merupakan petunjuk tentang adanya pengawasan
antenatal yang baik, penyediaan tempat tidur antenatal yang cukup dan
penanganan preeklampsia yang sempurna.3
Di negara-negara berkembang frekuensi dilaporkan berkisar 0,3 0,7 %,
sedangkan di negara-negara maju berkisar 0,05 0,1 %.3
3.
Klasifikasi
Eklampsia di bagi menjadi:
1. Eklampsia antepartum ialah eklampsia yang terjadi sebelum persalinan atau
(ini paling sering terjadi), kejadiannya 150 % sampai 60 %.
2. Eklampsia intrapartum ialah eklampsia saat persalinan. Kejadian sekitar 30
% sampai 35 %. Batas dengan eklampsia gravidarum sukar ditentukan
terutama saatmulai inpartu.
3. Eklampsia postpartum kejadiannya jarang . serangan kejang atau komaterjadi
setelah persalinan berakhir.
4. Etiologi eklampsia
Penyebab eklampsia sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti,
sehingga penyakit ini disebut dengan The Diseases of Theories. Beberapa faktor
yang berkaitan dengan terjadinya eklampsia adalah:6
a. Faktor Trofoblast
Semakin banyak jumlah trofoblast semakin besar kemungkina terjadinya
eklampsi.Ini terlihat pada kehamilan Gemeli dan Molahidatidosa.Teori ini
didukung pula dengan adanya kenyataan bahwa keadaan preeklampsia
membaik setelah plasenta lahir.
b. Faktor Imunologik
eklampsi sering terjadi pada kehamilan pertama dan jarang timbul lagi pada
kehamilan berikutnya. Fierlie FM mendapatkan beberapa data yang
mendukung adanya sistem imun pada penderita Preeklampsia-Eklampsia :
8
a) Beberapa wanita dengan Preeklampsia-Eklampsia mempunyai komplek
imun dalam serum.
b) Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen
pada Preeklampsia-Eklampsia diikuti dengan proteinuri.
c. Faktor Hormonal
Penurunan hormon Progesteron menyebabkan penurunan Aldosteron
antagonis, sehingga menimbulkan kenaikan relative Aldoteron yang
menyebabkan retensi air dan natrium, sehingga terjadi Hipertensi dan Edema.
d. Faktor Genetik
Menurut Chesley dan Cooper (1986) bahwa Preeklampsia / eklampsia bersifat
diturunkan melalui gen resesif tunggal.2 Beberapa bukti yang menunjukkan
peran faktor genetic pada kejadian Preeklampsia-Eklampsia antara lain :
a) Preeklampsia hanya terjadi pada manusia.
b) Terdapatnya kecendrungan meningkatnya frekwensi Preeklampsia-
Eklampsia pada anak-anak dari ibu yang menderita Preeklampsia-
Eklampsia.
c) Kecendrungan meningkatnya frekwensi Preeklampsia-Eklampsia
pada anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat Preeklampsia-Eklampsia.
e. Faktor Gizi
Menurut Chesley (1978) bahwa faktor nutrisi yang kurang mengandung asam
lemak essensial terutama asam Arachidonat sebagai precursor sintesis
Prostaglandin yang memicu terjadinya preeklampsia.
9
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan
patologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh
vasospasme dan iskemia. Wanita dengan hipertensi pada kehamilan dapat
mengalami peningkatan respon terhadap berbagai substansi endogen (seperti
prostaglandin, tromboxan) yang dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi
platelet. Penumpukan trombus dan pendarahan dapat mempengaruhi sistem saraf
pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan defisit saraf lokal dan kejang.
Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus dan
proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri
epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap kardiovaskuler
meliputi penurunan volume intavaskular, meningkatnya cardiac output dan
peningkatan tahanan pembuluh perifer.2
Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan
trombositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan
janin terhambat bahkan kematian janin dalam rahim.2
Perubahan pada organ-organ :4
1) Perubahan kardiovaskuler.
Gangguan fungsi kardiovaskuler yang parah sering terjadi pada preeklampsia
dan eklamsia. Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan
peningkatan afterload jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara
nyata dipengaruhi oleh berkurangnyasecara patologis hipervolemia kehamilan
atau yang secara iatrogenik ditingkatkan oleh larutanonkotik atau kristaloid
intravena, dan aktivasi endotel disertai ekstravasasi ke dalam
ruangektravaskular terutama paru.
