You are on page 1of 6

Protobiont (2015) Vol.

4 (1) : 184-189

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocimum


sanctum L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus
Maria Angelina1, Masnur Turnip1, Siti Khotimah1
1
Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak
Email korespondensi: tham_chi32@yahoo.com

Abstract

Escherichia coli and Staphylococcus aureus are pathogenic bacteria that can cause intestinal and skin
infections. One of the potential medicinal plants that is active against bacteria is basil leaves (Ocimum
sanctum). This research aims to examine the antibacterial activity of ethanol extracts of basil leaves against
the growth of E. coli and S. aureus. The Research was conducted from September to December 2014. The
ethanol extracts of basil leaves in this study used a concentration of 20%, 40%, 60%, 80%, 100%, and
Thiamfenicol as a positive control. The antibacterial activity test to observe inhibition zone was done through
the disc diffusion method. The results showed that the extracts of basil leaves were bacteriostatic. In this
research, the highest inhibition zone occurred at a concentrations of 100%, while the optimum treatment in
inhibiting the growth of E. coli and S. aureus was the concentration of 80%. Based on results of the
phytochemical test, the ethanol extract of O. sanctum had a secondary metabolite compounds i.e. flavonoid,
tannin, and essential oil that act as antibacterial. The Anova statistical results showed a significant difference
in the diameters of the inhibition zone of the treatment of extracts with positive control.

Keywords: antibacterial, Basil leaves, Ocimum sanctum, Escherichia coli, Staphylococcus aureus

PENDAHULUAN Pseudomonas aeruginosa dan sebagainya


(Oktalia, 2009).
Kemangi adalah tanaman yang mudah didapatkan
tersebar hampir diseluruh Indonesia karena dapat Penelitian terdahulu menggunakan kandungan
tumbuh liar maupun dibudidayakan (Sudarsono et flavonoid daun kemangi (O. sanctum) dapat
al., 2002). Secara tradisional tanaman kemangi memberikan efek antibakteri terhadap E. coli, S.
digunakan sebagai obat sakit perut, obat demam, aureus, dan K. pneumonia. Penelitian tersebut
menghilangkan bau mulut, dan sebagai sayuran. juga menunjukkan bahwa kombinasi dari kedua
O. sanctum memiliki senyawa aktif seperti senyawa flavonoid daun kemangi yaitu orientin
minyak atsiri, alkaloid, saponin, flavonoid, dan visenin memberikan efek antibakteri yang
triterpenoid, steroid, tannin dan fenol. Beberapa sinergis (saling menguatkan) dibandingkan
golongan kandungan kimia tersebut dapat dengan penggunaan salah satu dari kedua senyawa
menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia flavonoid tersebut (Ali dan Savita, 2012). Adanya
coli, Staphylococcus aureus, dan Klebsiella indikasi bahwa kombinasi senyawa flavonoid
pneumonia seperti senyawa alkaloid, minyak atsiri daun kemangi (O. sanctum) mempunyai daya
dan fenol. Sifat dari penghambatan ini disebut antibakteri, maka perlu dilakukan uji aktivitas
sebagai bakteriostatik atau bakteriosida antibakteri ekstrak etanol daun kemangi terhadap
(Hadipoentyanti dan Wahyuni, 2008). pertumbuhan E. coli dan S. aureus.

BAHAN DAN METODE


Penyakit infeksi merupakan salah satu penyakit
yang banyak diderita masyarakat Indonesia sejak Waktu dan Tempat Penelitian
dulu. Zaman sekarang penyakit infeksi dapat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September
ditanggulangi menggunakan obat modern seperti sampai dengan Desember 2014. Sampel yang
antibiotik. Penyakit infeksi yang banyak diderita digunakan diperoleh dari perkebunan kemangi di
masyarakat adalah infeksi usus yang disebabkan Desa Kuala Dua, jalan Rasau Jaya, Kabupaten
oleh bakteri S. aureus, E. coli, Salmonella typhi, Kubu Raya. Tempat pelaksanaan penelitian ini
Vibrio cholerae, sedangkan penyebab penyakit adalah Laboratorium Mikrobiologi Fakultas
infeksi kulit adalah bakteri S. aureus, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan
184
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 184-189

