Professional Documents
Culture Documents
Guru menerangkan cara penggunaan alat peraga perkalian model matrik yangtelah
dipersiapkan lebih dulu oleh gurub.
Siswa diminta membuat satu soal perkalian dua bilangan dan menuliskannyadi
papan tulis. Misalnya 1534 x 678 = .c.
10d.
Dengan bimbingan guru siswa secara bergantian mengisikan hasil perkalianke
dalam kolom yang sesuai.1 5 3 4 X063018246073521287084024328e.
Dengan bimbingan guru siswa menjumlahkan hasil akhir pada kotak kolomyang
sesuai secara menyilang. Lihat contoh berikut !1 5 3 4
X1063018246007352128740840243280 0 5 2Jadi, 1534 x 678 = 1.040.052
11f.
Setelah paham betul siswa dibagi menjadi 3 kelompok. Setiap anggota darisetiap
kelompok akan berlomba diadu kecepatannya dalam mengerjakan soalperkalian
yang soalnya dibuat oleh siswa sendiri. Ketua kelompok yangdipilih anggota oleh
guru ditunjuk menjadi tutor sebelum diadakan kompetisi.Jadi, teman yang kurang
paham ada kesempatan bertanya kepada tutornya.g.
Guru memilih salah satu anggota dari setiap anggota kelompok untuk berkompetisi
di depan kelas sebagai wakil dari timnya. Salah seorang siswamengukur kecepatan
waktunya.h.
Selanjutnya tampilan alat peraga perkalian model matrik bisa dipindah kedalam
buku. Murid membuat soal perkalian dalam buku untuk kemudiandikerjakan oleh
teman sebangkunya.3)
Kegiatan akhir (10 menit )Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh guru pada
kegiatan akhir ini antara lain :a.
12
Kesimpulan
Untuk siswa kelas rendah alat peraga perkalian model matrik ini sangat
efektif untuk membuat anak belajar sambil bermain.
Saran-saran
PENDAHULUAN
yang harus dimiliki siswa SMK dari Program Studi Keahlian Teknik Otomotif dengan tujuan
agar siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam menggunakan dan
memelihara alat ukur yang benar. Standar kompetensi yang ditargetkan adalah siswa mampu
menggunakan dan memelihara alat ukur dengan benar sesuai Standar Operasional Prosedur
(SOP).
Namun kondisi di lapangan masih jauh dari kompetensi yang diharapkan, sebagian
besar siswa masih kesulitan dalam menggunakan dan memelihara alat ukur. Hal ini terlihat
dari banyaknya kesalahan siswa dalam menggunakan alat ukur dan membaca hasil
Banyak siswa menyatakan belum bisa menggunakan alat ukur dan membaca hasil
Hal tersebut terlihat dari rendahnya hasil belajar (nilai) siswa baik dalam ujian teori maupun
praktik, yakni nilai hasil ujian kompetensi MenggunakanAlat-Alat Ukur siswa kelas X Teknik
Kendaraan Ringan 1 SMK Negeri 2 Sungai Penuh Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011
hanya + 50 % siswa memperoleh nilai > 7,00 seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini .
Alat Ukur masih banyak (>50%) berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
Pada saat pelaksanaan proses pembelajaran di kelas guru telah menerapkan metode
untuk menggunakan dan memelihara alat ukur yang berdampak pada hasil belajar. Banyak
siswa menyatakan belum bisa menggunakan alat ukur dan membaca hasil pengukuran.
