Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Nyeri pascabedah adalah masalah penting dalam pembedahan. Penelitian ini bertujuan membandingkan
kombinasi tramadol parasetamol intravena dengan tramadol ketorolak intravena terhadap nilai numeric
rating scale (NRS) dan kebutuhan opioid pascabedah histerektomi abdominal. Uji klinik acak terkontrol
buta ganda dilakukan terhadap 42 wanita (1860 tahun) status fisik American Society of Anesthesiologist
(ASA) III yang menjalani pembedahan histerektomi abdominal dalam anestesi umum di Rumah Sakit
Dr. Hasan Sadikin Bandung pada bulan AgustusNovember 2014. Pasien dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu 21 orang menerima kombinasi tramadol parasetamol intravena dan 21 orang menerima kombinasi
tramadol ketorolak intravena yang diberikan saat dilakukan penutupan peritoneum. Penilaian skala nyeri
dilakukan dengan menggunakan nilai numeric rating scale baik pada saat istirahat maupun saat mobilisasi.
Analisis menggunakan Uji Mann-Whitney. Pada penelitian ini ditemukan nilai NRS pada kelompok tramadol
parasetamol dan kelompok tramadol ketorolak tidak berbeda bermakna (p>0,05). Simpulan penelitian
ini adalah pemberian kombinasi tramadol parasetamol intravena sebanding dengan kombinasi tramadol
ketorolak terhadap nilai NRS dan kebutuhan opioid pascabedah histerektomi abdominal.
Kata kunci: Kebutuhan opioid, ketorolak, numeric rating scale, parasetamol, tramadol
Postoperative pain is an important problem in surgery. This study aimed to compare the combination of
intravenous tramadol paracetamol and tramadol ketorolac to numeric rating scale (NRS) to postoperative
opioid requirements in abdominal hysterectomy. Double blind randomized controlled trial was conducted
on 42 women (1860 years) with ASA physical status III who underwent abdominal hysterectomy surgery
under general anesthesia in Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung within the period of August
November 2014. Subjects were divided into two groups: 21 subjects received a combination of intravenous
tramadol paracetamol and 21 subjects received combination of intravenous tramadol ketorolac that was
given when peritoneum was closure. The assessment of postoperative pain was performed using a numeric
rating scale both at rest and during mobilization. Correlation analysis is conducted using Mann-whitney
test. Result shows that the value of the NRS in group tramadol paracetamol compared to tramadol ketorolac
was not significantly different (p>0.05). This study concludes that the combinations of intravenous tramadol
paracetamol and tramadol ketorolac are the same in terms of the NRS and postoperative opioid requirement
after abdominal hysterectomy.
Key words: Ketorolac, numeric rating scale, opioid requirement, paracetamol, tramadol
Korespondensi: Dendi Karmena, dr., SpAn, Rumah Sakit Umum Daerah Teluk Kuantan, Jl. Kesehatan No. 1 Teluk Kuantan,
Mobile 085265248862, Email dendikarmena@yahoo.co.id
189
190 Jurnal Anestesi Perioperatif
Tramadol intravena merupakan salah satu yang akan dilaksanakan, serta dijelaskan pula
analgetik opioid yang sering dipergunakan di cara penilaian NRS.
Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin (RSHS)Bandung Semua penderita dipuasakan selama enam
karena mudah didapatkan serta efektif untuk jam sebelum operasi dari makanan padat dan
mengatasi rasa nyeri pascabedah. Penggunaan dua jam dari air bening. Randomisasi sampel
tramadol ini sering kali dikombinasikan untuk dilakukan dengan menggunakan tabel bilangan
mengatasi nyeri sedang sampai berat dengan random, kemudian sampel dibagi menjadi dua
analgetik lain terutama ketorolak intravena. kelompok, yaitu kelompok PI (parasetamol
Analgetik lainnya yang sering dipakai adalah infus 1 g) dan KI (ketorolak intravena 30 mg).
parasetamol intravena. Semua kelompok mendapatkan premedikasi
Penelitian ini bertujuan membandingkan dengan lorazepam 1,0 mg pada malam hari.
pemberian kombinasi tramadol-parasetamol 1 Pasien dibaringkan terlentang di ruang
g intravena dengan tramadol-ketorolak 30 mg operasi, dilakukan pemasangan alat pantau
intravena terhadap nilai numeric rating scale dan dicatat data mengenai kesadaran, tekanan
dan juga jumlah kebutuhan opioid pascabedah darah, laju nadi, laju napas, dan juga saturasi
histerektomi abdominal. oksigen. Selanjutnya, dilakukan pemasangan
kateter intravena serta diberikan cairan infus
Subjek dan Metode Ringer laktat (RL) untuk menggantikan puasa.