laboratorium Teknologi Kayu Fakultas Pembuatan Suspensi Kultur Murni Bakteri Uji
Kehutanan, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Sebanyak satu ose kultur bakteri dari media
Kalimantan Barat. miring NA diambil dan dimasukkan ke dalam 60
ml media cair NB yang telah disterilisasi.
Bahan Suspensi kultur bakteri uji kemudian
Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini dihomogenkan selama 24 jam menggunakan
adalah ekstrak daun kemangi (Ocimum sanctum shaker dengan kecepatan 120 rpm pada suhu
Linn.), Nutrient Agar (NA), Nutrient Broth (NB), ruang. Optical Density (OD) diukur menggunakan
biakan bakteri (Escherichia coli dan spektrofotometer dengan panjang gelombang 558
Staphylococcus aureus), akuades steril, FeCl3 5%, nm hingga diperoleh jumlah pertumbuhan 1 x 108
magnesium (Mg), HCL pekat, CH3COOH glasial, sel bakteri/ml (Fardiaz, 1993).
H2SO4 pekat, kloroform, pereaksi meyer, alkohol,
etanol 96%, spritus, Thiamfenicol, dan Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun
Dimetilsulfoxida 10% (DMSO). Kemangi
Konsentrasi ekstrak etanol daun kemangi
Prosedur Kerja ditentukan berdasarkan uji pendahuluan yaitu
Pembuatan Ekstrak Daun Kemangi (O. sanctum) 20%, 40%, 60%, 80% dan 100% (g/ml). larutan
Daun kemangi diambil sebanyak 10 kg dicuci sampel dibuat dengan cara menimbang ekstrak
hingga bersih dan dikeringanginkan. Setelah kental kemangi masing-masing 0,2 g, 0,4 g, 0,6 g,
kering daun kemangi diblender sampai halus, 0,8 g, dan 1 g kemudian tiap konsentrasi
sehingga menjadi serbuk kemudian dimaserasi diencerkan dengan pelarut DMSO 10% hingga
dengan menggunakan pelarut etanol 96% selama volumenya 1ml. Kontrol positif menggunakan
3 x 24 jam dalam suhu kamar. Setiap 1 x 24 jam antibiotik Thiamfenicol sebanyak 0,025 g
simplisia yang telah dimaserasi dengan larutan dilarutkan dengan akuades steril sebanyak 1 ml,
etanol disaring hingga di peroleh filtrat. Filtrat kontrol negatif menggunakan DMSO 10%
pelarut tersebut kemudian diuapkan dengan sebanyak 1 ml.
menggunakan alat evaporator sehingga dihasilkan
ekstrak kental daun kemangi. Uji Aktivitas Antibakteri
Uji aktifitas antibakteri dilakukan dengan metode
Pembuatan Media difusi, menggunakan kertas saring berdiameter 6
Media nutrien agar (NA) sebanyak 23 gram mm. Media NA yang telah dipanaskan
dimasukkan kedalam erlenmeyer lalu dilarutkan dimasukkan kedalam cawan petri sebanyak 20 ml
dengan menambahkan 1 L akuades, kemudian kemudian didiamkan hingga membeku. Bakteri
dipanaskan hingga mendidih di atas hot plate uji dengan nilai OD sebesar 0,6 generasi/jam
sambil dihomogenkan dengan menggunakan diusapkan pada media Na yang telah membeku,
magnetic stirrer. Pembuatan media nutrien broth metode ini dinamakan dengan metode swap.
(NB) yaitu dengan melarutkan 8 gram NB dengan
Kertas cakram berdiameter 6 mm direndam dalam
1 L akuades kedalam Erlenmeyer, dihomogenkan
larutan ekstrak daun kemangi selama 15 menit,
dengan magnetic stirrer dan ditutup alumunium
kemudian diletakkan pada permukaan media yang
foil, dipanaskan hingga mendidih dengan
telah memadat. Media yang telah diisi sediaan uji
menggunakan hot plate kemudian kedua media
kemudian diinkubasi pada suhu 37 C, selanjutnya
tersebut disterilisasikan dengan autoklaf pada
dilakukan pengamatan dan pengukuran zona
suhu 121 C selama 15 menit dan tekanan 2 atm
hambat yang terbentuk pada jam ke-24 dan jam
(Irianto, 2006).
ke-48.