Padahal para siswa juga mengetahui bahwa kompetensi MenggunakanAlat-Alat Ukur ini
Berdasarkan asumsi penulis, rendahnya hasil belajar dan kemampuan siswa dalam
aktifitas siswa dalam belajar baik dalam belajar teori maupun praktik di bengkel, di mana
Guru lebih banyak menyajikan materi dengan metode ceramah, siswa mendengar dan
mencatat ringkasan materi yang diberikan guru. Dalam menjelaskan materi yang
berhubungan keterampilan seperti pada materi cara menggunakan alat ukur, guru hanya
pembelajaran siswa lebih banyak pasif. Walaupun guru telah memberikan kesempatan untuk
bertanya mana materi yang belum mengerti, tetapi tetap saja siswa malas bertanya langsung
pada guru. Berdasarkan pengamatan, siswa lebih berani bertanya kepada temannya yang
Oleh sebab itu, diharapkan guru mampu mencari solusi dari permasalahan di atas dan
mampu memfasilitasi siswa untuk berbagi pengetahuan dan keterampilan dengan sesama
temannya, berpikir kritis dalam menyelesaikan permasalahan yang ada sehingga siswa dapat
Salah satu model pembelajaran yang dapat mengatasi masalah di atas adalah dengan
Contextual Teaching and Learning (CTL) diharapkan dapat meningkatkan aktifitas dan hasil
Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk
Alat-Alat UkurMelalui Penerapan Model Belajar Contextual Teaching and Learning (CTL)
Siswa Kelas X Teknik Kendaraan Ringan 1 SMK Negeri 2 Sungai Penuh Propinsi Jambi.
B. Indentifikasi Masalah
4. Interaksi antar siswa dalam proses pembelajaran kelompok belum dikembangkan secara
optimal.
Berdasarkan identifikasi masalah, maka masalah yang dibahas dalam penelitian ini
penerapan Model Belajar Contextual Teaching and Learning (CTL) siswa Kelas X Teknik
Kendaraan Ringan 1 SMK Negeri 2 Sungai Penuh Propinsi JambiSemester Ganjil Tahun
Pelajaran 2011-2012.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan masalah yang telah diuraikan, dapat
E. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian Tindakan ini adalah untuk memperoleh informasi peningkatan hasil
belajar siswa kelas X Teknik Kendaraan Ringan SMK Negeri 2 Sungai Penuh dengan
kompetensi Menggunakan Alat-Alat Ukur. Hasil akhir yang diharapkan adalah agar hasil
evaluasi belajar siswa; 3) Meningkatkan kinerja guru dalam proses pembelajaran dikelas
maupun di bengkel.
F. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini dilaksanakan, maka Manfaat yang diharapkan dari hasil
1. Bagi Siswa
a. Untuk dapat belajar lebih aktif sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.
2. Bagi Guru
b. Dapat menyusun suatu strategi dan metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi
siswa.
3. Bagi Sekolah
belajar yang lebih baik, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
BAB II
A. Kajian Teoritis
Dalam kajian teoritis ini akan dibahas tentang upaya meningkatkan hasil belajar siswa
dengan menerapkan model belajar Contextual Teaching and Learning (CTL) pada
a. Hakikat Belajar
mengacu pada kegiatan siswa sedangkan mengajar mengacu pada kegiatan guru.
Belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku pada diri seseorang.
Pengertian belajar ini para ahli psikologi pendidikan mengemukakan rumusan yang
berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing. Tentu saja mereka
hakekatnya pendapat di atas mempunyai maksud dan tujuan yang sama yaitu belajar
adalah serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar siswa tidak hanya berinteraksi
dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan
keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan
sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif
mental dan fisik yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan,
menghasilkan perubahan pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap, bersifat tetap dan
makna secara jelas dan kritis dalam menghadapi fenomena baru dan menemukan
kegiatan atau proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas
dasar timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif sehingga tingkah laku
siswa berubah ke arah yang lebih baik untuk mencapai tujuan tertentu.
keputusan melalui penilaian kelas. Data yang diperoleh guru selama pembelajaran
berlangsung dapat dikumpulkan melalui prosedur dan alat penilaian yang sesuai
dengan hasil belajar yang akan dinilai. Dari hasil belajar diperoleh profil kemampuan
setiap siswa terhadap mata pelajaran tertentu maka perlu dilaksanakan evaluasi. Dari
Menurut Winarno ( 1986 : 88 ) Hasil belajar adalah hasil dimana guru melihat
pengetahuan yang disampaikan oleh guru akan bervariasi hal ini dapat dilihat dari
hasil belajar yang diperoleh oleh siswa melalui penilaian. Selanjutnya Hamzah
(2009:139) Hasil belajar biasanya mengikuti pelajaran tertentu yang harus dikaitkan
dengan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dari beberapa pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu hal yang dimiliki oleh siswa
beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan suatu
hal yang dimiliki oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran yang digunakan
materi pelajaran.
