You are on page 1of 7

Jurnal Anestesi Perioperatif

[JAP. 2015;3(3): 18995]


ARTIKEL PENELITIAN

Perbandingan Kombinasi Tramadol Parasetamol Intravena dengan


Tramadol Ketorolak Intravena terhadap Nilai Numeric Rating Scale dan
Kebutuhan Opioid Pascahisterektomi

Dendi Karmena,1 Ezra Oktaliansah,2 Eri Surahman2


1
Rumah Sakit Umum Daerah Teluk Kuantan, 2Departemen Anestesiologi dan Terapi intensif
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung

Abstrak

Nyeri pascabedah adalah masalah penting dalam pembedahan. Penelitian ini bertujuan membandingkan
kombinasi tramadol parasetamol intravena dengan tramadol ketorolak intravena terhadap nilai numeric
rating scale (NRS) dan kebutuhan opioid pascabedah histerektomi abdominal. Uji klinik acak terkontrol
buta ganda dilakukan terhadap 42 wanita (1860 tahun) status fisik American Society of Anesthesiologist
(ASA) III yang menjalani pembedahan histerektomi abdominal dalam anestesi umum di Rumah Sakit
Dr. Hasan Sadikin Bandung pada bulan AgustusNovember 2014. Pasien dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu 21 orang menerima kombinasi tramadol parasetamol intravena dan 21 orang menerima kombinasi
tramadol ketorolak intravena yang diberikan saat dilakukan penutupan peritoneum. Penilaian skala nyeri
dilakukan dengan menggunakan nilai numeric rating scale baik pada saat istirahat maupun saat mobilisasi.
Analisis menggunakan Uji Mann-Whitney. Pada penelitian ini ditemukan nilai NRS pada kelompok tramadol
parasetamol dan kelompok tramadol ketorolak tidak berbeda bermakna (p>0,05). Simpulan penelitian
ini adalah pemberian kombinasi tramadol parasetamol intravena sebanding dengan kombinasi tramadol
ketorolak terhadap nilai NRS dan kebutuhan opioid pascabedah histerektomi abdominal.

Kata kunci: Kebutuhan opioid, ketorolak, numeric rating scale, parasetamol, tramadol

Comparison of Combined Intravenous Tramadol-Paracetamol Versus


Tramadol-Ketorolac on Numeric Rating Scale and Opioid Requirement on
Post Histerectomy Patients
Abstract

Postoperative pain is an important problem in surgery. This study aimed to compare the combination of
intravenous tramadol paracetamol and tramadol ketorolac to numeric rating scale (NRS) to postoperative
opioid requirements in abdominal hysterectomy. Double blind randomized controlled trial was conducted
on 42 women (1860 years) with ASA physical status III who underwent abdominal hysterectomy surgery
under general anesthesia in Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung within the period of August
November 2014. Subjects were divided into two groups: 21 subjects received a combination of intravenous
tramadol paracetamol and 21 subjects received combination of intravenous tramadol ketorolac that was
given when peritoneum was closure. The assessment of postoperative pain was performed using a numeric
rating scale both at rest and during mobilization. Correlation analysis is conducted using Mann-whitney
test. Result shows that the value of the NRS in group tramadol paracetamol compared to tramadol ketorolac
was not significantly different (p>0.05). This study concludes that the combinations of intravenous tramadol
paracetamol and tramadol ketorolac are the same in terms of the NRS and postoperative opioid requirement
after abdominal hysterectomy.

