You are on page 1of 10

makalah K3 di bidang konstruksi

ANALISIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA BIDANG KONSTRUKSI.


PROGRAM STUDI TEKNIK KOMPUTER JARINGAN SMK.................... BANJARMASIN

OLEH :
MUHAMMAD HIDAYAT

SMK ...................... BANJARMASIN


JURUSAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN
TAHUN PELAJARAN 2015-2016

ABSTRAK

K3 atau singkatan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini berfungsi


untuk menjaga keselamatan para pekerja saat melakukan pekerjaannya.
Permasalahan yang ada, di dalam K3 ini adalah bagaimana cara
menjaga keselamatan diri dari bahaya saat melakukan pekerjaan?
Dalam pelaksanaan perkembangan konstruksi banyak hal yang harus di
perhatikan, salah satunya adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja(K3).
K3 merupakan suatu upaya dalam mengatasi potenssi bahaya dan
keselamatan yang mungkin terjadi. Sering terjadinya kecelakaan kerja pada
proyek konstruksi diakibatkan kurang diperhatikannya K3, sehinggga perlu di
adakan analisi mengenai K3 pada proyek konstruksi untuk mengetahui
bagaimana penerapan K3 pada proyek konstruksi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Pertama-tama saya panjatkan Puji dan Syukur Kehadirat Allah SWT,
karena atas Berkat dan Rahmat-Nyalah kami dapat menyelasikan Tugas
Laporan Keselamatan da Kesehatan Kerja dalam Didang Konstruksi.
Penulis menyadari dalam penyusunan Tugas K3 ini masih terdapat banyak
kesalahan. Oleh karna itu mohon di maafkan dan diharapkan adanya saran
dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan Tugas Laporan K3. Dan
kami mengharapkan Tugas Laporan K3 ini dapat memberi manfaat kepada
semua pihak yang telah membaca Laporan ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Banjarmasin, September 2015

Penulis.

