You are on page 1of 10

SINDROM KARDIORENAL

Novita Paliliewu
Reginald L. Lefrandt

Divisi Kardiologi Bagian Ilmu Penyakit Dalam


Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: novitapaliliewu@yahoo.com

Abstract: Cardiorenal syndrome can be generally defined as a pathophysiological disorder of


the heart and kidneys, whereby acute or chronic dysfunction of one organ may induce acute or
chronic dysfunction of the other ones. In the end stage renal disease, the prevalences of left
ventricular hypertrophy and coronary heart diseases are high enough. On the other hand,
patients with moderate congestive heart failure show low glomerular filtration rates. There is
no consistent and effective strategy for the management of cardiorenal patients. Most
approaches are empirical and include: recognizing the cardiorenal syndrome and anticipating
the development of worsening renal function and/or diuretic resistance, optimizing heart
failure therapy, evaluating renal structure and function, and optimizing diuretic dosaging and
renal specific therapy. Investigational therapies such as vasopressin antagonist and adenosine
antagonist are still being developed.
Keywords: cardiorenal syndrome, organ dysfunction, therapy

ABSTRAK: Sindrom kardiorenal secara umum dapat didefinisikan sebagai keadaan


gangguan patofisiologi jantung dan ginjal, dimana terjadi disfungsi akut atau kronis salah satu
organ yang mengakibatkan disfungsi akut atau kronis organ lainnya. Pada penyakit ginjal
tahap akhir prevalensi hipertrofi ventrikel kiri dan penyakit jantung koroner cukup tinggi.
Demikian pula halnya dengan pasien-pasien gagal jantung sedang memiliki gangguan laju
filtrasi glomerulus (LFG). Sampai saat ini belum terdapat strategi yang konsisten dan efektif
dalam penanganan pasien sindrom kardiorenal. Umumnya dilakukan pendekatan secara
empirik yaitu: deteksi sindrom kardiorenal dan mengantisipasi timbulnya perburukan fungsi
ginjal dan atau resistensi diuretik, optimalisasi pengobatan gagal jantung, mengevaluasi
struktur dan fungsi ginjal, optimalisasi dosis diuretik serta terapi khusus untuk ginjal.
Penggunaan antagonis vasopresin dan antagonis adenosin untuk sindrom kardiorenal masih
sedang dalam tahap penelitian.
Kata kunci: sindrom kardiorenal, disfungsi organ, pengobatan

Istilah sindrom kardiorenal telah digunakan buruk progresifitas kegagalan organ-organ


secara luas tanpa suatu definisi yang pasti. tersebut, sehingga meningkatkan morbiditas
Secara umum sindrom kardiorenal dapat dan mortalitas.2
didefinisikan sebagai keadaan gangguan Secara global kurang lebih 2% dari
secara patofisiologi pada jantung dan ginjal, populasi menderita gagal jantung kongestif ,
dimana terjadi disfungsi yang akut atau dan meningkat 5% pada populasi > 65
kronis pada salah satu organ yang mengaki- tahun.3 Diperkirakan sepertiga sampai se-
batkan gangguan organ lainnya.1 Peneliti tengah dari pasien dengan gagal jantung
lainnya mendefinisikan sindrom kardiorenal mengalami insufisiensi ginjal.4 Demikian
sebagai keadaan dimana terjadi kombinasi pula sebaliknya penyakit kardiovaskular
disfungsi jantung dan ginjal yang memper- merupakan masalah yang penting pada ga-

