You are on page 1of 84

Jurnal Kesehatan dr.

Soebandi
Vol. 4 No.1, Oktober 2015 Maret 2016

HALAMAN
1. Hubungan Antara Konseling Asi Eksklusif Pada Ibu Hamil Trimester III Dengan
Pemberian Asi Eksklusif Di Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember 212-218
Khusnul Khotimah...................................................
2. Pengaruh Stressor Terhadap Stress Akademik dan Dampaknya Pada Pencapaian
Index Prestasi Dalam Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi Mahasiswa
219-228
Keperawatan STIKES dr. Soebandi Jember
Akhmad Efrizal Amrullah........................................................................................
3. Hubungan Motivasi Masyarakat Berobat Dengan Pemilihan Tempat Pelayanan
Kesehatan Di Desa Pace Kecamatan Silo Kabupaten Jember 229-237
Nurul Aini ....................................................
4. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia di PSLU
Bondowoso 238-244
Tri Farisa Bheli Putra Ahmadiyanto..
5. Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan Setelah Olahraga Jalan Kaki Pada
Lansia Dengan Riwayat Hipertensi 245-253
Hosen.
6. Hubungan Kebiasaan Cuci Tangan Dengan Kejadian Cacingan Pada Anak Usia
Sekolah Di SD Negeri Blindungan IV Kabupaten Bondowoso 254-261
Yuyun Tri Wahyuni..
7. Gambaran Pengetahuan Tentang Kontrasepsi Pil Kepada Akseptor KB Pil Di
Wilayah Puskesmas Patrang Kabupaten Jember 262-265
Helen Eka Nadia Sari.....
8. Gambaran Faktor-Faktor Penyebab Pernikahan Dini Di Desa Pakisan Kecamatan
Tlogosari Kabupaten Bondowoso 266-273
Dina Nur Oktavia..
9. Tingkat Pengetahuan Akseptor KB Suntik 3 Bulan Tentang Amenore Sekunder
Akibat Pemakaian KB Suntik 3 Bulan Di Puskesmas Mumbulsari 274-279
Uswatun Hasanah
10. Gambaran Faktor Pemberian ASI Ekslusif Pada Bayi Di Desa Kemuning Lor
Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember 280-284
Zayniyyatul Marufah.
11. Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Kanker Payudara Dengan Pelaksanaan
Breast Self Examination (Bse)/ Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari) 285-294
Fitria Jannatul Laili.........................................................................................

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 213


Hubungan Antara Konseling ASI Ekslusif Pada Ibu Hamil.Khusnul Khotimah, hal. 212 - 218
HUBUNGAN ANTARA KONSELING ASI EKSKLUSIF PADA IBU HAMIL
TRIMESTER III DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
DI KECAMATAN ARJASA KABUPATEN JEMBER

Khusnul Khotimah*, IGA. Ayu Karnasih**, Zidni Nuris Yuhbaba***

*, **Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES dr. Soebandi Jember


***Poltekkes Kemenkes Malang

ABSTRACT

Mother's milk (ASI) is the best food a baby at the early age of life. Exclusive
breastfeeding means that the infant receives only breast milk. Although exclusive
breastfeeding is so important, but not all mothers do. In Jember coverage of exclusive
breastfeeding at 66.37% while achieving the target of 80% is one Arjasa districts. Based
on the obtained results of the survey 60% of mothers do not exclusively breastfeed their
infants. The purpose of this study was to analyze the relationship between counseling in
third trimester pregnant women with exclusive breastfeeding in the Arjasa district of
Jember 2014. This type of research is the correlation. The population in this study was all
the third trimester pregnant women gestational age> 36 weeks in the Arjasa district of
Jember 2014 amounted to 63 people. The sample size in this study are 54 people with the
sampling technique used is random sampling. Data analyzed using a computer with the
Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 16.0 for Windows.
The results of the frequency distribution of the respondents obtained the result that
most of the third trimester maternal age was 22-27 years (64.8%), secondary education
(51.9%). Mothers who receive counseling are largely exclusive breastfeeding in infants for
24 hours ie (74.04%), mothers were not given counseling on exclusive breastfeeding in
infants for 24 hours ie (33.33%). Based on chi square x2 values obtained count (9012)> x2
tables (3,481), with a significance value of 0.003> 0.05, so that there is a relationship
between the provision of counseling with a third trimester pregnant women exclusively
breastfeeding babies for 24 hours. While the value of contingency coefficient of 0.378,
meaning that the relationship is at a low or weak category is uncertain. The conclusion of
this research there is a relationship between exclusive breastfeeding in mothers who were
counseled by the closeness of the relationship is at a low or weak category is uncertain.

Keywords: Counseling, exclusive breastfeeding

PENDAHULUAN bahkan air, dengan pengecualian dari


Air susu Ibu (ASI) adalah larutan rehidrasi oral, atau tetes / sirup
makanan terbaik bayi pada awal usia vitamin, mineral atau obat-obatan. WHO
kehidupan, hal ini tidak hanya karena merekomendasikan bahwa bayi harus
ASI mengandung cukup zat gizi tetapi ASI eksklusif selama enam bulan
karena ASI mengandung zat imunologik pertama kehidupan untuk mencapai
yang melindumgi bayi dari infeksi pertumbuhan optimal, pembangunan dan
praktek menyusui dinegara berkembang kesehatan. Setelah itu, bayi harus
telah berhasil menyelamatkan sekitar 1,5 menerima nutrisi makanan pendamping
juta bayi pertahun (Amirudin, 2006). yang memadai dan aman, sambil terus
Pemberian ASI eksklusif berarti bahwa menyusui sampai dua tahun atau lebih.
bayi hanya menerima ASI. Tidak ada (WHO, 2003).
cairan atau padatan lain diberikan,

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 212


Hubungan Antara Konseling ASI Ekslusif Pada Ibu Hamil.Khusnul Khotimah, hal. 212 - 218
ASI Eksklusif adalah pemberian 2013 diketahui bahwa cakupan
ASI saja tanpa makanan tambahan cairan pemberian ASI secara eksklusif tahun
lain seperti formula, jeruk, madu, air teh, 2013 adalah sebesar 68,3% dari target
air putih dan tanpa tambahan makanan sebesar 75%. Menurut data profil
padat seperti pisang, pepaya, bubur, susu Kesehatan Kabupaten Jember tahun 2012
(Utami, 2000). Pemberian ASI Eksklusif dari jumlah bayi yang diperiksa
dapat mengurangi tingkat kematian bayi di berjumlah 40,299 bayi usia 0-6 bulan,
Indonesia (Prasetyono, 2009). ASI sebesar 66.37% mendapatkan ASI
Eksklusif mendapat dilegitimasi dalam Eksklusif sementara target pencapaian
Undang-Undang Republik Indonesia sebesar 80% (Dinkes Jatim, 2013).
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Berikut data lima daerah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun persentase terendah pemberian ASI
2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif, Eksklusif di Kabupaten Jember meliputi
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Puskesmas Arjasa (21.96%), Pukesmas
Nomor 450/Menkes/SK/IV/2004 tentang Kencong (32.22%), Puskesmas Klatak
Pemberian ASI secara Eksklusif, dan (38.71%), Puskesmas Gladak (42.56%),
Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi
dan Puskesmas Kalisat (43.07%) (Dinkes
Selatan Nomor 6 tahun 2010 tentang ASI
Jember, 2012).
Eksklusif.
Berdasarkan hasil survei awal yang
Meskipun menyusui dan ASI
peneliti lakukan pada 10 orang ibu nifas,
sangat bermanfaat, namun belum
di Kecamatan Arjasa, diperoleh
terlaksana sepenuhnya, diperkirakan 85%
gambaran bahwa sebanyak 60% ibu telah
ibu-ibu di dunia tidak memberikan ASI
memberikan makanan selain ASI pada
secara optimal. Data mengenai pemberian
bayinya dengan alasan yang beragam,
ASI pada bayi di beberapa Negara pada
diantaranya karena ASI-nya tidak keluar
tahun 2005-2006 diperoleh bahwa bayi di
dan tidak mencukupi kebutuhan bayinya,
Amerika mendapatkan ASI eksklusif
sebagain karena sudah menjadi kebiasaan
justru meningkat 60-70%. Pada Tahun
dilingkungan tersebut, artinya bayi diberi
2010 cakupan ASI Eksklusif di India saja
makan selain ASI seperti pisang, kelapa
sudah mencapai 46%, di Philippines
muda, dan nasi. Kebiasaan ini masih
34%, di Vietnam 27% dan di Myanmar
dipertahankan oleh sebagian besar ibu
24% (Yuliarti 2010).
yang memiliki bayi dengan alasan sudah
Dari hasil penelitian United Nation
menjadi warisan budaya yang tidak bisa
Childs Fund (UNICEF) dari tahun 2005
ditingalkan sebab jika ditinggalkan
hingga 2011 didapati bayi Indonesia yang
memungkinkan bayi akan mengalami
mendapat ASI Eksklusif selama 6 bulan
sakit seperti yang diyakini oleh
pertama ialah sebanyak 32% dan anak
masyarakat tersebut. Terdapat pula ibu
diberikan ASI Eksklusif sehingga usia 23
yang tidak memberikan ASI Eksklusif
bulan didapati 50%. Tetapi persentase ini
karena persalinannya tidak ditolong bidan
masih rendah bila dibandingakan dengan
atau tenaga kesehaan sehingga tidak
negara berkembang lain seperti
mendapatkan informasi mengenai ASI
Bangladesh didapati 43% anak diberikan
sehingga ibu lebih diorientasikan pada
ASI eksklusif selama 6 bulan dan 91%
cara-cara pemberian susu botol. Ibu yang
anak mendapat ASI sehingga usia 23
tidak memberikan ASI eksklusif
bulan (UNICEF, 2011). Di Provinsi Jawa
mengeluhkan bahwa bayinya sering
Timur tahun 2012 target pencapaian 67%,
mengalami mencret/diare. Sementara
sementara pemberian ASI Eksklusif baru
40% ibu memberikan ASI Ekskluasif
mencapai sebesar 64,08% , artinya tidak
pada bayinya dikarena mengetaui
mencapai target (Dinkes Jatim, 2012).
manfaat dan dampak yang dapat
Berdasarkan laporan yang diterima dari
ditimbulkan dengan memberikan MPASI
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tahun

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 213


Hubungan Antara Konseling ASI Ekslusif Pada Ibu Hamil.Khusnul Khotimah, hal. 212 - 218
terlalu dini. Perilaku ini disebabkan pada seorang klien untuk memecahkan
karena itu mengetahui informasi tersebut masalah kehidupannya dengan cara
dari penolong persalinan. Menurut ibu wawancara (face to face) dan dengan cara
bayinya tidak pernah mengalami diare, yang sesuai dengan keadaan yang
hanya sekedar demam biasa. dihadapi klien untuk mencapai
Menurut Notoatmojo (2003) kesejahteraannya (Walgito, 2010).
Tenaga kesehatan seharusnya menjadi Berdasarkan fenomena yang terjadi
tokoh panutan dibidang kesehatan. bahwa rendahnya pengetahuan ibu
Semua petugas kesehatan baik dilihat dari tentang ASI Eksklusif berdampak
jenis dan tingkatnya pada dasarnya terhadap sikap ibu yang kemudian akan
adalah pendidik kesehatan. Berdasarkan berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam
sumber informasi yang diperoleh ibu pemberian ASI. Berdasarkan latar
mengenai ASI Ekskluasif menuturkan belakang diatas, maka peneliti ingin
bahwa sebagain ibu mendapatkan mengetahui hubungan konseling ASI
informasi dari bidan dan petugas Eksklusif pada ibu hamil trimester III
kesehatan lainnya mengenai ASI, dengan pemberian ASI ekslusif di
sebagian lainnya mengakui bahwa jarang Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember
melakukan kosultasi berkaitan dengan tahun 2014.
ASI sehingga mereka kurang memahami
mengenai ASI eksklusif, dan beberapa BAHAN DAN METODE
menuturkan jika bidan hanya menyarakan Penelitian ini merupakan penelitian
memberikan ASI selama 6 bulan kuantitatif. Desain penelitian yang
berturut-turut tanpa menginformasikan digunakan adalah korelasi, karena
mengenai dampaknya terhadap bayi, bertujuan untuk mencari hubungan antara
sehingga mudah bagi ibu memberikan variabel bebas dan variabel terikat
bayinya susu formula. melalui pengujian hipotesis yang telah
Tingkat keberhasilan pemberian ASI dirumuskan (Nursalam, 2003). Variabel
bisa berhasil sukses salah satunya dengan bebas dalam penelitian ini adalah
adanya peran tenaga kesehatan dalam konseling, variabel terikat adalah
memberikan pendidikan praktik menyusi pemberian ASI ekslusif.
pada ibu. Dukungan petugas kesehatan
dalam pemberian ASI eksklusif sangat Populasi dalam penelitian ini adalah
diperlukan yaitu dengan mengingatkan semua ibu hamil trimester III yaitu usia
pada ibu untuk tetap memberikan ASI kehamilan >36 minggu di Kecamatan
saja sampai umur 6 bulan. Tenaga Arjasa Kabupaten Jember Tahun 2014
kesehatan adalah setiap orang yang berjumlah 63 orang. Teknik sampling
mengabdikan diri dalam kesehatan serta yang digunakan oleh adalah random
memiliki pengetahuan dan kemampuan sampling. Besar sampel dalam penelitian
melalui pendidikan dibidang kesehatan ini ditentukan berdasarkan rumus Slovin
(Depkes RI, 2011). berjumlah 54 sampel. Penelitian ini
Manifestasi dari peran tenaga dilakukan bulan Juni tahun 2014.
kesehatan dalam upaya mendukung
Analisis data menggunakan uji Chi
pemberian ASI eksklusif bisa dilakukan
Square.
salah satunya adalah dengan konseling.
Konseling adalah bantuan yang diberikan

HASIL
Hasil penelitian akan dipaparkan sebagai berikut.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Usia Ibu Hamil Trimester III di Kecamatan Arjasa
Kabupaten Jember

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 214


Hubungan Antara Konseling ASI Ekslusif Pada Ibu Hamil.Khusnul Khotimah, hal. 212 - 218
No Usia Frekuensi Prosentase (%)
1 16-21 Tahun 5 9.3
2 22-27 Tahun 35 64.8
3 28-33 Tahun 14 25.9
Jumlah 54 100
Sumber : Data primer diolah tahun 2014
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar usia ibu hamil trimester III
adalah 22-27 Tahun (64.8%).