Daftar ISI
Abstrak
Kata Pengantar.................................................................................i
Daftar ISI.........................................................................................ii
Bab 1 : Pendahuluan
1.1 Latar Belakang .....................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.................................................................2
Bab 2 : Pembahasan
2.1 Cakupan Masalah Konstruksi Bangunan....................................3
2.2 Pedoman Dasar Hukum K3 Konstruksi ....................................4
2.3 Pengertian atau Istilah K3 Konstruksi........................................5
2.4 K3 Konstruksi dan Sarana Bangunan .......................................6
2.4.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi...................6
2.4.2 K3 Sarana Bangunan........................................................8
2.5 Pengawasan K3 Konstruksi dan Sarana Bangunan...................9
Bab 3 : Penutup
3.1 Kesimpulan ...........................................................................10
3.2 Saran ....................................................................................10
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui , berdasarkan data statistik, kasus kecelakaan yang terjadi di
tempat kerja dalam pekerjaan konstruksi sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena masih
banyak pengurus maupun tenaga kerja belum mengenal dan memahami peraturan K3 yang
berkaitan dengan pekerjaan mereka. Dengan demikian perlu adanya upaya pengendalian,
pembinaan, penyuluhan dan pelatihan tentang K3 dalam bidang konstruksi sehingga dapat
dicapai kondisi dan lingkungan kerja yang aman. Melalui topic-topik yang dibahas dalam
modul ini diharapkan dapat membantu para calon ahli K3 dalam pemahaman peraturan K3 di
bidang konstruksi.
Masalah umum mengenai K3 ini juga terjadi pada penyelenggaraan konstruksi. Tenaga
kerja di sektor jasa konstruksi mencakup sekitar 7-8% dari jumlah tenaga kerja di seluruh
sektor, dan menyumbang 6.45% dari PDB di Indonesia. Sektor jasa konstruksi adalah salah
satu sektor yang paling berisiko terhadap kecelakaan kerja, disamping sektor utama lainnya
yaitu pertanian, perikanan, perkayuan, dan pertambangan. Jumlah tenaga kerja di sektor
konstruksi yang mencapai sekitar 4.5 juta orang, 53% di antaranya hanya mengenyam
pendidikan sampai dengan tingkat Sekolah Dasar, bahkan sekitar 1.5% dari tenaga kerja ini
belum pernah mendapatkan pendidikan formal apapun. Sebagai besar dari mereka juga
berstatus tenaga kerja harian lepas atau borongan yang tidak memiliki ikatan kerja yang
formal dengan perusahaan. Kenyataan ini tentunya mempersulit penanganan masalah K3
yang biasanya dilakukan dengan metoda pelatihan dan penjelasan-penjelasan mengenai
Sistem Manajemen K3 yang diterapkan pada perusahaan konstruksi.
1.2 Rumusan Masalah
a) Apa saja cakupan masalah konstuksi bangunan ?
b) Apa saja pedoman dasar hukum K3 konstruksi ?
c) Apa saja Istilah dalam K3 konstruksig ?
d) Bagaimana Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Konstruksi dan Sarana Bangunan ?
e) Bagaimana Pengawasan K3 Konstruksi dan Sarana Bangunan?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan Makalah ini yaitu :
a) Mengetahui seberapah pengetahuan buruh konstruksi bangunan tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) di proyek konstruksi bangunan.
b) Apakah ada perhatian yang khusus dari pemilik proyeek tentang pentingnya Manajemen K3
di lingkungan kerja proyek.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dari pangambilan judul tentang masalah kesehatan dan keselamatan kerja pada
konstruksi bangunan yaitu memberikan pengetahuan kepada kita tentang bagaimana
keselamatan dan kesehatan kerja khusunya di Indonesia ditangani dan seberakah pentingkah
mencakupnya dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Cakupan Masalah Konstruksi Bangunan
Pekerjaan kontruksi bangunan merupakan pekerjaan yang mengandung potensi
bahaya, sehingga dalam memberi perlindungan keselamatan kerja kepad pekerja diperlukan
syarat-syarat keslamatan dan kesehatan kerja yang sangat tinggi. Tahapan dalam konstruksi
bangunan berhubungan dengan seluruh tahapan yang dilakukan di tempat kerja. Diantara
tahapan yang ada yakitu pekerjaan penggalian, pekerjaan pondasi, pekerjaan beton, pekerjaan
baja, dan pembongkaran.
Penggalian. Penyebab kecelakaan yang timbul dari pekerjaan penggalian antara lain,
pekerjan yang disa tertimbun dan terkubur di dalamnya akibat runtuhnya dinding galian,
pekerja tertimpa dan luka akibat terjatuhnya material di dalam galian, kondisi tidak aman
baik di dalam maupun diluar galian akibat licinnya galian.
Pondasi. Pekerjaan pondasi merupakan suatu kegiatan pemasangan struktur bawah bangunan
yang dapat digunakan untuk menahan beban bangunan.
Pekerjaan Beton. Pada saat proses pengecoran berlangsung pada umumnya pekerja selalu
pada posisi tetinggian tertentu yang dapat berakibat pekerja terjatuh, material pencampur
yang tidak boleh bersinggungan dengan kulit bahkan terhirup oleh pernapasan pekerja.
Pekerjaan Baja. Bahaya yang timbul dari pekerjan pemasangan baja pekerja dapat jatuh dari
ketinggian tertentu dari permukaan tanah, terperosok, tertimpa material bangunan.
Pembongkaran. Bahaya yang di timbulkan dari pembongkaran bangunan adalah pekerja
dapat tertimpa atau runtuhnya bangunan, terperosok dari ketinggian tertentu dari permukaan
tanah.

