Professional Documents
Culture Documents
STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. ES
Usia : 13 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
dengan keluhan bruntus dan sebagian bernanah, terasa gatal pada sela-sela jari,
pergelangan tangan, dan perut sejak 1 bulan. Gatal dirasa pertama kali di daerah
perut kemudian menyebar pada kedua tangan. Lesi awalnya terlihat seperti bentol
pada sela jari kemudian os menggaruk sampai terlihat lecet dan bernanah. Bruntus
mulai terlihat bernanah sejak 1 minggu terakhir. Penderita merasakan gatal pada
malam hari lebih hebat sampai mengganggu tidur. Saat ini penderita tinggal di
mengalami keluhan gatal-gatal. penderita sekamar 4 orang dan kedua teman penderita
sudah menderita gatal terlebih dahulu. Perasan demam dan tidak enak badan
disangkal.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
1 | Page
- Penderita baru pertama kali mengalami keluhan seperti ini
- Penderita tidak memiliki penyakit asma, ataupun penyakit atopik lainnya seperti
sebelumnya.
- Tidak terdapat riwayat atopik pada keluarga, seperti asma, dermatitis atopik,
rinitis dll
5. Riwayat Pengobatan
Penderita belum pernah berobat sama sekali
6. Riwayat Alergi
Alergi terhadap makan-makanan laut, obat, debu dan cuaca disangkal.
7. Riwayat Psikososial
Penderita tinggal di asrama pesantren. 1 kamar sebanyak 4 orang. Penderita sering
memakai handuk secara bergantian dengan temannya, kadang tidur bersama dengan
teman lain dalam satu tempat tidur. Penderita selama 1 tahun belum pernah sama
sekali mengganti seprai begitupun dengan teman teman penderita yang lain.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Tanda Vital
- Tekanan Darah : Tidak dilakukan
- Nadi : 89 x / menit
- Suhu : 36.7 C
- Pernafasan : 18 x / menit
D. STATUS GENERALIS
1. Kepala
- Rambut : Berwarna hitam, distribusi merata, ketombe (-),
- Mata : Konjungtiva Anemis (-/-) Sklera Ikterik (-/-)
- Hidung : Sekret (-)
- Telinga : Serumen (-)
- Mulut : Gigi berlubang pada molar ke 2 kanan bawah.
- Kulit Kepala : Tidak ada Kelainan
- Kulit Wajah : Tidak ada Kelainan
2. Leher
- Pembesaran KGB : Tidak ada pembesaran KGB
- Pembesaran Tiroid : Tidak ada pembesaran Kelenjar Tiroid
- Kulit Leher : Tidak ada kelainan
2 | Page
3. Thoraks
- Kulit dinding dada : Tidak ada kelainan
- Paru
Inspeksi : dada simetris, gerak nafas tidak ada yang tertinggal
Palpasi : Vokal Fremitus sama dikedua lapang paru
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+)
- Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis Tidak Nampak
Palpasi : Ictus Cordis Teraba
Auskultasi : BJ I&II, Regular, Murmur (-), Gallop (-)
4. Abdomen
- Inspeksi : Datar. Skar (-), Lesi Kulit (+). Status dermatologi
- Auskultasi : Bising usus (+). Dalam batas normal
- Perkusi : Timpani seluruh kuadran abdomen
- Palpasi : Nyeri tekan (-), Hepatosplenomegali (-)
- Kulit : lihat status dermatogikus
5. Ekstremitas
- Atas : Akral Hangat (+/+), Sianosis (-/-) Deformitas (-/-
E. STATUS DERMATOLOGIKUS
Distribusi Regional
Regio Interdigitalis Manus Dextra et Sinistra, Volar Manus Dextra et
dextra et sinistra.
Lesi multiple, Sirkumskripta, diskret, ukuran lesi diameter terkecil 3
kering
Efloresensi - Papul + pustul terutama pada interdigiti manus
cubiti.