2. Tinjauan Tentang Kompetensi MenggunakanAlat-Alat Ukur
a. Hakikat Kompetensi
sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. McAshan dalam
kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya,
dengan sebaik-baiknya. Sejalan dengan itu, Finch dan Crunkilton dalam Mulyasa
keterampilan, sikap dan apresiasi yang harus dimiliki oleh siswa untuk dapat
Dengan demikian terdapat hubungan (link) antara tugas-tugas yang dipelajari siswa
di sekolah dengan kemampuan yang diperlukan oleh dunia kerja. Untuk itu,
kurikulum menuntut kerja sama yang baik antara pendidikan dengan dunia kerja,
agar dapat dinilai, sebagai wujud hasil belajar siswa yang mengacu pada pengalaman
kompetensi perlu dilakukan secara objektif, berdasarkan kinerja siswa, dengan bukti
subyektif.
dari pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki siswa (Depdiknas : 2008).
sejumlah hasil belajar dan indikator yang dapat diukur dan diamati.
bahwa kompetensi Menggunakan Alat-Alat Ukur adalah hasil yang telah dicapai
siswa melalui suatu kegiatan belajar. Kegiatan belajar dapat dilakukan secara
dan sikap dalam menggunakan dan memelihara alat ukur dengan benar. Untuk
memenuhi tuntutan tersebut, maka proses pembelajaran kompetensi Menggunakan
alat ukur.Keberhasilan pembelajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar yang
dicapai oleh siswa, tetapi juga dari segi proses pembelajarannya. Proses
pembelajaran terjadi ketika ada interaksi antara guru dengan siswa dan antara siswa
roda dua.Alat ukur terdiri dari alat ukur mekanis, alat ukur pneumatic dan alat ukur
elektronis.Alat ukur pneumatic adalah alat ukur yang bekerja karena pengaruh
tekanan ataupun karena adanya perbedaan tekanan pada gas, udara dan zat
lain.Sedangkan alat ukur elektronis merupakan salah satu alat ukur yang bekerja atas
Jangka Sorong atau Vernier caliver digunakan untuk mengukur diameter luar,
diameter dalam dan mengukur kedalaman ketelitiannya adalah 0,05 mm, 0,02
mm dan 0,1 mm.
b) Dial Indikator
Fungsi silinder bore gauge adalah untuk mengukur garis tengah bagian
dalam dari sebuah benda kerja, seperti: Cylinder, lubang dudukan poros dan
lain-lain.
d) Mikrometer
FUNGSI :
Mengukur benda kerja dengan lebih teliti (presisi) pada bagian luar, bentuk
kubus, persegi panjang, bujur sangkar atau bulat (Out Side Micrometer).
Mengukur benda kerja dengan lebih teliti (presisi) pada bagian dalam,
Kedua alat ini memiliki ketelitian 0,01 mm, satu putaran thimble terdiri dari
a) Tire gauge : Fungsinya untuk mengukur tekanan angin ban Satuan ukuran
b) Compression Tester
pada saluran masuk sebuah engine atau besarnya tekanan pompa bahan bakar.
Gambar 2.7 Fuel Pressure Tester dan Vacum Tester
e) Hidrometer
Sistem pembelajaran saat ini masih dominan dengan istilah belajar yang diartikan
sebagai kegiatan-kegiatan berupa duduk, dengar, catat kemudian pulang untuk dihapal.
Melihat kondisi yang demikian, siswa akan merasakan kejenuhan yang berkepanjangan.
Untuk menghindari dan mengantisipasi kejenuhan itu, maka perlu adanya pembentukan
konsep penting yang harus dilaksanakan dalam praktik pembelajaran. Salah satu di
antaranya adalah pembelajaran kontektual atau Contextual Teaching and Learning (CTL).
a. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)
Contextual Learning :
A conception that helps teachers relate subject matter content to real world
situations and motivates students to make connections between knowledge
and its applications to their lives as family members, citizens, and workers.
pelajaran dengan situasi keadaan di dunia nyata (real world) dan memotivasi siswa
atau memberi informasi, mengelola kelas sebagai tim bekerja untuk menemukan
sesuatu yang berguna bagi anggota tim (siswa). Guru mendorong kegiatan
menggunakan waktu secara efektif, efesien dalam suasana hati yang menyenangkan.
