You are on page 1of 38

Diabetes Melitus Tipe 2 dan Gangren Diabetikum

DIABETES MELITUS TIPE 2 DAN


GANGREN DIABETIKUM

PENDAHULUAN

Diabetes melitus sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini

dapat mengenai semua organ tubuh dan emnimbulkan berbagai macam keluhan.

Gejalanya sangat bervariasi. Diabetes mellitus dapat timbul secara perlahan lahan

sehingga pasien tidak menyadari akan adanya perubahan seperti minum yang menjadi

lebih banyak, buang air kecil lebih sering atau berat badan yang menurun. Gejala

gejala tersebut dapat berlangsung lama tanpa diperhatikan sampai kemudian orang

tersebut pergi kedokter dan diperiksa kadar glukosa darahnya.

Terkadang pula gambaran klinisnya tidak jelas, asimptomatik dan diabetes

baru ditemukan pada saat pemeriksaan penyaring atau pemeriksaan untuk penyakit

lain. Dapat pula gejala diabetes mellitusnya lebih nyata dan timbul mendadak serta

dramatis sekali.

EPIDEMIOLOGI

Dari berbagai penelitian epidemiologis di Indonesia, sekitar tahun 1980 an

didapatkan prevalensi DM sebesar 1,5 2,3% pada penduduk usia lebih dari 15

tahun, bahkan pada suatu penelitian epidemiologis di Manado didapatkan prevalensi

DM 6,1%. Walaupun demikian, prevalensi DM didaerah rural ternyata masih rendah.

KKS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumkit Putri Hijau 1


Medan
Muhammad Haris ( 00310066 ) FK - UNBRAH
Diabetes Melitus Tipe 2 dan Gangren Diabetikum

Di Tasikmalaya didapatkan prevalensi DM sebesar 1,1%, sedang di Kecamatan

Sesean suatu daerah sangat terpencil di Tana Toraja didapatkan prevalensi DM hanya

0,8%. Di daerah jawa timur, perbedaan urban rural ini tidak begitu tampak. Di

Surabaya pada penelitian epidemiologis yang dikerjakan di Puskesmas perkotaan

mencakup penduduk di atas20 tahun ( 1991 ), didapatkan prevalensi sebesar 1,43%.

Dalam Diabetes Atlas 2000 ( International Diabetes Federation ) tercantum

perkiraan penduduk Indonesia di atas 20 tahun sebesar 125 juta dan dengan asumsi

prevalensi DM sebesar 4,6%, diperkirakan pada tahun 2000 pasien DM akan

berjumlah 5,6 juta. Berdasarkan pola pertambahan penduduk seperti saat ini,

diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan ada sejumlah 178 juta penduduk berusia di

atas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4,6% akan didapatkan 8,2

juta pasien diabetes.

DEFENISI

Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula

sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau

menggunakan insulin secara adekuat. Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi,

meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah

yang normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110

mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam

setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula maupun karbohidrat

lainnya. Kadar gula darah yang normal cenderung meningkat secara ringan tetapi

progresif setelah usia 50 tahun, terutama pada orang-orang yang tidak aktif.

KKS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumkit Putri Hijau 2


Medan
Muhammad Haris ( 00310066 ) FK - UNBRAH
Diabetes Melitus Tipe 2 dan Gangren Diabetikum

Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas, merupakan zat utama

yang bertanggungjawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang tepat.

Insulin menyebabkan gula berpindah ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi

atau disimpan sebagai cadangan energi. Peningkatan kadar gula darah setelah makan

atau minum merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin sehingga mencegah

kenaikan kadar gula darah yang lebih lanjut dan menyebabkan kadar gula darah

menurun secara perlahan. Pada saat melakukan aktivitas fisik kadar gula darah juga

bisa menurun karena otot menggunakan glukosa untuk energi.

ETIOLOGI

Diabetes terjadi jika tubuh tidak menghasilkan insulin yang cukup untuk

mempertahankan kadar gula darah yang normal atau jika sel tidak memberikan

respon yang tepat terhadap insulin.

Gambar kerusakan Insulin pada penderita DM

KKS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumkit Putri Hijau 3


Medan
Muhammad Haris ( 00310066 ) FK - UNBRAH
Diabetes Melitus Tipe 2 dan Gangren Diabetikum

Penderita Diabetes Mellitus tipe I (diabetes yang tergantung kepada insulin)

menghasilkan sedikit insulin atau sama sekali tidak menghasilkan insulin.

Sebagian besar diabetes mellitus tipe I terjadi sebelum usia 30 tahun. Para

ilmuwan percaya bahwa faktor lingkungan (mungkin berupa infeksi virus atau

faktor gizi pada masa kanak-kanak atau dewasa awal) menyebabkan sistem

kekebalan menghancurkan sel penghasil insulin di pankreas. Untuk terjadinya

hal ini diperlukan kecenderungan genetik. Pada diabetes tipe I, 90% sel

penghasil insulin (sel beta) mengalami kerusakan permanen. Terjadi

kekurangan insulin yang berat dan penderita harus mendapatkan suntikan

insulin secara teratur.

Pada diabetes mellitus tipe II (diabetes yang tidak tergantung kepada insulin,

NIDDM), pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang kadarnya lebih tinggi

dari normal. Tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya, sehingga

terjadi kekurangan insulin relatif. Diabetes tipe II bisa terjadi pada anak-anak

dan dewasa, tetapi biasanya terjadi setelah usia 30 tahun. Faktor resiko untuk

diabetes tipe II adalah obesitas,/I>, 80-90% penderita mengalami obesitas.

Diabetes tipe II juga cenderung diturunkan.

Penyebab diabetes lainnya adalah:

Kadar kortikosteroid yang tinggi

Kehamilan (diabetes gestasional)

Obat-obatan

KKS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumkit Putri Hijau 4


Medan
Muhammad Haris ( 00310066 ) FK - UNBRAH
Diabetes Melitus Tipe 2 dan Gangren Diabetikum

Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.


GEJALA KLINIS

Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah

yang tinggi. Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa akan

sampai ke air kemih. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air

tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal

menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering

berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuri).

Akibat poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga

banyak minum (polidipsi). Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih,

penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini

penderita seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan

(polifagi).

Gejala lainnya adalah pandangan kabur, pusing, mual dan berkurangnya

ketahanan selama melakukan olah raga. Penderita diabetes yang kurang terkontrol

lebih peka terhadap infeksi. Karena kekurangan insulin yang berat, maka sebelum

menjalani pengobatan penderita diabetes tipe I hampir selalu mengalami penurunan

berat badan. Sebagian besar penderita diabetes tipe II tidak mengalami penurunan

berat badan.