- Makula hiperpigmentasi terutama pada badan
3 | Page
- Krusta serum terutama pada manus dan fosa cubiti
- Krusta hemmoragik pada badan
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan
G. RESUME
Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD Cianjur ditemani orang tuanya, dengan
keluhan gatal-gatal pada sela-sela jari, pergelangan tangan, dan perut sejak 1 bulan. Gatal
dirasa pertama kali di daerah perut kemudian menyebar pada kedua tangan. Lesi awalnya terlihat
seperti bentol pada sela jari kemudian penderita menggaruk sampai terlihat lecet dan bernanah.
Pruritus nokturnal. Penderita mengaku banyak teman-teman penderita mengalami keluhan gatal-
gatal. Penderitaa sering memakai anduk bergantian dengan temannya dan diakui belum pernah
Pada pemeriksaan fisik tanda vital dalam batas normal. Pada status generalis didapatkan gigi
berlubang pada molar ke-2 kanan bawah. Pada status dermatologi didapatkan :
Distribusi : Regional
sinistra.
4 | Page
Lesi : Lesi multiple, Sirkumskripta, diskret, ukuran lesi diameter terkecil 3
Efloresensi :
H. DIAGNOSIS
Diagnosis Banding
Skabies dengan infeksi sekunder
Prurigo Simpleks
Pedikulosis Korporis
Diagnosis Kerja
Skabies dengan infeksi sekunder
I. USULAN PEMERIKSAAN
Mencari tungau penyebab
J. PENATALAKSANAAN
1. Umum ( Non-Medikamentosa)
- Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai penyakit yang diderita oleh
pasien, bagaimana penularan dari penyakit, dan cara penggunaan obat yang
diberikan.
- Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit dan sebaiknya dilakukan pada
5 | Page
- Alat-alat yang tidak bisa direndam dengan air panas seperti karpet, kasur, sofa
dapat dijemur.
- Setiap anggota kamar sebaiknya mendapatkan pengobatan yang sama dan ikut
menjaga kebersihan.
- Menyarankan pasien untuk berobat ke dokter gigi
2. Medikamentosa
- Topikal
1. Kompres dengan asam salisilat 0.1%.
2. Gentamisin salp 0.1%
3. Permethrine 5% dioleskan seluruh badan
- Sistemik
1. Amoxicilin kapsul 500 mg 3 x 1
2. Loratadine tablet 10 mg 1x1
K. PROGNOSIS
- Quo ad Vitam : Bonam
- Quo ad Sanationam : Bonam
- Quo ad Functionam : Bonam
BAB II
ANALISIS KASUS
6 | Page
bokong, genetalia eksterna (pria).
Malam hari sering sulit tidur Gatal terasa lebih hebat pada malam hari. Hal ini disebabkan
karena dirasakan gatal semakin karena meningkatnya aktivitas tungau akibat suhu tubuh
memberat yang lebih lembab dan panas sehingga aktivitas kutu
meningkat. Sensasi gatal yang hebat seringkali mengganggu
tidur dan penderita menjadi gelisah.
Saat ini pasien tinggal di Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, sehingga
asrama, yang berisikan 4 dalam sebuah keluarga biasanya mengenai seluruh anggota
orang, dan 2 orang lainnya keluarga. Begitu pula dalam sebuah pemukiman yang padat
mengalami hal yang sama penduduknya, skabies dapat menular hampir ke seluruh
penduduk. (Dalam kasus ini yang tinggal satu atap dengan
pasien)
7 | Page
pergerakan tungau di dalam stratum korneum.
Primer : Papul, Vesikel, Lesi yang patognomonik adalah terowongan yang tipis dan
Makula hiperpigmentasi kecil seperti benang, berstruktur linear kurang lebih 1 hingga
10 mm, berwarna putih abu-abu, pada ujung terowongan
ditemukan papul atau vesikel yang merupakan hasil dari
pergerakan tungau di dalam stratum korneum.
Sekunder : Krusta serosa dan Bila ada infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf
hemoragik. (pustul, ekskoriasi, dan lain-lain).