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu Hamil Trimester III di Kecamatan


Arjasa Kabupaten Jember
No Pendidikan Frekuensi Prosentase (%)
1 Dasar 25 46.2
2 Menengah 28 51.9
3 Tinggi 1 1.9
Jumlah 54 100
Sumber : Data primer diolah tahun 2014
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar ibu hamil trimester III
berpendidikan menengah yaitu 28 orang (51.9%).
Tabel 3. Distribusi Frekuensi pemberian ASI ekslusif pada ibu yang diberikan
konseling di Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember
No Konseling Eksklusif Tidak Eksklusif Jumlah
% % %
1 Konseling 20 74.07 7 25.93 27 100
Sumber : Data primer diolah tahun 2014
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa ibu yang mendapatkan konseling sebagian
besar memberikan ASI secara Eksklusif pada bayi selama 24 jam yaitu (74.04%).
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Pemberian ASI Ekslusif Pada Ibu Yang Tidak
Diberikan Konseling di Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember
No Konseling Eksklusif Tidak Eksklusif Jumlah
% % %
1 Tidak Konseling 9 33.33 18 66.67 27 100
Sumber : Data primer diolah tahun 2014
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa ibu yang tidak diberikan konseling
memberikan ASI secara Eksklusif pada bayi selama 24 jam yaitu (33.33%).

Tabel 5 Distribusi Silang antara Pemberian ASI Eksklusif pada ibu yang
diberikan konseling dan tidak diberikan konseling di Kecamatan
Arjasa Kabupaten Jember
No Pemberian ASI Eksklusif Tidak Eksklusif Jumlah
Konseling % % %
1 Konseling 20 37.04 7 12.9 27 50
2 Tidak Konseling 9 16.67 18 33.33 27 50
Jumlah 29 53.7 25 46.29 54 100
Sumber : Data primer diolah tahun 2014

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 215


Hubungan Antara Konseling ASI Ekslusif Pada Ibu Hamil.Khusnul Khotimah, hal. 212 - 218
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui memahami dan mengatasi permasalahan
bahwa ibu trimester III yang yang sedang dihadapinya.
mendapatkan konseling sebesar (50%) Ibu yang tidak diberikan konseling
diantaranya sebesar (37.04%) ibu berarti ibu tidak diberikan sejumlah
memberikan ASI secara Ekslusif pada informasi yang lengkap tentang
bayinya, dan 12.9% ibu tidak pemberian ASI secara Ekslusif pada bayi
memberikan ASI secara Eksklusif pada selama 24 jam. Jumlah informasi yang
bayinya. diperoleh ibu akan menambah tingkat
Berdasarkan uji chi square dengan pengetahuan yang dimilikinya, semakin
bantuan SPSS diperoleh hasil bahwa nilai banyak jumlah informasi yang diperoleh
x2 hitung (9.012) > x2 tabel (3.481), maka memungkinkan akan semakin baik
dengan nilai signifikansi sebesar 0.003 < pula tingkat pengetahuan ibu tentang ASI
0.05, sehingga pada penelitian ini eksklusif. Pengetahun yang dimiliki ibu
hipotesis diterima, artinya ada hubungan hamil trimester III merupakan dasar bagi
antara pemberian konseling ibu hamil ibu dalam bertindak, ataupun berperilaku.
trimester III dengan pemberian ASI Sebab pada dasarnya perilaku seseorang
eksklusif pada bayi selama 24 jam. merupakan manifestasi dari apa yang
Sementara berdasarkan nilai koifisien diketahuinya. Berdasarkan hasil
kongtingensi sebesar 0.378, artinya penelitian diketahui bahwa ibu yang tidak
keeratan hubungan antara pemberian diberikan konseling memberikan ASI
konseling ibu hamil trimester III dengan secara Eksklusif pada bayi selama 24 jam
pemberian ASI eksklusif pada bayi yaitu (33.33%).
selama 24 jam berada pada kategori Hasil penelitian ini menjelaskan
rendah atau lemah tidak pasti. jika ibu yang tidak diberikan konseling
cenderung tidak memberikan ASI secara
PEMBAHASAN Eksklusif pada bayi selama 24 jam.
Konseling merupakan proses Keadaan ini dimungkinkan karena ibu
pemberian informasi objektif dan lengkap tidak mengetahui mengenai manfaat
tentang ASI Ekslusif kepada ibu hamil pemberian ASI secara eksklusif pada bayi
trimester III yang dilakukan secara selama 24 jam. Akibat ketidaktahuan ibu
sistematis bertujuan untuk membantu ibu maka ibu tidak memberikan ASI secara
hamil trimester III mengenali masalah Ekslusif paa bayi. Menurut Notoatmodjo
dan menemukan jalan keluarnya atas (2003), pengetahuan yang baru pada
masalah yang dihadapinya. Berdasarkan subjek dapat menimbulkan respon batin
hasil penelitian diketahui bahwa ibu yang dalam bentuk sikap subjek terhadap objek
mendapatkan konseling sebagian besar yang diketahuinya itu. Sikap yang
memberikan ASI secara eksklusif pada didasari dengan pengetahuan yang baik
bayi selama 24 jam yaitu (74.04%). Hasil cenderung akan positif jika dibandingkan
penelitian ini menjelaskan jika konseling dengan sikap yang didasari oleh
berperan penting bagi ibu hamil trimester pengetahuan yang kurang. Perilaku
III dalam memberikan ASI eksklusif pada melalui suatu proses didasari oleh
bayi selama 24 jam. Hasil penelitian pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
senada dengan hasil pendapat Trismiati, positif, maka perilaku tersebut akan
(2004) Konseling adalah suatu bentuk bersifat langgeng (long lasting).
wawancara untuk menolong (membantu) Sebaliknya, apabila perilaku tidak
orang lain memperoleh pengertian yang didasari oleh pengetahuan dan kesadaran
lebih baik mengenai dirinya maka tidak akan berlangsung lama.
(keinginannya, sikapnya, kekhawatiran, Berdasarkan uji chi square dengan
dan sebagainya) dalam usahanya untuk bantuan SPSS diperoleh hasil bahwa nilai
x2 hitung (9.012) > x2 tabel (3.481),

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 216


Hubungan Antara Konseling ASI Ekslusif Pada Ibu Hamil.Khusnul Khotimah, hal. 212 - 218
dengan nilai signifikansi sebesar 0.003 < menghindari berbagai kesulitan umum
0.05, nilai koifisien kongtinensi 0.378, dalam pemberian ASI eksklusif. Peranan
artinya terdapat hubungan yang awal bidan dalam mendukung pemberian
signifikan antara konseling dengan ASI eksklusif dapat diberikan dengan
pemberian ASI eksklusif pada bayi meyakinkan ibu bahwa bayi memperoleh
selama 24 jam dengan kekuatan makanan yang mencukupi dari payudara
hubungan rendah dan tidak pasti. Dalam ibunya serta membantu ibu sedemikian
kegiatan konseling terdapat pemberian rupa sehingga ia mampu menyusui
informasi dari konselor pada konseli, bayinya sendiri.
jumlah informasi yang diterima konseli Menurut Sigit, (2010) Kurangnya
tentang ASI akan meningkatkan pengetahuan ibu tentang ASI, belum
pengetahuan yang dimiliki. Semakin dipahaminya ASI secara tepat dan benar
banyak informasi yang diterima, oleh ibu dan keluarga/lingkungan,
memungkinkan ibu akan memiliki kekeliruan persepsi tentang susu formula,
pengetahuan yang baik pula. Pengetahuan kurangnya pembekalan pengetahuan dari
ini yang pada akhirnya akan menjadi petugas kesehatan dapat menyebabkan
dasar ibu dalam bertindak ataupun ibu memutuskan tidak menyusui atau
berperilaku. Perilaku seseorang memberikan makanan pendamping
merupakan manifestasi dari pengetahuan terlalu cepat.
yang dimiliki. Seseorang cenderung Ketersediaan konselor menyusui di
bertindak sesuai dengan segala yang fasilitas pelayanan kesehatan turut
diketahuinya, begitu pula dengan mempengaruhi peningkatan keberhasilan
pemberian ASI secara Ekslkusif. Ibu pemberian ASI. Oleh karenanya, setiap
yang mengetahui dengan pasti mengenai pelayanan kesehatan terutama di
penting ASI bagi bayi akan cenderung Puskesmas dan RS tersedia konselor
memberikan ASI secara eksklusif dengan menyusui akan membantu para ibu yang
asumsi tidak ada faktor lainnya seperti memiliki kendala memberikan ASI.
ASI tidak keluar dll. Sehingga kegiatan Selain ketersediaan konselor menyusui,
konseling diharapkan dapat menambah aspek lain yang perlu mendapat perhatian
pengatahuan ibu tentang ASI. adalah komunikasi. Dengan komunikasi
Hasil penelitian ini senada dengan yang baik, pesan tentang manfaat
pendapat Rulina. (2010) Dukungan dari pemberian ASI akan makin cepat sampai
para profesional di bidang kesehatan ke masyarakat. Komunikasi dapat
sangat diperlukan bagi ibu, terutama dilakukan melalui media massa atau
primipara. Pendidikan tentang pentingnya memanfaatkan jaringan elektronik berupa
menyusui sudah harus diberikan sejak website dan jaringan internet.
masa antenatal, yang dilakukan oleh Komunikasi merupakan bagian penting
semua tenaga kesehatan baik bidan dalam melindungi, mempromosikan dan
maupun dokter. Bila semua petugas mendukung kegiatan menyusui. Bantuan
kesehatan menerapkan 10 (sepuluh) dan komitmen yang tinggi dari para
langkah menuju keberhasilan menyusui, konselor akan dapat meningkatkan
maka dijamin dapat menurunkan angka cakupan pemberian ASI dan akhirnya
kesakitan dan kematian bayi dan anak, dapat diciptakan generasi penerus yang
sesuai dengan MDGs (Millenium berkualitas. Pemberian ASI yang tepat,
Development Goals). Peran tenaga tidak saja meningkatkan asupan gizi
kesehatan di ruang perawatan ibu dan sehingga anak tumbuh dan berkembang
bayi sangat besar, agar setiap bayi yang optimal, juga penting dalam memelihara
dipulangkan harus menyusui. Menurut kesehatan sebagai suatu investasi bangsa
Suhermi (2009) Dukungan bidan dalam yang sangat tinggi di masa kini dan masa
pemberian ASI dapat mencegah atau yang akan datang.

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 217


Hubungan Antara Konseling ASI Ekslusif Pada Ibu Hamil.Khusnul Khotimah, hal. 212 - 218
KESIMPULAN Dirjen Bina Gizi dan Kesehatan
Ibu yang mendapatkan konseling Ibu Anak.
sebagian besar memberikan ASI secara Dinkes Jember, (2013). Profil Kesehatan
Eksklusif pada bayi selama 24 jam yaitu Kabupaten Jember Tahun 2012.
(74.04%). Hasil penelitian ini Jember, Jawa Timur.
menunjukkan bahwa ibu yang Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Ilmu
mendapatkan konseling memiliki Kesehatan Masyarakat ed.1,
kecenderungan memberikan ASI Jakarta: Rineka Cipta.
Eksklusif pada bayi. Keadaan ini Notoatmodjo,S. (2010). Ilmu Perilaku
mengindikasikan bahwa perilaku ibu Kesehatan. Jakarta : PT Rineka
cenderung didasari oleh informasi yang Cipta
diketahuinya. Nursalam, (2003). Konsep & Penerapan
Ibu yang tidak diberikan konseling Metodologi Penelitian Ilmu
memberikan ASI secara Eksklusif pada Keperawatan : Pedoman Skrips,
bayi selama 24 jam yaitu (33.33%). Hasil Tesis dan Instrumen Penelitian.
penelitian ini menjelaskan bahwa ibu Jakarta, Salemba Medika
yang tidak mendapatkan konseling Prasetyono, (2009). Buku Pintar ASI
memiliki memiliki kemungkinan Eksklusif. Jogjakarta : DIVA
memberikan ASI Eksklusif pada bayi. Press.
Hal ini diduga ibu mengentahui manfaat UNICEF. (2011). ASI Eksklusif Tekan
ASI Eksklusif dari sumber lainnya. Angka Kematian Bayi Indonesia
Berdasarkan uji chi square dalam
diperoleh hasil bahwa nilai x2 hitung http://situs.kesrepro.info/kia/agu/2
(9.012) > x2 tabel (3.481), dengan nilai 006/kia03.htm
signifikansi sebesar 0.003 < 0.05, Utami, Roesli. (2000), Mengenal ASI
sehingga pada penelitian ini hipotesis Eksklusif, Jakarta: Tubulus
diterima, artinya ada hubungan antara Agriwidya.
pemberian konseling ibu hamil trimester WHO. (2003). Global Strategy for Infant
III dengan pemberian ASI eksklusif pada and Young Child Feeding.
bayi selama 24 jam. Sementara Geneva.
berdasarkan nilai koefisien kontingensi Yuliarti, N. (2010). Keajaiban ASI,
sebesar 0.378, artinya keeratan hubungan Makanan Terbaik untuk
antara pemberian konseling ibu hamil Kesehatan, Kecerdasan dan
trimester III dengan pemberian ASI Kelincahan Si Kecil. Yogyakarta.
eksklusif pada bayi selama 24 jam berada Penerbit Andi.
pada kategori rendah atau lemah tidak
pasti.

