You are on page 1of 23

BAB I

STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. ES
Usia : 13 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Kp. Cilemat RT. 05 RW. 03, Desa Mentengsari, Kecamatan

Cikalong Kulon, Cianjur


Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
No. CM : 789525
B. ANAMNESIS
Dilakukan Autoanamensis dengan pasien pada tanggal 14 November 2016 Pukul 09.22 WIB
1. Keluhan Utama
Gatal - gatal pada kedua tangan, lipatan siku dan badan.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD Cianjur ditemani orang tuanya,

dengan keluhan bruntus dan sebagian bernanah, terasa gatal pada sela-sela jari,

pergelangan tangan, dan perut sejak 1 bulan. Gatal dirasa pertama kali di daerah

perut kemudian menyebar pada kedua tangan. Lesi awalnya terlihat seperti bentol

pada sela jari kemudian os menggaruk sampai terlihat lecet dan bernanah. Bruntus

mulai terlihat bernanah sejak 1 minggu terakhir. Penderita merasakan gatal pada

malam hari lebih hebat sampai mengganggu tidur. Saat ini penderita tinggal di

Asrama pesantren sudah 1 tahun. penderita mengaku banyak teman-teman penderita

mengalami keluhan gatal-gatal. penderita sekamar 4 orang dan kedua teman penderita

sudah menderita gatal terlebih dahulu. Perasan demam dan tidak enak badan

disangkal.
3. Riwayat Penyakit Dahulu

1 | Page
- Penderita baru pertama kali mengalami keluhan seperti ini
- Penderita tidak memiliki penyakit asma, ataupun penyakit atopik lainnya seperti

dermatitis atopik dan rhinitis.


4. Riwayat Penyakit Keluarga
- Keluarga penderita tidak ada yang pernah mengalami keluhan seperti ini

sebelumnya.
- Tidak terdapat riwayat atopik pada keluarga, seperti asma, dermatitis atopik,

rinitis dll
5. Riwayat Pengobatan
Penderita belum pernah berobat sama sekali
6. Riwayat Alergi
Alergi terhadap makan-makanan laut, obat, debu dan cuaca disangkal.
7. Riwayat Psikososial
Penderita tinggal di asrama pesantren. 1 kamar sebanyak 4 orang. Penderita sering

memakai handuk secara bergantian dengan temannya, kadang tidur bersama dengan

teman lain dalam satu tempat tidur. Penderita selama 1 tahun belum pernah sama

sekali mengganti seprai begitupun dengan teman teman penderita yang lain.

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda Vital
- Tekanan Darah : Tidak dilakukan
- Nadi : 89 x / menit
- Suhu : 36.7 C
- Pernafasan : 18 x / menit
D. STATUS GENERALIS
1. Kepala
- Rambut : Berwarna hitam, distribusi merata, ketombe (-),
- Mata : Konjungtiva Anemis (-/-) Sklera Ikterik (-/-)
- Hidung : Sekret (-)
- Telinga : Serumen (-)
- Mulut : Gigi berlubang pada molar ke 2 kanan bawah.
- Kulit Kepala : Tidak ada Kelainan
- Kulit Wajah : Tidak ada Kelainan
2. Leher
- Pembesaran KGB : Tidak ada pembesaran KGB
- Pembesaran Tiroid : Tidak ada pembesaran Kelenjar Tiroid
- Kulit Leher : Tidak ada kelainan

2 | Page
3. Thoraks
- Kulit dinding dada : Tidak ada kelainan
- Paru
Inspeksi : dada simetris, gerak nafas tidak ada yang tertinggal
Palpasi : Vokal Fremitus sama dikedua lapang paru
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+)
- Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis Tidak Nampak
Palpasi : Ictus Cordis Teraba
Auskultasi : BJ I&II, Regular, Murmur (-), Gallop (-)
4. Abdomen
- Inspeksi : Datar. Skar (-), Lesi Kulit (+). Status dermatologi
- Auskultasi : Bising usus (+). Dalam batas normal
- Perkusi : Timpani seluruh kuadran abdomen
- Palpasi : Nyeri tekan (-), Hepatosplenomegali (-)
- Kulit : lihat status dermatogikus
5. Ekstremitas
- Atas : Akral Hangat (+/+), Sianosis (-/-) Deformitas (-/-