1) Kerjasama
2) Saling menunjang
3) Menyenangkan
4) Tidak membosankan
6) Pembelajaran terintegrasi
8) Siswa aktif
justifikasi.
3) Guru berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses
belajar siswa berjalan dengan baik, sehingga proses belajar lebih ditekankan pada
c. Komponen CTL
2) Questioning ( bertanya)
Questioning dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antara guru dengan
siswa, antara siswa dengan guru atau antara siswa dengan orang lain yang
3) Konstruktivisme
yang akan diberikan, antara lain pembentukan kelompok kecil, kelompok besar,
mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan kelas sederajat atau bekerja dengan
hanya oleh guru, tetapi juga bisa teman atau orang lain.Karakteristik Penilaian
6) Modeling (permodelan)
Guru bukan satu-satunya model, tetapi bisa juga model dari siswa yang
7) Reflection (refleksi)
d) Diskusi.
e) Hasil karya.
belajar kepada siswa, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang
memadai. Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa
siswa dapat belajar. Lingkungan belajar yang kondusif sangat penting dan sangat
keseluruhan.
1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara
Menurut (Nurhadi, 2002:5) Dalam konsep pendekatan CTL ada 3 (tiga) unsur
artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara sadar. Proses
belajar dalam CTL tidak mengharapkan siswa hanya menerima pelajaran, akan
2) CTL mendorong siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari
dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap
hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini
kehidupan nyata akan memberikan makna secara fungsional serta akan lama
tertahan dalam memori siswa sehingga materi yang telah dipelajari tidak akan
mudah terlupakan.
akan tetapi bagaimana materi itu mewarnai prilaku dalam kehidupan sehari-hari.
manfaat belajar sehingga mereka akan rajin belajar dan termotivasi untuk senantiasa
berupa hafalan, tetapi mengatur lingkungan belajar yang kondusif agar terjadi
berikut :
1) Mengkaji konsep atau teori (materi ajar) yang akan dipelajari oleh siswa.
2) Memahami latar belakang, dan prediksi pekerjaan dimasa mendatang bagi siswa.
dengan latar belakang, dan prediksi pekerjaan yang akan ditekuni dimasa depan
bagi siswa.
kesimpulan yang merupakan pemahaman siswa terhadap konsep atau teori yang
sedang dipelajarinya.
B. Kerangka Konseptual
Secara grafis pemikiran yang dilakukan peneliti dapat digambarkan dengan bentuk
and Learning (CTL) pada kegiatan pembelajaran. Pendekatan yang digunakan adalah
diskusi. Hasilnya, banyak siswa yang masih mengalami kesulitan dalam memahami
meningkat , maka perlu tindakan yang harus dilakukan oleh guru, yaitu dengan
proses pembelajaran.
and Learning (CTL) pada kegiatan pembelajaran. Adapun wujud pengalaman nyata untuk
Learning (CTL) pada kegiatan pembelajaran. Adapun wujud pengalaman nyata untuk
siswa, difokuskan melalui metode inkuiri, belajar praktik langsung menggunakan media
konkrik dan bermodel teman sejawat. Materi pelajaran yang dipelajari sesuai modul.
5. Dari kondisi siklus 1 ke siklus 2 diharapkan hasil belajar siswa pada kompetensi
Teaching and Learning (CTL), dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas X Teknik
Kendaraan Ringan 1 SMK Negeri 2 Sungai Penuh pada kompetensi Menggunakan alat-
alat ukur.