95
96 Jurnal Biomedik, Volume 2, Nomor 2, Juli 2010, hlm. 95-104

gal ginjal kronis, dimana 43,6% dari jantung kongestif. Penurunan laju filtrasi
kematian pada pasien-pasien dengan gagal glomerulus merupakan suatu prediktor inde-
ginjal terminal disebabkan oleh gagal penden yang kuat terhadap terjadinya kema-
jantung.5 Kematian karena kelainan jantung tian pada pasien-pasien dengan gagal jan-
diperkirakan 10-30 kali lebih sering pada tung. Penelitian skala luas yang dilakukan
pasien-pasien dengan gagal ginjal kronis Studies of Left Ventricular Dysfunction
dibandingkan dengan populasi pada umum- (SOLVD) mendapatkan bahwa sepertiga
nya.6 dari pasien-pasien dengan gagal jantung
Manifestasi klinis dari sindrom kardio- sedang memiliki laju filtrasi glomerulus
renal dapat berupa: insufisiensi ginjal, resis- (LFG) kurang dari 60 ml/menit/1,73 m2.10
tensi terhadap diuretik, anemia, kecende- Penelitian yang dilakukan Adhere Decom-
rungan untuk terjadi hiperkalemia, dan te- pensated Heart Failure National Registry
kanan darah sistolik yang rendah.7 (ADHERE) yang melibatkan 275 rumah
Sindrom kardiorenal berlangsung seperti sakit mendapatkan dari 107.362 pasien ga-
suatu lingkaran setan dimana gagal jantung gal jantung akut dekompensata yang didata
dapat memperberat gagal ginjal kronik, pada Januari 2004, terdapat 30% (32.000)
demikian juga sebaliknya. Patofisiologi ter- yang sudah memiliki insufisiensi ginjal.
jadinya sindrom kardiorenal sangat rumit Serum kreatinin > 2 mg/dl didapatkan pada
dan belum sepenuhnya dipahami. Pada sin- 20% populasi, serum kreatinin > 3 mg/dl
drom kardiorenal terdapat ketidakseimbang- pada 9% populasi, serta 5% dari pasien-
an interaksi antara gagal jantung, sistem pasien tersebut telah menjalani dialisis
neurohormonal, dan respon inflamasi.3,8 kronis. Rerata konsentrasi kreatinin pada
Rumitnya proses perlangsungan sindrom ini laki-laki dan perempuan adalah sebesar 1,9
dan kurangnya pemahaman menyebabkan mg/dl dan 1,6 mg/dl. Kematian pada gagal
pengobatan pada sindrom kardiorenal masih jantung akut dekompensasi yang berhu-
merupakan tantangan bagi para klinisi. bungan dengan fungsi ginjal adalah sebesar
9,4% pada pasien-pasien dengan serum
kreatinin > 3.0 mg/dl. Jumlah total sebesar
EPIDEMOLOGI
60% pasien dengan gagal jantung akut
Sekitar 10,8% (20 juta) penduduk dekompensata mengalami disfungsi ginjal
Amerika Serikat mengalami penyakit ginjal sedang sampai berat.1,11 Dari prevalensi
kronis dan sekitar 0,1% (400.000) penduduk disfungsi ginjal pada pasien gagal jantung
Amerika Serikat mengalami gagal ginjal akut dekompensata dengan menggunakan
terminal. Laporan dari studi Hemodialisis laju filtrasi glomerulus sebagai prediktor
(HEMO) menunjukan prevalensi gagal kematian yang kuat didapatkan mayoritas
ginjal terminal berkisar 40%.9 Pada pasien- pasien yang terdaftar dalam penelitian
pasien gagal ginjal terminal prevalensi hi- ADHERE memiliki kerusakan ginjal sedang
pertrofi ventrikel kiri dan penyakit jantung pada > 60% laki-laki sedangkan pada
koroner adalah 75% dan 40%. Penyakit perempuan 46,8% dengan disfungsi ginjal
kardiovaskular ini sering berhubungan berat.11 Penelitian Mcclellan dkk, menda-
dengan penyakit ginjal kronis karena indi- patkan prevalensi penyakit gagal ginjal
vidu dengan penyakit ginjal kronis lebih kronik sebesar 60,4% pada pasien gagal
sering meninggal akibat penyakit kardio- jantung kronik dan 51,7% pada pasien
vaskular daripada akibat gagal ginjalnya infark miokard akut. Bila dibandingkan
sendiri. Kurang lebih 50% dari kematian dengan pasien tanpa penyakit ginjal kronik,
pasien-pasien penyakit ginjal kronik dise- angka rawat inap ulang dalam 30 hari lebih
babkan oleh komplikasi kardiovaskular se- sering terjadi pada pasien gagal jantung
belum mencapai gagal ginjal terminal.4,5 kronis dengan penyakit ginjal kronik
Gangguan fungsi ginjal disisi lain ber- dengan odd ratio 1,70 dan 1,78 kali lebih
hubungan dengan peningkatan morbiditas sering pada pasien infark miokard akut
dan mortalitas pada pasien dengan gagal dengan penyakit ginjal kronik.12
Paliliewu, Lefrandt; Sindrom Kardiorenal 97