Pada penderita diabetes tipe I, gejalanya timbul secara tiba-tiba dan bisa

berkembang dengan cepat ke dalam suatu keadaan yang disebut dengan ketoasidosis

diabetikum. Kadar gula di dalam darah adalah tinggi tetapi karena sebagian besar sel

tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin, maka sel-sel ini mengambil energi dari

KKS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumkit Putri Hijau 5


Medan
Muhammad Haris ( 00310066 ) FK - UNBRAH
Diabetes Melitus Tipe 2 dan Gangren Diabetikum

sumber yang lain. Sel lemak dipecah dan menghasilkan keton, yang merupakan

senyawa kimia beracun yang bisa menyebabkan darah menjadi asam (ketoasidosis).

Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah rasa haus dan berkemih yang

berlebihan, mual, muntah, lelah dan nyeri perut (terutama pada anak-anak).

Pernafasan menjadi dalam dan cepat karena tubuh berusaha untuk memperbaiki

keasaman darah. Bau nafas penderita tercium seperti bau aseton.

Tanpa pengobatan, ketoasidosis diabetikum bisa berkembang menjadi koma,

kadang dalam waktu hanya beberapa jam. Bahkan setelah mulai menjalani terapi

insulin, penderita diabetes tipe I bisa mengalami ketoasidosis jika mereka

melewatkan satu kali penyuntikan insulin atau mengalami stres akibat infeksi,

kecelakann atau penyakit yang serius.

Penderita diabetes tipe II bisa tidak menunjukkan gejala-gejala semala

beberapa tahun. Jika kekurangan insulin semakin parah, maka timbullah gejala yang

berupa sering berkemih dan sering merasa haus. Jarang terjadi ketoasidosis. Jika

kadar gula darah sangat tinggi (sampai lebih dari 1.000 mg/dL, biasanya terjadi akibat

stres-misalnya infeksi atau obat-obatan), maka penderita akan mengalami dehidrasi

berat, yang bisa menyebabkan kebingungan mental, pusing, kejang dan suatu keadaan

yang disebut koma hiperglikemik-hiperosmolar non-ketotik.

PEMERIKSAAN PENYARING

Ada perbedaan antara uji diagnostic DM dan pemeriksaan penyaring. Uji

diagnostic DM dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala / tanda DM,

sedangkan pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi mereka yang

KKS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumkit Putri Hijau 6


Medan
Muhammad Haris ( 00310066 ) FK - UNBRAH
Diabetes Melitus Tipe 2 dan Gangren Diabetikum

tidak bergejala, yang mempunyai resiko DM. Serangkaian uji diagnostic akan

dilakukan pada mereka yang hasil pemeriksaan penyaringnya positif, untuk

memastikan diagnosis definitive.

Pemeriksaan penyaring dikerjakan pada kelompok dengan salah satu risiko

DM sebagai berikut :
1.
Usia > 45 tahun.
2.
Berat badan lebih : BBR > 110% BB idaman atau IMT > 23 kg/m2
3.
Hipertensi ( 140/90 mmHg ).
4.
Riwayat DM dalam garis keturunan.
5.
Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau BB lahir

bayi > 4000 gram.


6.
Kolesterol HDL 35 mg/dl dan atau trigliserida 250 mg/dl.

Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosa

darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa, kemudian diikuti dengan tes toleransi

glukosa oral ( TTGO ) standar.

Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan

diagnosis DM ( mg/dl )

Bukan DM Belum pasti DM DM


Kadar glukosa darah Plasma vena < 110 110 199 200
sewaktu ( mg/dl )
Darah kapiler < 90 90 199 200
Kadar glukosa darah Plasma vena < 110 110 125 126
puasa ( mg/dl )
Darah kapiler < 90 90 - 109 110
DIAGNOSA

KKS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumkit Putri Hijau 7


Medan
Muhammad Haris ( 00310066 ) FK - UNBRAH
Diabetes Melitus Tipe 2 dan Gangren Diabetikum

Diagnosis diabetes ditegakkan berdasarkan gejala- gejalanya (polidipsi,

polifagi, poliuri) dan hasil pemeriksaan darah yang menunjukkan kadar gula darah

yang tinggi. Untuk mengukur kadar gula darah, contoh darah biasanya diambil

setelah penderita berpuasa selama 8 jam atau bisa juga diambil setelah makan. Pada

usia diatas 65 tahun, paling baik jika pemeriksaan dilakukan setelah berpuasa karena

setelah makan, usia lanjut memiliki peningkatan gula darah yang lebih tinggi.

Kriteria diagnostic diabetes mellitus dan gangguan toleransi glukosa

1. Kadar glukosa darah sewaktu ( plasma vena ) 200 mg/dl atau

2. Kadar glukosa darah puasa ( plasma vena ) 126 mg/dl atau

3. Kadar glukosa plasma ) 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75

gram pada TTGO.

PENATALAKSANAAN

Tujuan utama dari pengobatan diabetes adalah untuk mempertahankan kadar

gula darah dalam kisaran yang normal. Kadar gula darah yang benar-benar normal

sulit untuk dipertahankan, tetapi semakin mendekati kisaran yang normal, maka

kemungkinan terjadinya komplikasi sementara maupun jangka panjang adalah

semakin berkurang.

Pengobatan diabetes meliputi pengendalian berat badan, olah raga dan diet.

Seseorang yang obesitas yang menderita diabetes tipe II tidak akan memerlukan

pengobatan jika mereka menurunkan berat badannya dan berolah raga secara teratur.

Tetapi kebanyakan penderita merasa kesulitan menurunkan berat badan dan

KKS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumkit Putri Hijau 8


Medan
Muhammad Haris ( 00310066 ) FK - UNBRAH
Diabetes Melitus Tipe 2 dan Gangren Diabetikum

melakukan olah raga yang teratur. Karena itu biasanya diberikan terapi sulih insulin

atau obat hipoglikemik per-oral. Pengaturan diet sangat penting. Biasanya penderita

tidak boleh terlalu banyak makan makanan manis dan harus makan dalam jadwal

yang teratur. Penderita diabetes cenderung memiliki kadar kolesterol yang tinggi,

karena itu dianjurkan untuk membatasi jumlah lemak jenuh dalam makanannya.

Tetapi cara terbaik untuk menurunkan kadar kolesterol adalah mengontrol kadar gula

darah dan berat badan. Semua penderita hendaknya memahami bagaimana menjalani

diet dan olah raga untuk mengontrol penyakitnya. Mereka harus memahami

bagaimana cara menghindari terjadinya komplikasi. Mereka juga harus memberikan

perhatian khusus terhadap infeksi kaki dan kukunya harus dipotong secara teratur.

Penting untuk memeriksakan matanya supaya bisa diketahui perubahan yang terjadi

pada pembuluh darah di mata.