B. Hipotesis Tindakan
Melalui Penerapan Model Belajar Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat
peningkatan Hasil Belajar Kompetensi Menggunakan Alat-Alat Ukur Siswa Kelas X Teknik
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Uraian tentang setting penelitian meliputi rincian waktu yang dialokasikan untuk
1. Tempat Penelitian
SMK Negeri 2 Sungai Penuh dengan jumlah siswa 36 orang, karena kelas tersebut tingkat
2. Lokasi Penelitian
Provinsi : Jambi
Telpon/ Fax : (0748) 21070/ (0748) 21070)
3. Waktu Penelitian
303
Penelitian ini direncanakan selama 2 (dua ) bulan yaitu pada bulan Januari sampai dengan bulan
Februari 2011 tepatnya pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Waktu penelitian ini
sesuai dengan program pembelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Kendaraan Ringan
yang telah ditetapkan pada Kurikulum Program Studi Keahlian Teknik Otomotif SMK Negeri 2
Sungai Penuh Semester Genap tahun pelajaran 2011/2012 dengan kompetensi yang diajarkan
saat itu adalah Menggunakan Alat-Alat Ukur.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas X Teknik Kendaraan Ringan 1 SMK Negeri 2
Sungai Penuh dengan jumlah siswa 36 orang laki-laki dengan tingkat kemampuan rata-rata
sedang.
C. Sumber Data
Data primer, yang merupakan hasil belajar siswa, diperoleh dari subyek penelitian, yaitu
seluruh siswa Kelas X Teknik Kendaraan Ringan 1 tahun pelajaran 2011/2012 dengan jumlah
siswa 36 orang, sedangkan data sekunder diperoleh dari temuan guru lain yang menjadi team
teknik non tes. Teknik tes digunakan ketika pengumpulan data tentang tingkat
pemahaman kognitif siswa. Sedangkan teknik non tes digunakan sebagai sarana
Saat pengumpulan data dengan teknik tes, alat yang digunakan adalah soal tes,
sedangkan ketika pengumpulan data dengan teknik non tes, alat yang digunakan adalah
lembar/pemandu observasi.
E. Validasi data
Untuk data kuantitatif, ditetapkan untuk dilakukan validasi teoritik, dengan cara
memeriksa instrumen dan kisi-kisi yang telah di buat. Sedangkan untuk data kualitatif,
dilakukan validasi melalui triangulasi, baik triangulasi sumber maupun trianggulasi metode.
F. Analisis Data
membandingkan nilai tes pada kondisi awal, nilai tes setelah siklus 1, dan nilai tes setelah
Analisis data bertujuan untuk melihat apakah terdapat peningkatan hasil belajar. Dalam
G. Indikator Kinerja
yang telah ditetapkan dalam KTSP Teknik Otomotif SMK Negeri 2 Sungai Penuh tahun
1. Siswa dikatakan tuntas belajar secara individu, jika siswa tersebut telah menguasai
2. Siswa dikatakan tuntas secara klasikal bila 85% dari seluruh pengikut tes sudah
Berdasarkan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka jenis penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK).Penelitian ini dilakukan dengan prosedur yang mengacu
Pembelajaran (RPP) dan menyusun modul pembelajaran. Untuk mengetahui RPP dan
Modul sudah valid dan layak pakai maka RPP dan modul dibahas bersama guru mitra
team teching dan mitra kolaborasi yang juga mengajar kompetensi yang sama.
b. Mempersiapkan job sheet yang akan digunakan pada saat proses belajar praktik di
bengkel. Job sheet diberikan kepada siswa sebagai panduan siswa dalam melakukan
kegiatan praktik
belajar dan untuk mengetahui proses pembelajaran di kelas dan di bengkel, yaitu
pembelajaran di kelas/bengkel.
e. Mempersipkan perangkat penilaian yaitu; format penilaian unjuk kerja (praktik),
yang berbeda. Setiap kelompok ditunjuk satu orang sebagai ketua kelompok.
2. Siklus Penelitian
Pada penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus, setiap siklus
terdiri dari 3 kali pertemuan. Permasalahan yang belum dapat dipecahkan pada siklus
a. Siklus 1
1) Perencanaan (planning)
pembelajaran.
2) Pelaksanaan (acting)
bengkel otomotif.
h) Melaksanakan evaluasi
3) Observasi (observing)
kemampuan siswa.
b) Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar kerja (job sheet)
siswa.
4) Refleksi
pembelajaran dan laporan praktik pada lembar kerja (job sheet) siswa.
d) Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus 1 ini diharapkan minimal 75%
dari seluruh pengikut tes sudah menguasai 70% dari materi yang diujikan.
b. Siklus II
1) Perencanaan
2) Tindakan
masalah yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternative pemecahan maslah
c) Siswa mengidentifikasi dan memilih alat-alat ukur dan bahan yang sesuai
3) Pengamatan (observing)
kemampuan siswa.