KEPUSTAKAAN
Amiruddin, R. (2006). Susu Formula
Menghambat Pemberian ASI
Eksklusif pada Bayi 6-11 Bulan.
Di ambil Tanggal 5 Maret 2014.
http://www.artikeilmiah.com.html
Depkes RI. 2005. Standar Pelayanan
Kebidanan. Jakarta.
Depkes RI, (2011). Peningkatan
Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
Eksklusif Bagi Bayi. Jakarta:

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 218


Pengaruh Stressor Terhadap Stress Akademik..Akhmad Efrizal Amrullah, hal. 219 - 228
PENGARUH STRESSOR TERHADAP STRESS AKADEMIK DAN DAMPAKNYA
PADA PENCAPAIAN INDEX PRESTASI DALAM PEMBELAJARAN
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MAHASISWA KEPERAWATAN
STIKES DR. SOEBANDI JEMBER

Akhmad Efrizal Amrullah*, Toni Herlambang**, Yusron Rozzaid***

*Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES dr. Soebandi Jember


**, *** Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Jember

ABSTRACT

Lecture proccess to STIKES dr. Soebandi nursing students since the academic year
2013/2014 using competency-based curriculum where students should be able to reach the
target of at least 3.00 of Performance Index. Preliminary studies showed a decrease in the
achievement of PI for 3 semesters of lectures caused stressors experienced by students,
among others: self ability, finance, security, comfort, college expenses, lectures time,
coursework, learning methods, evaluation methods and infrastructure. The purpose of this
study was to analyze the effect of stressors on the academic stress and its impact on the
achievement of PI.
The study design used is non-experimental design with a descriptive, where the
cross-sectional approach. It was held on May to July 2015 and located in STIKES dr.
Soebandi Jember. Sample was taken by used Non-Probability Sampling with 132
respondents. Analysis of data using test instruments, classic assumption test, path
analysis, and t test to test the hypothesis.
The test results showed the instrument is valid to r-count < 0.05 and reliable on
the value of alpha > r table (0.900 > 0.70). Classical assumption qualify as Best Linear
Unbiased Estimator (BLUE) with Asymp. Sig. (2-tailed) of 804 > 0.70 so that data is
normal, there is no multicollinearity with VIF values < 10, while the value of Tolerance <
0.10 or > 10 and there are no heteroskesdastisitas with t table < t. Hypothesis testing
showed four variables stressor effect on the incidence of academic stress, namely: self
ability, coursework, learning methods and infrastructure to the value t count > t table. T
test results showed academic stress variables affect the achievement of the Performance
Index with the value t count > t table.
From the findings can be put forward several suggestions: 1. The admissions
process to be more selective based on ability and academic self sufficient and given a
briefing before following the lecture. 2. Provision of the coursework to students in order to
adjust to the academic load and bustle of students. 3. Choose the method of learning more
precise. 4. Completing the facilities and infrastructure. 5. Further research by adding the
object in the variable. 6. Adding the variables that have not been covered in this study.

Keywords: Stressors, Academic Stress, Performance Index.

PENDAHULUAN didik untuk menjadi anggota masyarakat


Pendidikan tinggi merupakan yang mempunyai kemampuan akademik
jenjang pendidikan yang meliputi atau kemampuan profesional dan
program pendidikan diploma, sarjana, menggunakan kemampuan tersebut
magister, doktor dan spesialis yang sesuai bidangnya. Untuk menunjang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi keberhasilan pembelajaran, lembaga
dimana bertujuan menyiapkan peserta pendidikan harus ditunjang beberapa hal,

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 219


Pengaruh Stressor Terhadap Stress Akademik..Akhmad Efrizal Amrullah, hal. 219 - 228
antara lain: tenaga pengajar yang Berdasarkan fakta tersebut
kompeten, tersedia fasilitas belajar dan peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh
sumber dana yang memadai, manajemen stressor terhadap stress akademik dan
pembelajaran yang efektif dan efisien dampaknya pada pencapaian IP
serta suasana pembelajaran yang mahasiswa keperawatan STIKES dr.
menyenangkan dan tidak menimbulkan Soebandi Jember.
stress dalam pembelajaran atau stress
akademik (Daryanto, 2013 dan Rao, METODE PENELITIAN
2013). Penelitian ini menggunakan
Program Studi Ilmu Keperawatan desain adalah nonexperimental design
STIKES dr. Soebandi Jember mulai dengan jenis deskriptif, di mana
tahun akademik 2013/2014 menerapkan pendekatannya secara cross sectional,
sistem pembelajaran menggunakan yaitu data diambil satu kali. Data yang
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). digunakan dalam penelitian ini adalah
Pada sistem pembelajaran KBK, target data Cross-Section, data primer dalam
pencapaian Indeks Prestasi (IP) yang penelitian ini adalah jawaban responden
ditetapkan oleh institusi minimal 3,00 dari kuesioner yang diberikan sedangkan
sehingga di akhir proses pembelajaran data sekunder dalam penelitian ini
mahasiswa harus mampu mencapai target bersumber dari lembaga yang menjadi
IP yang telah ditentukan. Selama proses objek penelitian. Pengambilan data pada
pembelajaran banyak stressor yang penelitian ini menggunakan angket atau
dihadapi oleh mahasiswa keperawatan kuesioner dan mengambil lokasi di
sehingga mengalami stress akademik dan STIKES dr. Soebandi Jember.
jatuh dalam kondisi distress yang Populasi penelitian ini adalah
berakibat pencapaian IP di bawah semua mahasiswa keperawatan STIKES
standar. dr. Soebandi Jember semester III yang
Beberapa permasalahan dalam memulai perkuliahan pada tahun
penerapan kurikulum berbasis akademik 2013/2014. Jenis sampel dalam
kompetensi (KBK) yaitu selain pada penelitian ini adalah Non-Probability
perubahan dokumen juga harus disiapkan Sample menggunakan metode Purposive
dari segi pelaksanaan pembelajaran, Sampling dengan jumlah sampel
penciptaan suasana belajar, serta metode sebanyak 132 mahasiswa
evaluasi pembelajaran disertai banyaknya
target yang harus dicapai oleh mahasiswa HASIL PENELITIAN
(Dikti, 2008). Berbagai macam stressor 1. Data umum
yang dirasakan mahasiswa meliputi: a. Deskrispi responden berdasarkan
kemampuan diri, keuangan, keamanan usia
dan kenyamanan, dosen, beban kuliah, Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi
tugas kuliah, waktu perkuliahan, metode Responden Berdasarkan Usia
belajar, metode evaluasi dan sarana mahasiswa keperawatan STIKES dr.
maupun prasarana perkuliahan adalah Soebandi Jember
tuntutan dari pembelajaran menggunakan No Usia Jumlah Persentase
KBK. Hal ini menimbulkan stress (%)
akademik yang berdampak pada 1 18-20 tahun 94 71.2
pencapaian Indeks Prestasi. Stress 2 21-23 tahun 38 28.8
akademik yang dirasakan mahasiswa Jumlah 132 100
tidak sama satu dengan yang lain, terbagi Sumber : Data Sekunder 2015
menjadi tingkat stress akademik sangat
tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat
rendah.

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 220


Pengaruh Stressor Terhadap Stress Akademik..Akhmad Efrizal Amrullah, hal. 219 - 228
Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh hasil tidak berpengaruh secara signifikan
bahwa usia responden sebagian besar (nyata) terhadap stresss akademik.
adalah 18-20 tahun (71.2%). d. Pengaruh Variabel Dosen (X4)
b. Deskrispi responden berdasarkan terhadap Stresss Akademik (Z)
Jenis Kelamin Dari hasil analisis data diperoleh
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi nilai thitung = -.524 sedangkan signifikansi
Responden Berdasarkan Jenis = 0.601> = 0,05 dan df (n-k) = 121
Kelamin mahasiswa keperawatan diperoleh nilai ttabel = 1.97976 jadi thitung <
STIKES dr. Soebandi Jember ttabel sehingga Ha ditolak dan Ho diterima
No Jenis Jumlah Persentase berarti Dosen (X4) tidak berpengaruh
Kelamin (%) secara signifikan (nyata) terhadap stresss
1 Laki-laki 26 19.7 akademik (Z).
2 Perempuan 106 80.3 e. Pengaruh Variabel Beban Studi (X5)
Jumlah 132 100 terhadap Stresss Akademik (Z)
Sumber : Data Sekunder 2015 Dari hasil analisis data diperoleh
nilai thitung = -.267sedangkan signifikansi
Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh hasil = 0.790> = 0,05 dan df (n-k) = 121
bahwa sebagian besar responden berjenis diperoleh nilai ttabel = 1.97976 jadi thitung <
kelamin perempuan (80.3%). ttabel sehingga Ha ditolak dan Ho diterima
2. Data Khusus berarti Beban Studi (X5) tidak
UJI HIPOTESIS berpengaruh secara signifikan (nyata)
a. Pengaruh Variabel Kemampuan Diri terhadap stresss akademik.
(X1) terhadap Stresss Akademik (Z) f. Pengaruh Variabel Waktu Kuliah
Dari hasil analisis data diperoleh (X6) terhadap Stresss Akademik (Z)
nilai thitung = 2.260 sedangkan signifikansi Dari hasil analisis data diperoleh
= 0.026< = 0,05 dan df (n-k) = 121 nilai thitung = 1.151 sedangkan signifikansi
diperoleh nilai ttabel = 1.97976 jadi thitung > = 0.252 > = 0,05 dan df (n-k) = 121
ttabel sehingga Ho ditolak dan Ha diterima diperoleh nilai ttabel = 1.97976 jadi thitung <
berarti kemampuan diri(X1) berpengaruh ttabel sehingga Ha ditolak dan Ho diterima
secara signifikan (nyata) terhadap stresss berarti Waktu Kuliah (X6) tidak
akademik. berpengaruh secara signifikan (nyata)
b. Pengaruh Variabel Keuangan (X2) terhadap stresss akademik (Z).
terhadap Stresss Akademik (Z) g. Pengaruh Variabel Tugas Kuliah
Dari hasil analisis data diperoleh (X7) terhadap Stresss Akademik (Z)
nilai thitung = 1.492sedangkan signifikansi Dari hasil analisis data diperoleh
= 0.138> = 0,05 dan df (n-k) = 121 nilai thitung = 2.429 sedangkan signifikansi
diperoleh nilai ttabel = 1.97976 jadi thitung < = 0. 017< = 0,05 dan df (n-k) = 121
ttabel sehingga Ha ditolak dan Ho diterima diperoleh nilai ttabel = 1.97976 jadi thitung >
berarti Keuangan (X2) tidak berpengaruh ttabel sehingga Ho ditolak dan Ha diterima
secara signifikan (nyata) terhadap stresss berarti Tugas Kuliah (X7) berpengaruh
akademik. secara signifikan (nyata) terhadap stresss
c. Pengaruh Variabel Keamanan akademik (Z).
Kenyamanan (X3) terhadap Stresss h. Pengaruh Variabel Metode Belajar
Akademik (Z) (X8)terhadap Stresss Akademik (Z)
Dari hasil analisis data diperoleh Dari hasil analisis data diperoleh
nilai thitung = -1.304sedangkan signifikansi nilai thitung = 2.231 sedangkan signifikansi
= 0.195> = 0,05 dan df (n-k) = 121 = 0.028< = 0,05 dan df (n-k) = 121
diperoleh nilai ttabel = 1.97976 jadi thitung < diperoleh nilai ttabel = 1.97976 jadi thitung >
ttabel sehingga Ha ditolak dan Ho diterima ttabel sehingga Ho ditolak dan Ha diterima
berarti Keamanan Kenyamanan (X3) berarti Metode Belajar (X8) berpengaruh

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 221


Pengaruh Stressor Terhadap Stress Akademik..Akhmad Efrizal Amrullah, hal. 219 - 228
secara signifikan (nyata) terhadap stresss = 0.000< = 0,05 dan df (n-k) = 121
akademik (Z). diperoleh nilai ttabel = 1.97976 jadi thitung >
i. Pengaruh Variabel Metode Evaluasi ttabel sehingga Ho ditolak dan Ha diterima
(X9) terhadap Stresss Akademik (Z) berarti Sarana Prasarana (X10)
Dari hasil analisis data diperoleh berpengaruh secara signifikan (nyata)
nilai thitung = 2.470sedangkan signifikansi terhadap stresss akademik.
= 0.015< = 0,05 dan df (n-k) = 121 k. Pengaruh Variabel Stresss Akademik
diperoleh nilai ttabel = 1.97976 jadi thitung > (Z) terhadap Indeks Prestasi (Y)
ttabel sehingga Ho ditolak dan Ha diterima Dari hasil analisis data diperoleh
berarti Metode Evaluasi (X9 berpengaruh nilai thitung = 9.133 sedangkan signifikansi
secara signifikan (nyata) terhadap stresss = 0.000< = 0,05 dan df (n-k) = 130
akademik (Z). diperoleh nilai ttabel = 1.97838 jadi thitung >
j. Pengaruh Variabel Sarana Prasarana ttabel sehingga Ho ditolak dan Ha diterima
(X10) terhadap Stresss Akademik berarti Stresss Akademik (Z)
(Z) berpengaruh secara signifikan (nyata)
Dari hasil analisis data diperoleh terhadap Indeks Prestasi (IP).
nilai thitung = 4.095 sedangkan signifikansi

ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS)


Nilai koefisien jalur dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.7 Hasil Analisis Jalur
Pengujian Variabel B thitung Sig Keterangan
Kemampuan Diri (X1) 0.298 2.260 0.026 Signifikan
Keuangan (X2) 0.217 1.492 0.138 Tidak Signifikan
Aman dan Nyaman -0.229 - 0.195 Tidak Signifikan
(X3) 1.304
Dosen (X4) -0.101 -.524 0.601 Tidak Signifikan
Z Beban Studi (X5) -0.037 -.267 0.790 Tidak Signifikan
Waktu Kuliah (X6) 0.193 1.151 0.252 Tidak Signifikan
Tugas Kuliah (X7) 0.330 2.429 0.017 Signifikan
Metode Belajar (X8) 0.384 2.231 0.028 Signifikan
Metode Evaluasi (X9) 0.395 2.470 0.015 Signifikan
Sarana Prasarana (X10) 0.709 4.095 0.000 Signifikan
Stresss Akademik (Z) 1.119 9.13 0.000 Signifikan
Y
3
Sumber: Data primer diolah tahun 2015

Perhitungan Jalur pengaruh langsung sebesar 33% dan


Berdasarkan hasil perhitungan pengaruh tidak langsung sebesar 36.92%.
koefisien jalur pada lampiran, tampak Total pengaruh variabel Metode Belajar
bahwa total pengaruh variabel (X8) terhadap Stress Akademik (Z)
Kemampuan Diri (X1) terhadap Stress adalah sebesar 81.37% dengan rincian
Akademik (Z) adalah sebesar 63.15% pengaruh langsung sebesar 38.4% dan
dengan rincian pengaruh langsung pengaruh tidak langsung sebesar 42.97%.
sebesar 29.8% dan pengaruh tidak Total Pengaruh variabel Metode Evaluasi
langsung sebesar 33.35%. Total pengaruh (X9) terhadap Stress Akademik (Z)
variabel Dosen (X4) terhadap Stress adalah sebesar 83.7% dengan rincian
Akademik (Z) hanya memilik pengaruh pengaruh langsung sebesar 39.5% dan
tidak langsung adalah sebesar 146.5%. pengaruh tidak langsung sebesar 44.20%.
Total pengaruh variabel Tugas Kuliah Total pengaruh variabel Sarana Prasarana
(X7) terhadap Stress Akademik (Z) (X10) terhadap Stress Akademik (Z)
adalah sebesar 69.92% dengan rincian adalah sebesar 150.24% dengan rincian

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 222


Pengaruh Stressor Terhadap Stress Akademik..Akhmad Efrizal Amrullah, hal. 219 - 228
pengaruh langsung sebesar 70.9% dan menurunkan stress akademik yang
pengaruh tidak langsung sebesar 79.34%. dialami mahasiswa. Dengan demikian
Berdasarkan pada perhitungan di hipotesis keuangan berpengaruh terhadap
atas, variabel independen yang stress akademik ditolak.
mempunyai pengaruh paling kuat 3. Pengaruh keamanan kenyamanan
terhadap variabel stress akademik (Z) (X2) terhadap stress akademik (Z)
adalah variabel sarana dan prasarana Berdasarkan hasil pengujian
(X10) yaitu sebesar 70.9% secara didapatkan, variabel keamanan
langsung dan 150.24% secara tidak kenyamanan tidak berpengaruh
langsung. signifikan terhadap stress akademik.
Keamanan dan kenyamanan yang
PEMBAHASAN dirasakan mahasiswa tidak terlepas dari
1. Pengaruh kemampuan diri (X1) kondisi lingkungan pembelajaran. Pada
terhadap stress akademik (Z) mahasiswa keperawatan STIKES dr.
Berdasarkan hasil pengujian Soebandi pada awal perkuliahan
didapatkan, variabel kemampuan diri menyatakan faktor keamanan dan
berpengaruh signifikan terhadap stress kenyamanan kurang terpenuhi, hal ini
akademik. Kemampuan diri merupakan bisa dimengerti bahwa sebagai kampus
modal awal bagi seorang mahasiswa baru faktor keamanan dan kenyaman
sebelum mengikuti perkuliahan. menjadi masalah yang umum terjadi.
Kemampuan diri meliputi aspek fisik Seiring waktu, pembenahan banyak
dalam hal ini kesehatan dan aspek non dilakukan oleh pihak kampus termasuk
fisik yang meliputi pengetahuan, sikap penambahan fasilitas yang mendukung
dan prilaku yang dimiliki mahasiswa kenyamanan ketika menjalani
yaitu ketakutan akan ketidakmampuan, perkuliahan, perbaikan sistem kemananan
kelelahan dan menurunnya daya terhadap barang milik mahasiswa
konsentrasi tercermin pada mahasiswa sehingga bisa menekan tingkat stress
sewaktu mengikuti perkuliahan. Dengan akademik dan pada proses pembelajaran
demikian hipotesis kemampuan diri faktor keamanan dan kenyamanan
terhadap stress akademik diterima. belakangan bukan menjadi masalah yang
2. Pengaruh keuangan (X2) terhadap serius, meskipun ada beberapa
stress akademik (Z) mahasiswa yang masih mengeluhkan
Berdasarkan hasil pengujian tentang faktor keamanan dan
didapatkan, variabel keuangan tidak kenyamanan. Dengan demikian hipotesis
berpengaruh signifikan terhadap stress keamanan kenyamanan berpengaruh
akademik. Apabila mahasiswa terhadap stress akademik ditolak.
mengalami kesulitan keuangan, terutama 4. Pengaruh dosen (X4) terhadap
dalam hal membayar biaya kuliah maka stress akademik (Z)
akan berpotensi menyebabkan stress. Berdasarkan hasil pengujian,
Pada kenyataannya, apabila ada variabel dosen tidak berpengaruh secara
mahasiswa yang mengalami kesulitan signifikan terhadap stress akademik.
keuangan maka pihkan kampus Kemampuan interpersonal ini meliputi
mengeluarkan kebijakan dalam hal penguasaan terhadap materi perkuliahan
tenggang waktu pelunasan pembayaran yang diberikan, kemampuan
atau mahasiswa bisa mengikuti kegiatan memberikan perkuliahan dengan cara
akademik dengan catatan tentang yang baik dan professional,
kesanggupan melunasi biaya yang kemampuan menerapkan kurikulum yang
ditanggung. Pada akhirnya mahasiswa ditetapkan dan kemampuan
bisa mengikuti sebagian atau beberapa mengembangkan metode belajar yang
kegiatan akademik. Hal ini bisa relevan. Dengan demikian hipotesis

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 223


Pengaruh Stressor Terhadap Stress Akademik..Akhmad Efrizal Amrullah, hal. 219 - 228
dosen berpengaruh stress akademik atau hal-hal lain yang tidak mengarah
ditolak. kepada kegiatan akademik. Karena tidak
5. Pengaruh beban studi (X5) adanya pengaruh yang signifikan antara
terhadap stress akademik (Z) waktu kuliah dengan stress akademik
Berdasarkan hasil pengujian, maka hipotesis waktu kuliah berpengaruh
variabel beban studi tidak berpengaruh terhadap stress akademik ditolak.
secara signifikan terhadap stress 7. Pengaruh tugas kuliah (X7)
akademik. Dalam pembelajaran KBK terhadap stress akademik (Z)
yang menjadi hambatan adalah apabila Berdasarkan hasil pengujian
mahasiswa tidak mampu memenuhi didapatkan hasil bahwa variabel tugas
target beban SKS dalam semester kuliah berpengaruh sangat signifikan
tertentu, maka hal tersebut akan menjadi terhadap stress akademik. Hal ini
penghalang untuk mengambil jumlah dikarenakan banyaknya tugas yang
mata kuliah di semester berikutnya, diberikan oleh dosen akan sangat menyita
karena mahasiswa harus lulus dalam waktu mahasiswa untuk beristirahat
beban SKS yang dibebankan terlebih sehingga mahasiswa selalu terfokus
dahulu supaya bisa mengikuti semua untuk menyelesaikan tugas tepat waktu.
mata kuliah pada semester yang Tugas kuliah ini sangat diperlukan untuk
berikutnya. Akan tetapi pada mahasiswa menunjang nilai dari masing-masing
keperawatan STIKES dr. Soebandi mata kuliah yang bersangkutan shingga
Jember yang menerapkan sistem KBK semakin banyak tugas kuliah yang harus
apabila mahasiswa tidak lulus pada mata diselesaikan maka semakin tinggi stress
kuliah tertentu, maka bisa ditempuh akademik yang dialami. Dengan
dalam semester pendek atau mengulang demikian hipotesis tugas kuliah
pada tahun akademik beriktunya. Dari berpengaruh terhadap stress akademik
hasil kuesioner mayoritas mahasiswa diterima.
menyatakan beban studi yang ditempuh 8. Pengaruh metode belajar (X8)
banyak tetapi bisa dijalani semua, apabila terhadap stress akademik (Z)
terdapat mata kuliah yang tidak lulus atau Berdasarkan hasil pengujian
nilai kurang dari standar minimal maka didapatkan hasil bahwa variabel metode
mahasiswa cenderung mengikuti belajar berpengaruh signifikan terhadap
semester pendek, sehingga hal tersebut stress akademik. Penerapan metode
bisa mengurangi tingkat stress akademik. belajar yang kurang tepat akan
Dengan demikian hipotesis beban studi mengakibatkan kebingungan dalam
berpengaruh terhadap stress akademik proses perkuliahan sehingga mahasiswa
ditolak. tidak bisa mengerti dan memahami apa
6. Pengaruh waktu kuliah (X6) yang dipelajari. Sesuai dengan penerapan
terhadap stress akademik (Z) kurikulum, metode belajar dalam KBK
Berdasarkan hasil pengujian, menggunakan Student Centered Learning
variabel waktu kuliah tidak berpengaruh (SCL) yang menuntut mahasiswa harus
secara signifikan terhadap stress mampu menguasai kompetensi yang telah
akademik. Meskipun pada kuesioner ditetapkan sesuai metode pembelajaran
mahasiswa yang menyatakan yang dirasa paling sesuai (Dikti, 2008)
menghabiskan banyak waktu kuliah di dimana hal tersebut bisa meningkatkan
kampus tidak berarti mereka mengalami stress akademik. Dengan demikian
stress akademik. Hal tersebut bisa hipotesis metode belajar berpengaruh
dikarenakan mahasiswa menghabiskan terhadap stress akademik diterima.
waktu kuliah di kampus tidak dalam 9. Pengaruh metode evaluasi (X9)
proses pembelajaran atau cenderung terhadap stress akademik (Z)
menghabiskan waktu luang di kampus

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 224


Pengaruh Stressor Terhadap Stress Akademik..Akhmad Efrizal Amrullah, hal. 219 - 228
Berdasarkan hasil pengujian, merupakan suatu ukuran untuk menilai
variabel metode evaluasi berpengaruh keberhasilan mahasiswa di dalam
secara signifikan terhadap stress pembelajaran dan dihitung setiap
akademik. Peserta didik dalam evaluasi semester. Mahasiswa dengan tingkat
pada pembelajaran konsep KBK dinilai stressor yang rendah memiliki IP yang
berdasarkan proses dan hasil belajar baik tinggi dibandingkan mahasiswa dengan
kegiatan kurikulum, ko-kurikuler maupun tingkat stressor yang tinggi. Dengan
ekstra kurikuler. Secara umum metode demikian hipotesis stress akademik
evaluasi yang diterapkan ada tiga, yaitu: berpengaruh terhadap pencapaian IP
uji tulis, uji lisan/response, dan uji diterima.
praktik dimana masing-masing persiapan
menjelang evaluasi dan pelaksanaan KESIMPULAN
evaluasi dari suatu proses pembelajaran Berdasarkan analisa yang
juga menyebabkan stress akademik dilakukan pada penelitian ini, dapat
(Dobson, 1979, Kohn and Frazner, 1986). ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Dengan demikian hipotesis metode 1. Variabel kemampuan diri berpengaruh
evaluasi berpengaruh terhadap stress signifikan terhadap stress akademik
akademik ditolak. dan pencapaian IP.
10. Pengaruh sarana prasarana (X9) 2. Variabel tugas kuliah berpengaruh
terhadap stress akademik (Z) signifikan terhadap stress akademik
Berdasarkan hasil pengujian dan pencapaian IP.
didapatkan hasil bahwa variabel sarana 3. Variabel metode belajar berpengaruh
prasarana berpengaruh signifikan signifikan terhadap stress akademik
terhadap stress akademik. Hal ini bisa dan pencapaian IP.
dipahami, sebagai kampus baru 4. Variabel sarana prasarana berpengaruh
kelengkapan sarana prasarana sangat vital signifikan terhadap stress akademik
untuk menunjang proses perkuliahan. dan pencapaian IP.
Kelengkapan dan pengelolaan sarana
prasarana sangat diperlukan guna DAFTAR PUSTAKA
mendukung suksesnya pembelajaran Agolla, Joseph E.&Henry Ongori. 2009.
karena akan mempengaruhi intelektual An Assessment of Academic Stress
dan emosional peserta didik (Daryanto, Among UndergraduateStudents:
2013). Tidak adanya satu atau beberapa The Case of University of
sarana prasarana yang diperlukan maka Botswana. Educational Research
akan berdampak pada terjadinya stress and Review. Vol. 4 (2) pp. 063-070.
akademik karena mahasiswa tidak atau Bataineh, Marwean Zaid, 2013.
kurang mengerti dan memahami materi Academic Stress Amoung
perkuliahan yang disampaikan, sehingga Undergraduate Students: The
akan berakibat terjadinya stress Caseof Education Faculty at King
akademik. Dengan demikian hipotesis Saud University, Vol. 2, hal. 82-
sarana prasarana berpengaruh terhadap 87., diakses 15 April 2014
stress akademik diterima. (http://www.iijoe.org/journal)
11. Pengaruh stresss akademik (Z) Benson, Herbert. 1975. The Relaxation
terhadap IP (Y) Respon. New York: Morrow,
Berdasarkan hasil pengujian Harvard Medical School.
didapatkan hasil bahwa variabel stress Busari, A. O., 2012. Identifying
akademik berpengaruh signifikan Difference in Perceptions of
terhadap pencapaian IP. Evaluasi hasil Academic Stress and Reaction to
pembelajaran dinyatakan dalam IP Stressors Based on Gender among
(Indeks Prestasi). Indeks prestasi First Year University Students. Vol.

