Professional Documents
Culture Documents
Identitas
Umur : 8 tahun
Pekerjaan : Siswa SD
Anamnesis
Januari 2017.
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
menurun.
1
nyeri menelan, terus menerus tidak disertai keringat banyak dan menggigil,
demam membaik jika diberi obat penurun panas. Rasa mengganjal
ditenggorokan dan nyeri menelan membuat nafsu makan pasien menurun.
Keluhan seperti ini timbul sejak pasien berusia 4 tahun. Menurut
keterangan dari ayahnya, dalam 1 tahun pasien mengeluh <6 kali. Keluhan
seperti nafas berbau, mendengkur jika tidur, sering terbangun pada malam
hari karena susah bernafas, sakit kepala, nyeri pada telinga, tenggorokan
kering di sangkal.
Menurut ayah pasien, pasien sering berobat ke dokter karena keluhan
nyeri saat menelan tersebut, keluhan menghilang namun timbul lagi. Pada
usia 4 tahun pasien sempat di anjurkan untuk operasi amandel tetapi orang
tua menolak dilakukannya operasi, orang tua takut karena umur pasien
yang masih kecil. Karena, keluhan pasien yang tidak kunjung sembuh
tersebut akhirnya orang tua pasien memutuskan membawa pasien ke poli
THT RSAM untuk di lakukan pengobatan selanjutnya.
Pasien pernah dinyatakan sakit amandel oleh dokter pada usia 4 tahun.
Riwayat Alergi
Riwayat Pengobatan
2
Pemeriksaan Fisik
Status Present
Nadi : 96 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,50C
Berat badan : 28 kg
Status Generalis
injeksi konjungtiva
Abdomen : Hepar dan lien tidak teraba, bising usus (+) normal
Status Lokalis
Telinga
3
(-) (-)
Kesan :
Hidung
KANAN HIDUNG LUAR KIRI
4
Warna sama dengan Kulit Warna sama dengan
sekitarnya sekitarnya
Rhinoskopi Anterior
Kanan Kiri
Tidak ada deviasi septum Septum nasi Tidak ada deviasi septum
nasi
nasi
Cavum Oris
5
Gingiva Ulkus (-), edema (-)
Faring
Uvula Ditengah
Tonsil
Pembesaran T2-T3
Kripta melebar
Pemeriksaan Laring
6
Pemeriksaan Nervi Kranialis
Resume
hari (-), nafas berbau (-). Riwayat nyeri menelan sejak umur 4 tahun,
pembesaran tonsil sebesar T2-T3, kripta melebar, hiperemis (-), tidak ada
Pemerikaan Anjuran
Darah rutin
Diagnosa Kerja
Tonsilitis kronik
Penatalaksanaan
7
- Nonmedikamentosa
Edukasi
- Medikamentosa
-Operatif
Prognosa
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tonsil
Tonsil merupakan suatu akumulasi dari limfonoduli permanen yang
letaknya di bawah epitel yang telah terorganisir sebagai suatu organ.(7) Pada
tonsil terdapat epitel permukaan yang ditunjang oleh jaringan ikat retikuler
dan kapsel jaringan ikat serta kriptus di dalamnya.(7,8)
Berdasarkan lokasinya, tonsil dibagi menjadi :(7)
1. Tonsilla lingualis, terletak pada radix linguae.
2. Tonsilla palatina (tonsil), terletak pada isthmus faucium antara arcus
glossopalatinus dsan arcus glossopharingicus.
3. Tonsilla pharingica (adenoid), terletak pada dinding dorsal dari
nasofaring.
4. Tonsillatubaria, terletakpadabagian lateral nasofaring di sekitar
ostium tuba auditiva.