Penegakkan diagnosis dari scabies yaitu bila ditemukan 2 dari 4 kriteria yaitu : 1) Pruritus
Sarcoptes scabiei.1 Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan analisis kasus, bahwa
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
1. SKABIES
A. PENDAHULUAN
Pengetahuan dasar tentang penyakit ini diletakkan oleh Von Hebra, bapak dermatologi
modern. Penyebab ditemukan pertama kali oleh Benomo pada 1687, kemudiam Mellanby
melakukan percobaan induksi pada relawan selama perang dunia II. Scabies dari bahasa latin
scabere, yang artinya to scratch dulu dikenal sebagai gatal 7 tahun, yaitu penyakit kulit
8 | Page
menular yang menyerang manusia dan binatang. Dalam klasifikasi WHO dikelompokkam
sebagai water-related disease. Penyebab adalah Sarcoptes scabiei, yatu kutu parasite yang
dapat pula kontak tidak langsung. Masa inkubasi 4-6 minggu. Jenis yang berat scabies yang
berkrusta (crusted scabies), dulu disebut Norwegia Scabies, biasanya terjadi pada pasien
dengan imunokompremais.1
Berbagai obat anti scabies, di antaranya yang paling efektif adalah krim permethrin, obat
pilihan lainnya adalah krotamiton walaupun kurang efektif tetapi kurang toksik, ivermectin
dapat digunakan secara oral atau topikal, sedangkan lindane tidak lagi dipakai karena toksik
scabiei var hominis. Sinonimnya The itchm sky-bees, gudik, budukan, gatal agogo.1
C. EPIDEMIOLOGI
Ada dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemic scabies, banyak faktor yang
menunjang perkembangan penyakit ini, antara lain sosial ekonomi yang rendah, hygiene
yang buruk, hubungan seksual bersifat promiskuitas, kesalahan diagnosis, dan perkembangan
dermografik dan ekologik. Penyakit ini dpat dimasukkann dalam I.M.S (Infeksi Menular
kontak badan, pada lansia dapat disebabkan oleh perawatan diri yang buruk,
Cara Penularan (Transmisi)
1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama,
lain-lain.
9 | Page
Penularannya biasanya oleh Sarcoptes scabiei betina yang sudah dibuahi atau kadang-
kadang oleh bentuk dibuahai atau kadang-kadang oleh bentuk larva. Dikenal juga Sarcoptess
scabiei var. animalis yang kadang-kadang dapat menulari mnusia, terutama pada mereka
D. ETIOLOGI
Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, super
famili Sarcoptes, penemunya adalah seorang ahli biologi Diacinto Cestoni (1637-1718). Pada
manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Selain itu, terdapat S. scabiei yang lain,
perut rata, dan mempunyai 8 kaki. Tungau ini translusen, berwarna putih kotor, dan tidak
bermata. Ukuran yang betina berkisaran antara 330-450 mikron x 250-350 mikron,
sedangkan yang jantan lebih kecil yakni 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa
mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang
kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada yang jantan pasang kaki
F. PATOGENESIS
10 | P a g e
Siklus hidup tungau ini sebagai berikut : setelah kopulasi (perkawinan) yang terjadi di
atas kulit, tungau jantan akan mati, kadang masih dapat hidup beberapa hari dalam
terowongan yang digali oleh tungau betina. Tungau betina yang telah dibuahi menggali
terowongan dalam stratum korneum dengan kecepatan 2-3 milimeter sehari sambal
meletakkan telurnya 2 hingga 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup sebulan
lamanya. Telur akan menetas biasanya dalam waktu 3-10 hari dan menjadi larva yang
mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga
keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi nimfa yang mempunyai bentuk, jantan dan
betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus misalnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa
imunitas selular dan humoral serta mampu meningkatkan IgE baik di serum maupun di kulit.