Key words: Ketorolac, numeric rating scale, opioid requirement, paracetamol, tramadol

Korespondensi: Dendi Karmena, dr., SpAn, Rumah Sakit Umum Daerah Teluk Kuantan, Jl. Kesehatan No. 1 Teluk Kuantan,
Mobile 085265248862, Email dendikarmena@yahoo.co.id

189
190 Jurnal Anestesi Perioperatif

Pendahuluan Saat ini analgesia multimodal pascabedah


banyak memakai opioid yang dikombinasikan
Nyeri pascabedah masih menjadi masalah dengan obat lain, di antaranya non-steroidal
utama yang dihadapi ahli anestesi. Hal tersebut anti-inflammatory drug (NSAID), parasetamol,
merupakan salah satu masalah pembedahan ketamin dosis rendah, dan pemberian anestesi
paling ditakuti oleh pasien. Nyeri pascabedah lokal perioperatif.6,7
merupakan suatu reaksi fisiologis kompleks Tramadol merupakan analgetik opioid yang
terhadap kerusakan jaringan ataupun respons diindikasikan untuk mengobati nyeri sedang
pada penyakit yang dirasakan pasien sebagai sampai berat, baik yang bersifat akut maupun
suatu pengalaman sensoris dan juga emosional kronik. Lebih dari 90 negara di dunia telah
yang tidak menyenangkan. Penanganan nyeri memakai obat ini sebagai analgetik, namun
yang tidak adekuat akan menyebabkan efek penggunaan tramadol juga mengakibatkan
samping fisiologis yang akan meningkatkan efek samping, antara lain adalah depresi napas,
morbiditas dan mortalitas, juga menghambat mengantuk, mual muntah, dan menyebabkan
proses penyembuhan.13 ketergantungan.8
Prosedur pembedahan abdomen termasuk Ketorolak merupakan salah satu NSAID
juga pembedahan ginekologi merupakan salah yang sering digunakan dalam mengatasi nyeri
satu jenis pembedahan yang mengakibatkan pascabedah karena memiliki efek analgesia
intensitas nyeri pascabedah yang cukup tinggi yang kuat serta efek anti-inflamasi. Ketorolak
sehingga perhatian lebih serius dibutuhkan juga sama efektif dengan morfin dan petidin
untuk mengatasi nyeri pascabedah yang terjadi. yang dapat mencegah nyeri akut pascabedah
Nyeri pascabedah histerektomi abdominal dari tingkat nyeri sedang sampai dengan berat
termasuk nyeri hebat. Penilaian nyeri dapat tanpa menyebabkan depresi pada pernapasan.
dilakukan secara subjektif memakai beberapa Pemberian ketorolak juga harus diwaspadai
macam skala, skala untuk nyeri histerektomi karena berkaitan dengan peningkatan risiko
adalah 7 hingga 8.4 perdarahan pada daerah pembedahan yang
Penanganan nyeri dapat dilakukan secara disebabkan oleh waktu perdarahan meningkat,
farmakologis dengan menggunakan analgetik perdarahan gastrointestinal, dispepsia, dan
dan nonfarmakologis melalui teknik mekanis, juga menyebabkan gangguan ginjal. Ketorolak
elektris, serta psikologis. Sampai saat ini para juga masih memiliki efek samping lain seperti
ahli masih terus mencari jenis analgetik yang mual, nyeri kepala, mengantuk, palpitasi, dan
lebih baik dengan efek samping yang minimal, pruritus.9
aman, dan mudah untuk digunakan.3,5 Parasetamol adalah analgetik nonopioid
Opioid merupakan analgetik pilihan yang dan nonsalisilat yang sudah digunakan lebih
utama untuk mengatasi nyeri sedang sampai dari 40 tahun untuk mengatasi nyeri ringan
berat. Akan tetapi, opioid memiliki berbagai sampai sedang. Parasetamol bekerja dengan
keterbatasan antara lain adalah efek samping meningkatkan batas ambang nyeri dengan cara
yang mungkin timbul, seperti depresi napas, menghambat N-metil-D-aspartate (NMDA)
mengantuk, menurunkan motilitas saluran atau disebut substansi P serta prostaglandin E2
cerna, mual dan muntah, dan juga berpotensi di sentral. Parasetamol memiliki efek analgesia
disalahgunakan. Akibat efek samping opioid dan juga antipiretik tanpa efek anti-inflamasi,
tersebut, para peneliti terus mengembangkan aman digunakan, efek samping minimal, dan
cara pemberian analgetik secara multimodal ditoleransi dengan baik.10,11
untuk mengurangi dosis opioid pascabedah.5 Parasetamol juga memiliki efek opioid-
Penggunaan terapi multimodal membuat sparing bila digunakan bersama dengan opioid
skor nyeri lebih rendah, mempercepat masa dosis yang rendah sehingga memberikan efek
pemulihan, meningkatkan kepuasan pasien, analgesia yang baik dengan meminimalkan
serta mengurangi lama perawatan di rumah efek samping opioid seperti depresi napas,
sakit.6 bradikardia, dan hipoksia.10,11