5. Plaques dari Peyer (tonsil perut), terletak pada ileum.
9
Dari kelima macam tonsil tersebut, tonsilla lingualis, tonsilla palatina,
tonsilla pharingica dan tonsilla tubaria membentuk cincin jaringan limfe pada
pintu masuk saluran nafas dan saluran pencernaan. Cincin ini dikenal dengan
nama cincin Waldeyer. (2,7,8) Kumpulan jaringan ini melindungi anak terhadap
infeksi melalui udara dan makanan. Jaringan limfe pada cincin Waldeyer
menjadi hipertrofi fisiologis pada masa kanak-kanak, adenoid pada umur 3
tahun dan tonsil pada usia 5 tahun, dan kemudian menjadi atrofi pada masa
pubertas.(2,9)
Jaringan limfoid pada Cincin Waldeyer berperan penting pada awal
kehidupan, yaitu sebagai daya pertahanan lokal yang setiap saat berhubungan
dengan agen dari luar (makan, minum, bernafas), dan sebagai surveilen imun.
Fungsi ini didukung secara anatomis dimana di daerah faring terjadi tikungan
jalannya material yang melewatinya disamping itu bentuknya tidak datar,
sehingga terjadi turbulensi khususnya udara pernafasan. Dengan demikian
kesempatan kontak berbagai agen yang ikut dalam proses fisiologis tersebut
pada permukaan penyusun cincin Waldeyer itu semakin besar.(3)
10
Gambar Penampang Kavum Oris
2.1.3 Vaskularisasi
Arteri terutama masuk melalui polus caudalis, tapi juga bisa melalui
polus cranialis. Melalui polus caudalis : rr. tonsillaris a. dorsalis
11
linguae, a. palatina ascendens dan a. facialis. Melalui polus cranialis :
rr. tonsillaris a. pharyngica ascendens dan a. palatina minor. Semua
cabang-cabang tersebut merupakan cabang dari a. carotis eksterna.
Darah venous dari tonsil terutama dibawa oleh r. tonsillaris v.
lingualis dan di sekitar kapsula tonsillaris membentuk pleksus venosus
yang mempunyai hubungan dengan pleksus pharyngealis. Vena
paratonsillaris dari palatum mole menuju ke bawah lewat pada bagian
atas tonsillar bed untuk menuangkan isinya ke dalam pleksus
pharyngealis.
Cairan limfe dituangkan ke lnn. submaxillaris, lnn. cervicalis
superficialis dan sebagian besar ke lnn. cervicalis profundus superior
terutama pada limfonodi yang terdapat di dorsal angulus mandibular
(lnn. tonsillaris). Nodus paling penting pada kelompok ini adalah
nodus jugulodigastricus yang terletak di bawah dan belakang angulus
mandibulae.(4,9,11)
12
2.1.4 Innervasi
Innervasi terutama dilayani oleh n. IX (glossopharyngeus) dan juga
oleh n. palatina minor (cabang ganglion sphenopalatina). Pemotongan
pada n. IX menyebabkan anestesia pada semua bagian tonsil (Dandy).
(4,11)
2.1.5 Imunologi
Tonsil merupakan organ yang unik karena keterlibatannya dalam
pembentukan imunitas lokal dan pertahanan imunitas tubuh. Limfosit
B berproliferasi di germinal center. Imunoglobulin (Ig G, A, M, D),
komponen komplemen, interferon, lisosim dan sitokin berakumulasi
di jaringan tonsillar. Infeksi bakterial kronis pada tonsil akan
menyebabkan terjadinya antibodi lokal, perubahan rasio sel B dan sel
T. (10,11)
Efek dari adenotonsilektomi terhadap integritas imunitas
seseorang masih diperdebatkan. Pernah dilaporkan adanya penurunan
produksi Imunoglobulin A nasofaring terhadap vaksin polio setelah
adenoidektomi atau adanya peningkatan kasusu Hodgkins limfoma. (1)
Namun bagaimanapun peran tonsil masih tetap kontroversial dan
sekarang ini belum terbukti adanya efek imunologis dari tonsilektomi.