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 225


Pengaruh Stressor Terhadap Stress Akademik..Akhmad Efrizal Amrullah, hal. 219 - 228
2, No. 14. diakses 15 April 2014 98-112 diakses 15 April 2014
(http://www.ijhssnet.com/journals) (http://www.iijoe.org/journal)
Calaguas, Glenn M. 2011. College George James, M. and Others. 1987:
Academic Stress: Difference along Correlates of Dental Student Stress,
Gender Lines. Diambil pada Journal of Dental Education, 51(8),
tanggal 27 Februari 2015 dari pp. 481-485.
http://www.ifrnd.org Hanim, Nur Faridah. 2007. Kesan Stress
Cohen, S. (1980). After effects of stress Terhadap Pencapaian Akademik
on human performance and social dan Personaliti Pelajar Politeknik
behavior: A review of research and Universiti Tun Hussein Onn
theory.Psychological Bulletin, 88, Malaysia.
82108. (http://eprints.uthm.edu.my/822/1/2
Chen, Jie et al., 2013. The Impact os 4).
Academic Stress on Medical Hanina, et.al. 2010. Stress dan
Students Attending College in the Pencapaian Akademik Mahasiswa
Inner Mongolia Area of China. Pembangunan Manusia di
Vol. 3, No. 2, hal. 149-154 diakses Universiti Putra Malaysia. Jurnal
15 April 2014 (http://www.scrip- Personalia Pelajar Bil. 13/Juni
org/journal) 2010.
Daryanto & Tasrial, 2012. Konsep (http://www.ukm.my/personalia/wp
Pembelajaran Kreatif. Yogyakarta: - content/uploads/2015/06/4-
Gava Media. Hanina-H.pdf).
Desmita. (2011). Psikologi Ippolitive, F.V. 1980: Academic
Perkembangan Peserta Didik: Overloading of High School
Panduan bagi Orang Students, Voprosy Psikholigii, 2,
Tua dan Guru dalamMemahami P pp.160-165.
sikologi anak Usia SD, SMP, dan Jacobson, Edmund. 1978. You Must
SMA. Bandung: PT Remaja Relax: Practical Methods for
Rosdakarya. Reducing the Tensions of Modern
Direktorat Akademik, Direktorat Jenderal Living. New York: McGraw Hill.
Pendidikan Tinggi, 2008. Buku Kariv, D. & Heiman, T. 2005. Stressors,
Panduan Pengembangan stress and coping in dual-demand
Kurikulum Berbasis Kompetensi environments: the case of working
Pendidikan Tinggi. Jakarta back to schoolers. Journal of
Dobson, C.B. 1979: Sources of sixth form Adult and Continuing
stress, Journal of Adolescence, 3, Education, 11(10), 91-110.
pp.65-76. Mahfar, M., Zaini, F., Nordin, N. A.
Edmunds, G.J. 1984: Needs Assessment 2007. Analisis Faktor Penyebab
Strategy for Back students: An Stres di Kalangan Pelajar. Jurnal
examination of stressors and Kemanusiaan.bil.9, Jun 2007. hal
programme implications, Journal of 62-72.
non-white concerns in Personal and http://www.fppsm.utm.my/journal-
Guidance, 12 (2), pp.48-56. list/cat_view/13-jurnal-
Ekpenyong, Christopher E., 2013. kemanusiaan/24-bil-09-jun-
Associations Between Academic 2007.html. di akses tanggal
Streesors, Reaction to Stress, 14/02/2015 jam 08.00 WIB
Coping Strategies and Meichenbaum, Donald. (1977). Cognitive
Musculoskeletal Disorders Among Behavior Modification: An
College Students, Vol. 23 (2), hal. Integrative Approach. New York:
Plenum Press.

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 226


Pengaruh Stressor Terhadap Stress Akademik..Akhmad Efrizal Amrullah, hal. 219 - 228
Meichenbaum, D. & Cameron, R. 1983. Maret 2014 (http://ejournal-
Stress Inoculation Training: unlam.ac.id/article)
Toward A General Paradigm for Ramamalini, D. 1993: Academic Stress,
Training Coping Sklills. New York: Quality of Family Support And
Plenum Press. Intelligence In A Selected Group of
Nandamuri, Purnabhakar & Gowthami High School Girl Students,
Ch., 2011. Sources of Academic Unpublished Master Thesis, S.V.U.
Stress: A Study on Management Tirupati.
Students. Vol. 1, hal. 31-40 diakses Rao, Balaji, 2013. A Study of Academic
15 April 2014 Stress & Adjustment Styles of
(http://jmsnonolimpictimes.org/arti Teacher Trainees. Disertasi Doctor
cle) of Philosophy, Acharya Nagarjuna
Neil, Niven. 2002. Health Psychology University, India.
For Health Care Professional. New Ross, SE, Nielbling BC, Heckert TM.
York : Churchill Livingstone. 1999. Sources of Stress Among
Notoatmodjo Soekidjo (2003). Ilmu College Students. Daimbil pada
Kesehatan Masyarakat. Jakarta : tanggal 31 Maret 2015 dari
Rineka Cipta. http://web.ebscohost.com
Nugroho, Yohanes Anton. 2011. Its Saxena, P.C. 1978: Adjustment of over
Easy, Olah Data Dengan SPSS. and under achievers, Indian Journal
Yogyakarta: PT. Skripta Media of Psychometry and Education, 9,
Creative pp.25-33.
Pukar, K.R., Lamb, J.M. and Bartolovic, Sekaran, Uma. 2003. Research Methodes
M. 1993: Examining the common for Bussiness, A Skill Building
stressors and coping methods of Approach.Fourth Edition, John
rural adolescents, Nurses Willey & Sons, Inc.
Practitioner, 11, p.50. Shahmohammadi & Elias. 2011. Stres
Rahman M, Rahman A , Flora MS, et al. Akademik, (Online),
2013. Depression and Associated (http://konselingkita.com, diakses
Factors in Diabetic Patients 27 Februari 2015).
Attending an Urban Hospitals of Singh, Bhupinder Pal, 2011. Study and
Bangladesh. International Journal Analysis of Academic Stress of B.
of Collaborative Research on Ed. Students. Vol. 1, No. 2, hal.
Internal Medicine & Public 119-127 diakses 15 April 2014
Health; 3(1) : 65- 76. (http://www.ripublication.com/ijepa
Rafidah, K., Azizah, A., Norzaid, M. D., .htm)
Chong, S. C., Salwani, M. I. & Sobri, Ahmad, 2007.
Noraini, Strategi Belajar Mengajar. Jakarta.
I. 2009. The Impact of Perceived Ciputat Press.
Stress and Stress Factors on Tarmidi, 2010. Peranan Kurikulum
Academic Performance of Pre- Berbasis Kompetensi Terhadap
Diploma Science Students: A Pembentukan Softskill Mahasiswa.
Malaysian Universitas Sumatra Utara diakses
Study. International Journal of Sc 5 April 2014
ientific Research in Education, V (http://repository.usu.ac.id/bitstrea
ol. 2(1), 13-26. m)
Racmah, Dwi Nur, 2012. Hubungan Self Thomas, 1987: Adolescent Suicide: The
Efficacy, Coping Stress dan Clinical Manifestation of
Prestasi Akademik. Jurnal Ecopsy Alienation, High School Journal, 69
Vol. 1, No. 1 hal. 6-11 diakses 17 (1), pp.55-60.

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 227


Pengaruh Stressor Terhadap Stress Akademik..Akhmad Efrizal Amrullah, hal. 219 - 228
Villanova Peter and David Bownas.
1984. Dimensions Of College
Student Stress, Paper Presented At
A Conference Of South-Eastern
Psychological Association.
Wulandari, Lita Hadiati. 2011.
Gambaran Stres Di Bidang
Akademik Pada Pelajar Sindrom
Hurried Child Di Sekolah Candra
Kusuma. Diakses pada tanggal 12
April 2015 dari
http://repository.usu.ac.id
Yamane, Taro. 1973. Statistic an
Introductory Analysis. Third
Edition, Aoyama Gakuin
University.
Yumba, Wycliffe, 2008. Academic
Stress: A Case of the
Undergraduate Students.
Linkoping University. diakses 15
April 2014 (http://www.diva-
portal.org/smash/get)

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 228


Hubungan Motivasi Masyarakat Berobat............Nurul Aini, hal. 229 - 237

HUBUNGAN MOTIVASI MASYARAKAT BEROBAT DENGAN


PEMILIHAN TEMPAT PELAYANAN KESEHATAN DI DESA PACE
KECAMATAN SILO KABUPATEN JEMBER

Nurul Aini*, Said Mardijanto**, Firdha Novitasari***

*, **, *** Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES dr. Soebandi Jember

ABSTRAK

Pasien termotivasi dan percaya untuk berobat ke non nakes dikarenakan non nakes
dinilai mampu mengobati penyakit. Pengobatan non nakes A tahun 2012 mengalami
peningkatan sekitar 30% dari tahun 2012 jumlah kunjungan mencapai 80 pasien,
mencapai 104 pasien pada tahun 2013. Sedangkan pengobatan non nakes B tahun 2013
mengalami peningkatan sekitar 19% dari 90 pasien meningkat 107 pasien. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui hubungan motivasi masyarakat berobat dengan pemilihan
tempat pelayanan kesehatan.
Penelitian ini termasuk penelitian korelasi dengan populasi 960 KK. Teknik
pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling yaitu masyarakat yang
berobat ke tenaga non nakes sebanyak 96 KK. Variabel yang diukur adalah motivasi
masyarakat berobat dan pemilihan tempat pelayanan kesehatan.
Hasil penelitian menunjukkan motivasi masyarakat berobat dengan motivasi
sedang 68,8%, motivasi kuat 20,8%, motivasi lemah 10,4%. Sedangkan masyarakat
memilih tempat pelayanan non tenaga kesehatan 60,4% dan yang memilih tenaga
kesehatan 39,6%.
Dari hasil uji analisa data dengan menggunakan Spearman Rank didapatkan p-
value 0,000, pada taraf signifikan p (alpha) 0,05 sehingga Ho ditolak yang artinya
adanya hubungan motivasi masyarakat berobat dengan pemilihan tempat pelayanan
kesehatan di Desa Pace Kecamatan Silo Kabupaten Jember tahun 2014. Dimana KK
didapatkan 0,35 yang mempunyai hubungan moderat.
Saran yang diberikan adalah perlunya peningkatan kegiatan penyuluhan tentang
pengobatan medis dan prosedur pengurusan Jamkesmas oleh tenaga kesehatan guna
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Desa Pace.

Kata Kunci : Motivasi Masyarakat Berobat, Pemilihan Tempat Pelayanan


Kesehatan.