PATOFISIOLOGI vasopresin mendorong terjadinya retensi


cairan. Sistem vasokonstriksi dengan retensi
Hubungan yang rumit antara penyakit natrium ini diimbangi oleh vasodilator,
ginjal dan kardiovaskular telah banyak sistem hormonal natriuretik atau sistem
menarik perhatian. Penelitian-penelitian ter- sitokin, termasuk natriuretik peptida, pros-
hadap patofisiologi terjadinya sindrom kar- taglandin, bradikinin dan nitric oxide (NO).
diorenal belum sepenuhnya diketahui se- Pada keadaan fisiologis normal jalur ini
hingga masih sulit untuk menetapkan kunci akan membantu ketersediaan status volum
utama mekanisme operatif sindrom ini.2,4,5 dan tonus vaskular dengan mengoptimalkan
Ronco et al mengklasifikasikan sindrom cardiac output dan perfusi organ. Keadaan
kardiorenal menjadi lima tipe. Sindrom ini bila berlangsung terus menerus dapat
kardiorenal tipe 1 (sindrom kardiorenal menyebabkan terjadinya disfungsi ginjal
akut) dengan karakteristik terjadi perbu- yang mendorong aktivasi yang patologik
rukan fungsi jantung yang menyebabkan dari SRA, yang akan mengaktifkan jalur
terjadinya Acute Kidney Injury (AKI); nikotinamida adenin dinukleotida fosfat-
sindrom kardiorenal tipe 2 (sindrom kardio- oksidase (NADPH-oksidase), yang menye-
renal kronik) dengan karakteristik terjadi babkan pembentukan yang berlebihan dari
gangguan fungsi jantung kronik (contoh: reactive oxygen species (ROS). Pembentuk-
gagal jantung kronik) yang menyebabkan an ROS berlebihan menyebabkan ketidak-
perburukan gagal ginjal kronik; sindrom seimbangan NO-ROS yang menurunkan
kardiorenal tipe 3 (sindrom renokardiak anti oksidan dan NO, meningkatkan stres
akut) dengan karakteristik terjadi gangguan oksidatif pada ginjal dan jantung dan
fungsi ginjal secara mendadak (contoh: akhirnya mengaktifkan sitokin proinflamasi
AKI, iskemi, atau glomerulonefritis) yang seperti interleukin-1 (IL-1), IL-6, protein C
menyebabkan terjadinya disfungsi jantung reaktif, dan tumor necrosis factor- (TNF-
akut (contoh: gagal jantung, aritmia, ) yang mempengaruhi struktur dan fungsi
iskemi); sindrom kardiorenal tipe 4 (sin- pada jantung dan ginjal.2,13
drom renokardiak kronik) dengan karak- Secara singkat terdapat hubungan yang
teristik terjadinya gagal ginjal kronik (con- kuat antara penyakit ginjal dan kardio-
toh: penyakit glomerular kronik) yang me- vaskular sebagai interaksi fisiologik normal
nyebabkan penurunan fungsi jantung, hiper- antara pengaturan volum cairan ekstrasel
trofi ventrikel, disfungsi diastolik, dan atau oleh ginjal dan sirkulasi sistemik oleh
peningkatan risiko terjadinya komplikasi jantung. Beberapa faktor yang sangat ber-
kardiovaskular; dan sindrom kardiorenal peran sebagai penghubung faktor sindrom
tipe 5 (sindrom kardiorenal sekunder) de- kardiorenal yaitu: peningkatan aktivitas
ngan karakteristik terdapatnya kombinasi SRA, peningkatan sistem neurohormonal,
disfungsi jantung dan ginjal yang disebab- perubahan keseimbangan NO/ROS dan
kan oleh penyakit sistemik akut atau keadaan mikroinflamasi.5
kronik.1 Selain hal-hal di atas, penyakit ginjal
Pada gagal jantung, penurunan fungsi kronis dengan uremia dapat mempengaruhi
sistolik atau diastolik ventrikel kiri meng- struktur dan fungsi jantung. Pada keadaan
akibatkan sejumlah perubahan hemodina- ini akan terjadi aterosklerosis yag lebih luas.
mik termasuk penurunan cardiac output, Hal ini terlihat dalam berbagai observasi
stroke volume dan pengisian arterial. Penu- klinis baik secara retrospektif maupun
runan darah arterial ini ditangkap oleh baro- prospektif dimana kalsifikasi plak ditemu-
reseptor arterial dan terjadi pelepasan kan empat kali lebih sering pada pasien
neurohormonal sebagai mekanisme kom- uremia dibandingkan kontrol. Plak atero-
pensasi dengan tujuan mengoreksi dan sklerotik berkembang lebih cepat pada ke-
memperbaiki perfusi organ. Pengaktifan adaan uremia, dan proses ini berlangsung
pada sistem renin-angiotensin (SRA), sejak awal penyakit ginjal. Diduga terdapat
sistem saraf simpatis, endothelin dan arginin angiogenesis yang berlebihan pada lapisan
98 Jurnal Biomedik, Volume 2, Nomor 2, Juli 2010, hlm. 95-104

adventisia arteri koroner, yang mengakibat- factor (TNF ) yang mempunyai pe-
kan pembentukan hematom intramural dan ngaruh penekanan terhadap progenitor eri-
ruptur fibrous cap. Pada keadaan uremia trosit sumsum tulang dan juga mengurangi
terjadi gangguan sistem mikrovaskular. produksi eritropoietin di ginjal, serta meng-
Perkembangan kapiler pada keadaan uremia ganggu pelepasan besi dari sistem retiku-
tidak sejalan dengan hipertrofi kardiomiosit. loendotelial yang dipakai oleh sumsum tu-
Ketidakseimbangan antara kardiomiosit dan lang untuk menghasilkan hemoglobin. Ada-
kapiler menurunkan jangkauan distribusi nya anemia pada sindrom kardiorenal dapat
oksigen yang berdifusi dari lumen kapiler lebih memperburuk struktur dan fungsi
ke bagian dalam dari kardiomiosit. Pada ginjal serta jantung.16
uremia terdapat kegagalan vasodilatasi ko-
roner sebagai akibat adanya disfungsi koro-
MANIFESTASI KLINIK
ner. Penelitian-penelitian mengenai metabo-
lisme jantung pada keadaan uremia mem- Sindrom kardiorenal selalu melibatkan
perlihatkan penurunan nukleotida-nukleoti- secara bersama-sama gagal jantung dan
da yang kaya energi terutama ATP, sehing- gagal ginjal. Gagal jantung adalah suatu
ga terjadi suatu pengurangan penyimpanan sindrom yang kompleks sebagai akibat dari
energi. Pada penyakit ginjal kronis terdapat gangguan fungsi dan struktur jantung yang
peningkatan aktivitas simpatis dan apop- menghambat kemampuan jantung dalam
tosis. Kemoreseptor dan baroreseptor pada berfungsi sebagai pompa untuk mendukung
ginjal yang rusak teraktivasi, terjadi pengi- sirkulasi fisiologis. Sindrom gagal jantung
riman sinyal-sinyal ke hipotalamus yang ini dikarakteristik oleh gejala seperti sesak
menyebabkan peningkatan aktivitas simpa- napas, rasa capek, dan tanda-tanda seperti
tis eferen dan meningkatkan tonus simpatis. retensi cairan.16 Perburukan fungsi ginjal
Tonus simpatis disamping meningkatkan dapat dilihat berdasarkan klasifikasi laju
denyut jantung dan kontraksi jantung, hal filtrasi glomerulus (LFG) oleh National
ini juga merupakan predisposisi terjadinya Kidney Foundation (Tabel 1).17 Manifestasi
aritmia. Aktivitas simpatis yang berlebihan klinis dari sindrom kardiorenal dapat berupa
dapat juga menyebabkan apoptosis kardio- satu atau lebih dari gambaran spesifiknya
miosit. Pada keadaan uremia terdapat se- yaitu: 1) kegagalan kardiorenal ringan
jumlah abnormalitas dari fungsi kardiomio- (gagal jantung + LFG 30-59 ml/menit/1,73
sit, diantaranya terdapat siklus kalsium m2); sedang (gagal jantung + LFG 15-29
kardiomiosit dan fungsi kontraksi yang ml/menit/1,73 m2); dan berat (gagal jantung
abnormal.3,14 + LFG < 15 ml/menit/1,73m2) 2) perburu-
Gagal ginjal maupun gagal jantung dapat kan fungsi ginjal selama pengobatan gagal
menyebabkan terjadinya anemia yang dapat jantung (perubahan kreatinin > 0,3 mg/dl
menyebabkan gagal ginjal dan gagal jan- atau > 25% kreatinin awal) 3) adanya resis-
tung.15,16 Pada gagal ginjal terjadinya ane- tensi terhadap diuretik (kongesti yang me-
mia disebabkan oleh penurunan produksi netap meskipun dengan > 80 mg furosemid/
eritropoetin, peningkatan kehilangan darah hari, > 240 mg furosemid/hari, infus furose-
kronis, penghambatan eritropoiesis yang mid kontinyu, serta kombinasi terapi diure-
disebabkan oleh inflamasi, defisiensi bahan tik (diuretic loop + thiazide + antagonis
nutrisi, adanya hiperparatiroid sekunder aldosteron).13
atau akumulasi dari fraksi-fraksi uremi.
Tingginya prevalensi pada gagal ginjal tidak
hanya pada keadaan gagal ginjal dengan PENATALAKSANAAN SINDROM
dialisis tapi juga pada stadium-stadium yang KARDIORENAL
lebih awal pada gagal ginjal.15-17 Pada gagal Timbulnya perburukan dari fungsi ginjal
jantung terutama yang disebabkan oleh dengan atau adanya resistensi terhadap
infark miokard, anemia terjadi disebabkan diuretik selama pengobatan pasien dengan
oleh peningkatan sitokin tumor necrosis gagal jantung merupakan keadaan yang
Paliliewu, Lefrandt; Sindrom Kardiorenal 99