Pemurnian Bakteri HASIL DAN PEMBAHASAN


Biakan bakteri E. coli dan S. aureus masing-
masing sebanyak satu ose diinokulasikan kedalam Hasil
medium agar miring NA yang telah membeku Berdasarkan hasil penelitian uji fitokimia dengan
secara terpisah dan aseptis dengan meletakkan pereaksi yang berbeda menunjukkan bahwa
jarum ose yang mengandung biakan pada dasar ekstrak daun kemangi (O. sanctum) mengandung
kemiringan agar dan ditarik dengan gerakan zig- golongan senyawa metabolit sekunder, hasil uji
zag (metode streak). Selanjutnya diinkubasi dalam fitokimia dapat dilihat pada Tabel 1. Golongan
inkubator pada suhu 37 C selama 24 jam (Afrani senyawa metabolit sekunder yang terkandung
2011). dalam ekstrak etanol O. sanctum terdiri dari
185
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 184-189

flavonoid, minyak atsiri, dan tannin. Hal ini dapat Hasil uji Tukey (F5,12 = 0,498 dan = 0,05)
dilihat dari perubahan yang terjadi pada ekstrak menyatakan bahwa perbedaan masing-masing
etanol O. sanctum yang telah diberikan larutan konsentrasi ekstrak yang diujikan pada bakteri E.
pereaksi. coli menunjukkan hasil yang berbeda nyata.
Konsentrasi ekstrak 20% dan 40% menunjukkan
Tabel 1. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Etanol Daun hasil yang berbeda nyata dengan konsentrasi 60%,
Kemangi (O. sanctum) dan konsentrasi 60% berbeda nyata dengan
No Metabolit Pereaksi Perubahan Hasil konsentrasi 80% dan 100% dalam inkubasi 24
Sekunder jam. Pada inkubasi 48 jam konsentrasi ekstrak
1. Alkaloid Kloroform, Tidak - 20%, 40%, dan 60% berbeda nyata dengan
meyer terbentuk
konsentrasi 80% dan 100%. Respon hambat pada
endapan
putih bakteri E. coli adalah kategori sedang dan respon
2. Flavonoid Magnesium Larutan + hambat kategori kuat terlihat pada inkubasi 24
(Mg), HCL berwarna jam dalam konsentrasi 100%. Pengukuran
pekat kuning diameter zona hambat pada pengujian aktivitas
3. Minyak Etanol 96% Adanya bau + ekstrak etanol O. sanctum terhadap
atsiri khas daun pertumbuhan E. coli dilakukan pada inkubasi 24
kemangi jam dan 48 jam.
4. Saponin Akuades Tidak -
16
terbentuk
Diameter Zona Bening (mm)
busa 14
5. Steroid/ CH3COOH Tidak - 12
Terpenoid glasial, terjadi 10
H2SO4 perubahan 8
pekat warna biru inkubasi 24 jam
6
atau merah inkubasi 48 jam
6. Tanin FeCL3 5% Larutan + 4
berwarna 2
biru tua 0
20 40 60 80 100 kontrol
Keterangan : ( + ) : Mengandung metabolit +

sekunder Konsentrasi (%)


( - ) : Tidak mengandung metabolit
sekunder Gambar 1. Grafik hubungan konsentrasi ekstrak etanol
O. sanctum terhadap rata-rata diameter zona
Hasil pengujian aktivitas antibakteri ekstrak hambat pertumbuhan bakteri E. coli pada
etanol O. sanctum terhadap pertumbuhan bakteri inkubasi 24 jam dan 48 jam
E. coli menunjukkan adanya zona hambat. Uji ini
dilakukan terhadap beberapa perlakuan Hasil pengamatan uji aktivitas antibakteri ekstrak
konsentrasi ekstrak O. sanctum yaitu 20%, 40%, etanol O. sanctum menunjukkan adanya
60%, 80%, 100%, kontrol positif (+) dan kontrol pembentukkan zona hambat terhadap
negatif (-). pertumbuhan koloni bakteri S. aureus.