Bawah : Akral Hangat (+/+), Sianosis (-/-) Deformitas (-/-)


Kulit : Lihat status dermatologikus

E. STATUS DERMATOLOGIKUS

Distribusi Regional
Regio Interdigitalis Manus Dextra et Sinistra, Volar Manus Dextra et

Sinistra, Dorsum Manus Dextra et Sinistra, Abdomen, Fosa Cubiti

dextra et sinistra.
Lesi multiple, Sirkumskripta, diskret, ukuran lesi diameter terkecil 3

mm dan diameter terbesar 1 cm, bentuk sebagian bulat dan

sebagian tidak beraturan, sebagian menimbul dari permukaan,

kering
Efloresensi - Papul + pustul terutama pada interdigiti manus

dextra et sinistra, volar pergelangan tangan & fosa

cubiti.
- Makula hiperpigmentasi terutama pada badan

3 | Page
- Krusta serum terutama pada manus dan fosa cubiti
- Krusta hemmoragik pada badan

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan

G. RESUME

Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD Cianjur ditemani orang tuanya, dengan

keluhan gatal-gatal pada sela-sela jari, pergelangan tangan, dan perut sejak 1 bulan. Gatal

dirasa pertama kali di daerah perut kemudian menyebar pada kedua tangan. Lesi awalnya terlihat

seperti bentol pada sela jari kemudian penderita menggaruk sampai terlihat lecet dan bernanah.

Pruritus nokturnal. Penderita mengaku banyak teman-teman penderita mengalami keluhan gatal-

gatal. Penderitaa sering memakai anduk bergantian dengan temannya dan diakui belum pernah

mengganti seprai sudah 1 tahun.

Pada pemeriksaan fisik tanda vital dalam batas normal. Pada status generalis didapatkan gigi

berlubang pada molar ke-2 kanan bawah. Pada status dermatologi didapatkan :

Distribusi : Regional

Regio : Interdigitalis Manus Dextra et Sinistra, Volar Manus Dextra et Sinistra,

Dorsum Manus Dextra et Sinistra, Abdomen, Fosa Cubiti dextra et

sinistra.

4 | Page
Lesi : Lesi multiple, Sirkumskripta, diskret, ukuran lesi diameter terkecil 3

mm dan diameter terbesar 1 cm, bentuk sebagian bulat dan sebagian

tidak beraturan, lesi bilateral.

Efloresensi :

- Papul + pustul terutama pada interdigiti manus dextra et sinistra,

volar pergelangan tangan & fosa cubiti.


- Makula hiperpigmentasi terutama pada badan
- Krusta serum terutama pada manus dan fosa cubiti

Krusta hemmoragik pada badan

H. DIAGNOSIS
Diagnosis Banding
Skabies dengan infeksi sekunder
Prurigo Simpleks
Pedikulosis Korporis
Diagnosis Kerja
Skabies dengan infeksi sekunder

I. USULAN PEMERIKSAAN
Mencari tungau penyebab

J. PENATALAKSANAAN
1. Umum ( Non-Medikamentosa)
- Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai penyakit yang diderita oleh

pasien, bagaimana penularan dari penyakit, dan cara penggunaan obat yang

diberikan.
- Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit dan sebaiknya dilakukan pada

malam hari sebelum tidur.


- Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci dengan teratur dan

direndam dengan air panas.