2.2 Pedoman Dasar Hukum K3 Konstruksi


A. Undang-undang Dasar 1945
B. Undang-undang No 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Pemerintah telah sejak lama mempertimbangkan masalah perlindungan tenaga kerja, yaitu
melalui UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja. Sesuai dengan perkembangan
jaman, pada tahun 2003, pemerintah mengeluarkan UU 13/2003 tentang Ketenagakerjaan.
Undang undang ini mencakup berbagai hal dalam perlindungan pekerjayaitu upah,
kesejahteraan, jaminan sosial tenaga kerja, dan termasuk juga masalah keselamatan dan
kesehatan kerja.
C. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No 1/Men/1980 tentang K3 Konstruksi Bangunan
Aspek ketenagakerjaan dalam hal K3 pada bidang konstruksi, diatur melalui Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.PER-01/MEN/1980 Tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan. Peraturan ini mencakup ketentuan-ketentuan
mengenai keselamatan dan kesehatan kerja secara umum maupun pada tiap bagian konstruksi
bangunan. Peraturan ini lebih ditujukan untuk konstruksi bangunan, sedangkan untuk jenis
konstruksi lainnya masih banyak aspek yang belum tersentuh. Di samping itu, besarnya
sanksi untuk pelanggaran terhadap peraturan ini sangat minim yaitu senilai seratus ribu
rupiah.
D. Surat keputusan besama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum
No Kep174/Men/1986 dan No 104/Kpts/1986 tentang K3 Tempat Kegiatan Kontruksi
Bangunan
Sebagai tindak lanjut dikeluarkannya Peraturan Menakertrans tersebut, pemerintah
menerbitkan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja
No.Kep.174/MEN/1986-104/KPTS/1986: Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
Tempat Kegiatan Konstruksi. Pedoman yang selanjutnya disingkat sebagai Pedoman K3
Konstruksi ini merupakan pedoman yang dapat dianggap sebagai standar K3 untuk
konstruksi di Indonesia. Pedoman K3 Konstruksi ini cukup komprehensif, namun terkadang
sulit dimengerti karena menggunakan istilah-istilah yang tidak umum digunakan, serta tidak
dilengkapi dengan deskripsi/gambar yang memadai. Kekurangan-kekurangan tersebut
tentunya sangat menghambat penerapan pedoman di lapangan, serta dapat menimbulkan
perbedaan pendapat dan perselisihan di antara pihak pelaksana dan pihak pengawas
konstruksi.

2.3 Pengertian atau Istilah K3 Konstruksi


Istilah-istilah tentang K3 kontruksi dan sarana bangunan:
1. Kontruksi bangunan
2. Tempat kerja kegiatan kontruksi bangunan
3. Sarana bangunan
4. Perancah bangunan
5. Kontraktor
6. Sub Kontraktor
7. Pekerja Kontruksi beton
8. Tahapan pekerjaan kontruksi bangunan, yang mengunakan bahan bangunan
9. Pekerjaan konstruksi baja
10. Pekerja penggali
11. Pekerja Pondasi
12. Wajib lapor pekerja konstruksi bangunan
13. Kepala proyek
14. Scaffolder adalah pekerja pemasang, penguna dan pembongkar perancah
15. Safety officer adalah pekerja yang melaksanakan K3 di bidang konstrusi bangunan
16. Ahli K3 kontruksi
17. Instalasi: lift orang, lift barang, listrik, penyalur petir, plambing, tata udara
18. Penanganan bahan.

2.4 Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Konstruksi dan Sarana Bangunan


Dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja pada tempat proyek atau konstruksi, para
pelaksana konstruksi wajib melaksanakan syarat-syarat teknis keselamatan dan kesehatan
kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.4.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi

Pekerjaan penggalian

Ketentuan Umum:
<>Stabilitas tanah harus diuji dahulu sebelum dilakukan penggalian
<> Melakukan pemeriksaan atas segala instalansi bawah tanah
<>Prasarana umum harus dimatikan atau diputuskan alirannya, apabila tidak bisa maka prasarana
tersebut harus dipagari, ditarik ke atas atau dilindungi
<>Tanah harus dibersihkan dari pohon, batu besar dan rintangan lain
<>Lokasi penggalian harus diperiksa secara teliti setelah pekerjaan terputus melebihi 1 hari,
setelah setiap peledakan, ada longsoran, ada kerusakan pada konstruksi penyangga dan hujan
lebat.
<>Jalan keluar masuk yang aman
<>Dilarang bekerja di tanah lepas yang kemiringannya terlalu terjal
<>Harus ada konstruksi penyangga yang cukup
<>Ada penerangan yang cukup
<>Galian bebas dari air
<>Ada jalan keluar untuk menyelamatkan diri
<>Tidak ada yang diizinkan masuk ruang bawah tanah yang belum diuji bebas gas
<>Pengujian gas harus dilengkapi dengan sabuk pengaman, tali penyelamat dan alat-alat
pernapasan
<>Ventilasi mekanis harus disediakan
<>Tindakan penceghan harus diambil untuk melindungi runtuhnya bangunan

Persyaratan K3 pada pekerjaan penggalian :