Tabel 2. Nilai Rata-Rata Diameter Zona Hambat Tabel 3. Nilai Rata-Rata Diameter Zona Hambat
Ekstrak Etanol O. sanctum Terhadap Ekstrak Etanol O. sanctum Terhadap
Pertumbuhan Bakteri E. coli Pertumbuhan Bakteri S. Aureus
Konsentrasi 24 jam Respon 48 jam Respon Konsentrasi 24 jam Respon 48 jam Respon
(%) (mm) Hambat (mm) Hambat (%) (mm) Hambat (mm) Hambat
20 6,90a Sedang 6,28a Sedang 20 12,10a Kuat 10,99a Kuat
40 7,33a Sedang 6,74ab Sedang 40 12,77ab Kuat 11,80ab Kuat
60 8,12b Sedang 7,55b Sedang 60 13,34b Kuat 12,34b Kuat
80 9,65c Sedang 8,89c Sedang 80 18,31c Kuat 16,88c Kuat
100 10,26c Kuat 9,54c Sedang 100 18,90c Kuat 17,89c Kuat
Kontrol (+) 14,18d Kuat 13,57d Kuat Kontrol (+) 24,29d Sangat 21,41d Sangat
Kontrol (-) - - Kuat Kuat
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama Kontrol (-) - -
menunjukkan tidak berbeda nyata Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama
berdasarkan uji Tukey pada taraf menunjukkan tidak berbeda nyata
kepercayaan 95 % ( = 0,05) berdasarkan uji Tukey pada taraf
kepercayaan 95 % ( = 0,05)
186
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 184-189

Berdasarkan hasil uji Tukey (F5,12 = 0,498 dan = yang larut dalam pelarut non polar seperti n-
0,05) konsentrasi ekstrak etanol O. sanctum heksan, sedangkan senyawa flavonoid dan tanin
terhadap pertumbuhan bakteri S. aureus yang dapat larut dalam pelarut polar seperti metanol,
diujikan menunjukkan hasil yang berbeda nyata. etanol, etilasetat atau pelarut polar lainnya, dan
Pada konsentrasi ekstrak 20%, 40%, dan 60% golongan alkaloid termasuk senyawa yang tidak
berbeda nyata dengan konsentrasi 80% dan 100%, larut dalam air.
baik dalam inkubasi 24 jam maupun 48 jam.
Respon hambat pada bakteri S. aureus Senyawa tanin berperan sebagai antibakteri
keseluruhan konsentrasi dikategorikan kuat. karena memiliki kemampuan membentuk
senyawa kompleks dengan protein melalui ikatan
30 hidrogen, jika terbentuk ikatan hidrogen antara
tanin dengan protein maka protein akan
Diameter Zona Hambat (mm)

25
terdenaturasi sehingga metabolisme bakteri
20 menjadi terganggu (Makkar, 1993). Sedangkan
15
mekanisme kerja Flavonoid dengan cara merusak
inkubasi 24 jam membran sel bakteri pada bagian fosfolipid
10 sehingga mengurangi permeabilitas yang
inkubasi 48 jam
5 mengakibatkan bakteri mengalami kerusakan
(Kim et al., 1995). Minyak atsiri merupakan
0
20 40 60 80 100 kontrol minyak yang mudah menguap, minyak atsiri
+
umumnya dibagi menjadi dua komponen yaitu
Konsentrasi (%)
golongan hidrokarbon dan golongan hidrokarbon
teroksigenasi (Robinson, 1995). Menurut Heyne
Gambar 2. Grafik hubungan konsentrasi ekstrak etanol
O. sanctum terhadap rata-rata diameter zona (1987) senyawa-senyawa turunan hidrokarbon
hambat pertumbuhan bakteri S. aureus pada teroksigenasi (fenol) memiliki daya antibakteri
inkubasi 24 jam dan 48 jam yang kuat.