Perencanaan Makanan

Standar yang dianjurkan adalah makanan yang berkomposi :

Karbohidrat : 60 70%

Protein : 10 -15%

Lemak : 20 -25%

Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, ada

tidaknya stress akut dan kegiatan jasmani. Untuk penentuan status gizi, dapat dipakai

Indeks Masa Tubuh ( IMT ) dan rumus Broca. Indeks masa tubuh dapat dihitung

KKS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumkit Putri Hijau 9


Medan
Muhammad Haris ( 00310066 ) FK - UNBRAH
Diabetes Melitus Tipe 2 dan Gangren Diabetikum

dengan rumus IMT = BB(kg) / TB(m2). Untuk menghitung kebutuhan kalori, dapat

dipakai rumus Broca, yaitu : Berat Badan Idaman = ( TB 100 ) 10%.

Klasifikasi IMT :

BB kurang < 18,5

BB normal 18,5 22,9

BB lebih 23,0

o Dengan risiko 23,0 24,9

o Obesitas I 25,0 29,9

o Obesitas II 30

Terapi sulih insulin

Pada diabetes tipe I, pankreas tidak dapat menghasilkan insulin sehingga

harus diberikan insulin pengganti. Pemberian insulin hanya dapat dilakukan melalui

suntikan, insulin dihancurkan di dalam lambung sehingga tidak dapat diberikan per-

oral (ditelan). Bentuk insulin yang baru (semprot hidung) sedang dalam penelitian.

Pada saat ini, bentuk insulin yang baru ini belum dapat bekerja dengan baik karena

laju penyerapannya yang berbeda menimbulkan masalah dalam penentuan dosisnya.

Insulin disuntikkan dibawah kulit ke dalam lapisan lemak, biasanya di lengan, paha

atau dinding perut. Digunakan jarum yang sangat kecil agar tidak terasa terlalu nyeri.

KKS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumkit Putri Hijau 10


Medan
Muhammad Haris ( 00310066 ) FK - UNBRAH
Diabetes Melitus Tipe 2 dan Gangren Diabetikum

Insulin terdapat dalam 3 bentuk dasar, masing-masing memiliki kecepatan dan lama

kerja yang berbeda:

1. Insulin kerja cepat.

Contohnya adalah insulin reguler, yang bekerja paling cepat dan paling

sebentar. Insulin ini seringkali mulai menurunkan kadar gula dalam waktu 20

menit, mencapai puncaknya dalam waktu 2-4 jam dan bekerja selama 6-8 jam.

Insulin kerja cepat seringkali digunakan oleh penderita yang menjalani

beberapa suntikan setiap harinya dan disutikkan 15-20 menit sebelum makan.

2. Insulin kerja sedang.

Contohnya adalah insulin suspensi seng atau suspensi insulin isofan.

Mulai bekerja dalam waktu 1-3 jam, mencapai puncak maksimun dalam

waktu 6-10 jam dan bekerja selama 18-26 jam. Insulin ini bisa disuntikkan

pada pagi hari untuk memenuhi kebutuhan selama sehari dan dapat

disuntikkan pada malam hari untuk memenuhi kebutuhan sepanjang malam.

3. Insulin kerja lama.

Contohnya adalah insulin suspensi seng yang telah dikembangkan.

Efeknya baru timbul setelah 6 jam dan bekerja selama 28-36 jam.

KKS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumkit Putri Hijau 11


Medan
Muhammad Haris ( 00310066 ) FK - UNBRAH
Diabetes Melitus Tipe 2 dan Gangren Diabetikum

Sediaan insulin stabil dalam suhu ruangan selama berbulan-bulan sehingga

bisa dibawa kemana-mana. Pemilihan insulin yang akan digunakan tergantung

kepada:

Keinginan penderita untuk mengontrol diabetesnya

Keinginan penderita untuk memantau kadar gula darah dan menyesuaikan

dosisnya

Aktivitas harian penderita

Kecekatan penderita dalam mempelajari dan memahami penyakitnya

Kestabilan kadar gula darah sepanjang hari dan dari hari ke hari.

Sediaan yang paling mudah digunakan adalah suntikan sehari sekali dari

insulin kerja sedang. Tetapi sediaan ini memberikan kontrol gula darah yang paling

minimal. Kontrol yang lebih ketat bisa diperoleh dengan menggabungkan 2 jenis

insulin, yaitu insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang. Suntikan kedua diberikan

pada saat makan malam atau ketika hendak tidur malam. Kontrol yang paling ketat

diperoleh dengan menyuntikkan insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang pada

pagi dan malam hari disertai suntikan insulin kerja cepat tambahan pada siang hari.

Beberapa penderita usia lanjut memerlukan sejumlah insulin yang sama setiap

harinya; penderita lainnya perlu menyesuaikan dosis insulinnya tergantung kepada

makanan, olah raga dan pola kadar gula darahnya. Kebutuhan akan insulin bervariasi

sesuai dengan perubahan dalam makanan dan olah raga. Beberapa penderita

mengalami resistensi terhadap insulin. Insulin tidak sepenuhnya sama dengan insulin

KKS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumkit Putri Hijau 12


Medan
Muhammad Haris ( 00310066 ) FK - UNBRAH
Diabetes Melitus Tipe 2 dan Gangren Diabetikum

yang dihasilkan oleh tubuh, karena itu tubuh bisa membentuk antibodi terhadap

insulin pengganti.

Antibodi ini mempengaruhi aktivitas insulin sehingga penderita dengan

resistansi terhadap insulin harus meningkatkan dosisnya. Penyuntikan insulin dapat

mempengaruhi kulit dan jaringan dibawahnya pada tempat suntikan. Kadang terjadi

reaksi alergi yang menyebabkan nyeri dan rasa terbakar, diikuti kemerahan, gatal dan

pembengkakan di sekitar tempat penyuntikan selama beberapa jam. Suntikan sering

menyebabkan terbentuknya endapan lemak (sehingga kulit tampak berbenjol-benjol)

atau merusak lemak (sehingga kulit berlekuk-lekuk). Komplikasi tersebut bisa

dicegah dengan cara mengganti tempat penyuntikan dan mengganti jenis insulin.

Pada pemakaian insulin manusia sintetis jarang terjadi resistensi dan alergi.

Obat-obat hipoglikemik per-oral

Golongan sulfonilurea seringkali dapat menurunkan kadar gula darah secara

adekuat pada penderita diabetes tipe II, tetapi tidak efektif pada diabetes tipe I.

Contohnya adalah glipizid, gliburid, tolbutamid dan klorpropamid. Obat ini

menurunkan kadar gula darh dengan cara merangsang pelepasan insulin oleh

pankreas dan meningkatkan efektivitasnya.

Obat lainnya, yaitu metformin, tidak mempengaruhi pelepasan insulin tetapi

meningkatkan respon tubuh terhadap insulinnya sendiri. Akarbos bekerja dengan

cara menunda penyerapan glukosa di dalam usus. Obat hipoglikemik per-oral

biasanya diberikan pada penderita diabetes tipe II jika diet dan oleh raga gagal

menurunkan kadar gula darah secara adekuat. Obat ini kadang bisa diberikan hanya

satu kali (pagi hari), meskipun beberapa penderita memerlukan 2-3 kali pemberian.