sering terjadi serta dapat diperkirakan se- dari keadaan gagal jantung sebelumnya.
bagai suatu masalah klinis yang sulit. Pada Pasien-pasien yang memiliki risiko tinggi
keadaan ini belum terdapat suatu strategi untuk mengalami sindrom kardiorenal ada-
yang konsisten dan efektif, dan terbanyak lah pasien dengan disfungsi diastolik berat
dilakukan pendekatan secara empirik, yaitu: (tanpa melihat fraksi ejeksi), hipertensi pul-
deteksi sindrom kardiorenal dan meng- monal sekunder, disfungsi ventrikel kanan,
antisipasi timbulnya perburukan fungsi gin- regurgitasi mitral atau trikuspid yang secara
jal dan atau resistensi diuretik, optimalisasi fungsional bermakna, riwayat gagal jantung
pengobatan gagal jantung, evaluasi struktur yang dirawat di rumah sakit sebelumnya,
dan fungsi ginjal, optimalisasi dosis diure- ada riwayat perburukan fungsi ginjal yang
tik, terapi khusus untuk ginjal, dan peng- sebelumnya dengan episode gagal jantung
gunaan terapi yang sedang dalam tahap akut dekompensasi, atau adanya riwayat
penelitian bermanfaat untuk sindrom kar- dialisis sementara (sering setelah operasi
diorenal.13 jantung atau pemberian kontras). Timbulnya
sindrom kardiorenal merupakan petanda ter-
Tabel 1. Pendekatan pada pasien dengan sin- jadinya transisi ke stadium D dari gagal jan-
drom kardiorenal tung (Gambar 1). Antisipasi keadaan-
keadaan dengan risiko sangat tinggi untuk
1. Anticipate. terjadinya sindrom kardiorenal dapat me-
2. Optimize HF therapy. nyokong penggunaan strategi yang berbeda,
3. Evaluate renal structure and function
seperti pengeluaran volum cairan yang lebih
(ultrasonography accompanied by renal
vascular evaluation with Doppler and bertahap, atau penggunaan yang lebih awal
resistive indices). strategi proteksi ginjal.13,14
4. Optimize diuretic dosing.
5. Consider renal-specific therapies.
a. Renal-dose dopamine.
b. Nesiritide.
c. Ultrafiltration and/or hemodialysis. ACC/AHA Health
6. Investigational therapies HF stage
a. Hypertonic saline + high-dose loop
diuretics. A CV disease
b. Vasopressin antagonists.
c. Adenosine antagonists.
Dikutip dari: Liang KV, 2008.13 B LV remodeling and
Dysfunction