Hasil pengukuran diameter zona hambat Berdasarkan penelitian ini golongan senyawa
pertumbuhan bakteri S. aureus yang dipengaruhi metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak
oleh konsentrasi ekstrak etanol O. sanctum etanol O. sanctum terdiri dari flavonoid, minyak
menunjukkan terjadinya penurunan diameter zona atsiri, dan tannin yang dapat memberikan efek
hambat pada waktu inkubasi 48 jam. antibakteri terhadap pertumbuhan E. coli dan S.
aureus. Menurut penelitian Ali dan Savita, (2008)
Pembahasan dalam uji fitokimia ekstrak O. sanctum terhadap
Aktivitas penghambatan E. coli dan S. aureus oleh bakteri Klebsialla pneumonia didapatkan senyawa
ekstrak etanol O. sanctum dapat disebabkan oleh flavonoid, senyawa ini berperan sebagai
adanya pengaruh senyawa metabolit sekunder antibakteri.
yang terdapat dalam ekstrak tersebut. Pengujian
fitokimia pada ekstrak etanol daun kemangi (O. Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol O.
santum) menunjukkan hasil yang positif untuk sanctum dengan variasi konsentrasi 20%, 40%,
golongan senyawa tanin, flavonoid, dan minyak 60%, 80%, 100% dan kontrol positif
atsiri. Sedangkan metabolit sekunder menunjukkan adanya aktivitas antibakteri
menunjukkan hasil negatif adalah alkaloid, terhadap pertumbuhan E. coli dan S. aureus yang
saponin, dan steroid/terpenoid. Kandungan ditandai terbentuknya zona hambat disekitar
metabolit sekunder yang terdapat dalam tumbuhan kertas saring. Hasil penelitian menunjukkan
berbeda-beda karena dipengaruhi oleh faktor bahwa tidak terbentuk zona hambat pada kontrol
lingkungan. Verpoorte dan Alfermann (2000) negatif. Hal ini membuktikan tidak adanya
menyatakan bahwa metabolit sekunder berfungsi pengaruh DMSO 10% terhadap pertumbuhan
untuk mempertahankan diri dari kondisi bakteri, sehingga aktivitas hanya berasal dari
lingkungan yang kurang menguntungkan, ekstrak bukan dari pelarut yang digunakan.
misalnya untuk mengatasi hama dan penyakit.
Berdasarkan hasil respon hambat kategori sedang
Faktor penggunaan pelarut juga dapat menunjukkan adanya kemampuan O. sanctum
berpengaruh terhadap hasil metabolit sekunder dalam menghambat pertumbuhan bakteri E. coli
yang didapat. Menurut Harbourne (1987) dan respon hambat kategori kuat terlihat pada
Golongan terpenoid/steroid merupakan senyawa konsentrasi 100% dalam inkubasi 24 jam. Respon
187
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 184-189