KKS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumkit Putri Hijau 13


Medan
Muhammad Haris ( 00310066 ) FK - UNBRAH
Diabetes Melitus Tipe 2 dan Gangren Diabetikum

Jika obat hipoglikemik per-oral tidak dapat mengontrol kadar gula darah dengan baik,

mungkin perlu diberikan suntikan insulin.

Pemantauan pengobatan

Pemantauan kadar gula darah merupakan bagian yang penting dari

pengobatan diabetes. Adanya glukosa bisa diketahui dari air kemih; tetap pemerisaan

air kemih bukan merupakan cara yang baik untuk memantau pengobatan atau

menyesuaikan dosis pengobatan. Saat ini kadar gula darah dapat diukur sendiri

dengan mudah oleh penderita di rumah. Penderita diabetes harus mencatat kadar gula

darah mereka dan melaporkannya kepada dokter agar dosis insulin atau obat

hipoglikemiknya dapat disesuaikan.

Mengatasi komplikasi

Insulin maupun obat hipoglikemik per-oral bisa terlalu banyak menurunkan

kadar gula darah sehingga terjadi hipoglikemia.Hipoglikemia juga bisa terjadi jika

penderita kurang makan atau tidak makan pada waktunya atau melakukan olah raga

yang terlalu berat tanpa makan. Jika kadar gula darah terlalu rendah, organ pertama

yang terkena pengaruhnya adalah otak. Untuk melindungi otak, tubuh segera mulai

membuat glukosa dari glikogen yang tersimpan di hati. Proses ini melibatkan

pelepasan epinefrin (adrenalin), yang cenderung menyebabkan rasa lapar, kecemasan,

meningkatnya kesiagaan dan gemetaran. Berkurangnya kadar glukosa darah ke otak

bisa menyebabkan sakit kepala.

Hipoglikemia harus segera diatasi karena dalam beberapa menit bisa menjadi

berat, menyebabkan koma dan kadang cedera otak menetap. Jika terdapat tanda

hipoglikemia, penderita harus segera makan gula. Karena itu penderita diabetes harus

KKS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumkit Putri Hijau 14


Medan
Muhammad Haris ( 00310066 ) FK - UNBRAH
Diabetes Melitus Tipe 2 dan Gangren Diabetikum

selalu membawa permen, gula atau tablet glukosa untuk menghadapi serangan

hipoglikemia. Atau penderita segera minum segelas susu, air gula atau jus buah,

sepotong kue, buah-buahan atau makanan manis lainnya. Penderita diabetes tipe I

harus selalu membawa glukagon, yang bisa disuntikkan jika mereka tidak dapat

memakan makanan yang mengandung gula.

Gejala-gejala dari kadar gula darah rendah:

Rasa lapar yang timbul secara tiba-tiba

Sakit kepala

Kecemasan yang timbul secara tiba-tiba

Badan gemetaran

Berkeringat

Bingung

Penurunan kesadaran, koma.

Ketoasidosis diabetikum merupakan suatu keadaan darurat. Tanpa

pengobatan yang tepat dan cepat, bisa terjadi koma dan kematian. Penderita harus

dirawat di unit perawatan intensif. Diberikan sejumlah besar cairan intravena dan

elektrolit (natrium, kalium, klorida, fosfat) untuk menggantikan yang hilang melalui

air kemih yang berlebihan. Insulin diberikan melalui intravena sehingga bisa bekerja

dengan segera dan dosisnya disesuaikan. Kadar glukosa, keton dan elektrolit darah

diukur setiap beberapa jam, sehingga pengobatan yang diberikan bisa disesuaikan.

Contoh darah arteri diambil untuk mengetahui keasamannya. Pengendalian kadar

gula darah dan penggantian elektrolit biasanya bisa mengembalikan keseimbangan

KKS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumkit Putri Hijau 15


Medan
Muhammad Haris ( 00310066 ) FK - UNBRAH
Diabetes Melitus Tipe 2 dan Gangren Diabetikum

asam basa, tetapi kadang perlu diberikan pengobatan tambahan untuk mengoreksi

keasaman darah.

Pengobatan untuk koma hiperglikemik-hiperosmolar non-ketotik sama

dengan pengobatan untuk ketoasidosis diabetikum. Diberikan cairan dan elektrolit

pengganti. Kadar gula darah harus dikembalikan secara bertahap untuk mencegah

perpindahan cairan ke dalam otak. Kadar gula darah cenderung lebih mudah dikontrol

dan keasaman darahnya tidak terlalu berat. Jika kadar gula darah tidak terkontrol,

sebagian besar komplikasi jangka panjang berkembang secara progresif. Retinopati

diabetik dapat diobati secara langsung dengan pembedahan laser untuk menyumbat

kebocoran pembuluh darah mata sehingga bisa mencegah kerusakan retina yang

menetap. Terapi laser dini bisa membantu mencegah atau memperlambat hilangnya

penglihatan.

KOMPLIKASI

Lama-lama peningkatan kadar gula darah bisa merusak pembuluh darah, saraf

dan struktur internal lainnya. Terbentuk zat kompleks yang terdiri dari gula di dalam

dinding pembuluh darah, sehingga pembuluh darah menebal dan mengalami

kebocoran. Akibat penebalan ini maka aliran darah akan berkurang, terutama yang

menuju ke kulit dan saraf. Kadar gula darah yang tidak terkontrol juga cenderung

menyebabkan kadar zat berlemak dalam darah meningkat, sehingga mempercepat

terjadinya aterosklerosis (penimbunan plak di dalam pembuluh darah). Aterosklerosis

ini 2-6 kali lebih sering terjadi pada penderita diabetes. Sirkulasi yang jelek melalui

KKS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumkit Putri Hijau 16


Medan
Muhammad Haris ( 00310066 ) FK - UNBRAH
Diabetes Melitus Tipe 2 dan Gangren Diabetikum

pembuluh darah besar dan kecil bisa melukai jantung, otak, tungkai, mata, ginjal,

saraf dan kulit dan memperlambat penyembuhan luka.

Karena hal tersebut diatas, maka penderita diabetes bisa mengalami berbagai

komplikasi jangka panjang yang serius. Yang lebih sering terjadi adalah serangan

jantung dan stroke. Kerusakan pembuluh darah mata bisa menyebabkan gangguan

penglihatan (retinopati diabetikum. Kelainan fungsi ginjal menyebabkan gagal ginjal

sehingga penderita harus menjalani dialisa.

Gangguan pada saraf dapat bermanifestasi dalam beberapa bentuk.