5 | Page
- Alat-alat yang tidak bisa direndam dengan air panas seperti karpet, kasur, sofa

dapat dijemur.
- Setiap anggota kamar sebaiknya mendapatkan pengobatan yang sama dan ikut

menjaga kebersihan.
- Menyarankan pasien untuk berobat ke dokter gigi

2. Medikamentosa
- Topikal
1. Kompres dengan asam salisilat 0.1%.
2. Gentamisin salp 0.1%
3. Permethrine 5% dioleskan seluruh badan
- Sistemik
1. Amoxicilin kapsul 500 mg 3 x 1
2. Loratadine tablet 10 mg 1x1

K. PROGNOSIS
- Quo ad Vitam : Bonam
- Quo ad Sanationam : Bonam
- Quo ad Functionam : Bonam

BAB II
ANALISIS KASUS

Temuan Kasus Tinjauan Teori


Berdasarkan Anamnesis
Laki-laki, 13 tahun Penyakit ini dapat mengenai semua usia, pada dewasa muda
biasanya akibat dari kontak langsung.
Keluhan gatal-gatal pada sela- Sarcoptes scabiei sangat menyukai bagian kulit yang
sela jari, pergelangan tangan, memiliki stratum korneum yang relatif lebih longgar dan
dan perut tipis. Tempat predileksi yang khas adalah sela jari,
pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat
ketiak bagian depan, aerola mame (wanita), umbilicus,

6 | Page
bokong, genetalia eksterna (pria).
Malam hari sering sulit tidur Gatal terasa lebih hebat pada malam hari. Hal ini disebabkan
karena dirasakan gatal semakin karena meningkatnya aktivitas tungau akibat suhu tubuh
memberat yang lebih lembab dan panas sehingga aktivitas kutu
meningkat. Sensasi gatal yang hebat seringkali mengganggu
tidur dan penderita menjadi gelisah.
Saat ini pasien tinggal di Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, sehingga
asrama, yang berisikan 4 dalam sebuah keluarga biasanya mengenai seluruh anggota
orang, dan 2 orang lainnya keluarga. Begitu pula dalam sebuah pemukiman yang padat
mengalami hal yang sama penduduknya, skabies dapat menular hampir ke seluruh
penduduk. (Dalam kasus ini yang tinggal satu atap dengan
pasien)

Higienitas buruk Penularan terjadi :


(Berdasarkan riwayat 1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit),
psikososial, tidak mengganti misalnya berjabat tangan, tidur bersama, dan
seprai sudah 1 tahun, memakai hubungan seksual.
anduk bersama secara
2. Kontak tak langsung (melalui benda) misalnya
bergantian)
pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain.
Masa inkubasi berlangsung lama 4-6. Scabies sangat
menular, transmisi melalui kontak langsung dari kulit ke
kulit, dan tidak langsung melalui berbagai benda yang
terkontaminasi (sprei, sarung bantal, handuk, dsb). Tungau
scabies dapat hidup di luar tubuh manusia selama 24-36 jam.
Berdasarkan Pemeriksaan Fisik dan Status Dermatologikus
Interdigitalis Manus Dextra et Sarcoptes scabiei sangat menyukai bagian kulit yang
Sinistra, Volar Manus Dextra memiliki stratum korneum yang relatif lebih longgar dan
et Sinistra, Dorsum Manus tipis. Tempat predileksi yang khas adalah sela jari,
Dextra et Sinistra, Abdomen pergelangan tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat
Regio Umbilikalis dan ketiak bagian depan, aerola mame (wanita), umbilicus,
sekitarnya, fosa cubiti sinistra bokong, genetalia eksterna (pria).
et dextra.
Lesi multiple, Sirkumskripta, Lesi yang timbul berupa eritema, krusta, ekskoriasi papul
ukuran lesi diameter terkecil dan nodul yang sering ditemukan di tempat predileksi.
3 mm dan diameter terbesar
Lesi yang patognomonik adalah terowongan yang tipis dan
1 cm, bentuk sebagian bulat
kecil seperti benang, berstruktur linear kurang lebih 1 hingga
dan sebagian tidak beraturan,
10 mm, berwarna putih abu-abu, pada ujung terowongan
lesi bilateral.
ditemukan papul atau vesikel yang merupakan hasil dari

7 | Page
pergerakan tungau di dalam stratum korneum.
Primer : Papul, Vesikel, Lesi yang patognomonik adalah terowongan yang tipis dan
Makula hiperpigmentasi kecil seperti benang, berstruktur linear kurang lebih 1 hingga
10 mm, berwarna putih abu-abu, pada ujung terowongan
ditemukan papul atau vesikel yang merupakan hasil dari
pergerakan tungau di dalam stratum korneum.
Sekunder : Krusta serosa dan Bila ada infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf
hemoragik. (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain).