<>Tepi penggalian atau saluran harus dibuat dengan kemiringan tertentu, biasanya 45derajat
<>Penggalian diatas 1,2 m harus dipasang perancah bai yang terbuat dari kayu
<>Penggalian tidak boleh dilakuakn pada batas bangunan atau suatu struktur.
<>Material dan peralatan harus diletakkan berjauhan dari pinggir galian
<>Tanah hasil galian atau sampah galian tidak diletakkan di tepi galian
<>Meletakkan Stopblock di lokasi tempat kendaraan menurunkan material ke dalam galian
<>Tersedia penerangan yang cukup
<>Pekerja harus diinformasikan secara jelas tentang prosedur penggalian
<>Menggunakan pelindung kepala dan kaki saat penggalian berlangsung
<>Melakukan koordinasi dengan instansi lain mengenai instalansi llistrik, gas, air dsb
<>Tidak menggunakan alat penggalian mesin (excavator) pada jarak 50 cm dari pipa gas
Pekerjaan Pondasi

Persyaratan Umum:
<>Mesin pemancang harus ditumpu oleh dasar yang kuat, diberi tali atau rantai penguat
secukupnya dan tidak boleh digunakan di dekat jaringan listrik
<>Lantai kerja dan tempat kerja operator harus terlindungi dari cuaca
<>Saluran uap atau udara harus dibuat dari pipa baja atau semacamnya
Pengerjaan Beton

Persyaratan Umum
<>Konstruksi beton bertulang yang berat untuk kerangka atap dan kerangka atas lainnya harus
didasarkan pada gambar rencana
<>Selama pembangunan harus dicatat data sehari-hari mengenai kemajuan pembangunan,
termasuk data yang mempengaruhi kekuatan beton menurut waktunya

Pekerjaan Konstruksi Baja

Persyaratan umum
<>Penjaminan keselamatan pekerja dengan penyediaan dan pemakaian tangga, gang, peralatan
kerja tetap, pelataran kerja, tali pengaman dan sabuk pengaman serta jaring pengaman
Kerangka baja yang sedang dipasang harus disangga dan dikopel secukupnya.

2.4.2.Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sarana Bangunan


a. Perancah
Peraturan umum
<>Perancah harus dibuatkan untuk semua pekerjaan yang tidak bias dikerjakan secara aman
dalam ketinggian
<>Perancah hanya dapat dibuat dan dirubah oleh pengawas yang ahli.
b. Pelataran Tempat Kerja
Peraturan umum
>Semua perancah harus dilengkapi dengan platform untuk bekerja
>Pelataran paling sedikit dari tepi luarnya berjarak 60 cm dari sisi dinding bangunan
>Penyediaan tempat yang bebas dari rintangan dan timbunan
>Pelataran bekerja harus menggunakan papan pengaman kakai berukuran tebal min 2,5 cm dan
lebar min 15 cm
Harus benar-benar berkonstruksi kuat
c. Plambing/Pemipaan
Fungsi instalansi plambing:
penyediaan air bersih
membuang air kotor
Jenis-jenis plambing
Instalansi plambing air bersih
Instalansi plambing air kotor
Instalansi plambing air hujan
d. Pemeriksaan dan pengujian
Objek pemeriksaan dan pengujian adalah instalansi pipa penyalur, tangki, hydrostos, alat-alat
perlengkapan dan pengaman
e. Pengesahan
Sebelum instalansi plambing dipakai, pemilik mengajukan permohonan pengesahan
penggunaan kepada Dinas Tenaga Kerja Kabupaten/Kota. Sebelum dikeluarkan pengesahan,
harus dilakukan pemeriksaan dan pengujian pertama.

2.5 Pengawasan K3 Konstruksi dan Sarana Bangunan


Wajib Lapor Pekerjaan/Proyek Konstruksi Bangunan
Setiap pekerjaan konstruksi bangunan yang akan dilakukan wajib dilaporkan kepada direktur
atau pejabat yang ditunjuk
Akte Pengawasan Ketenagakerjaan Proyek Konstruksi Bangunan
i. Pengertian
Terdiri dari: data pelaksana konstruksi/pengawas-perencana konstruksi, data teknis proyek,
berita acara pemeriksaan, kartu pemeriksaan dan lembaran pemeriksaan.
ii. Batasan
Tempat kerja/pekerjaan konstruksi bangunan dengan waktu proyek 6 bulan atau lebih harus
diterbitkan akte ini dan akte harus diserahkan Pelaksana Konstruksi kepada Pemberi
Tugas/Pemilik setelah proyek selesai
iii. Pengesahan Akte
1. setelah meneliti wajib lapor pekerjaan proyek/konstruksi bangunan
2. Melakukan pemeriksaan K3 proyek oleh pengawas spesialis K3 konstruksi
3. Menerbitkan akte pengawasan
4. Melakukan pemeriksaan berkala, sampai proyek selesai.

You might also like