Deteksi sindrom kardiorenal dan anti-


sipasi timbulnya perburukan fungsi gin- C Overt HF
jal dan atau resistensi diuretik
Pasien yang mengalami sindrom kardio- Cardiorenal
renal biasanya adalah mereka yang sudah Syndrome
dengan gagal jantung dalam jangka waktu D Terminal HF
yang lama dan sudah mengalami suatu
episode dekompensasi meskipun dengan te-
rapi gagal jantung yang adekuat dan yang Death
sudah dengan pengobatan diuretik dosis
tinggi dalam jangka waktu yang lama. Suatu
peningkatan kreatinin yang nyata tidak ha- Gambar 1. Sindrom kardiorenal merupakan
nya disebabkan oleh penyakit ginjal yang petanda terjadinya transisi ke stadium D dari
mendasari tapi juga oleh karena pengaruh gagal jantung. Dikutip dari: Liang KV, 2008.13
100 Jurnal Biomedik, Volume 2, Nomor 2, Juli 2010, hlm. 95-104

perbaiki survival pada pasien-pasien yang


tidak dapat mentoleransi penghambat EKA
Optimalisasi terapi gagal jantung
oleh karena batuk. Efek samping hiper-
Penanganan medis pada pasien-pasien kalemia atau perburukan fungsi ginjal pada
dengan sindrom kardiorenal masih merupa- penggunaan penghambat EKA juga terjadi
kan suatu tantangan. Pengobatan gagal pada penggunaan penghambat reseptor
jantung yang berkelanjutan dapat mening- angiotensin.18
katkan dan menimbulkan disfungsi kardio-
renal. Penggunaan obat-obatan pada gagal Penghambat beta
jantung memerlukan penelitian yang lebih Pada penelitian-penelitian klinis yang
cermat mengenai keadaan gagal ginjal serta menggunakan bisoprolol, caverdilol, dan
pengaruhnya terhadap mortalitas dan morbi- metoprolol didapatkan bahwa penghambat
ditas. Obat-obatan yang mengganggu fungsi beta dapat mengurangi mortalitas sebanyak
ginjal tidak dapat digunakan atau harus 35% pada pasien-pasien dengan gagal jan-
digunakan dengan hati-hati terutama pada tung dan disfungsi ventrikel kiri. Pada
pasien dengan risiko tinggi terjadinya sin- pasien-pasien gagal jantung dengan atau
drom kardiorenal.2 tanpa disfungsi ginjal, efek samping seperti
hipotensi dan penurunan aliran darah ke
Penghambat Enzim Konverting Angio- ginjal dapat diatasi dengan penggunaan do-
tensin ( EKA) sis awal yang serendah mungkin dan diting-
Penghambat EKA merupakan dasar katkan secara bertahap setiap dua minggu.
pengobatan gagal jantung. Penghambat Metoprolol dan caverdilol terutama dieks-
EKA dapat meningkatkan angka harapan kresi di hati, sehingga obat ini lebih aman
hidup pasien-pasien dengan gagal jantung digunakan pada pasien dengan insufisiensi
dan disfungsi ventrikel kiri. Penelitian- ginjal dibandingkan dengan nadolol dan
penelitian memperlihatkan efikasi peng- atenolol yang sebagian diekskresi melalui
hambat EKA pada semua kelas simtomatik ginjal.18
dari pasien-pasien dengan gagal jantung
sistolik. Penghambat EKA umumnya dapat Digoksin
ditoleransi dengan baik oleh pasien dengan Digoksin merupakan terapi yang telah
insufisiensi ginjal. Penggunaan penghambat paling lama dikenal pada gagal jantung.
EKA pada pasien dengan insufisiensi ginjal Penggunaan digoksin yang aman pada pa-
berat harus sangat berhati-hati oleh karena sien-pasien dengan gagal jantung dan insu-
meskipun memperbaiki survival rate, tetapi fisiensi ginjal diberikan tanpa dosis loading
banyak pasien yang tidak dapat mentole- dan dipertahankan pada dosis rendah 0,125
ransi obat ini oleh karena efek hiperkalemia mg, juga bisa dengan dosis alternating.18
dan perburukan fungsi ginjal. Pada pasien
dengan insufisiensi ginjal sedang sampai
berat penggunaan penghambat EKA harus Evaluasi struktur dan fungsi ginjal
dimulai dengan dosis rendah dan ditingkat-
kan secara bertahap dengan monitoring Riwayat adanya faktor-faktor yang dapat
yang ketat terhadap elektrolit serum dan mencetuskan gagal jantung dan disfungsi
fungsi ginjal.4,18 ginjal seperti infeksi, penggunaan agen
nefrotoksik, atau faktor risiko stenosis arteri
Penghambat reseptor angiotensin renal harus diidentifikasi dengan teliti. Pe-
meriksaan urinalisis termasuk analisa urine
Pada gagal jantung pengaruh pengham-
mikroskopis, ultrasound ginjal dengan
bat reseptor angiotensin terhadap survival
dopler pada arteri renalis dan penilaian
rate dan komplikasi ginjal tidak berbeda
terhadap renal resistive indices untuk me-
bermakna dengan penghambat EKA. Peng-
nilai ukuran ginjal, adanya stenosis arteri
hambat reseptor angiotensin dapat mem-
renalis, atau adanya obstruksi, serta untuk
Paliliewu, Lefrandt; Sindrom Kardiorenal 101