Upaya Peningkatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika materi suku banyak dengan
BAB I
PENDAHULUAN
Negara berkembang selalu berusaha untuk mengejar ketinggalannya, yaitu dengan giat melakukan
pembangunan di segala bidang kehidupan. Dalam bidang pendidikan pemerintah selalu berusaha untuk
meningkatkan kualitas pendidikan dengan berbagai cara seperti mengganti kurikulum, meningkatkan kualitas guru
melalui penataran-penataran atau melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi, memberi dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) dan sebagainya. Sesuai dengan UU no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional, pasal 3 menyatakan bahwa ; Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dengan memperhatikan isi dari UU No. 20 tahun 2003 tersebut, peneliti berpendapat bahwa tugas
seorang peneliti memang berat, sebab kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh keberhasilan pendidikan dari bangsa
itu sendiri. Jika seorang seorang guru atau pendidik tidak berhasil mengembangkan potensi peserta didik maka
negara itu tidak akan maju, sebaliknya jika guru atau pendidik berhasil mengembangkan potensi peserta didik, maka
terciptalah manusia yang cerdas, terampil, dan berkualitas. Sesuai dengan Depdiknas (2005 : 33) yang menyatakan
bahwa, Pendidikan Matematika adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam
dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan
Untuk mencapai tujuan ini peranan guru sangat menentukan. Menurut Wina Sanjaya (2006 : 19), peran guru adalah:
Sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, dan evaluator. Sebagai motivator guru
harus mampu membangkitkan motivasi siswa agar aktivitas siswa dalam proses pembelajaran berhasil dengan baik.
Salah satu cara untuk membangkitkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran adalah dengan mengganti cara /
model pembelajaran yang selama ini tidak diminati lagi oleh siswa, seperti pembelajaran yang dilakukan dengan
ceramah dan tanya-jawab, model pembelajaran ini membuat siswa jenuh dan tidak kreatif. Suasana belajar mengajar
yang diharapkan adalah menjadikan siswa sebagai subjek yang berupaya menggali sendiri, memecahkan sendiri
masalah-masalah dari suatu konsep yang dipelajari, sedangkan guru lebih banyak bertindak sebagai motivator dan
fasilitator. Situasi belajar yang diharapkan di sini adalah siswa yang lebih banyak berperan (kreatif).
Pada SMAN 2 Madiun sejak peneliti mengajar, dalam pembelajaran Matematika , peneliti sering
menggunakan model pembelajaran ceramah. Model pembelajaran ini tidak dapat membangkitkan aktivitas siswa
dalam belajar. Hal ini tampak dari perilaku siswa yang cenderung hanya mendengar dan mencatat pelajaran yang
diberikan guru. Siswa tidak mau bertanya apalagi mengemukakan pendapat tentang materi yang diberikan. Melihat
kondisi ini, peneliti berusaha untuk mencarikan model pembelajaran lain yaitu model pembelajaran diskusi. Siswa
dibagi atas beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang (melihat kondisi siswa di kelas). Dari diskusi yang
telah dilaksanakan, ternyata siswa masih kurang mampu dalam mengemukakan pendapat, sebab kemampuan dasar
siswa rendah. Dalam bekerja kelompok, hanya satu atau dua orang saja yang aktif, sedangkan yang lainnya
membicarakan hal lain yang tidak berhubungan dengan tugas kelompok. Dalam melaksanakan diskusi kelompok,
peneliti juga melihat di antara anggota kelompok ada yang suka mengganggu teman karena mereka beranggapan
bahwa dalam belajar kelompok (diskusi) tidak perlu semuanya bekerja. Karena tidak semua anggota kelompok yang
aktif, maka tanggung jawab dalam kelompok menjadi kurang, bahkan dalam kerja kelompok (diskusi), peneliti juga
menemukan ada di antara anggota kelompok yang egois sehingga tidak mau menerima pendapat teman.