Jika satu saraf mengalami kelainan fungsi (mononeuropati), maka sebuah lengan atau

tungkai biasa secara tiba-tiba menjadi lemah. Jika saraf yang menuju ke tangan,

tungkai dan kaki mengalami kerusakan (polineuropati diabetikum), maka pada lengan

dan tungkai bisa dirasakan kesemutan atau nyeri seperti terbakar dan kelemahan.

Kerusakan pada saraf menyebabkan kulit lebih sering mengalami cedera karena

penderita tidak dapat meradakan perubahan tekanan maupun suhu.

Berkurangnya aliran darah ke kulit juga bisa menyebabkan ulkus (borok) dan

semua penyembuhan luka berjalan lambat. Ulkus di kaki bisa sangat dalam dan

mengalami infeksi serta masa penyembuhannya lama sehingga sebagian tungkai harus

diamputasi. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa komplikasi diabetes dapat

dicegah, ditunda atau diperlambat dengan mengontrol kadar gula darah.

KKS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumkit Putri Hijau 17


Medan
Muhammad Haris ( 00310066 ) FK - UNBRAH
Diabetes Melitus Tipe 2 dan Gangren Diabetikum

Komplikasi jangka panjang dari diabetes

Organ/jaringan
Yang terjadi Komplikasi
yg terkena

Pembuluh darah Plak aterosklerotik terbentuk &


menyumbat arteri berukuran Sirkulasi yg jelek
besar atau sedang di jantung,
menyebabkan penyembuhan
otak, tungkai & penis.
Dinding pembuluh darah kecil luka yg jelek & bisa
mengalami kerusakan sehingga menyebabkan penyakit
pembuluh tidak dapat
jantung, stroke, gangren kaki
mentransfer oksigen secara
normal & mengalami & tangan, impoten & infeksi
kebocoran

Gangguan penglihatan &


Terjadi kerusakan pada
Mata pada akhirnya bisa terjadi
pembuluh darah kecil retina
kebutaan

Ginjal Penebalan pembuluh darah Fungsi ginjal yg buruk


ginjal Gagal ginjal
Protein bocor ke dalam air
kemih
Darah tidak disaring secara
normal

Saraf Kerusakan saraf karena Kelemahan tungkai yg


glukosa tidak dimetabolisir terjadi secara tiba-tiba
secara normal & karena aliran atau secara perlahan
darah berkurang Berkurangnya rasa,
kesemutan & nyeri di
tangan & kaki

KKS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumkit Putri Hijau 18


Medan
Muhammad Haris ( 00310066 ) FK - UNBRAH
Diabetes Melitus Tipe 2 dan Gangren Diabetikum

Kerusakan saraf
menahun

Sistem saraf Kerusakan pada saraf yg Tekanan darah yg naik-turun


otonom mengendalikan tekanan darah Kesulitan menelan dan
& saluran pencernaan perubahan fungsi pencernaan
disertai serangan diare

Kulit Berkurangnya aliran darah ke Luka, infeksi dalam


kulit & hilangnya rasa yg (ulkus diabetikum)
menyebabkan cedera berulang Penyembuhan luka yg
jelek

Darah Gangguan fungsi sel darah Mudah terkena infeksi,


putih terutama infeksi saluran
kemih & kulit

Jaringan ikat Luka tidak dimetabolisir secara Sindroma terowongan karpal


normal sehingga jaringan Kontraktur Dupuytren
menebal atau berkontraksi

GANGREN DIABETIKUM

KKS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumkit Putri Hijau 19


Medan
Muhammad Haris ( 00310066 ) FK - UNBRAH
Diabetes Melitus Tipe 2 dan Gangren Diabetikum

Pasien DM lebih mudah mengalami infeksi berat seperti gangren

streptococcus. Keadaan ini ditandai dengan perluasan selulitis dan timbulnya vesikula

atau bula yang hemoragik. Dengan cepat jaringan kulit yang menutupi mengalami

nekrosis dan dalam beberapa hari proses ini nmeluas. Streptococcus grup A mungkin

dapat diisolasi dari lesi atau darah. Pemberian antibiotika saja umumnya tidak

mencukupi, oleh sebab itu harus dilakukan eksisi yang luas bahkan mungkin

amputasi. Mortalitas masih cukup tinggi ( > 10 % ) dan belum banyak berubah

dalam era antibiotika ini. Bila ada indikasi penggunaan antibiotika maka diberikan 18

21 juta penisilin / hari iv atau vankomisin 1 g / 12 jam / iv. Bila didapatkan

insifisiensi ginjal dosis kedua obat harus disesuaikan.

Pada pasien DM dengan infeksi yang berat terapi antibiotika saja umumnya

tidak cukup dan harus dibantu dengan debridemen yang agresif. Vaskularisasi yang

kurang dan penyembuhan jaringan yang buruk seringkali mengharuskan kita

melakukan amputasi lebih proksimal dari jaringan terinfeksi yang tanpak.

Bentuk yang mirip tetapi perjalananya lebih berlahan adalah gangren

sinergistik. Keadaan ini umumnya dimulai pada daerah lipatan lipatan dan

melibatkan streptokokus yang mikroaerofilik atau anaerobik dan staphylococcus

aereus.

Karena bahaya gangren dan peluang untuk menjalani amputasi yang besar

maka pasien DM dengan infeksi kaki harus segera dibawa kerumah sakit untuk

mendapatkan perawatan yang lebih intensif.

Klasifikasi kaki diabetik :

KKS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumkit Putri Hijau 20


Medan
Muhammad Haris ( 00310066 ) FK - UNBRAH
Diabetes Melitus Tipe 2 dan Gangren Diabetikum

Ada berbagai macam klasifikasi kaki diabetic, mulai dari yang sederhana

seperti klasifikasi Edmonds dari Kings College Hospital London, klasifikasi

Liverpool yang sedikit lebih ruwet, sampai klasifikasi wagner yang lebih terkait

dengan pengelolaan kaki diabetic, dan juga klasifikasi texas yang lebih kompleks

tetapi juga lebih mengacu kepada pengelolaan kaki diabetic. Suatu klasifikasi

mutakhir dianjurkan oleh International working Group on Diabetic Foot ( Klasifikasi

PEDIS 2003 ). Adanya klasifikasi kaki diabetic yang dapat diterima semua pihak

akan mempermudah para peneliti dalam membandingkan hasil penelitian dari

berbagai tempat dimuka bumi. Dengan klasifikasi PEDIS akan dapat ditentukan

kelainan apa yang lebih dominant, vaskuler, infeksi atau neuropatik, sehingga arah

pengelolaan pun dapat tertuju dengan lebih baik. Misalnya suatu ulkus gangrene

dengan criticallimb ischemia ( P3 ) tentu lebih memerlukan tindakan untuk

mengevaluasi dan memperbaiki keadaan vaskulernya dahulu. Sebaliknya kalau factor

infeksi menonjol ( I4 ), tentu pemberian antibiotic harus adekuat. Demikian juga

kalau factor mekanik yang dominant ( insensitive foot, S2 ), tentu koreksi untuk

mengurangi tekanan plantar harus diutamakan.