mengetahui karakteristik struktur penyakit hari.18


ginjal harus dilakukan. Bila terdapat kecu-
rigaan besar adanya stenosis arteri renal
Terapi Khusus Ginjal
dapat dipertimbangkan untuk dilakukan pe-
meriksaan MRI dengan angiografi, namun Nesiritide
risiko dan manfaatnya harus benar-benar Nesiritide merupakan suatu sintetik -
dipertimbangkan oleh karena penggunaan type natriuretic peptide (BNP) yang diguna-
kontras pada angiografi berpotensi nefro- kan pada gagal jantung untuk mengurangi
toksik. Demikian juga dengan biopsi ginjal tekanan pengisian jantung dan mengurangi
hanya dapat dilakukan bila terdapat gagal sesak napas pada gagal jantung. Nesiritidae
ginjal akut yang tidak jelas, baik melalui menyebabkan terjadinya natriuresis dan diu-
anamnesis, pemeriksaan fisik dan labora- resis serta menekan norepinefrin, endo-
torium, serta pemeriksaan penunjang lain- thelin-1 dan aldosteron. Bila digunakan de-
nya untuk mendapatkan diagnosis pasti dan ngan dosis yang sesuai, nesiritide dapat
membantu pemberian terapi serta penilaian merupakan suatu terapi renoprotektif yang
terhadap prognosis.13 menjanjikan. Pemberian nesiritide bersama
furosemid dapat meningkatkan laju filtrasi
Optimalisasi dosis diuretik glomerulus dibandingkan dengan furosemid
sendiri. Nesiritide dan furosemid merupa-
Diuretik dipertimbangkan sebagai salah kan suatu strategi terapi yang efektif untuk
satu bagian yang penting pada pengobatan melindungi fungsi ginjal dan menghambat
gagal jantung. Meskipun penggunaan diure- aktivitas SRAA, memaksimalkan natriuresis
tik jangka pendek efektif untuk menghilang- dan diuresis, serta menghambat progresivi-
kan gejala pada gagal jantung, namun peng- tas gagal jantung. Namun terapi ini masih
gunaan jangka panjang dapat meningkatkan perlu dilakukan penelitian yang lebih lan-
aktivitas sistem renin-angiotensin-aldoste- jut.2,14
ron (SRAA), sistem saraf simpatis, dan
mengurangi laju filtrasi golmerulus, dis- Ultrafiltrasi
fungsi ginjal dan akhirnya memperburuk Ultrafiltrasi dipertimbangkan bila pengo-
gagal jantung. Pada sindrom kardiorenal batan medis konvensional gagal atau pasien
respon terhadap penggunaan diuretik meng- menjadi resisten terhadap diuretik untuk
alami penurunan atau terjadi resistensi diu- mengurangi volum yang berlebihan. Terapi
retik. Pada keadaan ini penggunaan kom- pengganti ginjal baik ultrafiltrasi atau diali-
binasi diuretik dengan dosis rendah lebih sis memperbaiki respon ginjal dan hemo-
efektif dan lebih sedikit memberikan efek dinamik jantung, tetapi biasanya digunakan
sekunder dibandingkan dengan penggunaan sebagai paliatif pada stadium akhir sindrom
dosis yang tinggi dari satu macam diuretik, kardiorenal dan tidak dipersiapkan sebagai
misalnya penggunaan kombinasi diuretic suatu solusi jangka panjang. Pada ultra-
loop dan golongan tiazid. Pada penggunaan filtrasi cairan plasma langsung melewati
diuretik kombinasi, perlu dilakukan penga- suatu membran semipermiabel sebagai res-
wasan yang ketat oleh karena berpotensi pon terhadap tekanan gradien transmembran
memiliki efek samping seperti hipokalemia, dan menghasilkan suatu ultrafiltrat yang
alkalosis metabolik dan dehidrasi.2,13 Peng- iso-osmotik dibandingkan dengan cairan
gunaan spironolakton sebaiknya dihindari plasma.13
pada pasien dengan gagal jantung yang Pada penelitian The Ultrafiltration
memiliki laju filtrasi glomerulus < 30 Versus iv Diuretic for Patients Hospitalised
ml/mnt/1,73 m2 tetapi masih dapat diguna- for Acute Decompensated Congestive Heart
kan secara hati-hati disertai pengawasan Failure (UNLOAD) yang membandingkan
ketat pada pasien gagal jantung dengan laju penggunaan diuretik intravena dan ultra-
filtrasi glomerulus 30-60 ml/mnt/1,73 m2 filtrasi pada 200 pasien yang dirawat oleh
dimana dosis tidak melebihi 25 mg per
102 Jurnal Biomedik, Volume 2, Nomor 2, Juli 2010, hlm. 95-104