JAP, Volume 3 Nomor 3, Desember 2015


Perbandingan Kombinasi Tramadol Parasetamol Intravena dengan Tramadol Ketorolak Intravena terhadap 191
Nilai Numeric Rating Scale dan Kebutuhan Opioid Pascahisterektomi

Tramadol intravena merupakan salah satu yang akan dilaksanakan, serta dijelaskan pula
analgetik opioid yang sering dipergunakan di cara penilaian NRS.
Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin (RSHS)Bandung Semua penderita dipuasakan selama enam
karena mudah didapatkan serta efektif untuk jam sebelum operasi dari makanan padat dan
mengatasi rasa nyeri pascabedah. Penggunaan dua jam dari air bening. Randomisasi sampel
tramadol ini sering kali dikombinasikan untuk dilakukan dengan menggunakan tabel bilangan
mengatasi nyeri sedang sampai berat dengan random, kemudian sampel dibagi menjadi dua
analgetik lain terutama ketorolak intravena. kelompok, yaitu kelompok PI (parasetamol
Analgetik lainnya yang sering dipakai adalah infus 1 g) dan KI (ketorolak intravena 30 mg).
parasetamol intravena. Semua kelompok mendapatkan premedikasi
Penelitian ini bertujuan membandingkan dengan lorazepam 1,0 mg pada malam hari.
pemberian kombinasi tramadol-parasetamol 1 Pasien dibaringkan terlentang di ruang
g intravena dengan tramadol-ketorolak 30 mg operasi, dilakukan pemasangan alat pantau
intravena terhadap nilai numeric rating scale dan dicatat data mengenai kesadaran, tekanan
dan juga jumlah kebutuhan opioid pascabedah darah, laju nadi, laju napas, dan juga saturasi
histerektomi abdominal. oksigen. Selanjutnya, dilakukan pemasangan
kateter intravena serta diberikan cairan infus
Subjek dan Metode Ringer laktat (RL) untuk menggantikan puasa.
Induksi anestesia dilakukan dengan cara
Penelitian ini berrsifat eksperimental dengan memberikan propofol 2 mg/kgBB, fentanil 2
uji acak terkontrol buta ganda (double blind g/kgBB, atrakurium 0,5 mg/kgBB, dan setelah
randomized controlled trial). Pemilihan subjek tiga menit kemudian dilakukan laringoskopi-
penelitian berdasar atas kriteria inklusi yaitu intubasi. Pemeliharaan anestesia dilakukan
semua pasien yang dirawat di Rumah Sakit Dr. dengan memakai isofluran dan N2O:O2 50%.
Hasan Sadikin (RSHS) Bandung yang menjalani Saat peritoneum mulai ditutup diberikan bolus
pembedahan histerektomi abdominal elektif intravena tramadol 1 mg/kgBB. Kemudian,
dengan anestesia umum, status fisik American pasien kelompok KI diberikan ketorolak 30 mg
Society of Anesthesiologists (ASA) III, serta intravena, sedangkan kelompok PI diberikan
berusia 1860 tahun. Kriteria eksklusi adalah parasetamol infus 1 g.
riwayat alergi dan kontraindikasi terhadap Pada saat akhir operasi diberikan antagonis
obat-obatan yang digunakan dalam penelitian, pelumpuh otot menggunakan neostigmin dosis
sedang mendapat terapi analgetik sebelumnya 0,040,08 mg/kgBB dan sulfas atropin dosis
(opioid, parasetamol, NSAID), riwayat nyeri 0,010,04 mg/kgBB intravena. Pencegahan
kronik, pusing, atau nyeri kepala berulang. mual muntah diberikan ondansetron 0,05 mg/
Besarnya sampel ditentukan berdasarkan kgBB secara intravena. Selanjutnya, analgetik
formula uji hipotesis dua rata-rata. Didapatkan pascabedah menggunakan tramadol 2 mg/
jumlah sampel adalah 21 untuk tiap kelompok kgBB yang diberikan secara drip intravena
perlakuan. Analisis statistika terhadap hasil selama 8 jam. Dosis analgetik pascabedah yang
penelitian menggunakan uji-t, uji chi kuadrat, sama diberikan sampai 24 jam pascabedah.
dan juga Uji Mann-Whitney. Data disajikan dan Setelah diekstubasi, kemudian dipindahkan
dianalisis mempergunakan statistical product ke ruang pemulihan dan dilakukan observasi
and service solutions (SPSS) 20.0 for windows. selama 24 jam. Penilaian nyeri pascabedah
Setelah mendapat persetujuan dari Komite dilakukan menggunakan NRS pada menit ke-
Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran 30, jam ke-1, 2, 4, 6, 8, 16, dan 24 pascabedah.
Unpad/RSHS Bandung, dilakukan kunjungan Pencatatan skor nyeri, laju nadi, tekanan
prabedah satu hari sebelum operasi dan juga darah, laju napas, efek samping obat,
diberikan penjelasan mengenai penelitian dan penggunaan petidin tambahan, dan juga
menandatangani surat persetujuan (informed penggunaan total petidin dilakukan selama 24
consent) mengenai operasi dan juga penelitian jam. Nilai NRS lebih dari 3 diberikan analgetik