(10,11)
13
14
2.2.2 Etiologi
Etiologi berdasarkan Morrison yang mengutip hasil penyelidikan dari
Commission on Acute Respiration Disease yang bekerja sama dengan
Surgeon General of the Army, dimana dari 169 kasus didapatkan :
- 25 % disebabkan oleh Streptokokus hemolitikus yang pada masa
penyembuhan tampak adanya kenaikan titer Streptokokus antibodi
dalam serum penderita.
- 25 % disebabkan oleh Streptokokus lain yang tidak menunjukkan
kenaikan titer Sreptokokus antibodi dalam serum penderita.
- Sisanya adalah Pneumokokus, Stafilokokus, Hemofilus influensa.(12)
Ada pula yang menyebutkan etiologi terjadinya tonsilitis sebagai
berikut :(10)
1. StreptokokushemolitikusGrup A
2. Hemofilusinfluensa
3. Streptokokus pneumonia
4. Stafilokokus (dengandehidrasi, antibiotika)
5. Tuberkulosis (padaimmunocompromise)
2.2.3 FaktorPredisposisi
1. Rangsangankronis (rokok, makanan)
2. Higienemulut yang buruk
3. Pengaruhcuaca (udaradingin, lembab, suhu yang berubah-ubah)
4. Alergi (iritasi kronis dari alergen)
5. Keadaan umum (gizi jelek, kelelahan fisik)
6. Pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.(6,12,14)
2.2.4 Patologi
Proses keradangan dimulai pada satu atau kebih kripte tonsil. Karena
proses radang berulang, maka epitel mukosa dan jaringan limfoid
terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid akan
diganti oleh jaringan parut. Jaringan ini akan mengerut sehingga kripte
akan melebar. Secara klinis kripte ini akan tampak diisi oleh detritus
15
(epitel yang mati, sel leukosit yang mati dan bakteri yang menutupi
kripte berupa eksudat berwarna kekuning-kuningan). Proses ini meluas
hingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlekatan dengan
jaringan sekitar fossa tonsillaris. Pada anak, proses ini disertai dengan
pembesaran kelenjar submandibula.(6,12,14)
16
Gambarpembesaran tonsil
2.2.6 Diagnosis
1. Anamnesa
Anamnesa ini merupakan hal yang sangat penting, karena hampir 50
% diagnosa dapat ditegakkan dari anamnesa saja. Penderita sering
datang dengan keluhan rasa sakit pada tenggorok yang terus
menerus, sakit waktu menelan, nafas bau busuk, malaise, sakit pada
sendi, kadang-kadang ada demam dan nyeri pada leher.(6,12,14)
2. Pemeriksaan Fisik
Tampak tonsil membesar dengan adanya hipertrofi dan jaringan
parut. Sebagian kripta mengalami stenosis, tapi eksudat (purulen)
dapat diperlihatkan dari kripta-kripta tersebut. Pada beberapa kasus,
kripta membesar, dan suatu bahan seperti keju/dempul amat banyak
terlihat pada kripta. Gambaran klinis yang lain yang sering adalah
dari tonsil yang kecil, biasanya membuat lekukan dan seringkali
17
dianggap sebagai kuburan dimana tepinya hiperemis dan sejumlah
kecil sekret purulen yang tipis terlihat pada kripta.(5,12)
3. PemeriksaanPenunjang
Dapat dilakukan kultur dan uji resistensi kuman dari sediaan apus
tonsil. Biakan swab sering menghasilkan beberapa macam kuman
dengan derajat keganasan yang rendah, seperti Streptokokus
hemolitikus, Streptokokus viridans, Stafilokokus, Pneumokokus.(12,14)
18
Gejala yang timbuladalahdemamtinggi (39C), nyeri di mulut,
gigidankepala, sakittenggorok, badanlemah,
gusimudahberdarahdanhipersalivasi. Pada pemeriksaan tampak
membran putih keabuan di tonsil, uvula, dinding faring, gusi
dan prosesus alveolaris. Mukosamulutdan faring hiperemis.