Masa inkubasi berlangsung lama 4-6. Scabies sangat menular, transmisi melalui kontak
langsung dari kulit ke kulit, dan tidak langsung melalui berbagai bena yang terkontaminasi
(sprei, sarung bantal, handuk, dsb). Tungau scabies dapat hidup di luar tubuh manusia selama
24-36 jam. Tungau dapat ditransmisi melalui kontak seksual, walaupun menggunakan
sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap sekreta dan
eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah investasi. Pada saat itu,
kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika, dan lain-
lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder.1
11 | P a g e
1. Pruritus nocturna
Setelah pertama kali terinfeksi dengan tungau skabies, kelainan kulit seperti
pruritus akan timbul selama 6 hingga 8 minggu. Infeksi yang berulang menyebabkan
ruam dan gatal yang timbul hanya dalam beberapa hari. Gatal terasa lebih hebat pada
malam hari. Hal ini disebabkan karena meningkatnya aktivitas tungau akibat suhu tubuh
yang lebih lembab dan panas sehingga aktivitas kutu meningkat. Sensasi gatal yang
keluarga biasanya mengenai seluruh anggota keluarga. Begitu pula dalam sebuah
walaupun terinfestasi oleh parasit sehingga tidak menimbulkan keluhan klinis akan tetapi
kelok, panjangnya beberapa millimeter sampai 1 cm, dan pada ujungnya tampak
vesikula, papula, atau pustula. Kelangsungan hidup Sarcoptes scabiei sangat bergantung
kepada kemampuannya meletakkan telur, larva dan nimfa didalam stratum korneum,
oleh karena itu parasit sangat menyukai bagian kulit yang memiliki stratum korneum
yang relatif lebih longgar dan tipis. Lesi yang timbul berupa eritema, krusta, ekskoriasi
papul dan nodul yang sering ditemukan di daerah sela-sela jari, aspek volar pada
pergelangan tangan dan lateral telapak tangan, siku, aksilar, skrotum, penis, labia dan
pada areola wanita. Bila ada infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul,
12 | P a g e
Erupsi eritematous dapat tersebar di badan sebagai reaksi hipersensitivitas pada
antigen tungau. Lesi yang patognomonik adalah terowongan yang tipis dan kecil seperti
benang, berstruktur linear kurang lebih 1 hingga 10 mm, berwarna putih abu-abu, pada
ujung terowongan ditemukan papul atau vesikel yang merupakan hasil dari pergerakan
tungau di dalam stratum korneum. Terowongan ini terlihat jelas kelihatan di sela-sela
jari, pergelangan tangan dan daerah siku. Namun, terowongan tersebut sukar ditemukan
kita dapat menemukan tungau dewasa, larva, nimfa maupun skibala dan ini merupakan
hal yang paling diagnostik. Tempat predileksi yang khas adalah sela jari, pergelangan
tangan bagian volar, siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mame (wanita),
umbilicus, bokong, genetalia eksterna (pria). Pada orang dewasa jarang terdapat di muka
dan kepala, kecuali pada penderita imunosupresif, sedangkan pada bayi, lesi dapat terjadi
13 | P a g e
Penderita scabies dengan gejala klinis spesifik akan memudahkan diagnosis scabies.
Namun terkadang terdapat penderita yang datang dengan lesi yang bervariasi sehingga
diagnosis pasti sulit ditegakkan. Pada umumnya diagnosis klinis ditegakkan bila ditemukan
dua dari empat cardinal sign. Adapun beberapa cara yang dapat digunakan untuk menemukan
1. Kerokan kulit
Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan minyak mineral atau KOH 10% lalu
dilakukan kerokan dengan meggunakan scalpel steril yang bertujuan untuk mengangkat
atap papula atau kanalikuli. Bahan pemeriksaan diletakkan di gelas objek dan ditutup
terowongan yang utuh dan digerakkan secara tangensial ke ujung lainnya kemudian
dikeluarkan. Bila positif, Tungau terlihat pada ujung jarum sebagai parasit yang sangat
kecil dan transparan. Cara ini mudah dilakukan tetapi memerlukan keahlian tinggi.3
3. Membuat biopsi irisan (epidermal shave biopsy)
14 | P a g e
Diagnosis pasti dapat melalui identifikasi tungau, telur atau skibala secara
mikroskopik. Ini dilakukan dengan cara menjepit lesi dengan ibu jari dan telunjuk
kemudian dibuat irisan tipis, dan dilakukan irisan superficial secara menggunakan pisau
dan berhati-hati dalam melakukannya agar tidak berdarah. Kerokan tersebut diletakkan
di atas kaca objek dan ditetesi dengan minyak mineral yang kemudian diperiksa dibawah
mikroskop.3
4. Biopsi irisan dengan pewarnaan HE (Hematoksilin Eosin).1
Apabila kita dapat menemukan terowongan yang masih utuh kemungkinan besar
kita dapat menemukan tungau dewasa, larva, nimfa maupun skibala dan ini merupakan
hal yang paling diagnostik. Akan tetapi, kriteria ini sulit dipenuhi karena hampir
sebagian besar penderita pada umumnya datang dengan lesi yang sangat variatif dan
tidak spesifik.