Penegakkan diagnosis dari scabies yaitu bila ditemukan 2 dari 4 kriteria yaitu : 1) Pruritus

Nokturna, 2) Mengenai Sekelompok Orang, 3) Ditemukan terowongan, dan 4) Menemukan

Sarcoptes scabiei.1 Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan analisis kasus, bahwa

ditemukan beberapa hal yang mengarahkan diagnosis menuju scabies.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

1. SKABIES

A. PENDAHULUAN
Pengetahuan dasar tentang penyakit ini diletakkan oleh Von Hebra, bapak dermatologi

modern. Penyebab ditemukan pertama kali oleh Benomo pada 1687, kemudiam Mellanby

melakukan percobaan induksi pada relawan selama perang dunia II. Scabies dari bahasa latin

scabere, yang artinya to scratch dulu dikenal sebagai gatal 7 tahun, yaitu penyakit kulit

8 | Page
menular yang menyerang manusia dan binatang. Dalam klasifikasi WHO dikelompokkam

sebagai water-related disease. Penyebab adalah Sarcoptes scabiei, yatu kutu parasite yang

mampu menggali terowongan di kulit dan menyebabkan rasa gatal.1


Scabies ditularkan secara langusng dari orang ke orang melalui kontak langsung, tetapi

dapat pula kontak tidak langsung. Masa inkubasi 4-6 minggu. Jenis yang berat scabies yang

berkrusta (crusted scabies), dulu disebut Norwegia Scabies, biasanya terjadi pada pasien

dengan imunokompremais.1
Berbagai obat anti scabies, di antaranya yang paling efektif adalah krim permethrin, obat

pilihan lainnya adalah krotamiton walaupun kurang efektif tetapi kurang toksik, ivermectin

dapat digunakan secara oral atau topikal, sedangkan lindane tidak lagi dipakai karena toksik

dan dianggap scabies sudah resisten terhadap linden.1


B. DEFINISI

Skabies merupakan penyakit kulit menular yang diakibatkan ektoparasit Sarcoptes

scabiei var hominis. Sinonimnya The itchm sky-bees, gudik, budukan, gatal agogo.1
C. EPIDEMIOLOGI
Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemic scabies, banyak faktor yang

menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain sosial ekonomi yang rendah, hygiene

yang buruk, hubungan seksual bersifat promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan

dermografik dan ekologik. Penyakit ini dpat dimasukkann dalam I.M.S (Infeksi Menular

Seksual).1 Diperkirakan terjadi 3 juta kasus per tahun diseluruh dunia.2


Pada anak sering kali usia kurang dari 5 tahun, pada dewasa muda sering kali didapatkan dari

kontak badan, pada lansia dapat disebabkan oleh perawatan diri yang buruk,
Cara Penularan (Transmisi)
1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama,

dan hubungan seksual.


2. Kontak tak langsung (melalui benda) misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan

lain-lain.

9 | Page
Penularannya biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau kadang-

kadang oleh bentuk dibuahai atau kadang-kadang oleh bentuk larva. Dikenal juga Sarcoptess

scabiei var. animalis yang kadang-kadang dapat menulari mnusia, terutama pada mereka

yang banyak memelihara binatang peliharaan, misalnya anjing.1

D. ETIOLOGI

Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, super

famili Sarcoptes, penemunya adalah seorang ahli biologi Diacinto Cestoni (1637-1718). Pada

manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Selain itu, terdapat S. scabiei yang lain,

misalnya pada kambing dan babi.1


Secara morfologi merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggung cembung, bagian

perut rata, dan mempunyai 8 kaki. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak

bermata. Ukuran yang betina berkisaran antara 330-450 mikron x 250-350 mikron,

sedangkan yang jantan lebih kecil yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa

mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang

kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasang kaki

ketiga berakhir dengan alat perekat.1


E. KLASIFIKASI

Klasifikasi : Sarcoptes scabiei var. hominis


Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Arachnida
Subclass : Acari
Family : Sarcoptidae
Genus : Sarcoptes
Spesies : Sarcoptes scabiei, variation hominis