JAP, Volume 3 Nomor 3, Desember 2015


192 Jurnal Anestesi Perioperatif

Tabel 1 Karakteristik Umum Subjek Penelitian Kedua Kelompok Perlakuan


Kelompok
Karakteristik Responden
Parasetamol Ketorolak Nilai p
(n=21) (n=21)
Rata-rata (SD) 44,24 (9,04) 48,86 (6,36)
Usia (tahun) 0,063
Rentang 2760 3760
Rata-rata (SD) 153,33 (7,40) 152,38 (3,34)
Tinggi badan (cm) 0,594
Rentang 136164 145158
Rata-rata (SD) 56,90 (13,35) 57,67 (7,31)
Berat badan (kg) 0,820
Rentang 3886 4270
Rata-rata (SD) 24,11 (5,02) 24,78 (2,59)
BMI (kg/m2) 0,590
Rentang 16,4435,80 19,4429,14
SD 5 3
SMP 2 6
Pendidikan SMA 11 12 0,236
Diploma 2 0
Sarjana 1 0
Rata-rata (SD) 165,24 (26,85) 156,67 (24,46)
Lama operasi (menit) 0,506
Rentang 120180 90180
Keterangan: nilai p pada variabel lama operasi dihitung berdasarkan Uji Mann-Whitney. Nilai p dihitung

penyelamatan dengan petidin 0,5 mg/kgBB. Hasil


Bila nilai NRS masih lebih dari 3 maka 15 menit
kemudian dapat diberikan kembali analgetik Hasil analisis statistika menunjukkan bahwa
pertolongan. Pemberian petidin dihentikan untuk variabel usia, tinggi badan, berat badan,
bila laju napas <12x/menit atau timbul efek body mass index (BMI), pendidikan, dan lama
samping serius akibat pemakaian petidin. operasi pada kedua kelompok perlakuan tidak
berbeda bermakna (p>0,05; Tabel 1). Rentang