Pada kasus skabies yang klasik, jumlah tungau sedikit sehingga diperlukan
beberapa lokasi kerokan kulit. Teknik pemeriksaan ini sangat tergantung pada operator
diagnosis scabies harus dipertimbangkan pada setiap penderita yang datang dengan
I. DIAGNOSIS BANDING
15 | P a g e
Dermatitis Herpetiformis
Dyshidrotic eczema
Consider
Psoriasis ; particulary in the crust variety
Bullous pemphigoid, when vesicles and bullas are present
Drug eruption
Fitzpatricks Dermatology in General Medicine. 7th ed.4
J. PENATALAKSANAAN
3. Tidak berbau atau kotor serta tidak merusak atau mewarnai pakaian
1. Belerang endapan (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20% dalam bentuk salap atau
krim. Preparat ini karena tidak efektif terhadap stadium telur, maka penggunaan
dilakukan selama 3 hari berturut-turut. Kekurangan yang lain ialah berbau dan
mengotori pakaian serta kadang-kadang menimbulkan iritasi. Dapat dipakai pada bayi
malam selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-
losio, termasuk obat pilihan karena efektif dan jarang memberi iritasi, obat ini tidak
dianjurkan pada anak di bawah 6 tahun dan ibu hamil karena toksis terhadap susunan
saraf pusat. Pemberian cukup sekali, kecuali jika masih ada gejala, diulangi seminggu
kemudian.1
16 | P a g e
4. Krotamition 10% dalam krim atau losia juga merupakan obat pilihan, mempunyai dua
efek sebagai antiskabies dan antigatal, harus dijauhkan dari mata dan uretra.1
5. Premetrin dengan kadar 5% dalam krim, efektifitasnya sama, aplikasi hanya sekali,
dan dibersihkan dengan mandi setelah pemakain 8-10 jam. Pengobatan diulangi
Diluar negeri dianjurkan pemakaian ivermectin (200g/kg) per oral, terutama pasien
1. Seprai dan pakaian dicuci dengan air panas, lalu dikeringkan dengan sinar matahari
K. PENCEGAHAN
Dalam upaya prevetif, perlu dilakukan edukasi pada pasien tentang penyakit scabies,
perjalanan penyakit, penularan, cara eradikasi tungau scabies, menjaga higien pribadi, dan
tata cara pengolesan obat. Rasa gatal terkadang tetap berlangsung walaupun kulit sudah
bersih. Pengobatan dilakukan pada orang serumah dan orang di sekitar pasien yang
berhubungan erat.1
Individu dalam kontak dekat dengan orang yang terinfeksi harus ditangani dengan
scabies topikal. Pengobatan harus ditujukan untuk mencegah penyebaran skabies, karena
individu dapat menyimpan tungau skabies selama masa inkubasi tanpa gejala. Selain itu,
untuk mencegah infeksi ulang dengan fomites, sprei dan sarung bantal, handuk, dan pakaian
yang dikenakan selama 5 hari terakhir harus dicuci dan dikeringkan dalam siklus panas, atau
cuci kering, karena tungau dapat hidup sampai 3 hari dari kulit dan karpet.4
L. PROGNOSIS
17 | P a g e
Dengan memperhatikan pemilihan dan cara pemakaian obat, serta syarat pengobatan dan
menghilangkan faktor predisposisi (antara lain hygiene), maka penyakit ini dapat diberantas
sering pada usia pertengahan. Tempat yang sering terkena ialah badan dan bagian
ekstensor ekstremitas. Wajah dan bagian kepala yang berambut juga terkena tersendiri
atau bersama-sama dengan tempt lainnya. Lesi biasanya muncul dalam kelompoknya
sehingga papul, vesikel, dan jaringan parut dapat terlihat pada saat bersamaan.