PENDAHULUAN Usaha-usaha perlindungan diri dan


Undang Undang Kesehatan Pasal penyembuhan penyakit sudah diupayakan
3 menyebutkan bahwa Pembangunan sejak dulu kala. Salah satu pengetahuan
kesehatan bertujuan untuk meningkatkan mendasar manusia dan masyarakat saat
kesadaran, kemauan, dan kemampuan itu mencegah dan menyembuhkan suatu
hidup sehat bagi setiap orang agar jenis penyakit secara tradisional yang
terwujud derajat kesehatan masyarakat berbeda jauh dengan konsep
yang setinggi-tingginya, sebagai investasi penyembuhan secara modern. Awalnya
bagi pembangunan sumber daya manusia pelayanan kesehatan sangat tergantung
yang produktif secara sosial dan dari pengalaman turun temurun kemudian
ekonomis (UU No. 36 tahun 2009 mengalami perkembangan dengan
tentang Kesehatan, 2010). melalui pembuktian ilmiah. Pelayanan
kesehatan yang berdasar pengalaman
JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 229
Hubungan Motivasi Masyarakat Berobat............Nurul Aini, hal. 229 - 237
turun temurun dikenal sebagai terbesar di Provinsi Jawa Timur
pengobatan tradisional, sedangkan walaupun tidak menempati urutan
pelayanan kesehatan yang melalui pertama dalam menggunakan obat
pembuktian ilmiah dikenal sebagai tradisional dan cara pengobatan
pengobatan formal atau konvensional tradisional dalam mengatasi masalah
(Soenardi, 2007). kesehatannya, juga mempunyai
Perilaku manusia untuk melakukan persentase pengguna obat tradisional
pencarian pengobatan mencakup tiga sebanyak 14% dan penggunaan obat
pertanyaan pokok, yaitu sumber tradisional untuk mendukung
pengobatan apa yang menurut kesehatannya sebanyak 5% (Supardi,
masyarakat dapat mengobati sakitnya, Pola Penggunaan Obat, Obat Tradisional,
kriteria apa yang dipakai untuk memilih dan Cara Tradisional dalam Pengobatan
salah satu dari beberapa sumber Sendiri di Indonesia, 2005).
pengobatan yang ada, dan bagaimana Motivasi dan kepercayaan pasien
prosesnya dalam memilih sumber untuk berobat non nakes dapat mengobati
pengobatan tersebut. Pada tahun 2008 penyakit kronis dan ketidakpercayaan
WHO (World Health Organization) pasien terhadap pengobatan konvensional
mencatat 68% penduduk dunia masih karena dianggap gagal dalam mengobati
menggunakan sistem pengobatan penyakitnya. Ketakutkan tindakan
tradisional untuk mendukung kesehatan operasi serta ketidakpuasan terhadap
mereka. Fakta tersebut menunjukkan pengobatan konvensional serta
bahwa pengobatan tradisional memiliki kepercayaan bahwa mengkonsumsi obat-
arti penting yaitu mendukung kehidupan obatan akan memberi dampak bagi organ
dan mempunyai potensi yang progresif tubuh juga memberi motivasi pasien
untuk dikembangkan (Saifudin A, 2011). berobat ke non nakes. Selain pengobatan
Walaupun pelayanan kesehatan non nakes lebih menguntungkan dari
modern di Indonesia telah berkembang, pengobatan konvensional juga tuntas,
masyarakat yang memanfaatkan murah dan alami hanya kerugian
pengobatan tradisional masih tetap tinggi. pengobatan non nakes menurut pasien
Hasil Susenas (2013) dari tahun 2009 obatnya tidak praktis, tidak enak serta
sampai dengan 2013 menunjukkan kebersihannya terjamin.
persentase penggunaan obat tradisional Ketentuan mengenai pengobatan
dalam pengobatan sendiri yaitu 15,59% tradisional ditetapkan dengan Keputusan
(2010), 30,24% (2011), 29,73% (2012), Menteri Kesehatan No. 1076 tahun 2003
65,01% (2013). Dari data tersebut terlihat tentang penyelenggaraan pengobatan
penurunan pada tahun 2012 dari 30, 24% tradisional. Hal ini bertujuan membina
menjadi 29, 73% tetapi terjadi kenaikan upaya pengobatan tradisional,
yang signifikan penggunaan obat memberikan perlindungan kepada
tradisional dalam pengobatan sendiri masyarakat dan menginventarisasi jumlah
pada tahun 2013 yaitu dari 29,73% % pengobat tradisional, jenis, dan cara
menjadi 65, 01%. Selain mahalnya pengobatannya. Semua pengobat
pengobatan modern adanya isu kembali tradisional yang menjalankan pekerjaan
ke alam (back to nature) memicu pengobatan tradisional wajib
penggunaan pengobatan tradisional mendaftarkan diri kepada Kepala Dinas
(Supardi, 2013). Kesehatan Kabupaten/Kota setempat
Penggunaan pengobatan tradisional untuk memperoleh Surat Terdaftar
di Indonesia menyebar di seluruh wilayah Pengobat Tradisional (STPT).
provinsi. Hasil Susenas tahun 2013 Berdasarkan studi pendahuluan
masyarakat yang menggunakan obat peneliti pada bulan Maret 2014 di dua
tradisional cara pengobatan tradisional tempat pengobatan non nakes dari data

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 230


Hubungan Motivasi Masyarakat Berobat............Nurul Aini, hal. 229 - 237
jumlah kunjungan di setiap tempat independen dan dependen hanya satu
pengobatan non nakes setiap tahunnya kali, pada satu saat. Dimana rancangan
cenderung mengalami peningkatan. Di penelitian ini digunakan untuk
tempat pengobatan non nakes A mendapatkan hubungan motivasi
menunjukkan tempat pengobatannya masyarakat berobat dengan pemilihan
mengalami peningkatan sekitar 30% tempat pelayanan kesehatan di Desa Pace
yaitu pada tahun 2012 jumlah kunjungan Kecamatan Silo Kabupaten Jember.
mencapai 80 pasien sedangkan pada Untuk mengumpulkan data
tahun 2013 mencapai 104 pasien. penelitian yang sesuai dengan tujuan
Sedangkan di tempat pengobatan non penelitian maka penelitian ini digunakan
nakes B menunjukkan bahwa di tahun alat pengumpul data berupa kuesioner.
2013 mengalami peningkatan sekitar
19% dari 90 pasien meningkat 107 HASIL PENELITIAN
pasien. Dari peningkatan jumlah Pada bab ini akan disajikan hasil
pengunjung tiap tahunnya tersebut dapat tentang penelitian mengenai hubungan
terlihat bahwa minat masyarakat terhadap motivasi masyarakat berobat dengan
pengobatan non nakes di Desa Pace pemilihan tempat pelayanan kesehatan di
Kecamatan Silo Kabupaten Jember Desa Pace Kecamatan Silo Kabupaten
mengalami peningkatan. Sedangkan dari Jember. Pada penelitian ini dilakukan
studi pendahuluan pada 20 orang dengan penyebaran kuisioner dengan kriteria
metode wawancara didapatkan bahwa Inklusi yang ada pada responden
faktor-faktor yang mempengaruhi sejumlah 96 orang kemudian dilakukan
seseorang dalam memilih pengobatan tabulasi data dengan menggunakan tabel
non nakes 12 orang (60%) dengan alasan distribusi. Sesuai dengan tujuan
sudah turun temurun, dekat dengan penelitian yang telah diuraikan pada bab
rumah, lebih murah. Sedangkan 8 orang sebelumnya, maka pada penelitian ini di
(40%) memilih nakes. Jumlah penduduk sajikan data umum yang meliputi umur,
di Desa Pace sejumlah 16.567 jiwa, pendidikan, pekerjaan. Data khususnya
pelayanan kesehatan hanya dilayani yaitu motivasi masyarakat berobat dan
pelayanan non nakes. Untuk pelayanan pemilihan tempat pelayanan kesehatan.
nakes masyarakat berobat ke wilayah Data Umum
kecamatan Silo. Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik
Berdasarkan data dan uraian dari Responden Berdasarkan Usia
latar belakang maka penulis ingin di Desa Pace Kecamatan Silo
mengetahui Hubungan motivasi Kabupaten Jember tahun 2014.
masyarakat berobat dengan pemilihan Usia Frekuensi %
tempat pelayanan kesehatan di Desa Pace 20-25 tahun 3 3,1%
26-30 tahun 28 29,2%
Kecamatan Silo Kabupaten Jember.
31-35 tahun 43 44,8%
36-45 tahun 22 22,9%
METODE PENELITIAN Total 96 100%
Desain penelitian yang digunakan Sumber : Data Primer 2014
adalah studi korelasi untuk mengkaji Dari tabel diatas menunjukkan
hubungan antara variabel. Peneliti dapat jumlah terbanyak responden berusia 30-
mencari, menjelaskan suatu hubungan, 35 tahun sejumlah 43 orang (44,8%),
memperkirakan, menguji berdasarkan sisanya usia 25-30 sejumlah 28 orang
teori yang ada. Pada penelitian ini (29,2%), usia 35-45 tahun sejumlah 22
menggunakan pendekatan dengan metode orang (22,9%), usia 20-25 tahun sejumlah
cross sectional dimana penelitian yang 3 orang (3,1%).
menekankan pada waktu Tabel 5.2 Distribusi Responden
pengukuran/observasi data variabel Berdasarkan Pendidikan di Desa Pace

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 231


Hubungan Motivasi Masyarakat Berobat............Nurul Aini, hal. 229 - 237
Kecamatan Silo Kabupaten Jember tahun Pace Kecamatan Silo
2014 Kabupaten Jember tahun 2014
Pendidikan Frekuensi % Pekerjaan Frekuensi %
SD 41 42,71% PNS 7 7,3%
SMP 26 27,08% Petani 30 31,3%
SMA 22 22,92% Wiraswasta 34 35,4%
PT 7 7,29% Buruh 25 26,0%
Total 96 100 Total 96 100
Sumber : Data Primer 2014 Sumber : Data Primer 2014
Dari tabel diatas menunjukkan Dari tabel diatas menunjukkan
jumlah terbanyak berpendidikan SD jumlah terbanyak pekerjaan responden
sejumlah 41 orang (42,71%), sisanya sebagai wiraswasta sejumlah 34 orang
SMP sejumlah 26 orang (27,08%), SMA (35,4%), sisanya petani sejumlah 30
sejumlah 22 orang (22,92%), PT orang (31,3%), Buruh sejumlah 25 orang
sejumlah 7 orang (7,29%). (26%), PNS sejumlah 7 orang (7,3%).

Tabel 5.3 Distribusi Responden


Berdasarkan Pekerjaan di Desa
Data Khusus
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Masyarakat Berobat di Desa Pace
Kecamatan Silo Kabupaten Jember tahun 2014

Motivasi Masyarakat
Frekuensi %
Berobat
Motivasi Lemah 10 10,4%
Motivasi Sedang 66 68,8%
Motivasi Kuat 20 20,8%
Total 96 100
Sumber : Data Primer 2014
Dari tabel diatas menunjukkan sebagian besar motivasi masyarakat berobat dengan
motivasi sedang sejumlah 66 orang (68,8%), sisanya motivasi kuat sejumlah 20 orang
(20,8%), motivasi lemah sejumlah 10 orang (10,4%).

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pemilihan Tempat Pelayanan Kesehatan di


Desa Pace Kecamatan Silo Kabupaten Jember tahun 2014
Pemilihan Tempat
Frekuensi %
Pelayanan Kesehatan
Non Pelayanan
58 60,4%
Kesehatan
Pelayanan Kesehatan 38 39,6%
Total 96 100
Sumber : Data Primer 2014
Dari tabel diatas menunjukkan sebagian besar masyarakat memilih tempat pelayanan
non pelayanan kesehatan sejumlah 58 orang (60,4%) dan yang memilih pelayanan
kesehatan sejumlah 38 orang (39,6%).

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Hubungan Motivasi Masyarakat Berobat Dengan Pemilihan
Tempat Pelayanan Kesehatan di Desa Pace Kecamatan Silo Kabupaten Jember
tahun 2014

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 232


Hubungan Motivasi Masyarakat Berobat............Nurul Aini, hal. 229 - 237
Pemilihan Tempat Palayanan Kesehatan
Motivasi
Non Pelayanan Pelayanan Total % P Value
Masyarakat Berobat % %
Kesehatan Kesehatan
Motivasi Lemah 8 80 2 20 10 100
Motivasi Sedang 45 68,2 21 31,8 66 100
0,000
Motivasi Kuat 5 25 15 75 20 100
Total 58 60,4 38 39,6 96 100
Sumber : Data Primer 2014

Berdasarkan tabel diatas berbuat/bertindak, motivasi menentukan


menunjukkan mayoritas motivasi lemah arah perbuatan yakni perwujudan suatu
lebih memilih tempat non pelayanan tujuan/cita-cita mencegah penyelewengan
kesehatan sejumlah 8 orang (80%) dan dari jalan yang harus ditempuh untuk
motivasi kuat 7 orang atau 75% lebih mencapai tujuan itu, motivasi menyeleksi
memilih pelayanan kesehatan. Pada perbuatan kita, artinya menentukan
motivasi sedang 45 orang atau 68,2% perbuatan-perbuatan mana yang harus
memilih non pelayanan kesehatan. dilakukan, yang serasi guna mencapai
Sedangkan 5 orang atau 25% adanya tujuan dengan menyampingkan perbuatan
motivasi kuat yang memilih non yang tidak bermanfaat, sedangkan untuk
pelayanan kesehatan. ciri motivasi berprestasi tinggi yaitu
Dari hasil uji data dengan melakukan sesuatu dengan sebaik-
menggunakan analisis Spearman Rank baiknya, melakukan sesuatu dengan
(Rho) didapatkan p-value 0,000, pada sukses, ingin lebih dari orang lain,
taraf signifikan p (alpha) 0,05 sehingga menyelesaikan sesuatu yang sukar
Hipotesa nol (Ho) ditolak dan Hipotesis (Hamalik, 2007).
alternatif (Ha) diterima. Hal ini berarti Berdasarkan hasil penelitian,
adanya hubungan motivasi masyarakat peneliti berasumsi bahwa masyarakat di
berobat dengan pemilihan tempat Desa Pace Kecamatan Silo masih
pelayanan kesehatan di Desa Pace menggunakan tenaga non medis, hal ini
Kecamatan Silo Kabupaten Jember tahun dikarenakan budaya masyarakat Desa
2014. Dimana KK didapatkan 0,35 yang Pace mengannggap pengobatan secara
mempunyai hubungan moderat. tradisional mampu mengatasi penyakit
yang diderita. Selain masyarakat masih
PEMBAHASAN terkendala biaya pengobatan medis yang
Identifikasi motivasi masyarakat terlalu tinggi meskipun masyarakat
berobat di Desa Pace Kecamatan Silo mendapat Jamkesmas. Penggunaan
Kabupaten Jember. Jamkesmas pada masyarakat Desa Pace
Dari hasil penelitian menunjukkan kurang efektif dikarenakan masyarakat
sebagian besar motivasi masyarakat masih kurang tahu prosedur
berobat dengan motivasi sedang sejumlah penggunaanya. Sedangkan masyarakat
66 orang (68,8%), sisanya motivasi kuat yang berobat ke medis jika kondisi
sejumlah 20 orang (20,8%), motivasi penyakit yang kronis. Masyarakat
lemah sejumlah 10 orang (10,4%). beranggapan bahwa berapapun tarif yang
Motivasi adalah kebutuhan yang digunakan untuk berobat ke tenaga non
mendorong perbuatan ke arah suatu medis lebih murah di banding ke tenaga
tujuan tertentu (Notoatmodjo, 2003). medis.
Motivasi adalah perubahan energi dalam Dari data-data umum yang telah
diri (pribadi) seseorang yang ditandai disajikan sebelumnya tampak bahwa
dengan timbulnya perasaan dan reaksi lebih separuh dari responden jumlah
untuk mencapai tujuan. Motivasi itu terbanyak berusia 31-35 tahun sebanyak
mendorong manusia untuk 44,8%, hal ini yang menyebabkan sulit