Mulutberbau (foetor ex ore)
dankelenjarsubmandibulamembesar.
c. MononukleosisInfeksiosa
Terjaditonsilofaringitisulseromembranosa bilateral.
Membransemu yang
menutupulkusmudahdiangkattanpatimbulperdarahan,
terdapatpembesarankelenjarlimfeleher, ketiakdanregio
inguinal. Gambaran darah khas, yaitu terdapat leukosit
mononukleosis dalam jumlah besar. Tanda khas yang lain
adalah kesanggupan serum pasien untuk beraglutinasi terhadap
sel darah merah domba (Reaksi Paul Bunnel).
2. Penyakitkronik faring granulomatus
a. Faringitistuberkulosa
Merupakan proses sekunder dari TBC paru. Keadaan umum
pasien buruk karena anoreksi dan odinofagi. Pasien mengeluh
nyeri hebat di tenggorok, nyeri di telinga (otalgia) dan
pembesaran kelenjar limfa leher.
b. Faringitisluetika
Gambaran klinis tergantung dari stadium penyakit primer,
sekunder atau tersier. Pada penyakit ini dapat terjadi ulserasi
superfisial yang sembuh disertai pembentukan jaringan ikat.
Sekuele dari gumma bisa mengakibatkan perforasi palatum
mole dan pilar tonsil.
c. Lepra
Penyakit ini dapat menimbulkan nodul atau ulserasi pada
faring kemudian menyembuh dan disertai dengan kehilangan
jaringan yang luas dan timbulnya jaringan ikat.
19
d. Aktinomikosis faring
Terjadiakibatpembengkakanmukosa yang tidakluas, tidaknyeri,
bisamengalamiulseasidan proses supuratif. Blastomikosis
dapat mengakibatkan ulserasi faring yang ireguler, superfisial,
dengan dasar jaringan granulasi yang lunak.
Penyakit-penyakit diatas, keluhan umumnya berhubungan
dengan nyeri tenggorok dan kesulitan menelan. Diagnosa pasti
berdasarkan pada pemeriksaan serologi, hapusan jaringan/kultur, X
ray dan biopsi.(6,14)
2.2.8 Komplikasi
Komplikasi dari tonsilitis kronis dapat terjadi secara perkontinuitatum
ke daerah sekitar atau secara hematogen/limfogen ke organ yang jauh
dari tonsil.(6,13,14,15)
1. Komplikasisekitar tonsil
a. Peritonsilitis
Peradangan tonsil dan daerah sekitarnya yang berat tanpa
adanya trismus dan abses.
b. AbsesPeritonsilar (Quinsy)
Kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsil.
Sumber infeksi berasal dari penjalaran tonsilitis akut yang
mengalami supurasi, menembus kapsul tonsil dan penjalaran
dari infeksi gigi.
c. AbsesParafaringeal
Infeksi dalam ruang parafaring dapat terjadi melalui aliran getah
bening/pembuluh darah. Infeksi berasal dari daerah tonsil,
faring, sinus paranasal, adenoid, kelenjar limfe faringeal,
mastoid dan os petrosus.
d. Absesretrofaring
20
Merupakan pengumpulan pus dalam ruang retrofaring. Biasanya
terjadi pada anak usia 3 bulan sampai 5 tahun karena ruang
retrofaring masih berisi kelenjar limfe.
e. Krista Tonsil
Sisa makanan terkumpul dalam kripta mungkin tertutup oleh
jaringan fibrosa dan ini menimbulkan krista berupa tonjolan
pada tonsil berwarna putih/berupa cekungan, biasanya kecil dan
multipel.
f. Tonsilolith (kalkulusdari tonsil)
Terjadinya deposit kalsium fosfat dan kalsium karbonat dalam
jaringan tonsil membentuk bahan keras seperti kapur.