Suatu klasifikasi lain yang juga sangat praktis dan sangat erat dengan

pengelolaan adalah klasifikasi yang berdasarkan pada perjalanan alamiah kaki

diabetic ( Edmonds 2004 2005 ) :

Stage 1 : Normal foot

Stage 2 : High Risk Foot

Stage 3 : Ulcerated Foot

KKS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumkit Putri Hijau 21


Medan
Muhammad Haris ( 00310066 ) FK - UNBRAH
Diabetes Melitus Tipe 2 dan Gangren Diabetikum

Stage 4 : Infected Foot

Stage 5 : Necrotic Foot

Stage 6 : Unsalvable Foot

Untuk Stage 1 dan 2, peran pencegahan primer sangat penting, dan semuanya

dapat dikerjakan pada pelayanan kesehatan primer, baik oleh podiatrist / chiropodist

maupun oleh dokter umum / dokter keluarga.

Untuk Stage 3 dan 4 kebanyakan sudah memerlukan perawatan di tingkat

pelayanan kesehatan yang lebih memadai umumnya sudah memerlukan pelayanan

spesialistik.

Untuk Stage 5, apalagi stage 6, jelas merupakan kasus rawat inap, dan jelas

sekali memerlukan suatu kerja sama tim yang sangat erat, dimana harus ada dokter

bedah, utamanya dokter ahli bedah vascular / ahli bedah plastic dan rekonstruksi.

Untuk optimalisasi pengelolaan kaki diabetik, pada setiap tahap harus diingat

berbagai faktor yang harus dikendalikan, yaitu :

Mechanical Control Pressure Control.

Metabolic control.

Vascular Control.

Education Control.

Wound Control.

Microbiological control Infection control.

KKS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumkit Putri Hijau 22


Medan
Muhammad Haris ( 00310066 ) FK - UNBRAH
Diabetes Melitus Tipe 2 dan Gangren Diabetikum

TATALAKSANA INFEKSI PADA DIABETES MELITUS

KKS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumkit Putri Hijau 23


Medan
Muhammad Haris ( 00310066 ) FK - UNBRAH
Diabetes Melitus Tipe 2 dan Gangren Diabetikum

Pada DM penanggulangan infeksi baik dengan antibiotic atau dengan tindakan

pembedahan harus lebih cepat dan pemantauan selanjutnya harus lebih ketat

dibandingkan dengan infeksi pada non DM. kesan klinik menunjukan bahwa respon

pasien DM terhadap infeksi berbeda dengan non DM. pasien DM, lebih lebih pada

usia lanjut, memberikan lebih sedikit petunjuk petunjuk diagnosis terhadap infeksi

dibandingkan dengan non DM.

Pemilihan antibiotik untuk pasien DM sama dengan untuk non DM, hanya

perlu diingat bahwa infeksi pada DM, seperti pada gangren, seringkali merupakan

infeksi campuran. Walaupun kerentanan terhadap infeksi candida meningkat tetapi

penggunaan nistatin bersamaan dengan pemberian antibiotik spectrum luas tidak

dianjurkan.

Walaupun harus dilakukan dengan lebih cermat pada dasarnya kendali

metabolisme pada pasien DM yang menderita infeksi tidak berbeda dengan pasien

DM tanpa infeksi. Infeksi piogenik disertai dengan leukositosis biasanya

menyebabkan kebutuhan insulin meningkat cepat dan banyak. Seringkali dibutuhkan

pemberian tambahan insulin regular ( short acting insulin ) dengan atau tanpa NPH

( intermediate acting insulin ) untuk mempertahankan kendali metabolisme.

Pemberian tambahan insulin tersebut berlaku baik untuk pasien DM yang sebelumnya

memang memerlukan insulin maupun yang tidak memerlukan insulin untuk kendali

metabolismenya. Kendali yang euglikemia mungkin tidak diperlukan karena proses

penyembuhan sangat berkaitan dengan penurunan kebutuhan insulin. Kebutuhan

insulin dapat sama atau mendekati kebutuhan sebelum infeksi. Kebutuhan insulin

merupakan indeks prognosis infeksi yang baik.

KKS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumkit Putri Hijau 24


Medan
Muhammad Haris ( 00310066 ) FK - UNBRAH
Diabetes Melitus Tipe 2 dan Gangren Diabetikum

DAFTAR PUSTAKA

1. Soeatmadji DW, Dalam ; Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi

Ketiga, FKUI, Jakarta, 1999, hal : 571 - 600.

2. Metabolik endokrin, Kapita selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid Pertama,

media Aesculapius, FKUI, 1999, hal : 580 8.

3. Prince SA, Wilson LM, pangreas Metabolisme Glukosa dan Diabetes mellitus,

dalam Patofisiologi Konsep Klinis Proses proses Penyakit, Edisi Empat,

Buku Kedokteran EGC, 1995, 1117 9.

4. Waspadji S, Tatalaksana optimal Ulkus / gangrene Diabetik, Dalam: Naskah

Lengkap Pertemuan Ilmiah Tahunan ilmu Penyakit Dalam, FKUI, Jakarta,

2005, 31 2.

KKS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumkit Putri Hijau 25


Medan
Muhammad Haris ( 00310066 ) FK - UNBRAH
Diabetes Melitus Tipe 2 dan Gangren Diabetikum

5. Manaf A, Peran Fase sekresi Dini Insulin Dalam Perjalanan Penyakit DM

Tipe 2, dalam Naskah Lengkap Pertemuan Ilmiah Berkala II Ilmu Penyakit

Dalam, 2001, 91 103.

6. Lindato D, Piliang Sjafii, Profil Diabetes Tipe 2, dalam Buku Naskah

Lengkap Pertemuan Ilmiah Tahunan IV PIT 2003, Bagian Ilmu Penyakit

Dalam Fakultas Kedokteran USU Medan, 124 - 9.

7. Http ://www. Yahoo.Diabetes mellitus dan infeksi.com

8. Http://www.yahoo.Diabetes mellitus.com.

9. Http://www.Goole.Komplikasi diabetes mellitus.com.

10. Soeatmadji DW, Diabetes mellitus dan Infeksi, Dalam ; Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Ketiga, FKUI, Jakarta, 1999, hal : 685 91.

11. Metabolik endokrin, Kapita selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid Pertama,

media Aesculapius, FKUI, 1999, hal : 580 8.

12. Prince SA, Wilson LM, pangreas Metabolisme Glukosa dan Diabetes mellitus,

dalam Patofisiologi Konsep Klinis Proses proses Penyakit, Edisi Empat,

Buku Kedokteran EGC, 1995, hal ; 1117 9.