Induksi anestesia dilakukan dengan cara
Penelitian ini berrsifat eksperimental dengan memberikan propofol 2 mg/kgBB, fentanil 2
uji acak terkontrol buta ganda (double blind g/kgBB, atrakurium 0,5 mg/kgBB, dan setelah
randomized controlled trial). Pemilihan subjek tiga menit kemudian dilakukan laringoskopi-
penelitian berdasar atas kriteria inklusi yaitu intubasi. Pemeliharaan anestesia dilakukan
semua pasien yang dirawat di Rumah Sakit Dr. dengan memakai isofluran dan N2O:O2 50%.
Hasan Sadikin (RSHS) Bandung yang menjalani Saat peritoneum mulai ditutup diberikan bolus
pembedahan histerektomi abdominal elektif intravena tramadol 1 mg/kgBB. Kemudian,
dengan anestesia umum, status fisik American pasien kelompok KI diberikan ketorolak 30 mg
Society of Anesthesiologists (ASA) III, serta intravena, sedangkan kelompok PI diberikan
berusia 1860 tahun. Kriteria eksklusi adalah parasetamol infus 1 g.
riwayat alergi dan kontraindikasi terhadap Pada saat akhir operasi diberikan antagonis
obat-obatan yang digunakan dalam penelitian, pelumpuh otot menggunakan neostigmin dosis
sedang mendapat terapi analgetik sebelumnya 0,040,08 mg/kgBB dan sulfas atropin dosis
(opioid, parasetamol, NSAID), riwayat nyeri 0,010,04 mg/kgBB intravena. Pencegahan
kronik, pusing, atau nyeri kepala berulang. mual muntah diberikan ondansetron 0,05 mg/
Besarnya sampel ditentukan berdasarkan kgBB secara intravena. Selanjutnya, analgetik
formula uji hipotesis dua rata-rata. Didapatkan pascabedah menggunakan tramadol 2 mg/
jumlah sampel adalah 21 untuk tiap kelompok kgBB yang diberikan secara drip intravena
perlakuan. Analisis statistika terhadap hasil selama 8 jam. Dosis analgetik pascabedah yang
penelitian menggunakan uji-t, uji chi kuadrat, sama diberikan sampai 24 jam pascabedah.
dan juga Uji Mann-Whitney. Data disajikan dan Setelah diekstubasi, kemudian dipindahkan
dianalisis mempergunakan statistical product ke ruang pemulihan dan dilakukan observasi
and service solutions (SPSS) 20.0 for windows. selama 24 jam. Penilaian nyeri pascabedah
Setelah mendapat persetujuan dari Komite dilakukan menggunakan NRS pada menit ke-
Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran 30, jam ke-1, 2, 4, 6, 8, 16, dan 24 pascabedah.
Unpad/RSHS Bandung, dilakukan kunjungan Pencatatan skor nyeri, laju nadi, tekanan
prabedah satu hari sebelum operasi dan juga darah, laju napas, efek samping obat,
diberikan penjelasan mengenai penelitian dan penggunaan petidin tambahan, dan juga
menandatangani surat persetujuan (informed penggunaan total petidin dilakukan selama 24
consent) mengenai operasi dan juga penelitian jam. Nilai NRS lebih dari 3 diberikan analgetik
nilai NRS saat istirahat, baik pada kelompok sedangkan pada menit ke-30 dan jam ke-24
tramadol-parasetamol 1 g intravena maupun pascabedah pada kedua kelompok perlakuan
kelompok tramadol-ketorolak 30 mg intravena berbeda bermakna (p<0,05; Tabel 3).
didapatkan antara 0 sampai 3. Berdasar atas Berdasar atas hasil penelitian ini diketahui
pengujian statistika, diketahui bahwa nilai NRS bahwa pada kedua kelompok mayoritas tidak
saat istirahat pada menit ke-30, jam ke-1, 2, 4, diberikan tambahan analgetik. Pada kelompok
6, 8, dan 16 pascabedah pada kedua kelompok tramadol parasetamol 1 gram intravena hanya
perlakuan tidak berbeda bermakna (p>0,05), 3 orang yang diberikan tambahan analgetik,
sedangkan pada jam ke-24 pascabedah pada sedangkan pada kelompok tramadol ketorolak
kedua kelompok perlakuan berbeda bermakna 30 mg intravena hanya seorang yang diberikan
(p<0,05; Tabel 2). tambahan analgetik. Hasil statistik tambahan
Rentang nilai NRS saat mobilisasi pada analgetik menunjukkan pada kedua kelompok
kelompok tramadol parasetamol 1 g intravena perlakuan tidak berbeda bermakna (p>0,05).