2. Komplikasike organ jauh
a. Demam rematik dan penyakit jantung rematik
b. Glomerulonefritis
c. Episkleritis, konjungtivitisberulangdankoroiditis
d. Psoriasis, eritema multiforme, kronik urtikaria dan purpura
e. Artritisdanfibrositis
2.2.9 Penatalaksanaan
Pengobatan pasti untuk tonsilitis kronis adalah pembedahan
pengangkatan tonsil. Tindakan ini dilakukan pada kasus-kasus dimana
penatalaksanaan medis atau yang konservatif gagal untuk meringankan
gejala-gejala. Penatalaksanaan medis termasuk pemberian penisilin
yang lama, irigasi tenggorokan sehari-hari dan usaha untuk
membersihkan kripta tonsillaris dengan alat irigasi gigi/oral. Ukuran
jaringan tonsil tidak mempunyai hubungan dengan infeksi
kronis/berulang.(5)
Tonsilektomi merupakan suatu prosedur pembedahan yang diusulkan
oleh Celsus dalam De Medicina (10 Masehi), tindakan ini juga
merupakan tindakan pembedahan yang pertama kali didokumentasikan
oleh Lague dari Rheims (1757).(10)
21
Indikasi untuk dilakukan tonsilektomi yaitu (1)
Obstruksi :
- Hiperplasia tonsil denganobstruksi.
- Sleep apnea atau gangguan tidur.
- Kegagalan untuk bernafas.
- Corpulmonale.
- Gangguan menelan.
- Gangguan bicara.
- Kelainan orofacial / dental yang menyebabkan jalan nafas sempit.
Infeksi
- Tonsilitis kronika / sering berulang.
- Tonsilitis dengan :
+ Absces peritonsilar.
+ Absces kelenjar limfe leher.
+ Obstruksi Akut jalan nafas.
+ Penyakit gangguan klep jantung.
- Tonsilitis yang persisten dengan :
+ Sakit tenggorok yang persisten.
- Tonsilolithiasis Carrier Streptococcus yang tidak respon terhadap
terapi.
- Otitis Media Kronika yang berulang.
Neoplasia atau suspek neoplasia benigna / maligna.
22
f. Cor Pulmonale
2. Indikasirelatif
a. Rinitisberulang-ulang
b. Ngorok (snoring) dan bernafas melalui mulut
c. Cervical adenopathy
d. Adenitis TBC
e. Penyakit-penyakit sistemik karena Streptokokus hemolitikus:
demam rematik. Penyakitjantungrematik, nefritis, dll.
f. Radang saluran nafas atas berulang-ulang
g. Pertumbuhanbadankurangbaik
h. Tonsil besar
i. Sakittenggorokanberulang-ulang
j. Sakittelingaberulang-ulang
23
c. Poliomyelitis epidemica
d. Umurkurangdari 3 tahun
2. Kontraindikasiabsolut
a. Diskariasis darah, leukemia, purpura, anemia aplastik, hemofilia
b. Penyakit sistemis yang tidak terkontrol : DM, penyakit jantung,
dan sebagainya.(2,5,6,10,16)
24
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada anamnesa, didapatkan keluhan utama yaitu nyeri pada saat menelan
keluhan berulang yang dialami sejak 2 tahun yang lalu, keluhan terjadi hilang
timbul <6 kali dalam 1 tahun. Dari keluhan yang dirasakan pada pasien
menunjukkan adanya gangguan pada organ tempat dilaluinya makanan, selain itu
Hal ini sesuai dengan teori bahwa gejala dari tonsillitis kronik adalah nyeri
tubuh naik serta terjadi keluhan berulang dari tonsilitis akut yang tidak sembuh.
Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar T2-T3 tidak hiperemis, kripta melebar
Penatalaksanaan
25
BAB V
KESIMPULAN
makan menurun dan suhu tubuh naik serta terjadi keluhan berulang dari tonsilitis
gejala.
26
DAFTAR PUSTAKA
27
28