karena gagal jantung akut, didapatkan pa- melalui subtipe reseptor vasopresin V1A
sien yang mendapat ultrafiltrasi mengalami (vaskuler), V2 (ginjal) dan V3(pituitari).
Reseptor-reseptor V1A ditemukan pada sel
penurunan berat badan lebih banyak pada otot polos vaskular dan ginjal serta mem-
90 hari dan mengalami angka rawat inap perantarai vasokonstriksi dan produksi pros-
ulang yang lebih rendah meskipun tidak taglandin pada konsentrasi suprafisiologik
terdapat pengaruh proteksi terhadap fungsi dari vasopresin. Reseptor V2 ditemukan
ginjal, serta terdapat kecenderungan untuk pada tubulus kolekting ginjal dan memper-
terjadinya peningkatan kreatinin yang lebih antarai reabsorpsi air melalui insersi aqua-
besar pada ultrafiltrasi. Tidak terdapat kore- proin 2 ke dalam membran luminal dan juga
lasi antara jumlah cairan yang dikeluarkan melepaskan faktor Von Willebrand dan fak-
dan perubahan kreatinin serum, baik pada tor VIII dari endotelium vaskular. Reseptor
kelompok dengan ultrafiltrasi atau kelom- V3 ditemukan pada kelenjar pituitari yang
pok dengan diuretik intravena. Penemuan bertanggung jawab untuk menstimulasi
ini juga menunjukan bahwa terdapat meka- sekresi hormon adrenokortikotropik oleh
nisme lain disamping pengurangan volum kortikotropin pituitari. Antagonis reseptor
yang menyebabkan perburukan fungsi ginjal V1 dan V2 dapat bermanfaat pada pasien-
pada pasien gagal jantung. Satu hal yang pasien gagal jantung dimana antagonis
penting juga, ultrafiltrasi memperlihatkan reseptor V1A meningkatkan cardiac output,
pengeluaran natrium yang lebih besar dan mengurangi resistensi vaskular perifer total,
kalium yang lebih kurang dibandingkan de- mengurangi tekanan rata-rata arterial,
ngan diuretik untuk pengeluaran sejumlah menghambat hipertrofi kardiomiosit dan
volum yang ekuivalen. Perbedaan yang pen- mengurangi preload jantung. Pada gagal
ting ini mendukung lebih banyak cairan jantung terdapat dua jenis antagonis vaso-
yang dapat dikurangi dan berpotensi untuk presin yang tampaknya menjanjikan dalam
perbaikan jangka panjang dengan meng- percobaan klinis awal, yaitu conivaptan
gunakan ultrafiltrasi dibandingkan dengan (antagonis reseptor V1A dan V2 oral dan
diuretik. Tetapi berhubung harganya yang intaravena) dan tolvaptan (antagonis resep-
mahal, kerumitannya, dan dampak jangka tor V2 spesifik).14 Penelitian acak buta gan-
panjang pengobatan ini membatasi peng- da efikasi conivaptan pada 142 pasien de-
gunaan ultrafiltrasi sebagai strategi lini per- ngan gagal jantung simtomatik NYHA kelas
tama pada semua pasien dengan gagal jan- III dan IV, ternyata conivaptan dapat me-
tung dekompensasi.4,13,18 ngurangi preload, meningkatkan output urin
dan kadar natrium.19 Penelitian acak buta
Terapi yang sedang dalam tahap pene- ganda yang lain pada 254 pasien dengan
litian untuk sindrom kardiorenal gagal jantung NYHA kelas IIII dimana
Antagonis vasopresin diberikan berbagai dosis tolvaptan yang
dikombinasi dengan furosemid standar sela-
Antagonis vasopresin mewakili kelas ma 25 hari memperlihatkan tolvaptan secara
terapi lain yang menjanjikan dapat memper- bermakna menurunkan berat badan, me-
baiki aquaresis dan hiponatremia pada ningkatkan volum urin dan meningkatkan
pasien-pasien dengan gagal jantung. Vaso- pengeluaran cairan bersih, menurunkan
presin juga dikenal sebagai arginin vasopre- osmolaritas urin, meningkatkan ekskresi na-
sin atau hormon anti diuretik yang merupa- trium urin rata-rata 24 jam serta memper-
kan suatu heksapeptida siklik, dihasilkan baiki edema.20
oleh hipotalamus dan dilepaskan dari granul
sekretorik pada lobus posterior pituitari
sebagai respon terhadap hiperosmolalitas, Antagonis adenosin
deplesi volum, angiotensin II, dan stimulasi Kelas agen terapi baru lain yang men-
simpatis. Vasopresin menyebabkan vaso- janjikan adalah antagonis reseptor adenosin
konstriksi dan reabsorpsi air oleh ginjal A1. Pada gagal jantung, kadar adenosin
Paliliewu, Lefrandt; Sindrom Kardiorenal 103