Beberapa variasi prurigo pernah dilaporkan. Prurigo Melanotik Pierini dan Borda terjadi
pada perempuan usia pertengahan berupa pruritus bersamaan dengan sirosis biliaris
primer. Lesi berupa hiperpigmentasi retikuler, sangat gatal, terutama mengenai badan.
3. PEDIKULOSIS KORPORIS
Definisi
Infeksi kulit disebabkan oleh Pediculus humanus var. corporis.
Epidemiologi
Penyakit ini biasanya menyerang orang dewasa terutama pada orang dengan
higine yang buruk, misalnya pengembara, disebabkan mereka jarang mandi atau jarang
mengganti dan mencuci pakaian. Oleh karena itu, penyakit ini disebut penyakit
Vagabond. Hal ini disebabkan kutu tidak melekat pada kulit, tetapi pada serat kapas
disela-sela lipatan pakaian dan hanya transien ke kulit untuk menghisap darah.
Penyebaran penyakit ini bersifat kosmopolit, lebih sering pda daerah beriklim dingin
karena orang mencuci baju yang tebal serta jarang dicuci.
Patogenesis
Kelainan kulit yang timbul disebabkan oleh garukan untuk menghilangkan rasa
gatal. Rasa gatal ini disebabkan oleh pengaruh liur dan eksrkreta dari kutu pada waktu
menghisap darah.
Gejala Klinis
18 | P a g e
Umumnya hanya ditemukan kelaina beerupa bekas-bekas garukan pada badan,
karena gatal baru berkurang dengan garukan yang lebih intensif. Kadang-kadang timbul
Pengobatan
Dengan krim gameksan 1% yang dioleskan tipis-tipis diseluruh tubuh dan
didiamkan 24 jam, setelah itu penderita mandi. Jika masih belum sembuh diulangi 4 hari
kemudian. Obat lain ialah emulsi benzyl benzoate 25% dan bubuk malathion 2%. Pakaian
agar dicuci dengan air panas atau disetrika, untuk membunuh telur dan kutu. Jika terdapat
infeksi sekunder diobati dengan antibiotic secara sistematik dan topical.
BAB IV
KESIMPULAN
Penegakkan diagnosis dari scabies yaitu bila ditemukan 2 dari 4 kriteria yaitu : 1) Pruritus
Nokturna, 2) Mengenai Sekelompok Orang, 3) Ditemukan terowongan, dan 4) Menemukan
19 | P a g e
Sarcoptes scabiei. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan analisis kasus, bahwa
ditemukan beberapa hal yang mengarahkan diagnosis menuju scabies.
Selain dengan terapi medikamentosa, perlu dilakukan pula kiat-kiat yang memutuskan
transmisi dari Skabies itu sendiri, seperti menjaga higienitas diri dan lingkungan serta upaya
preventif untuk mencegah kekambuhan dari scabies ini sendiri. Edukasi dan melakukan
pengobatan kepada orang yang yang berhubungan erat dengan pasien dapat dilakukan, untuk
mencegah penyebaran scabies.
20 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
1. Boediardja SA, Handoko RP. Skabies. In: Menaldi SLSW, Kusmarinah B, Wresti I, editor.
Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta : FKUI ; 2015.p. 137-140.
2. Wolff, Klaus, Johnson, Richard A., Suurmond, Dick, 2007. In: Fitzpatricks Color Atlas &
Kusmarinah B, Wresti I, editor. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Edisi 7. Jakarta : FKUI ;
2015.p. 57-63.
4. Stone SP, Goldfarb JN, Bacelieri RE. Scabies, Other Mites, and Pediculosis. In : Wolff K,
Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editor. Fitzpatricks
21 | P a g e
Lampiran
22 | P a g e
23 | P a g e