2) Metabolisme air dan elektrolit
Hemokonsentrasi yang menyerupai preeklampsia dan eklamsia tidak diketahui
penyebabnya. Jumlah air dan natrium dalam tubuh lebih banyak pada
penderita preeklampsia dan eklamsia daripada pada wanita hamil biasa atau
penderita dengan hipertensi kronik. Penderita preeklampsia tidak dapat
mengeluarkan dengan sempurna air dan garam yang diberikan. Hal ini
disebabkan oleh filtrasi glomerulus menurun, sedangkan penyerapan kembali
tubulus tidak berubah. Elektrolit, kristaloid, dan protein tidak menunjukkan
10
perubahan yang nyata pada preeklampsia. Konsentrasi kalium, natrium, dan
klorida dalam serum biasanya dalam batas normal.
3) Mata
Dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Selain itu
dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan oleh edema intra-okuler dan
merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala
lain yang menunjukan tanda preklamsia berat yang mengarah pada eklamsia
adalah adanya skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini disebabkan oleh
adanya perubahan preedaran darah dalam pusat penglihatan dikorteks serebri
atau didalam retina.
4) Otak
Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada
korteks serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan perdarahan.
5) Uterus
Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada plasenta,
sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen
terjadi gawat janin. Pada preeklampsia dan eklamsia sering terjadi
peningkatan tonus rahim dan kepekaan terhadap rangsangan, sehingga terjadi
partus prematur.
6) Paru-paru
Kematian ibu pada preeklampsia dan eklamsia biasanya disebabkan oleh
edema paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena
terjadinya aspirasi pneumonia, atau abses paru.
6. Diagnosis eklampsia
Diagnosis eklampsia umumnya tidak sukar. Dengan adanya tanda dan
gejala preeklampsia yaitu 2 dari trias tanda utama (hipertensi, edema, proteinuria)
yang disusul oleh serangan kejang seperti yang telah diuraikan, maka diagnosis
eklampsia sudah tidak diragukan.4
11
Umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya preeklampsia dan
terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan,
mual keras, nyeri di epigastrium atau nyeri abdomen kuadran kanan atas dan
hiperefleksia pada patella.1
Konvulsi pada eklampsia dibagi dalam 4 tingkat, yaitu :
1. Tingkat awal atau aura yang berlangsung 30 detik.
Biasanya berawal di sekitar bibir dalam bentuk kedutan pada otot-otot
muka.1 Mata penderita terbuka tanpa melihat, kelopak mata dan tangan bergetar
dan kepala diputar ke kanan atau ke kiri.2
2. Tingkat kejangan tonik yang berlangsung 30 detik.
Seluruh otot menjadi kaku, wajah kelihatan kaku, tangan menggenggam
dan kaki membengkok ke dalam. Pernapasan berhenti, muka mulai menjadi
sianotik, lidah dapat tergigit.