hambat pada bakteri S. aureus keseluruhan pada inkubasi 24 jam hingga 48 jam, sama halnya
dikategorikan kuat. Hasil yang berbeda pada setiap konsentrasi ekstrak yang di ujikan
disebabkan karena kemampuan setiap bakteri juga memiliki sifat bakteriostatik.
dalam melawan aktivitas antibakteri berbeda
tergantung pada ketebalan dan komposisi dinding Penurunan diameter zona hambat dari inkubasi 24
selnya. Menurut Jawetz et al. (2005) Bakteri gram jam sampai dengan inkubasi 48 jam diduga akibat
positif hanya terdiri dari dua lapisan yaitu adanya viskositas ekstrak yang dapat
lipopolisakarida dan protein dengan kandungan mempengaruhi kemampuan berdifusi ekstrak
lipid sebesar 1% - 4%. Sedangkan pada bakteri kedalam media agar sehingga mempengaruhi daya
gram negatif memiliki tiga lapisan peptidoglikan hambat. Menurut Priyatmoko (2008), semakin
yang terdiri dari fosfolipid, protein, dan tinggi viskositas maka proses difusi zat antibakteri
lipopolisakarida dengan kandungan lipid sebesar kedalam media agar semakin rendah. Penelitian
11% - 22%. yang dilakukan oleh Rahmawati (2010)
menggunakan ekstrak rhizoma Alang-alang
Aktivitas antibakteri dipengaruhi oleh beberapa (Imperata cylindrical) juga menunjukkan terjadi
faktor yaitu kandungan senyawa antibakteri, penurunan diameter zona hambat yang bersifat
konsentrasi ekstrak dan jenis bakteri yang bakteriostatik, karena zat antibakteri hanya
dihambat (Brooks et al., 2007). Berdasarkan menghambat pertumbuhan bakteri tapi tidak
penelitian ini semakin tinggi konsentrasi ekstrak seluruhnya membunuh koloni bakteri.
etanol O. sanctum menandakan semakin banyak
senyawa metabolit sekunder yang terkandung Perlakuan konsentrasi estrak etanol O. sanctum
didalamnya, sehingga mampu menghambat 100% tidak berbeda secara signifikan terhadap
pertumbuhan bakteri yang ditandai dengan perlakuan konsentrasi ekstrak 80%, sehingga
terbentuknya diameter zona hambat. Pelzcar dan diduga bahwa konsentrasi ekstrak 80%
Chan (1988) menyatakan hal yang sama yaitu merupakan konsentrasi yang optimum dalam
semakin tinggi konsentrasi ekstrak, maka semakin menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dan S.
tinggi pula daya hambatnya terhadap aureus. Hal ini karena konsentrasi ekstrak yang
pertumbuhan bakteri. Grafik peningkatan lebih kecil mampu menimbulakan aktivitas
diameter zona hambat pada setiap konsentrasi antibakteri yang tidak berbeda signifikan dengan
dalam inkubasi yang sama dapat dilihat pada aktivitas antibakteri yang ditimbulkan oleh
Gambar 1 dan 2. konsentrasi tertinggi. Berdasarkan hasil
pengamatan dapat dilihat bahwa ekstrak etanol O.
Hasil analisis statistik terhadap diameter zona sanctum yang diujikan terhadap bakteri S. aureus
hambat menunjukkan adanya pengaruh yang memiliki zona hambat yang besar dibandingkan
berbeda nyata antara perlakuan ekstrak dengan terhadap bakteri E. coli. Hal ini menunjukkan
kontrol positif thiamfenicol. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol O. sanctum lebih berpotensi
bahwa aktivitas antibakteri ekstrak etanol dalam menghambat pertumbuhan bakteri gram
O. sanctum tidak lebih baik dengan aktivitas positif dibandingkan dengan penghambatan
antibakteri sintetik. Sedangkan hasil analisis tiap terhadap gram negatif. Menurut Noorhamdani et
perlakuan terhadap diameter zona hambat al. (2011) menggunakan ekstrak etanol daun
berbeda. Diameter zona hambat terbesar diperoleh selasih (Ocimim basilicum) menunjukkan bahwa
pada perlakuan konsentrasi 100% yang tidak aktivitas ekstrak daun selasih lebih baik
berbeda nyata dengan perlakuan konsentrasi 80% digunakan untuk menghambat pertumbuhan
dan pada perlakuan konsentrasi 100% hasil yang bakteri gram positif dibandingkan dengan bakteri
didapat berbeda signifikan dengan perlakuan gram negatif.
kontrol positif.
DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan Clinical and Laboratory Standards
Afriani, R, 2011, Aktivitas Antimikroba Madu
Institute (CLSI) (2013), diameter zona hambat
dari Lebah Apis dorsata dan Apis
dari thiamfenicol masih tergolong sensitif, karena
Mellifera Terhadap Pertumbuhan Bakteri
thiamfenicol bekerja dalam menghambat sintesa
Staphylococcus aureus dan Escherichia
protein bakteri dengan menekan aktivitas enzim
coli, skripsi, Fakultas Matematika dan
yang mengkatalisa pembentukkan ikatan peptida
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
protein bakteri, selain itu thiamfenicol mempunyai
Tanjungpura, Pontianak
sifat bakteriostatik. Dalam penelitian ini terjadi
penurunan diameter zona hambat kontrol positif
188
Protobiont (2015) Vol. 4 (1) : 184-189