13. Waspadji S, Tatalaksana optimal Ulkus / gangrene Diabetik, Dalam: Naskah

Lengkap Pertemuan Ilmiah Tahunan ilmu Penyakit Dalam, FKUI, Jakarta,

2005, hal :31 2.

14. Http ://www. Yahoo.Diabetes mellitus dan infeksi.com

15. Http://www.yahoo.Diabetes mellitus.com.

KKS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumkit Putri Hijau 26


Medan
Muhammad Haris ( 00310066 ) FK - UNBRAH
Diabetes Melitus Tipe 2 dan Gangren Diabetikum

16. Http://www.Goole.Komplikasi diabetes mellitus.com.

STATUS ORANG SAKIT

ANAMNESE PRIBADI
Nama : Sutinah
Umur : 34 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Kawin
Pekerjaan : IRT
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Jl. Persatuan No. 24 B. Medan.

ANAMNESE PENYAKIT

KKS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumkit Putri Hijau 27


Medan
Muhammad Haris ( 00310066 ) FK - UNBRAH
Diabetes Melitus Tipe 2 dan Gangren Diabetikum

Keluhan Utama : Borok pada kaki kiri.


Telaah : - Hal ini dialami orang sakit sejak 3 bulan yang lalu,
borok berawal dari tertusuk paku, lukanya makin lama
makin melebar.
- Riwayat banyak kencing, banyak makan, banyak
minum, di alami orang sakit sejak 8 tahun yang lalu.
- Riwayat kaki kebas kebas di alami orang sakit sejak 7
tahun yang lalu.
- Riwayat penurunan berat badan di alami orang sakit
sejak 7 tahun yang lalu sebanyak 29 Kg dari berat badan
80 Kg menjadi 60 kg.
- Riwayat mata kabur di alami orang sakit sejak 10 tahun
yang lalu memberat dalam 1 tahun ini.
- Demam ( - )
- Mual ( - ), muntah ( - ).
- BAK ( + ) Normal
- BAB ( + ) Normal
RPT : DM sejak 8 tahun yang lalu.
RPO : Glibenclamid.

ANAMNESE ORGAN
Jantung : Sesak napas : - Edema : -
Angina pektoris : - Palpitasi : -
Lain-lain :
Sal. Pernapasan : Batuk-batuk : - Asma, bronkitis : -
Dahak : - Lain-lain :
Sal. Pencernaan : Nafsu makan : Penurunan BB : +
Keluhan menelan : - Keluhan defekasi : -
Keluhan perut : - Lain-lain :
Sal. Urogenital : Sakit b.a.k : - b.a.k tersendat : -

KKS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumkit Putri Hijau 28


Medan
Muhammad Haris ( 00310066 ) FK - UNBRAH
Diabetes Melitus Tipe 2 dan Gangren Diabetikum

Mengandung batu : - Keadaan Urine : -


Haid : - Lain-lain :
sering kencing malam hari : +
Sendi dan tulang : Sakit pinggang : - Keterbataan gerak : -
Kel. Persendiaan : - Lain-lain :
Endokrin : Haus/polidipsi : + Gugup : -
Poliuri : + Perobahan suara : -
Polifagi : + Lain-lain :
Syaraf pusat : Sakit kepala : - Hoyong : -
Lain-lain :
Darah & P. darah : Pucat : - Perdarahan : -
Ptechiae : - Purpura : -
Sirkulasi perifer : Claudicatio : - Lain-lain :
Intermitten :

PEMERIKSAAN FISIK DIAGNOSTIK


STATUS PRAESENS :
Keadaan Umum
Sensorium : Compos mentis
Tekanan darah : 120/80mHg
Nadi : 70 x/I
Pernafasan : 20 x/i
Temperatur : 37 0C

Keadaan Penyakit
Pancaran wajah : lemah
Sikap paksa : -
Refleks fisiologis : +/+ Normal
Refleks patologis : -
Anemia (-), Ikterus (-), Dispnu (-)

KKS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumkit Putri Hijau 29


Medan
Muhammad Haris ( 00310066 ) FK - UNBRAH
Diabetes Melitus Tipe 2 dan Gangren Diabetikum

Sianose (-), Udem (-), Purpura (-)


Turgor kulit : Baik
TB : 167 cm
BB : 60 kg

Keadaan Gizi
BB
RBW = 100%
TB 100

RBW = 60 X 100 %
167 - 100
= 89,55 %
Kesan : Normoweight
KU/KP/KG : Sedang/Sedang/baik

STATUS LOKALISATA
KEPALA
Mata : Konjunktiva palpebra pucat (-), ikterus (-), pupil : isokor
Refleks cahaya direk (+/+ ) indirek (+/+) .
Telinga : Tidak ada kelainan
Hidung : Tidak ada kelainan
Mulut : Lidah : Tidak ada kelainan
Gigi geligi : Tidak ada kelainan
Tonsil/Faring : Tidak ada kelainan

LEHER
Struma : Tidak membesar,
Pembesaran kelenjar limpe (-)
Posisi trakea : medial, TVJ : R-2

TORAK DEPAN

KKS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumkit Putri Hijau 30


Medan
Muhammad Haris ( 00310066 ) FK - UNBRAH
Diabetes Melitus Tipe 2 dan Gangren Diabetikum

Inspeksi
Bentuk : Simetri fusiform.
Pergerakan : Simetris ka = ki.
Palpasi
Nyeri tekan : -
Fremitus suara : Ka = ki.
Iktus : ICR V 1 cm medial LMCS
Perkusi
Paru : Sonor pada kedua lapangan paru
Batas paru hati R/A : ICR V dektra, peranjakan 1 cm
Jantung
Batas atas jantung : ICR III Sinistra.
Batas kiri jantung : ICR V 1cm medial LMCS.
Batas kanan jantung : Linea parasternalis Dekstra.

Auskultasi
Paru
Suara pernafasan : Vesikuler seluruh lapangan paru.
Suara tambahan : -
Jantung
M1 > M2, P2 > P1, A2 > A1, A2 > P1, desah sistolis (-)
Desah diastolis (-)
HR : 70 x/menit, reg, intensitas : cukup.

TORAKS BELAKANG
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Stem fremitus ka =ki.
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru.
Auskultasi - Suara pernafasan : vesikuler pada kedua
lapangan paru .

KKS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumkit Putri Hijau 31


Medan
Muhammad Haris ( 00310066 ) FK - UNBRAH
Diabetes Melitus Tipe 2 dan Gangren Diabetikum

- Suara tambahan : -
ABDOMEN
Inspeksi
Bentuk : Simetris
Gerakan Lambung/usus : -
Vena kolateral : -
Caput medusae : -
Palpasi
Dinding abdomen : Supel

HATI
Pembesaran : -
Permukaan : -
Pinggir : -
Nyeri tekan : -
LIMPA
Pembesaran : -
GINJAL
Ballotement : -

Perkusi : Timpani
Pekak hati : +
Pekak beralih : -

Auskultasi
Peristaltik usus : + Normal
Lain-lain : -

PINGGANG
Nyeri ketok sudut kosto vertebra : (-)

KKS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumkit Putri Hijau 32


Medan
Muhammad Haris ( 00310066 ) FK - UNBRAH
Diabetes Melitus Tipe 2 dan Gangren Diabetikum

INGUINAL : Pembesaran KGB (-)

GENITALIA LUAR : , tak ada kelainan.