3. Tingkat kejangan klonik yang berlangsung 1 2 menit.
Spasme tonik menghilang. Semua otot berkontraksi dan berulang-ulang
dalam tempo yang cepat. Mulut membuka dan menutup dan lidah dapat tegigit
lagi. Bola mata menonjol. Dari mulut ke luar ludah yang berbus, muka
menunjukkan kongesti dan sianosis. Penderita menjadi tidak sadar. Kejangan
klonik ini dapat demikian hebatnya sehingga penderita dapat terjatuh dari tempat
tidurnya. Akhirnya, kejangan terhenti dan penderita menarik napas secara
mendengkur.4
4. Tingkat koma.
Lama kesadaran tidak selalu sama. Secara perlahan-lahan penderita
menjadi sadar lagi, akan tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum itu timbul
serangan baru dan yang berulang sehingga ia tetap dalam keadaan koma.Selama
serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat dan suhu meningkat sampai 400 C.1
Sepanjang serangan kejang, diafragma tidak bergerakdan pernapasan
terhenti. Selama beberapa detik tampak seolah-olah akan meninggal karena
penghentian napas, tetapi pada saat keadaan yang membawa kematian ini terlihat
tidak akan terhindarkan, pasien ini mulai menghirup napas panjang dan dalam
serta berbunyi mengorok lalu pernapasan pulih kembali. Koma kemudian
menyusul. Koma setelah kejang menunjukkan lama yang bervariasi. Jika kejang
tidak sering, pasien akan terlihat sedikit sadar di antara saat-saat kejang. Pada
kasus yang berat, koma akan terus menetap dan kematian dapat terjadi sebelum
pasien sadar.4
12
7. Penatalaksanaan eklampsia
Tujuan utama pengobatan eklampsia adalah menghentikan berulangnya
serangan kejang dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman
setelah keadaan ibu mengizinkan.1
Dasar-dasar pengelolaan eklamsi8
g. Melahirkan janin pada saat yang tepat dengan cara persalinan yang tepat
1. Pric Intermitent
hard,
1955 intramuscular
1957
injection
13
Preeklamsi
10 g IM 5g 50% 24 jam
tiap 4-6 pasca
jam persalinan
Bergantian
Eklamsi salah satu
bokong
1)
4g 20% IV;
1g/menit
2) 5g 50%
10g 50% IM: tiap 4-6
Kuadran atas jam
sisi luar kedua
bokong Bergantian
salah satu
- 5g IM bokong bokong
kanan
(10 g
- 5g IM bokong MgSO4 IM
kiri dalam
3) 2-3 jam
Ditambah 1.0 dicapai
mllidocaine kadar
plasma
3, 5-6
mEq/l
4)
Jika konvulsi tetap
terjadi
Setelah 15
menit, beri :
2g
20% IV : 1
g/menit
Obese : 4g iv
Pakailah jarum
3-inci, 20
14
gauge
2. Zusp Continous
an,
1966 Intravenous
Injection
Preeklamsi
berat Tidak ada 1 g/jam IV
2) Ukur
kadar Mg
setiap 4-6
jam
3) Tetesan
infus
disesuaika
n untuk
mencapai
maintain
dose 4-6
mEq/l
(4,8-9,6
mg/dL)
15
4. Mag Sama dengan 1) 4g 50% 1)
pie Pritchard dilarutkan dalam 1g/jam/IV
Trial normal dalam 24
regimen jam
Colaborativ Saline IV / 10-15
e menit atau
Group, 2002 2) 10 g 50% IM: 2) 5g IM/4
jam dalam
- 5g IM bokong 24 jam
kanan
- 5g IM bokong
kiri
Antidotum
Bila timbul gejala dan tanda intoksikasi MgSO4. 7H2O , maka diberikan
injeksi Kalsium Glukonat 10% dalam 10 cc dalam 3 menit
16
f. Anti hipertensi
Diberikan : bila tensi 180/110 atau MAP 126
17
1). Pemberian obat anti kejang terakhir
1. Prognosis
Kriteria Eden adalah kriteria untuk menentukan prognosis eklampsia.
Kriteria Eden antara lain:7
a. Koma yang lama (prolonged coma)
b. Nadi diatas 120
c. Suhu 39,4C atau lebih
d. Tekanan darah di atas 200 mmHg
e. Konvulsi lebih dari 10 kali
f. Proteinuria 10 g atau lebih
g. Tidak ada edema, edema menghilang
Bila tidak ada atau hanya satu kriteria di atas, eklampsia masuk ke
kelas ringan; bila dijumpai 2 atau lebih masuk ke kelas berat dan prognosis
akan lebih buruk.7
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Apakah sistem rujukan yang dilakukan pada pasien ini sudah tepat?
Jawaban: Tidak Tepat
18
Berdasarkan pedoman sistem rujukan, pasien merupakan kelompok faktor
resiko III ada gawat darurat obstetrik (AGDO), pada pasien ini dengan eklampsi.
Ibu dengan AGDO dalam kondisi yang langsung dapat mengancam nyawa ibu
atau janin, harus segera dirujuk tepat waktu (RTW), ke rumah sakit dalam upaya
menyelamatkan ibu atau bayi baru lahir. Pada pasien ini dalam sistem rujukan dari
RSUD PB seharusnya dirujuk dengan terapi regimen MgSO4 sesuai teori terlebih
dahulu. Namun RSUD PB tidak melakukan hal tersebut.2
RSUD PB sebagai rumah sakit kota mempunyai fasilitas tenaga dokter
spesialis obstetri dan ginekologi dan fasilitas ruang operasi, tetapi pada pasien ini
dirujuk dengan alasan ruang operasi sedang rusak sehingga pasien ini di rujuk ke
rumah sakit umum daerah tingkat provinsi. Seharusnya sebagai Rumah sakit yang
memiliki standar PONEK yaitu Rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan
kedaruratan maternal dan neonatal secara komprehensif dan terintegrasi 24 jam
memiliki fasilitas ini.11
Kekurangan pada sistem rujukan pada pasien ini adalah kurangnya
kerjasama lintas program antara rumah sakit yang merujuk dengan rumah sakit
rujukan sehingga pelimpahan tugas dan tanggung jawab secara timbal balik atas
kasus yang ditangani menjadi kurang baik.