Tabel 2 Perbandingan Nilai NRS Saat Istirahat antara Kedua Kelompok


Kelompok
Waktu Pengukuran Parasetamol (n=21) Ketorolak (n=21) Nilai p
Modus Rentang Modus Rentang
T 1/2 1 03 1 03 0,254
T1 2 13 2 13 0,651
T2 2 13 2 12 0,946
T4 2 13 2 13 0,962
T6 2 13 2 12 0,592
T8 2 13 2 12 0,965
T 16 2 13 2 12 0,178
T 24 1 12 2 12 0,012*
Keterangan: T1=jam ke-1, T2=jam ke-2, dan seterusnya. * Nilai p bermakna jika (p<0,05)

JAP, Volume 3 Nomor 3, Desember 2015


Perbandingan Kombinasi Tramadol Parasetamol Intravena dengan Tramadol Ketorolak Intravena terhadap 193
Nilai Numeric Rating Scale dan Kebutuhan Opioid Pascahisterektomi

Tabel 3 Perbandingan Nilai NRS Saat Mobilisasi antara Kedua Kelompok


Kelompok
Waktu Pengukuran Parasetamol (n=21) Ketorolak (n=21) Nilai p
Modus Rentang Rata-rata Rentang
T 2 14 2 14 0,023*
T1 2 14 2 13 0,331
T2 2 13 2 12 0,269
T4 2 13 2 13 0,752
T6 2 13 2 13 0,325
T8 2 13 2 12 0,456
T 16 2 13 2 12 0,681
T 24 2 12 2 12 0,043*
Keterangan: T1=jam ke-1, T2=jam ke-2, dan seterusnya. * Nilai p bermakna jika (p<0,05)

nilai NRS saat istirahat, baik pada kelompok sedangkan pada menit ke-30 dan jam ke-24
tramadol-parasetamol 1 g intravena maupun pascabedah pada kedua kelompok perlakuan
kelompok tramadol-ketorolak 30 mg intravena berbeda bermakna (p<0,05; Tabel 3).
didapatkan antara 0 sampai 3. Berdasar atas Berdasar atas hasil penelitian ini diketahui
pengujian statistika, diketahui bahwa nilai NRS bahwa pada kedua kelompok mayoritas tidak
saat istirahat pada menit ke-30, jam ke-1, 2, 4, diberikan tambahan analgetik. Pada kelompok
6, 8, dan 16 pascabedah pada kedua kelompok tramadol parasetamol 1 gram intravena hanya
perlakuan tidak berbeda bermakna (p>0,05), 3 orang yang diberikan tambahan analgetik,
sedangkan pada jam ke-24 pascabedah pada sedangkan pada kelompok tramadol ketorolak
kedua kelompok perlakuan berbeda bermakna 30 mg intravena hanya seorang yang diberikan
(p<0,05; Tabel 2). tambahan analgetik. Hasil statistik tambahan
Rentang nilai NRS saat mobilisasi pada analgetik menunjukkan pada kedua kelompok
kelompok tramadol parasetamol 1 g intravena perlakuan tidak berbeda bermakna (p>0,05).
secara keseluruhan didapatkan nilai 14 dan Subjek penelitian pada kelompok tramadol
pada kelompok tramadol ketorolak 30 mg parasetamol 1 g intravena mengalami efek
intravena didapatkan 04. Berdasarkan hasil samping pusing sebanyak 1 subjek, mengantuk
analisis statistika menunjukkan bahwa untuk 3 subjek, mual 6 subjek, dan juga menggigil 3
NRS mobilisasi, pada jam ke-1, 2, 4, 6, 8, dan subjek. Pada kelompok tramadol ketorolak 30
jam ke-16 pascabedah pada kedua kelompok mg intravena, efek samping mengantuk terjadi
perlakuan tidak berbeda bermakna (p>0,05), pada 5 subjek, mual 3 subjek, dan menggigil 1