Ali, H & Savita, D, 2012, In Vitro Antimikrobial T. Imas, S. S. Tjitrosomo, S. I. Angka. UI


Activity Of Flavonoids Of Ocimum Press, Jakarta
sanctum with Synergistic Effect of Their Priyatmoko, W, 2008, Aktivitas antibakteri karang
Combined Form, Asian Pacific Journal lunak hasil transplantasi (Sinularia Sp.)
of Tropical Disease pada dua kedalaman berbeda di perairan
Brooks, GF, Butel, JS & Morse, SA, 2007, Pulau Pramuka Kepulauan Seribu, Dki
Mikrobiologi Kedokteran, Edisi 23 EGC, Jakarta. Fakultas perikanan dan ilmu
Jakarta kelautan Institut Pertanian Bogor, Bogor
Clinical & Laboratory Standards Institute, 2013, Sudarsono, Gunawan D, Wahyuono S, Donatus
M100-S23 Performances standards for IA & Purnomo, 2002, Tumbuhan Obat II
antimicrobial susceptibility testing; (Hasil Penelitian, Sifat-Sifat, dan
Twenty-third Informational Suplement, Penggunaannya), Pusat Studi Obat
vol.33 no.1 hal. 44-48 Tradisional Universitas Gadjah Mada,
Fardiaz, S, 1993, Analisis Mikrobiologi Pangan, Jakarta, Halaman 136-140
Raja Grafindo Persada Press, Jakarta Rahmawati, R, 2010, Uji aktivitas antibakteri
Hadipoenyanti, E & Wahyuni, S, 2008, ekstrak methanol rhizoma Alang-alang
Keragaman Selasih (Ocimum Spp.) (Imperata cylindrical [L.] Beauv)
Berdasarkan Karakter Morfologi, terhadap pertumbuhan Escherichia coli
Produksi dan Mutu Herba, halaman 141- dan Staphylococcus aureus, Skripsi,
148 Fakultas Matematika dan Ilmu
Harbourne, JB, 1987, Metode Fitokimia, Pengetahuan Alam, Universitas
Penuntun Cara Modern Menganalisis Tanjungpura, Pontianak
Tumbuhan, Terbitan II, Bandung Penerbit Robinson, T, 1995, Kandungan Organik
ITB, halaman 6 dan 7 Tumbuhan Tinggi, Penerjemah Kosasih
Heyne, K, 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia, Padmawinata, ITB, Bandung
Jilid 3, Departemen Kehutanan, Jakarta Verpoorte, R & Alfermann, AW, 2000, Metabolic
Irianto, K, 2006, Mikrobiologi, Menguak Dunia engineering of plant secondary
Mikroorganisme Jilid 2, CV. Yrama metabolism. Springer. Finlandia
Widya. Bandung
Jawetz, E, JL Melnick, EA & Adelberg, 1986, A
Small Scale Approach to Organic
Laboratory Techniques, Third Edition,
Brooks/Cole Laboratory Series, USA,
Halaman 368
Kim, JM, Marshall, MR, Cornell, JA & Boston,
W, 1995, antibacterial Activity of
Carvacrol, Citral and Geraniols Against
Salmonella typhimurium in Culture
Medium and on Fish Cubes, J Food Sci,
69 (6): 1365-1366
Makkar, 1993, Gravimertric Determination Of
Tannins and Their Correlation With
Chemical nd Protein Precipitation
Methods. Journal of The Science pf Food
and Agriculutre. 61:161-165
Noorhamdani, AS, Tantari S & Prita AN, 2011,
Uji Efektivitas Daun Selasih (Ocimum
basilicum L.) Sebagai Antimikroba
Terhadap Staphylococcus aureus Secara
In Vitro, Jurnal
Oktalia, 2009, Kapita Selekta Dispending I, UGM
Press, Yogyakarta, Halaman 27
Pelczar, MJ & Chan, ECS, 1988, Dasar-Dasar
Mikrobiologi Jilid 1 dan Jilid 2.
Diterjemahkan oleh, Hadiootema, R. S.,

189

You might also like