19
a. Obat anti kejang, berupa MgSO4
b. Pemberian antihipertensi, diberikan bila tensi 180/110 mmHg atau
MAP 126 mmHg.
Sikap pengelolaan obstetrik pada eklampsia dalam literatur juga tindakan
aktif berupa terminasi kehamilan tanpa memandang usia kehamilan dan keadaan
janin2.
20
Pada saat tiba di VK IGD RSUD AA, berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang pada pasien ini dilakukan tindakan yang
dilakukan antara lain: Pemberian regimen SM dengan loading dan maintenance
dose karena magnesium sulfat merupakan obat pilihan untuk mencegah dan
mengatasi kejang pada eklampsia. Namun tidak disertai dengan pemberian
Nifedipine3x10mg yang merupakan antihipertensi lini pertama pada kasus
eklamsia, sedangkan tekanan darah pada pasien ini adalah 180/100mmHg.
Sehingga tindakan yang dilakukan di VK IGD kurang tepat.Pada pasien ini tidak
terdapat catatan 6 jam setelah obeservasi apakah pasien telah stabil atau belum.
Dan tidak adanya catatan tentang observasi selama 6 jam sebelum operasi.
Berdasarkan literatur sikap pengelolaan obstetrik pada eklampsia adalah
berupa tindakan aktif berupa terminasi kehamilan tanpa memandang usia
kehamilan. Tindakan yang dilakukan di VK IGD tepat, setelah mengetahui adanya
eklampsia maka pasien ini segera dikonsulkan untuk melakukan terminasi
kehamilan mengingat resiko tinggi pada pasien sambil melakukan stabilisasi
kondisi pasien.Pada pasien ini diagnosis post operasinya adalah P1A0H0 Post SC
atas indikasi eklamsi, seharusnya diagnosis pada pasien ini adalahP1A0H0 Post
histerotomi atas indikasi eklamsi. Setelah operasi lahir bayi perempuan dengan
BB 770 gram, 30 cm AS 2/4 dan ketuban jernih.
21
tergolong buruk.12 Pada pasien ini sulit ditentukan prognosisnya karena beberapa
informasi masih tidak lengkap. Penjelasan mengenai ada atau tidaknya koma ydan
lamanya koma tidak ada tercantum dalam anamnesis ataupun follow up.
Seharusnya tingkat kesadaran pasien dinilai dengan Glasgow coma scale. Selain
itu, hasil proteinuria yang dicantumkan tidak dijelaskan apakah pemeriksaan
proteinuria dalam 24 jam atau tidak.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
1. Kurangnya kerjasama lintas program antara rumah sakit yang merujuk
dengan rumah sakit rujukan
2. RS PB sebagai RS PONEK tidak mampu melayani pasien emergensi
3. Diagnosis yang tepat pada pasien ini: G1P0A0H0 Gravis 26 minggu, Belum
inpartu, Eklamsi, Janin Hidup Tunggal Intra Uterin, Presentasi Kepala.
4. Prognosis pada pasien ini dubia sesuai dengan indikasi prognosis dalam
kriteria eden.
2. Saran
1. Perlu adanya pelimpahan tugas dan tanggung jawab secara timbal balik atas
kasus yang di tangani
2. Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lebih
baik mulai di fasilitas kesehatan primer sehingga rencana terapi pada pasien
lebih cepat dan tepat.
22
3. Perlu ditingkatkan lagi pemeriksaan antenatal care mengingat pentingnya
melakukan deteksi dan pencegahan adanya gangguan kehamilan sejak dini.
DAFTAR PUSTAKA
23
6. Sunaryo R., 2008. Diagnosis dan Penatalaksanaan Preeklampsia-
Eklampsia, in : Holistic and Comprehensive Management Eclampsia.
Surakarta : FK UNS, pp 14
7. Rachma N., 2008. Eklampsia : Preventif dan Rehabilitasi Medik Pre dan
post Partum, in Holistic and Comprehensive Management Eclampsia.
Surakarta : FK UNS, pp. 99
24