Tabel 4 Perbandingan Efek Samping antara Kedua Kelompok


Kelompok
Efek Samping Nilai p
Parasetamol (n=21) Ketorolak (n=21)
Pusing 1 0
Mual 6 3
Muntah 0 0 0,367
Mengantuk 3 5
Menggigil 3 1
Keterangan: nilai p dihitung berdasarkan uji chi-kuadrat. Nilai p bermakna jika (p<0,05)

JAP, Volume 3 Nomor 3, Desember 2015


194 Jurnal Anestesi Perioperatif

subjek . Hasil analisis statistika menunjukkan dengan suatu penilaian kebutuhan analgetik
bahwa efek samping yang terjadi pada kedua pertolongan yang diberikan, yaitu pada 3 dari
kelompok perlakuan tidak berbeda bermakna 21 orang dari kelompok tramadol parasetamol
(p>0,05; Tabel 4). dan 1 dari 21 orang dari kelompok tramadol
ketorolak. Penilaian terhadap jumlah analgetik
Pembahasan pertolongan secara klinis terlihat bahwa
kombinasi tramadol-parasetamol mempunyai
Tujuan utama penanganan nyeri pascabedah efek analgetik lebih lemah dibanding dengan
adalah memulihkan fungsi organ secara cepat tramadol-ketorolak, namun secara statistika
dan juga menghindari komplikasi. Penanganan tidak terdapat perbedaan bermakna antara
nyeri yang baik akan mengurangi morbiditas kelompok tramadol parasetamol dan tramadol
serta komplikasi pascabedah, meningkatkan ketorolak.
kenyamanan dan kepuasan pasien, mobilisasi Penilaian NRS serta tambahan kebutuhan
lebih dini, mempercepat penyembuhan, serta analgetik dikatakan sebanding antara kedua
mengurangi biaya perawatan rumah sakit.5,9 kelompok ini, walaupun terdapat perbedaan
Dalam penelitian ini, hasil analisis statistika cara kerja antara parasetamol dan ketorolak.
menunjukkan variabel usia, tinggi badan, berat Kelebihan parasetamol bekerja di sentral dan
badan, body mass index (BMI), pendidikan, dan perifer, sedangkan ketorolak bekerja hanya di
lama operasi pada kedua kelompok perlakuan perifer. Namun, parasetamol tidak mempunyai
tidak berbeda bermakna sehingga subjek yang efek anti-inflamasi seperti efek yang dimiliki
diteliti homogen dan layak dibandingkan. oleh ketorolak. Parasetamol dan juga ketorolak
Pemberian kombinasi analgetika tramadol- mempunyai efek farmakokinetik yang sama
parasetamol 1 gram intravena serta tramadol- terutama dilihat dari onset dan durasi kedua
ketorolak 30 mg intravena bertujuan untuk obat tersebut.11,12
mendapatkan efek analgesi yang maksimal. Didapatkan temuan efek samping berupa
Efek analgetik pada kedua kelompok dalam pusing, mual, mengantuk, dan juga menggigil.
mengatasi nyeri sedang sampai berat selama Efek samping ini terjadi lebih banyak pada
24 jam pascabedah histerektomi berdasar uji kelompok tramadol-parasetamol 1 gram
statistika menunjukkan hasil yang sebanding intravena bila dibandingkan dengan kelompok
antara kedua kelompok. tramadol- ketorolak 30 mg intravena. Namun,
Penilaian nyeri pascabedah dengan NRS secara statistik efek samping yang timbul pada
menunjukkan bahwa pada kelompok tramadol kedua kelompok tidak berbeda bermakna.
parasetamol 1 gram intravena serta tramadol
ketorolak 30 mg i.v. mempunyai rentang nilai Simpulan
NRS 0 sampai 3 pada saat istirahat serta rentang
yang sama dengan skala 14 saat mobilisasi. Pemberian kombinasi tramadol parasetamol
Setelah dilakukan Uji Mann-Whitney antara 1 g intravena sebanding dengan tramadol
kedua kelompok tidak ditemukan perbedaan ketorolak 30 mg intravena terhadap nilai NRS
nilai NRS yang bermakna secara statistik pada dan kebutuhan analgetik opioid pascabedah
6 waktu pengukuran. Pada menit ke-30 serta histerektomi abdominal.
jam ke-24 ditemukan nilai NRS yang bermakna
pada 2 waktu pengukuran, namun masih Daftar Pustaka
berada dalam rentang yang sama dan tidak
memengaruhi pemakaian analgetik tambahan. 1. Macres SM, Moore PG, Fishman SSM.
Dilihat secara keseluruhan dari delapan Acute pain management. Dalam: Barash
waktu pengukuran tidak terdapat perbedaan PGCB, Stoelting RK, Cahalan MK, Stock
bermakna terhadap pengukuran NRS, baik saat MC, penyunting. Clinical anesthesia. Edisi
istirahat maupun saat mobilisasi antara kedua ke-6. Philadelphia: Lippincott Williams &
kelompok perlakuan. Hal ini juga dikuatkan Wilkins; 2009. hlm. 1473502.