secara keseluruhan didapatkan nilai 14 dan Subjek penelitian pada kelompok tramadol
pada kelompok tramadol ketorolak 30 mg parasetamol 1 g intravena mengalami efek
intravena didapatkan 04. Berdasarkan hasil samping pusing sebanyak 1 subjek, mengantuk
analisis statistika menunjukkan bahwa untuk 3 subjek, mual 6 subjek, dan juga menggigil 3
NRS mobilisasi, pada jam ke-1, 2, 4, 6, 8, dan subjek. Pada kelompok tramadol ketorolak 30
jam ke-16 pascabedah pada kedua kelompok mg intravena, efek samping mengantuk terjadi
perlakuan tidak berbeda bermakna (p>0,05), pada 5 subjek, mual 3 subjek, dan menggigil 1
subjek . Hasil analisis statistika menunjukkan dengan suatu penilaian kebutuhan analgetik
bahwa efek samping yang terjadi pada kedua pertolongan yang diberikan, yaitu pada 3 dari
kelompok perlakuan tidak berbeda bermakna 21 orang dari kelompok tramadol parasetamol
(p>0,05; Tabel 4). dan 1 dari 21 orang dari kelompok tramadol
ketorolak. Penilaian terhadap jumlah analgetik
Pembahasan pertolongan secara klinis terlihat bahwa
kombinasi tramadol-parasetamol mempunyai
Tujuan utama penanganan nyeri pascabedah efek analgetik lebih lemah dibanding dengan
adalah memulihkan fungsi organ secara cepat tramadol-ketorolak, namun secara statistika
dan juga menghindari komplikasi. Penanganan tidak terdapat perbedaan bermakna antara
nyeri yang baik akan mengurangi morbiditas kelompok tramadol parasetamol dan tramadol
serta komplikasi pascabedah, meningkatkan ketorolak.
kenyamanan dan kepuasan pasien, mobilisasi Penilaian NRS serta tambahan kebutuhan
lebih dini, mempercepat penyembuhan, serta analgetik dikatakan sebanding antara kedua
mengurangi biaya perawatan rumah sakit.5,9 kelompok ini, walaupun terdapat perbedaan
Dalam penelitian ini, hasil analisis statistika cara kerja antara parasetamol dan ketorolak.
menunjukkan variabel usia, tinggi badan, berat Kelebihan parasetamol bekerja di sentral dan
badan, body mass index (BMI), pendidikan, dan perifer, sedangkan ketorolak bekerja hanya di
lama operasi pada kedua kelompok perlakuan perifer. Namun, parasetamol tidak mempunyai
tidak berbeda bermakna sehingga subjek yang efek anti-inflamasi seperti efek yang dimiliki
diteliti homogen dan layak dibandingkan. oleh ketorolak. Parasetamol dan juga ketorolak
Pemberian kombinasi analgetika tramadol- mempunyai efek farmakokinetik yang sama
parasetamol 1 gram intravena serta tramadol- terutama dilihat dari onset dan durasi kedua
ketorolak 30 mg intravena bertujuan untuk obat tersebut.11,12
mendapatkan efek analgesi yang maksimal. Didapatkan temuan efek samping berupa
Efek analgetik pada kedua kelompok dalam pusing, mual, mengantuk, dan juga menggigil.
mengatasi nyeri sedang sampai berat selama Efek samping ini terjadi lebih banyak pada
24 jam pascabedah histerektomi berdasar uji kelompok tramadol-parasetamol 1 gram
statistika menunjukkan hasil yang sebanding intravena bila dibandingkan dengan kelompok
antara kedua kelompok. tramadol- ketorolak 30 mg intravena. Namun,
Penilaian nyeri pascabedah dengan NRS secara statistik efek samping yang timbul pada
menunjukkan bahwa pada kelompok tramadol kedua kelompok tidak berbeda bermakna.
parasetamol 1 gram intravena serta tramadol
ketorolak 30 mg i.v. mempunyai rentang nilai Simpulan
NRS 0 sampai 3 pada saat istirahat serta rentang
yang sama dengan skala 14 saat mobilisasi. Pemberian kombinasi tramadol parasetamol
Setelah dilakukan Uji Mann-Whitney antara 1 g intravena sebanding dengan tramadol
kedua kelompok tidak ditemukan perbedaan ketorolak 30 mg intravena terhadap nilai NRS
nilai NRS yang bermakna secara statistik pada dan kebutuhan analgetik opioid pascabedah
6 waktu pengukuran. Pada menit ke-30 serta histerektomi abdominal.
jam ke-24 ditemukan nilai NRS yang bermakna
pada 2 waktu pengukuran, namun masih Daftar Pustaka
berada dalam rentang yang sama dan tidak
memengaruhi pemakaian analgetik tambahan. 1. Macres SM, Moore PG, Fishman SSM.
Dilihat secara keseluruhan dari delapan Acute pain management. Dalam: Barash
waktu pengukuran tidak terdapat perbedaan PGCB, Stoelting RK, Cahalan MK, Stock
bermakna terhadap pengukuran NRS, baik saat MC, penyunting. Clinical anesthesia. Edisi
istirahat maupun saat mobilisasi antara kedua ke-6. Philadelphia: Lippincott Williams &
kelompok perlakuan. Hal ini juga dikuatkan Wilkins; 2009. hlm. 1473502.