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 233


Hubungan Motivasi Masyarakat Berobat............Nurul Aini, hal. 229 - 237
untuk dilakukan modifikasi mengenai mempengaruhi tingkah laku seseorang
penemuan-penemuan terbaru karena agar ia tergerak hatinya untuk bertindak
semakin dewasa seseorang maka melakukan sesuatu sebagai mencapai
kepercayaan akan pengetahuan yang hasil atau tujuan tertentu. Dan hasil
dianutnya juga akan semakin kuat, penelitian menunjukkan bahwa
misalnya kepercayaan mengenai masyarakat memiliki motivasi sedang
pengobatan secara tradisional mampu tentang pengobatan non medis. Hal ini
mengatasi penyakit yang diderita. menggambarkan bahwa sebagian besar
Menurut Notoatmodjo (2010) usia responden telah mempunyai keinginan
seseorang akan terasa semakin susah bagi yang positif dan mempunyai harapan
tenaga kesehatan untuk mensosialisasikan yang tinggi, namun keyakinan untuk
program berobat ketenaga medis, jika mencapai tujuan masih rendah.
yang mereka hadapi adalah orang-orang Faktor lain yang juga
yang usianya tidak muda lagi. Mereka mempengaruhi motivasi masyarakat
akan lebih memegang teguh apa yang adalah faktor pekerjaan. Sebagain besar
mereka pahami dan yakini daripada masyarakat Desa Pace Kecamatan Silo
informasi-informasi terbaru yang mereka Kabupaten Jember adalah masyarakat
terima, apalagi yang menyampaikan yang bekerja dan tidak menganggur,
adalah seseorang yang lebih muda dari dengan demikian warga masyarakat
mereka. Motivasi masyarakat Desa Pace mendapatkan penghasilan untuk
dalam berobat juga dipengaruhi oleh memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini
beberapa faktor diantaranya, pendidikan, ditunjang oleh data penelitian yang
pekerjaan seseorang. menunjukkan dari 96 responden 34
Faktor pendidikan, pendidikan juga responden (53,4%) adalah bekerja di
mempunyai pengaruh penting terhadap sektor wiraswasta, petani sejumlah 30
rendahnya motivasi seseorang tentang orang (31,3%), buruh sejumlah 25 orang
pengobatan medis. Dari data umum (26%), PNS sejumlah 7 orang (7,3%).
didapatkan bahwa responden terbesar Motivasi pada responden yang bekerja
mempunyai pendidikan SD 42,71%, cenderung lebih baik, hal ini disebabkan
sehingga masyarakat Desa Pace kurang karena responden yang bekerja memiliki
tahu akan pengobatan medis yang mereka akses yang lebih baik terhadap berbagai
anggap rumit dalam pengobatan. Hal ini informasi termasuk mendapatkan
sesuai dengan pendapat Notoatmodjo informasi tentang pelayanan kesehatan.
(2003) yang mengatakan bahwa dalam Responden yang bekerja mempunyai
pendidikan terhadap proses lingkungan yang lebih luas sehingga
pembelajaran, semakin tinggi pendidikan informasi yang didapatpun lebih banyak
seseorang semakin banyak pula dibandingkan dengan responden yang
pengetahuan seseorang. Bila seseorang tidak bekerja. Apabila informasi dari
mempunyai pengetahuan yang baik lingkungannya kurang maka
mengenai pengobatan medis maka pengetahuannyapun kurang, apalagi bila
motivasi mereka untuk melakukan responden tersebut tidak aktif dalam
pengobatan medis juga semakin baik. mengikuti berbagai kegiatan kesehatan
Faktor pekerjaan, Menurut maka informasi yang diterimanya akan
Nursalam dan Siti Pariani (2003) bekerja lebih sedikit.
merupakan suatu kegiatan yang menyita
waktu. Hal ini ada kesesuai dengan data Identifikasi pemilihan tempat
umum dalam hasil penelitian ini yaitu pelayanan kesehatan di Desa Pace
sebagian besar ibu rumah tangga 47%. Kecamatan Silo Kabupaten Jember.
Secara umum dapat dikatakan bahwa Berdasarkan hasil penelitian
tujuan motivasi adalah untuk menunjukkan sebagian besar masyarakat

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 234


Hubungan Motivasi Masyarakat Berobat............Nurul Aini, hal. 229 - 237
memilih tempat pelayanan non pelayanan Upaya yang sudah dilakukan antara
kesehatan sejumlah 58 orang (60,4%) dan lain dengan memakai cara dan metode
yang memilih pelayanan kesehatan yang tepat untuk memberikan informasi
sejumlah 38 orang (39,6%). Menurut mengenai pelayanan kesehatan yang
(Notoatmodjo, 2010), perilaku adalah harus disesuaikan dengan karakteristik
tindakan atau perbuatan yang dapat pendidikan masyarakat. Seperti
diamati dan bahkan pula dapat dipelajari. memberikan penyuluhan dengan
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah menggunakan bahasa adat dan istilah
respon seseorang (organisme) terhadap istilah yang mudah diingat serta contoh
stimulus yang berkaitan dengan sakit contoh yang menarik. Juga harus
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, dihindari untuk menggunakan istilah
makanan dan lingkungan. Respon atau medis yang berlebihan sehingga mudah
reaksi manusia, baik yang bersifat pasif diterima, diingat, dan tidak memusingkan
ataupun aktif. Sedangkan stimulus atau untuk dimengerti.
rangsangan terdiri dari empat unsur
pokok, yaitu sakit dan penyakit, sistem Analisis hubungan motivasi
pelayanan kesehatan, makanan dan masyarakat berobat dengan pemilihan
lingkungan. tempat pelayanan kesehatan di Desa
Berdasarkan hasil penelitian, Pace Kecamatan Silo Kabupaten
peneliti beropini bawah masyarakat Desa Jember.
Pace sebagian besar memilih non Dari hasil uji data dengan
pelayanan kesehatan. Hal ini menggunakan analisis Spearman Rank
menunjukkan bahwa pengaruh (Rho) didapatkan p-value 0,00, pada taraf
pendidikan masyarakat cukup besar bagi signifikan p (alpha) 0,05 sehingga
rendahnya pemilihan pelayanan Hipotesa nol (Ho) ditolak dan Hipotesis
kesehatan, karena semakin rendah tingkat alternatif (Ha) diterima. Hal ini berarti
pendidikan seseorang maka semakin sulit adanya hubungan motivasi masyarakat
bagi seseorang untuk menerima informasi berobat dengan pemilihan tempat
tentang pemilihan pelayanan yang ada. pelayanan kesehatan di Desa Pace
Hal tersebut terbukti dari hasil penelitian Kecamatan Silo Kabupaten Jember tahun
sebagian besar tingkat pendidikan SD 2014. Dimana KK didapatkan 0,35 yang
sejumlah 42,7%. Dalam teori dikatakan mempunyai hubungan moderat
semakin tinggi tingkat pendidikan Peneliti beramsumsi bahwa salah
seseorang maka semakin mudah satu hal yang mempengaruhi motivasi
menerima informasi sehingga semakin masyarakat berobat dalam memilih
banyak pula pengetahuan yang dimiliki. tempat pelayanan kesehatan dikarenakan
Sebaliknya pendidikan yang kurang akan motivasi yang postif tentang pelayanan
menghambat perkembangan sikap kesehatan. Motivasi masyarakat
seseorang terhadap nilai yang baru memegang peranan penting dalam
diperkenalkan (Notoatmodjo, 2010). melakukan pemilihan tempat pelayanan
Tingkat pendidikan rendah akan kesehatan apabila terjadi sesuatu terhadap
mempengaruhi pengetahuan, terutama anggota keluarga ataupun dirinya bila
pengetahuan tentang pemilihan tempat sakit. Selain itu masyarakat di Desa Pace
pelayanan kesehatan. Pada responden masih ada yang menggunakan cara
yang berpendidikan rendah, adanya ilmu pengobatan tradisional bila mengalami
baru mereka kurang bisa menerima suatu penyakit (sakit), langkah pertama
informasi atau kurang mengikuti sebelum yang mereka lakukan adalah mengobati
mereka mengetahui adanya bukti bahwa sendiri dengan membeli obat di warung.
pemeriksaan ada manfaatnya. Bila penyakit mereka parah baru
kemudian memanfaatkan pelayanan

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 235


Hubungan Motivasi Masyarakat Berobat............Nurul Aini, hal. 229 - 237
kesehatan Puskesmas. Adapun alasan Dimana KK didapatkan 0,35 yang
masyarakat yang memilih pengobatan mempunyai hubungan moderat yang
sendiri adalah bedasarkan informasi yang artinya pemilihan tempat pelayanan
diperoleh dari pengobatan yang kesehatan di pengaruhi oleh motivasi
dilakukan oleh keluarga, dalam hal ini masyarakat berobat sebesar 32% .
keluarga sebelumnya juga menderita
penyakit yang sama, sehingga keluarga SARAN
tersebut menganjurkankan untuk 1. Bagi Masyarakat
mencobanya. Alasan lain memilih Penelitian ini dapat memberi
pengobatan sendiri karena pengalaman informasi pada masyarakat tentang
dan informasi dari tetangga. Masyarakat pentingnya memilih sarana
Desa Pace sebagian besar bersuku pengobatan atau upaya dalam
Madura, jadi sifat masyarakat disana memberikan pengobatan dan
Homogen dimana saling mempercayai masyarakat termotivasi untuk lebih
antara kerabat-kerabat atau keluarga memperhatikan manfaat dan
dekat, baik itu istri, orang tua, tetangga keuntungan dan mau mendatangi
dan saudara-saudara lainnya. Hal tersebut pelayanan kesehatan untuk
mempengaruhi bagaimana mereka mendapatkan informasi yang jelas
menentukan pengobatan seperti apa yang dan mau melakukan berobat.
mereka pilih. 2. Bagi Dinas Kesehatan
Untuk itu dalam upaya Peran petugas kesehatan dalam
mensukseskan program-program yang memotivasi masyarakat untuk
terkait dengan masalah kesehatan dan memanfaatkan pelayanan kesehatan,
sosial hendaknya memberikan dalam pencarian pengobatan
penyuluhan dan informasi yang baik informan cenderung mengatakan
kepada masyarakat akan pentingnya bahwa peran petugas kesehatan
peran serta masyarakat dalam kegiatan adalah dengan menganjurkan ke
kemasyarakat, baik kegiatan sosial Puskesmas, bila tidak ada perubahan
budaya, dan keagamaan. Berdasarkan dari pengobatan yang diberikan.
hasil penelitian dan uraian di atas maka 3. Bagi Penelitian Selanjutnya
dapat penulis simpulkan bahwa peran Penelitian ini dapat menambah
serta masyarakat secara aktif dalam wawasan ilmu pengetahuan
proses dan tahapan, pelaksanaan dan kesehatan sebagai referensi
pengawasan serta implementasi dari kepustakaan untuk penelitian lebih
suatu program secara optimal akan lanjut dalam mengembangkan ilmu
mensukseskan setiap program yang keperawatan.
direncanakan.
DAFTAR PUSTAKA
KESIMPULAN
1. Didapatkan hasil penelitian sebagian . UU RI No. 36 tahun 2009 tentang
besar motivasi masyarakat sedang Kesehatan, Indonesia Legal Center
berobat sejumlah 68,8%. Publishing, Environmental 2010
2. Didapatkan hasil penelitian sebagian Depkes. (2011). Profil Kesehatan
besar memilih non nakes sejumlah Indonesia 2011. Jakarta:
60,4%. Departemen Kesehatan Republik
3. Dapat diketahui bahwa adanya Indonesia.
hubungan motivasi masyarakat Depkes. (2003). Standar Pelayanan
berobat dengan pemilihan tempat Minimal Bidang Kesehatan Di
pelayanan kesehatan di Desa Pace Kabupaten/Kota . Jakarta :
Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Departemen Kesehatan RI.

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 236


Hubungan Motivasi Masyarakat Berobat............Nurul Aini, hal. 229 - 237
Hamalik, U. (2007). Metode Belajar dan
Kesulitan - Kesulitan Belajar.
Bandung: Tansito.
Hamzah, B. U. (2006). Teori Motivasi
dan Pengukurannya. Jakarta: Bumu
Aksara.
Notoatmodjo. (2010). Metodologi
penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Notoatmodjo. (2003). Pendidikan dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Nursalam. (2008). Konsep & Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Saifudin A, R. V. (2011). Standardisasi
Bahan Obat Alam. Yogyakarta:
Graha Media.
Soenardi. (2007). Bentuk-Bentuk
Pengobatan Tradisional di daerah
Jawa Tengah. Dalam Lokakarya
tentang Penelitian Praktek
Pengobatan Tradisional.
Sugiyono. (2009). Statistik Non
Parametrik. Jakarta: CV. Alfabeta.
Supardi. (2005). Pola Penggunaan Obat,
Obat Tradisional, dan Cara
Tradisional dalam Pengobatan
Sendiri di Indonesia. Buletin
Penelitian Kesehatan Volume 33
No.4-2005 halaman 192-198.
Supardi. (2013). Penggunaan Obat
Tradisional dalam Upaya
Pengobatan Sendiri di Indonesia
(Analisis Data Susenas Tahun
2007). Buletin Penelitian
Kesehatan, Vol. 38, No. 2, 2010:
8089.