JAP, Volume 3 Nomor 3, Desember 2015


Perbandingan Kombinasi Tramadol Parasetamol Intravena dengan Tramadol Ketorolak Intravena terhadap 195
Nilai Numeric Rating Scale dan Kebutuhan Opioid Pascahisterektomi

2. Marsaban AHM, Maas EM, Bagianto H. 272951.


Ilmu pengetahuan dasar. Dalam: Chandra 7. Gandhi K, Viscusi E. Multimodal pain
S, penyunting. Panduan tatalaksana nyeri management techniques in hip and knee
perioperatif. Edisi ke-1. Jakarta: PP IDSAI; arthroplasty. J NYSORA. 2009;13:110.
2009. hlm. 122. 8. Reeves RR BR. Tramadol: basic
3. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ. pharmacology and emerging concepts.
Pain management. Dalam: Morgan GE, Drugs Today. 2008;44(11):82736.
penyunting. Clinical anesthesiology. Edisi 9. Lee SY, Lee WH, Lee EH, Han KC, Ko YK.
ke-4. New York: McGraw-Hill Companies, The effects of paracetamol, ketorolac,
Inc; 2006. hlm. 359411. and paracetamol plus morphine on pain
4. Yap SOW, Husain A, Kapp DS, Teng NT, control after thyroidectomy. Korean J Pain.
Schmiesing C. Gynecologic oncology. 2010;23(2):12430.
Dalam: Jaffe RA, Samuels SI, penyunting. 10. Toussaint K, Yang XC, Zielinski MA, Reigle
Anesthesiologists manual of surgical KL, Sacavage SD, Nagar S. What do we
procedures. Edisi ke-4. Philadelphia: (not) know about how paracetamol
Lippincott Williams & Wilkins; 2009. hlm. (acetaminophen) works?. J Clin Pharm
74583. Ther. 2010;35:61738.
5. White P. The changing role of non-opioid 11. Bertolini A1,Ferrari A,Ottani A,Guerzoni
analgesic techniques in the management S,Tacchi R,Leone S. Paracetamol: new
of postoperative pain. Anesth Analg. vistas of an old drug. CNS Drug Rev.
2005;101:S522. 2006;12(34):25075.
6. Hurley RW, WU CL. Acute postoperative 12. Ketorolac. 2011 [diunduh 22 Desember
pain. Dalam: Miller RD, penyunting. Millers 2013]. Tersedia dari: http://www.drugs.
anesthesia. Edisi ke-6. Philadelphia: com/mtm/ketorolac.html?printable=1;
Elsevier Churchill Livingstone; 2005. hlm.

JAP, Volume 3 Nomor 3, Desember 2015

You might also like