plasma meningkat dan dapat mempengaruhi 1. Ronco C, Haapio M, House AA,


terjadinya disfungsi ginjal. Adenosin yang Anavekar N, Bellomo R. Cardiorenal
berikatan pada reseptor A1 dapat menye- syndrome. J. Am. Coll. Cardiol
babkan vasokonstriksi arteriol aferen, me- 2008;52:1527-39.
nurunkan aliran darah kortikal ginjal dan 2. Adams KF, Maisel AF. Challenges in acute
decompensated heart failure manage-
laju filtrasi glomerulus serta meningkatkan ment: the cardiorenal syndrome.
reabsorpsi natrium oleh tubulus proksimal. Clinician 2006 Oct 1;24(2):1-20.
Amtagonis reseptor adenosin A1 berpotensi 3. Silverberg D, Wexler D, Blum M,
untuk memperbaiki fungsi ginjal dan meng- Schwartz D, Laina A. The association
atasi resistensi diuretik pada pasien-pasien between congestive heart failure and
gagal jantung. B69719 (atau CVT-124) me- chronic renal disease. Clinical Nephro-
rupakan antagonis reseptor adenosin A1 logy 2004;13:163-70.
yang pada pilot study dari 12 pasien dengan 4. Geisberg C, Butler J. Addressing the
gagal jantung NYHA kelas III/IV mem- challenges of cardiorenal syndrome.
bandingkan pengaruh plasebo, CVT-124 Cleve Clin J Med 2006;73:485-91.
dan furosemide. Pemberian CVT-124 me- 5. Bongartz LG, Cramer MJ, Doevendans
PA, Joles JA, Braam B. The severe
ningkatkan ekskresi natrium tanpa penurun- cardiorenal syndrome:Guyton revisit-
an laju filtrasi glomerulus, sebaliknya furo- ed. Eur Heart Jour 2004 Nov
semid menurunkan laju filtrasi glomerulus 30;26(1):11-7.
secara bermakna.20 Walaupun demikian ma- 6. Sarnak JM, Levey AS, Schoolwerth AC,
sih diperlukan studi acak yang lebih besar Coresh J, Culleton B, Lee Hamm L, et
untuk melihat apakah antagonis reseptor all. Kidney disease as a risk factor for
adenosin A1 dapat mencegah perburukan development of cardiovascular disease.
fungsi ginjal dan menghindari resistensi Hypertension 2003;42:1050-65.
diuretik pada pasien gagal jantung dengan 7. Obialo CI. Cardiorenal consideration as a
risiko sindrom kardiorenal. Disamping itu risk factor for heart failure. The Am
perlu dibuktikan efek potensial inotropik Journal Cardiol 2007;99(suppl):21D-
24D.
positif dalam penggunaan klinis dan kea- 8. Francis G. Acute decompensated heart
manannya terhadap jantung dari antagonis failure: the cardiorenal syndrome. Cleve
reseptor adenosin.21 Clin J Med 2006 June;73(suppl 2): S8-
S13.
KESIMPULAN 9. Cheung AK, Sarnak Mj, Yan G,
Berkoben M, Heyka R, Kaufman A,
Sindrom kardiorenal melibatkan dua et all. Cardiac diseases in maintenance
organ yang sangat penting, yaitu jantung hemodialysis patients: result of HEMO
dan ginjal, dimana disfungsi akut atau study. Kidney Int 2004;65:2380-9.
kronis salah satu organ mengakibatkan dis- 10. Dries DL, Exner DV, Domanski MJ,
fungsi akut atau kronis organ lainnya. Sam- Greenberg B, Stevenson IW. The
pai saat ini belum terdapat strategi yang prognostic implications of renal insuf-
konsisten dan efektif dalam penanganan ficiency in asymptomatic and sympto-
sindrom kardiorenal. Umumnya dilakukan matic patients with left ventricular
systolic dysfunction. J Am Coll Cardiol
pendekatan secara empirik terhadap kedua
2000;35:681-9.
organ tersebut untuk mengantisipasi perbu- 11. Adams KF Jr, Fonarow GC, Emerman
rukan fungsi dan mengoptimalkan peng- CL. Charateristics and outcomes of
obatan, tetapi belum memuaskan. Peng- patients hospitalized for heart failure in
gunaan antagonis vasopresin dan antagonis the United States: rationale, design, and
adenosin untuk sindrom kardiorenal masih preliminary observations from the first
sedang dalam tahap penelitian. 100,000 cases in the acute decom-
pensated heart failure national registry
(ADHERE). Am Heart J 2005;149:209-
DAFTAR PUSTAKA 16.
104 Jurnal Biomedik, Volume 2, Nomor 2, Juli 2010, hlm. 95-104

12. Mcclellan WM, Langston RD, Presley R. reduces hospitalization. In: Hampl H
Medicare patients with cardiovascular (ed). Cardio renal anemia syndrome. 1 st
disease have a high prevalence of chro- ed. Dustri-Verlag Dr. Karl Feistle Gmbh
nic kidney disease and a high rate of 2004:49-61.
progression to end-stage renal disease. 17. Tarng DC. Cardiorenal anemia syndrome
Journal of The American Society of in chronic kidney disease. J Chin Med
Nephrology 2004;15:1912-9. Assoc 2007;70:424-9.
13. Liang KV, Williams AW, Greene EL, 18. Shlipak MG. Pharmacotherapy for heart
Redfield MM. Acute decompensated failure in patients with renal
heart failure and the cardiorenal insufficiency. Annals of Internal
syndrome. Crit Care Med 2008;36 Medicine 2003;138: 917-24.
(suppl 1):S75-S88. 19. Udelson JE, Smith WB, Hendrix GH.
14. Amann K, Tyralla K. Cardiovascular Acute hemodynamic effects of
changes in chronic renal failure- conivaptan, A dual V(1A) and V(2)
pathogenesis and therapy. In: Hampl H vasopressin receptor antagonist, in
(ed). Cardio renal anemia syndrome. 1 st patients with advanced heart failure.
ed. Dustri-Verlag Dr. Karl Feistle Gmbh Circulation 2001;104:2417-23.
2004:83-98. 20. Gheorghiade M, Niazi I, Ouyang J.
15. Silverberg DS, Wexler D, Blum M, Vassopressin V2-receptor blockade with
Wollman Y, Laina A. The cardio-renal tolvaptan in patients with chronic heart
anaemia syndrome: does it exist?. failure: result from a double-blind,
Nephrol Dial Transplant 2003;18(suppl randomized trial. Circulation
8):viii7-viii12. 2003;107:2690-6.
16. Silverberg DS, Wexler D, Blum M, 21. Gottlieb SS, Skettino SL, Wolff A. Effects
Tchebiner J, Sheps D, Keren G, et all. of BG9719(CVT-124), an A1-adenosine
The correction of anemia in severe receptor antagonist, and furosemide on
resistant heart failure with glomerular filtration rate and natriuresis
erythropoietin and intravenous iron in patients with congestive heart failure.
prevents the progression of both the J Am Coll Cardiol 2000;35:56-9.
heart and the renal failure and markedly

You might also like