Melihat kenyataan-kenyataan yang peneliti temui pada sikap siswa di dalam proses pembelajaran
tersebut di atas, peneliti berpendapat bahwa aktivitas siswa di SMAN 2 Madiun dalam pembelajaran Matematika
sangat kurang. Dalam hal ini peneliti berani mengungkapkan karena memang aktivitas siswa SMAN 2 Madiun
masih jauh dari pengertian aktivitas yang diungkapkan dari para ahli, seperti Paul D. Dierich dalam Oemar Hamalik
(2001: 173), mengemukakan bahwa jenis aktivitas dalam kegiatan lisan atau oral adalah mengemukakan suatu fakta
atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat,
SMAN 2 Madiun dalam melaksanakan diskusi kelas jarang sekali mengemukakan pendapat, mengajukan
pertanyaan, apalagi mengajukan saran. Karena aktivitas siswa yang rendah itu, hasil belajar yang diperoleh juga
menjadi rendah. Hal ini dapat kita lihat dari nilai rata-rata hasil ujian semester 1 kelas XI IA - 3 tahun pelajaran
2006/2007
Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain rendahnya perhatian siswa
dalam mengikuti pelajaran Matematika. Guru sering memberikan pelajaran dalam bentuk ceramah dan tanya-jawab,
Berdasarkan pengalaman yang peneliti hadapi di dalam proses pembelajaran Matematika yang tidak aktif
maka peneliti berusaha mencarikan model pembelajaran lain, sehingga pembelajaran lebih bermakna dan lebih
berkualitas. Model pembelajaran yang akan peneliti coba untuk melakukannya adalah model pembelajaran
Kooperatif tipe Jigsaw. Ketertarikan peneliti mengambil model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, karena peneliti
melihat dalam model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw semua anggota kelompok diberi tugas dan
tanggungjawab, baik individu maupun kelompok. Jadi, keunggulan pada pembelajaran kooperatif Jigsaw dibanding
dengan diskusi yaitu seluruh anggota dalam kelompok harus bekerja sesuai dengan tugas yang diberikan, sebab
tugas itu ada yang merupakan tanggung jawab individu dan ada pula tanggung jawab kelompok. Oleh sebab itu,
dalam penelitian ini peneliti mengambil sebuah judul yaitu: Upaya Peningkatan Aktivitas Siswa dalam
Pembelajaran Matematika materi suku banyak dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Jigsaw.
Dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di SMAN 2 Madiun , diharapkan aktivitas siswa
meningkat.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
3. Adanya siswa beranggapan bahwa dalam belajar kelompok tidak perlu semua bekerja.
4. Adanya siswa yang suka membicarakan hal lain, yang tidak berhubungan dengan tugas kelompok.
C. Pembatasan Masalah
Sesuai dengan kemampuan waktu dan tenaga yang peneliti miliki, maka peneliti memberi batasan masalah:
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah ditetapkan dalam pembelajaran Matematika dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Sejauh mana manfaat penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap pembelajaran Matematika ?
2. Sejauh mana aktivitas belajar siswa dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw?
E. Tujuan Penelitian
Dari latar belakang yang telah dikemukakan maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mendapatkan cara yang lebih efektif dalam membelajarkan Matematika pada materi suku
banyak
2. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika khususnya dalam materi suku banyak
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas, 2005, Pendidikan Matematika , Strategi dan Metode Pembelajaran Pendidikan Matematika , Jakarta :
Depdiknas
Johnson DW & Johnson, R, T (1991) Learning Together and Alone. Allin and Bacon : Massa Chussetts
Oemar Hamalik, 2001, Proses Belajar Mengajar, Jakarta, P.T., Bumi Aksara
Sardiman, A.M, 2003, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Team Pelatih Penelitian Tindakan, 2000, Penelitian Tindakan (Action Research), Universitas Negeri Yogyakarta
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, 2003, Jakarta :
Depdiknas
Wina Senjaya, 2006, Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Standar Proses Pendidikan, Jakarta : Kencana Prima
b) Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar kerja (job sheet)
siswa.
4) Refleksi
pembelajaran dan laporan praktik pada lembar kerja (job sheet) siswa.
c) Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan 85% dari
seluruh pengikut tes sudah menguasai 70% dari materi yang diujikan.