F. PATOGENESIS

10 | P a g e
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut : setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di

atas kulit, tungau jantan akan mati, kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam

terowongan yang digali oleh tungau betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali

terowongan dalam stratum korneum dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari sambal

meletakkan telurnya 2 hingga 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan

lamanya. Telur akan menetas biasanya dalam waktu 3-10 hari dan menjadi larva yang

mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga

keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai bentuk, jantan dan

betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus misalnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa

memerlukan waktu 8-12 hari.1


Aktivitas S. scabiei di dalam kulit menyebabkan rasa gatal dan menimbulkan respons

imunitas selular dan humoral serta mampu meningkatkan IgE baik di serum maupun di kulit.

Masa inkubasi berlangsung lama 4-6. Scabies sangat menular, transmisi melalui kontak

langsung dari kulit ke kulit, dan tidak langsung melalui berbagai bena yang terkontaminasi

(sprei, sarung bantal, handuk, dsb). Tungau scabies dapat hidup di luar tubuh manusia selama

24-36 jam. Tungau dapat ditransmisi melalui kontak seksual, walaupun menggunakan

kondom, karena kontaknya melalui kulit di luar kondom.1


Kelainan kulit tidak hanya disebabkan oleh tungau scabies, tetapi juga oleh penderita

sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekreta dan

eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah investasi. Pada saat itu,

kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika, dan lain-

lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.1

G. GEJALA KLINIS DAN DIAGNOSIS


Diagnosis Skabies ditegakkan atas dasar 2 dari 4 kriteria di bawah ini:

11 | P a g e
1. Pruritus nocturna
Setelah pertama kali terinfeksi dengan tungau skabies, kelainan kulit seperti

pruritus akan timbul selama 6 hingga 8 minggu. Infeksi yang berulang menyebabkan

ruam dan gatal yang timbul hanya dalam beberapa hari. Gatal terasa lebih hebat pada

malam hari. Hal ini disebabkan karena meningkatnya aktivitas tungau akibat suhu tubuh

yang lebih lembab dan panas sehingga aktivitas kutu meningkat. Sensasi gatal yang

hebat seringkali mengganggu tidur dan penderita menjadi gelisah.1


2. Sekelompok orang
Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, sehingga dalam sebuah

keluarga biasanya mengenai seluruh anggota keluarga. Begitu pula dalam sebuah

pemukiman yang padat penduduknya, skabies dapat menular hampir ke seluruh

penduduk. Didalam kelompok mungkin akan ditemukan individu yang hiposensitisasi,

walaupun terinfestasi oleh parasit sehingga tidak menimbulkan keluhan klinis akan tetapi

menjadi pembawa/carier bagi individu lain.1


3. Ditemukannya terowongan
Adanya terowongan yang sedikit meninggi, berbentuk garis lurus atau kelok-

kelok, panjangnya beberapa millimeter sampai 1 cm, dan pada ujungnya tampak

vesikula, papula, atau pustula. Kelangsungan hidup Sarcoptes scabiei sangat bergantung

kepada kemampuannya meletakkan telur, larva dan nimfa didalam stratum korneum,

oleh karena itu parasit sangat menyukai bagian kulit yang memiliki stratum korneum

yang relatif lebih longgar dan tipis. Lesi yang timbul berupa eritema, krusta, ekskoriasi

papul dan nodul yang sering ditemukan di daerah sela-sela jari, aspek volar pada

pergelangan tangan dan lateral telapak tangan, siku, aksilar, skrotum, penis, labia dan

pada areola wanita. Bila ada infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul,

ekskoriasi, dan lain-lain).1

12 | P a g e
Erupsi eritematous dapat tersebar di badan sebagai reaksi hipersensitivitas pada

antigen tungau. Lesi yang patognomonik adalah terowongan yang tipis dan kecil seperti

benang, berstruktur linear kurang lebih 1 hingga 10 mm, berwarna putih abu-abu, pada

ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel yang merupakan hasil dari pergerakan

tungau di dalam stratum korneum. Terowongan ini terlihat jelas kelihatan di sela-sela

jari, pergelangan tangan dan daerah siku. Namun, terowongan tersebut sukar ditemukan

di awal infeksi karena aktivitas menggaruk pasien yang hebat.1


4. Menemukan Sarcoptes scabiei
Apabila kita dapat menemukan terowongan yang masih utuh kemungkinan besar

kita dapat menemukan tungau dewasa, larva, nimfa maupun skibala dan ini merupakan

hal yang paling diagnostik. Tempat predileksi yang khas adalah sela jari, pergelangan

tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mame (wanita),

umbilicus, bokong, genetalia eksterna (pria). Pada orang dewasa jarang terdapat di muka

dan kepala, kecuali pada penderita imunosupresif, sedangkan pada bayi, lesi dapat terjadi

diseluruh permukaan kulit.1


H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

13 | P a g e
Penderita scabies dengan gejala klinis spesifik akan memudahkan diagnosis scabies.

Namun terkadang terdapat penderita yang datang dengan lesi yang bervariasi sehingga

diagnosis pasti sulit ditegakkan. Pada umumnya diagnosis klinis ditegakkan bila ditemukan

dua dari empat cardinal sign. Adapun beberapa cara yang dapat digunakan untuk menemukan

tungau dan produknya yaitu:

1. Kerokan kulit
Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan minyak mineral atau KOH 10% lalu

dilakukan kerokan dengan meggunakan scalpel steril yang bertujuan untuk mengangkat

atap papula atau kanalikuli. Bahan pemeriksaan diletakkan di gelas objek dan ditutup

dengan kaca penutup lalu diperiksa dibawah mikroskop.3

Sarcoptes scabiei var hominis pada Pemeriksaan KOH

2. Mengambil tungau dengan jarum


Bila menemukan terowongan, jarum suntik yang runcing ditusukkan kedalam

terowongan yang utuh dan digerakkan secara tangensial ke ujung lainnya kemudian

dikeluarkan. Bila positif, Tungau terlihat pada ujung jarum sebagai parasit yang sangat

kecil dan transparan. Cara ini mudah dilakukan tetapi memerlukan keahlian tinggi.3
3. Membuat biopsi irisan (epidermal shave biopsy)

14 | P a g e
Diagnosis pasti dapat melalui identifikasi tungau, telur atau skibala secara

mikroskopik. Ini dilakukan dengan cara menjepit lesi dengan ibu jari dan telunjuk

kemudian dibuat irisan tipis, dan dilakukan irisan superficial secara menggunakan pisau

dan berhati-hati dalam melakukannya agar tidak berdarah. Kerokan tersebut diletakkan

di atas kaca objek dan ditetesi dengan minyak mineral yang kemudian diperiksa dibawah

mikroskop.3
4. Biopsi irisan dengan pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin).1

Apabila kita dapat menemukan terowongan yang masih utuh kemungkinan besar

kita dapat menemukan tungau dewasa, larva, nimfa maupun skibala dan ini merupakan

hal yang paling diagnostik. Akan tetapi, kriteria ini sulit dipenuhi karena hampir

sebagian besar penderita pada umumnya datang dengan lesi yang sangat variatif dan

tidak spesifik.

Pada kasus skabies yang klasik, jumlah tungau sedikit sehingga diperlukan

beberapa lokasi kerokan kulit. Teknik pemeriksaan ini sangat tergantung pada operator

pemeriksaan, sehingga kegagalan menemukan tungau sering terjadi namun tidak

menyingkirkan diagnosis skabies. Namun karena sulitnya menemukan tungau maka

diagnosis scabies harus dipertimbangkan pada setiap penderita yang datang dengan

keluhan gatal yang menetap.