ANGGOTA GERAK ATAS ANGGOTA GERAK BAWAH


Kiri Kanan
Deformitas sendi : - Udem : + -
Lokasi : - A. Fermoralis : + +
Jari tubuh : - A. Tibialis Posterior : + +
Tremor ujung jari : - A. Dorsalis Pedis : + +
Telapak tangan sembab : - Refleks KPR : + +
Sianosis : - Refleks APR : + +
Eritema palmaris : - Refleks Fisiologis : + +
Lain-lain : - Refleks Patologis : - -
Lain-lain : - -
PEMERIKSAAN LABORATORIUM RUTIN
Darah Rutin
Hb : 12,19 gr %
Lekosit : 6700 / mm3
LED : 15 mm / jam
Pemeriksaan gula darah
KGD ad random : 311 mg / dl.

RESUME
Datang seorang perempuan berusia 34 tahun dengan keluhan utama borok
dikaki kiri sejak 3 bulan ini, borak berawal dari luka tertusuk paku dan makin lama
makin melebar. Riwayat banyak kencing, banyak makan, banyak minum, di alami
orang sakit sejak 8 tahun yang lalu. Riwayat kaki kebas kebas di alami orang sakit
sejak 7 tahun yang lalu. Riwayat penurunan berat badan di alami orang sakit sejak 7
tahun yang lalu sebanyak 29 Kg dari berat badan 80 Kg menjadi 60 kg. Riwayat mata
kabur di alami orang sakit sejak 10 tahun yang lalu memberat dalam 1 tahun ini.

KKS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumkit Putri Hijau 33


Medan
Muhammad Haris ( 00310066 ) FK - UNBRAH
Diabetes Melitus Tipe 2 dan Gangren Diabetikum

Status presens
Keadaan Umum
Sensorium : Compos mentis
Tekanan darah : 120/80mHg
Nadi : 70 x/I
Pernafasan : 20 x/i
Temperatur : 37 0C

Laboratorium
Hb : 12,19 gr %
Lekosit : 6700 / mm3
LED : 15 mm / jam
KGD ad random : 311 mg / dl.
Diagnosa banding : 1. Gangren diabetikum + DM Tipe 2.
2. Gangren diabetikum + DM tipe 2
Diagnosa sementara : Gangren diabetikum + DM Tipe 2.

Penatalaksanaan :
Tirah baring
Diet : Diet DM 1700 kal.
Medicamentosa
- IVFD RL 20 gtt / i
- Glucaphage 3 x 500 mg
- Bioneuron 3 x 1
- Amoxicillin 3 X 5 mg.
- Rawat gangren cuci dengan NaCL 2 x sehari.

Rencana Penjajakan

KKS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumkit Putri Hijau 34


Medan
Muhammad Haris ( 00310066 ) FK - UNBRAH
Diabetes Melitus Tipe 2 dan Gangren Diabetikum

1. KGD puasa, 2 jam PP dan ad Random


2. EKG
3. Foto toraks
4. Ureum kreatinin
5. Urinalisa
6. Kultur pus

FOLLOW UP

17 April 2006
KU : Kondisi membaik, gangren terawat baik
Terapi : Bad rest
Diet DM 1700 KKal
Glucaphage 3 x 500 mg
Bioneuron 3 x 1
Amoxicillin 3 X 500 mg.
Rawat gangrene cuci dengan NaCL 2 x sehari.

Hasil Laboratorium :
Ureum 29 mg%
Kreatinin darah 0,7 mg%
KGD puasa 236 mg%

KKS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumkit Putri Hijau 35


Medan
Muhammad Haris ( 00310066 ) FK - UNBRAH
Diabetes Melitus Tipe 2 dan Gangren Diabetikum

Hb 12,8 gr%
Leukosit 6000 /mm
LED 10 mm/jam

18 April 2006
KU : kaki kebas kebas, hoyong, batuk berdahak. Gangrene terawatt baik
Vital sign : TD : 100/70 mmHg
HR : 70 x/i
RR : 20 x/i
Terapi : Diet DM 1700 KKal
Glucopax 3 x 500 mg
Bioneuron 3 x 1
Amoxicillin 3 X 500 mg.
Rawat gangrene cuci dengan NaCL 2 x sehari.

19 April 2006
KU : Kepala hoyong, tangan dan kaki kebas kebas, Gangren terawat baik
Vital sign : TD : 110/70 mmHg
HR : 76 x/i
RR : 20 x/i
Temp : 36,50 C
Terapi : Bed rest
Diet DM
Glucopax 3 x 500 mg
Bioneuron 3 x 1
Amoxicillin 3 X 500 mg.
Rawat gangrene cuci dengan NaCL 2 x sehari.

20 April 2006

KKS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumkit Putri Hijau 36


Medan
Muhammad Haris ( 00310066 ) FK - UNBRAH
Diabetes Melitus Tipe 2 dan Gangren Diabetikum

KU : gangren terawat baik. Badan lemas


Vital sign : TD : 100/70 mmHg
HR : 70 x/i
RR : 20 x/i
Temp : 370C
Terapi : Bed rest
Diet DM
Glucopax 3 x 500 mg
Bioneuron 3 x 1
Amoxicillin 3 X 5 mg.
Rawat gangrene cuci dengan NaCL 2 x sehari.

21 April 2006
KU : Gangren terawat baik.
Vital sign : TD : 110/80 mmHg
HR : 80 x/i
RR : 20 x/i
Temp : 36 0C
KGD ad Random : 350 mg%
Terapi : Diet DM
Glucopax 3 x 500 mg
Bioneuron 3 x 1
Amoxicillin 3 X 500 mg.
Rawat gangrene cuci dengan NaCL 2 x sehari.

22 April 2006

KKS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumkit Putri Hijau 37


Medan
Muhammad Haris ( 00310066 ) FK - UNBRAH
Diabetes Melitus Tipe 2 dan Gangren Diabetikum

KU : gangren terawat baik.


Vital sign : TD : 110/70 mmHg
HR : 62x/i
RR : 20 x/i
Temp : 36,8 0C
Terapi : Diet DM
Glucopax 3 x 500 mg
Bioneuron 3 x 1
Amoxicillin 3 X 500 mg.
Rawat gangrene cuci dengan NaCL 2 x sehari.

KKS Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumkit Putri Hijau 38


Medan
Muhammad Haris ( 00310066 ) FK - UNBRAH

You might also like