I. DIAGNOSIS BANDING

Differential Diagnosis of Scabies


Most Likely
Atopic dermatitis
Insect bites reaction
Contact Dermatitis

15 | P a g e
Dermatitis Herpetiformis
Dyshidrotic eczema
Consider
Psoriasis ; particulary in the crust variety
Bullous pemphigoid, when vesicles and bullas are present
Drug eruption
Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 7th ed.4
J. PENATALAKSANAAN

Syarat obat yang ideal1 :

1. Harus efektif terhadap semua stadium tungau

2. Harus tidak menimbulkan iritasi dan tidak bersisik

3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian

4. Mudah diperoleh dan harganya murah

Jenis obat topikal :

1. Belerang endapan (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salap atau

krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunaan

dilakukan selama 3 hari berturut-turut. Kekurangan yang lain ialah berbau dan

mengotori pakaian serta kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi

berumur kurang dari 2 tahun.1


2. Emulsi benzyl-benzoas (20-25%), efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap

malam selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-

kadang makin gatal dan panas setelah dipakai.1


3. Gama benzene heksa klorida (gemeksan = gammaexane) kada 1% dalam krim atau

losio, termasuk obat pilihan karena efektif dan jarang memberi iritasi, obat ini tidak

dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan ibu hamil karena toksis terhadap susunan

saraf pusat. Pemberian cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala, diulangi seminggu

kemudian.1

16 | P a g e
4. Krotamition 10% dalam krim atau losia juga merupakan obat pilihan, mempunyai dua

efek sebagai antiskabies dan antigatal, harus dijauhkan dari mata dan uretra.1
5. Premetrin dengan kadar 5% dalam krim, efektifitasnya sama, aplikasi hanya sekali,

dan dibersihkan dengan mandi setelah pemakain 8-10 jam. Pengobatan diulangi

setelah seminggu. Tidak dianjurkan pada bayi dibawah umur 2 tahun.1

Diluar negeri dianjurkan pemakaian ivermectin (200g/kg) per oral, terutama pasien

yang persisten atau resisten terhadap permetrin1

Cara memutus transmisi penyebab penyakit scabies antara lain dengan:

1. Seprai dan pakaian dicuci dengan air panas, lalu dikeringkan dengan sinar matahari

yang panas lalu disetrika dengan setrika yang panas


2. Tidak menggunakan barang pribadi seperti baju, handuk secara bersamaan
3. Menjaga kebersihan diri.

K. PENCEGAHAN
Dalam upaya prevetif, perlu dilakukan edukasi pada pasien tentang penyakit scabies,

perjalanan penyakit, penularan, cara eradikasi tungau scabies, menjaga higien pribadi, dan

tata cara pengolesan obat. Rasa gatal terkadang tetap berlangsung walaupun kulit sudah

bersih. Pengobatan dilakukan pada orang serumah dan orang di sekitar pasien yang

berhubungan erat.1
Individu dalam kontak dekat dengan orang yang terinfeksi harus ditangani dengan

scabies topikal. Pengobatan harus ditujukan untuk mencegah penyebaran skabies, karena

individu dapat menyimpan tungau skabies selama masa inkubasi tanpa gejala. Selain itu,

untuk mencegah infeksi ulang dengan fomites, sprei dan sarung bantal, handuk, dan pakaian

yang dikenakan selama 5 hari terakhir harus dicuci dan dikeringkan dalam siklus panas, atau

cuci kering, karena tungau dapat hidup sampai 3 hari dari kulit dan karpet.4

L. PROGNOSIS

17 | P a g e
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat pengobatan dan

menghilangkan faktor predisposisi (antara lain hygiene), maka penyakit ini dapat diberantas

dan memberi prognosis yang baik.


2. PRURIGO SIMPLEKS
Prurigo merupakan peradangan kronis di kulit ditandai dengan papul dengan vesikel kecil

di atasnya, disertai rasa gatal, kerap kali menyerang anak-anak.


Papul prurigo tampak dalam macam-macam tingkat perkembangan dan ditemukan paling

sering pada usia pertengahan. Tempat yang sering terkena ialah badan dan bagian

ekstensor ekstremitas. Wajah dan bagian kepala yang berambut juga terkena tersendiri

atau bersama-sama dengan tempt lainnya. Lesi biasanya muncul dalam kelompoknya

sehingga papul, vesikel, dan jaringan parut dapat terlihat pada saat bersamaan.
Beberapa variasi prurigo pernah dilaporkan. Prurigo Melanotik Pierini dan Borda terjadi

pada perempuan usia pertengahan berupa pruritus bersamaan dengan sirosis biliaris

primer. Lesi berupa hiperpigmentasi retikuler, sangat gatal, terutama mengenai badan.

3. PEDIKULOSIS KORPORIS
Definisi
Infeksi kulit disebabkan oleh Pediculus humanus var. corporis.
Epidemiologi
Penyakit ini biasanya menyerang orang dewasa terutama pada orang dengan
higine yang buruk, misalnya pengembara, disebabkan mereka jarang mandi atau jarang
mengganti dan mencuci pakaian. Oleh karena itu, penyakit ini disebut penyakit
Vagabond. Hal ini disebabkan kutu tidak melekat pada kulit, tetapi pada serat kapas
disela-sela lipatan pakaian dan hanya transien ke kulit untuk menghisap darah.
Penyebaran penyakit ini bersifat kosmopolit, lebih sering pda daerah beriklim dingin
karena orang mencuci baju yang tebal serta jarang dicuci.
Patogenesis
Kelainan kulit yang timbul disebabkan oleh garukan untuk menghilangkan rasa

gatal. Rasa gatal ini disebabkan oleh pengaruh liur dan eksrkreta dari kutu pada waktu

menghisap darah.
Gejala Klinis

18 | P a g e
Umumnya hanya ditemukan kelaina beerupa bekas-bekas garukan pada badan,

karena gatal baru berkurang dengan garukan yang lebih intensif. Kadang-kadang timbul

infeksi sekunder dengan pembesaran kelenjar getah bening regional.

Pengobatan
Dengan krim gameksan 1% yang dioleskan tipis-tipis diseluruh tubuh dan
didiamkan 24 jam, setelah itu penderita mandi. Jika masih belum sembuh diulangi 4 hari
kemudian. Obat lain ialah emulsi benzyl benzoate 25% dan bubuk malathion 2%. Pakaian
agar dicuci dengan air panas atau disetrika, untuk membunuh telur dan kutu. Jika terdapat
infeksi sekunder diobati dengan antibiotic secara sistematik dan topical.

BAB IV
KESIMPULAN

Penegakkan diagnosis dari scabies yaitu bila ditemukan 2 dari 4 kriteria yaitu : 1) Pruritus
Nokturna, 2) Mengenai Sekelompok Orang, 3) Ditemukan terowongan, dan 4) Menemukan

19 | P a g e
Sarcoptes scabiei. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan analisis kasus, bahwa
ditemukan beberapa hal yang mengarahkan diagnosis menuju scabies.
Selain dengan terapi medikamentosa, perlu dilakukan pula kiat-kiat yang memutuskan
transmisi dari Skabies itu sendiri, seperti menjaga higienitas diri dan lingkungan serta upaya
preventif untuk mencegah kekambuhan dari scabies ini sendiri. Edukasi dan melakukan
pengobatan kepada orang yang yang berhubungan erat dengan pasien dapat dilakukan, untuk
mencegah penyebaran scabies.

20 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

1. Boediardja SA, Handoko RP. Skabies. In: Menaldi SLSW, Kusmarinah B, Wresti I, editor.

Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta : FKUI ; 2015.p. 137-140.
2. Wolff, Klaus, Johnson, Richard A., Suurmond, Dick, 2007. In: Fitzpatricks Color Atlas &

Synopsis of Clinical Dermatology. 6th edition.McGraw-Hills.p.907-915


3. Boediardja, SA. Uji Diagnosis di Bidang Dermato-Venereologi. In: Menaldi SLSW,

Kusmarinah B, Wresti I, editor. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta : FKUI ;

2015.p. 57-63.
4. Stone SP, Goldfarb JN, Bacelieri RE. Scabies, Other Mites, and Pediculosis. In : Wolff K,

Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor. Fitzpatricks

Dermatology in General Medicine. 7th ed. New York: McGraw-Hill: 2008.p2029-2032

21 | P a g e
Lampiran

22 | P a g e
23 | P a g e

You might also like