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 237


Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi........Tri Farisa Bheli Putra A., hal. 238 - 244

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN


TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA
DI PSLU BONDOWOSO

Tri Farisa Bheli Putra Ahmadiyanto*, Lulut Sasmito**, Khofi Hadidi***

*, *** Progam Studi Ilmu Keperawatan Stikes dr. Soebandi Jember


**Poltekkes Kemenkes Malang

ABSTRAK

Depresi adalah kesedihan dan kekhawatiran dalam waktu yang cukup lama yang
disertai oleh perasaan tidak berharga. Penyebab depresi yaitu kurangnya penguat positif
khususnya pada Lanjut usia yang kurang mendapat dukungan dari keluarganya sering
dihubungkan dengan sindroma depresi. Penelitian ini untuk mengetahui hubungan
dukungan keluarga dengan tingkat depresi pada lansia di UPT PSLU Bondowoso. Jenis
penelitian korelasional dengan rancangan obsevasional. Sampel penelitian sebanyak 46
lansia menggunakan teknik simpe random sampling dengan maching usia: 1) 60-64; 2) 65-
69; 3) 70-74; 4) 75-79; 5) 80-84; 6) 85-89, Dengan kriteria inklusi bersedia menjadi
responden dan dapat diukur dukungan keluarga dan tingkat depresinya. Analisis
menggunakan Spearman-rank corellation dengan tingkat kemaknaan <0,05.
Hasil penelitian dukungan keluarga lansia di UPT PSLU Bondowoso periode Mei-
Juni 2014 adalah sebagian besar dukungan keluarga baik sebanyak (10,9%) dan dukungan
keluarga sedang sebanyak (80,5%), dan dukungan keluarga kurang sebanyak (8,7%).
Sebagian besar depresi ringan sebanyak (54,3%), dan sebagian kecil tidak depresi
sebanyak (8,7%) dan depresi sedang sebanyak (37,0%) dan tidak ada depresi berat. Hasil
uji Spearman-rank corellation terdapat hubungan signifikan hubungan dukungan keluarga
dengan tingkat depresi pada lansia di PSLU Bondowoso, dengan nilai 0,000 (p<0,05).
Saran untuk keluarga harus memberikan dukungan yang penuh pada lansia yang ada di
keluarga tersebut supaya memberikan ruang lingkup untuk bersosialisasi.

Kata kunci : dukungan keluarga, tingkat depresi

Latar Belakang
Depresi adalah kesedihan dan dipelajari, berfikir negatif, regulasi diri
kekhawatiran dalam waktu yang cukup yang tidak adekuat, dan dukungan
lama yang disertai oleh perasaan tidak keluarga (Saam dan Wahyuni 2013).
berharga. Jadi depresi lebih di dominasi Salah satunya dengan menggunakan
oleh perasaanperasaan yang tidak komunikasi untuk meningkatkan harga
mengenakkan dan intensitasnya cukup diri dan promosi terhadap kontrol diri
kuat serta berlangsung lama (Grasha dan melalui dukungan sosial terutama dari
Kirchenbaum 1980 dalam Saam dan keluarga sebagai orang-orang terdekat
Wahyuni 2013). Depresi adalah suatu (Potter& Parry, 2005). Lanjut usia yang
perasaan sedih dan pesimis yang kurang mendapat dukungan dari
berhubungan dengan penderitaan, dapat keluarganya sering dihubungkan dengan
berupa serangan yang ditujukan pada diri sindroma depresi. Hal ini didukung oleh
sendiri atau perasaan marah yang dalam penelitian dari Pattern, (2006) tentang
(Nugroho, 2011). hubungan dukungan keluarga dengan
Penyebab depresi yaitu kurangnya tingkat depresi pada lansia di PSLU
penguat positif, tidak berdayaan yang Bondowoso, menyebutkan bahwa apabila
JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 238
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi........Tri Farisa Bheli Putra A., hal. 238 - 244
seorang lanjut usia yang tidak Hasil wawancara didapatkan penyebab
mempunyai seseorang untuk depresi lansia adalah merasa diabaikan
menceritakan masalah atau perasaan keluarga atau kurangnya dukungan
pribadinya, juga tidak mempunyai keluarga. Oleh karena itu peneliti tertarik
seseorang untuk dimintai pertolongan untuk melakukan penelitian dengan judul
dalam kondisi kritis, tidak ada seseorang Hubungan Dukungan Keluarga dengan
untuk dimintai nasehat dalam mengambil Tingkat Depresi pada Lansia di PSLU
keputusan penting, dan tidak ada Bondowoso.
seseorang dalam hidup mereka yang
membuat mereka merasa dicintai dan METODE PENELITIAN
diperhatikan ternyata lebih mudah Penelitian ini merupakan
menderita depresi. penelitian kuantitatif, jenis penelitian ini
Menurut penelitian yang adalah korelatif, yaitu menghubungkan
dilakukan oleh Miller(2004) antara variabel bebas (dukungan
menyebutkan bahwa dukungan keluarga keluarga) dengan variabel terikat
mempengaruhi kemampuan lansia untuk (depresi) pada lansia. Sedangkan
mencegah terjadinya stres dan depresi pendekatan atau rancangan dalam
dalam kehidupannya, dan meningkatkan penelitian ini adalah cross sectional yaitu
kemampuan fungsional, diantaranya rancangan penelitian dengan melakukan
kemampuan kognitif. Dukungan keluarga pengukuran atau pengamatan pada saat
sangat dibutuhkan para lanjut usia dalam yang bersamaan (sekali waktu)
menyesuaikan diri menghadapi (Arikuntoro, 2006)
stresorpsikososial terutama stresor yang Instrumen dalam penelitian ini
berhubungan dengan kehilangan. menggunakan IDB yang diadopsi dan
Tetapi dalam kenyataannya, dikembangkan dari beck AT, Beck RW :
banyak juga lansia yang lebih memilih screning depresed patients in family
untuk tinggal sendiri. Lansia memilih practice (1972). IDB merupakan alat
untuk tinggal sendiri karena privasi akan pengukur status mental yang efektif
lebih terjaga sehingga bebas melakukan digunakan untuk membedakan jenis
apapun daripada harus tinggal bersama depresi yang mempengaruhi suasana hati.
keluarga (Gonyea, 2010). Penyebab lain Berisikan 21 karakteristik yaitu : alam
kesulitan dalam mengenal depresi pada perasan, pesimisme, rasa kegagalan,
lansia adalah baik lansia maupun keputusaan, rasa bersalah, rasa terhukum,
keluarga sering tidak memperdulikan kekecewaan terhadap seseorang,
gejala-gejala depresif. Menurut penelitian kekerasan terhadap diri sendiri, keinginan
yang dilakukan oleh Hoyer & Roodin menghukum diri sendiri, keingian untuk
(2004), menyebutkan bahwa mereka menangis, mudah tersinggung, menarik
menganggap bahwa gejala-gejala tersebut diri, ketidak mampuan membuat
normal bagi orang yang telah mencapai keputusan, gambaran tubuh, gangguan
usia tua. Lansia sendiri sering gagal tidur, kelelahan, gangguan selera makan,
mengenali depresi yang terjadi pada kehilangan berat badan, IDB berisikan
dirinya. tentang 13 gejala dan sikap yang
Dari hasil studi pendahuluan yang berhubungan dengan depresi.
dilakukan oleh penulis di PSLU Analisa data dalam penilitian ini Peneliti
Bondowoso dengan jumlah lansia 90 ini menggunakan uji Spearman Rank
orang di dapatkan lansia yang mengalami Korelasi karena sakla ukur data ordinal
depresi sebanyak 30 orang lansia. Dua dan ordinal yang memiliki dua sampel
Puluh diantaranya tidak memiliki yang independen.
keluarga sedangkan 10 orang lansia yang
mengalami depresi memiliki keluarga.

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 239


Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi........Tri Farisa Bheli Putra A., hal. 238 - 244
HASIL PENELITIAN
Data Umum
1. Usia
Tabel 5.1 Destribusi Frekuensi Lansia berdasarkan Usia di UPT PSLU
Bondowoso Bulan Mei-Juni 2014.
No Usia (tahun) Frekuensi (orang) peresentase (%)
1 60-64 11 23,91
2 65-69 10 21,73
3 70-74 10 24-32
4 75-79 10 13,51
5 80-84 3 4,05
6 85-89 2 2,70
Total 46 100

Tabel 5.1 menunjukan bahwa usia lansia yang berada dalam rentan 60-64
sebanyak 11 orang (28,38%). Dan 85-89 sebanyak 2 orang (2,7%).

1. Jenis Kelamin
Tabel 5.2 Destribusi Frekuensi Lansia berdasarkan Jenis Kelamin di UPT
PSLU Bondowoso Bulan Mei-Juni 2014.
No Jenis Kelamin Frekuensi (orang) Persentase(%)
1 Laki-laki 25 54,3
2 Perempuan 21 45,7
Total 46 100

Tabel 5.2 menunjukkan lansia berjenis kelamin laki-laki sebanyak 25 orang


(54,3%), dan perempuan sebanyak 21 orang (45,7%).

2. Tingkat Pendidikan
Tabel 5.3 Destribusi Frekuensi Lansia berdasarkan Tingkat pendidikan di UPT
PSLU Bondowoso Bulan Mei-Juni 2014.
No Tingkat Pendidikan Frekuensi (orang) Persentase (%)
1 Tidak Sekolah 42 91,3
2 Sekolah 4 8,7
Total 46 100

Tabel 5.3 menunjukkan lansia tidak bersekolah sebanyak 42 orang (91,3,%),


dan bersekolah sebanyak 4 orang (8,7%).

3. Status Perkawinan
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Lansia berdasarkan Status Perkawinan di UPT
PSLU Bondowoso Bulan Mei-Juni 2014.
No Status Perkawinan Frekuensi (orang) Persentase (%)
1 Janda 21 45,7
2 Duda 25 54,3
Total 46 100

Tabel 5.4 menunjukkan lansia yang janda sebanyak 21 orang (45,7%) dan duda
sebanyak 25 orang (54,3%).

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 240


Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi........Tri Farisa Bheli Putra A., hal. 238 - 244
4. Status Fungsional
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Lansia berdasarkan Status Fungsional di UPT
PSLU Bondowoso Bulan Mei-Juni 2014.
No Status Fungsional Frekuensi (orang) Persentase (%)
1 Memiliki 46 100

Tabel 5.5 menunjukkan lansia memiliki sebanyak 46 orang (100%).

A. DATA KHUSUS
1. Identifikasi Dukungan Keluarga
Tabel 5.6 Distrubusi Frekuensi Dukungan Keluarga di UPTPSLU Bondowoso
Bulan Mei-Juni 2014.
Dukungan Keluarga Frekuensi (orang) Persentase (%)
Kurang 4 8,7
Sedang 37 80,4
Baik 5 10,9
Total 74 100

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa lansia sebagian besar memiliki dukungan


keluarga sedang sebanyak 37 orang (80,4%), dan sebagian kecil kurang
sebanyak 4 orang (8,7%).

2. Identifikasi Tingkat Depresi Lansia


Tabel 5.7 Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan Tingkat Depresi Lansiadi
UPT
PSLU Bondowoso Bulan Mei-Juni 2014.
Tingkat Depresi Lansia Frekuensi (orang) Persentase (%)
Tidak Depresi 4 8,7
Ringan 25 54,3
Sedang 17 37,0
Berat 0 0
Total 46 100

Tabel 5.7 menunjukan bahwa lansia sebagian besar depresi ringan sebanyak 25
orang (54,3%), dan tidak ada depresi berat.

3. Analisis Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Depresi pada Lansia di


UPT PSLU Bondowoso Bulan Mei-Juni 2014.
Tabel 5.8 Hasil Uji Statistik Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat
Depresi pada Lansia di UPT PSLU Bondowoso

Correlations
DUKUNGAN
TINGKAT
KELUARGA DEPRESI
Correlation Coefficient 1.000 -.621**
Dukungan keluarga Sig. (2-tailed) . .000
Spearman's rho N 46 46
Correlation Coefficient -.621**
1.000Tingkat Depresi Sig. (2-tailed)
.000 .
N 46 46

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 241


Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi........Tri Farisa Bheli Putra A., hal. 238 - 244
Pada penelitian ini di dapatkan seperti respiring, dan penyakit dimana
nilai dari uji Spearman-rank Corellation konsentrasi dopamine menurun seperti
yaitu 0,000 (p<0,05). Pengambilan parkinson disertai gejala depresi
keputusan dilakukan dengan tingkat (Kaplan,2010). Sehubungan dengan nilai
kemaknaan (=0,05), maka Ho ditolak, tingkat depresi didapatkan lebih dari
artinya terdapat hubungan yang 90% mengalami depresi, sehingga
signifikan sebesar -,621 (-,621 atau peneliti dapat menarik simpulan bahwa
sebesar 62,1%), artinya semakin baik lansia pada umumnya memang
dukungan keluarga maka semakin rendah mengalami depresi yang disebabkan oleh
tingkat depresi faktor-faktor yang mempengaruhi
depresi itu sendiri. Lansia tidak
PEMBAHASAN bersekolah sebanyak 91,3, dan
Berdasarkan penelitian lansia bersekolah sebanyak 8,7%. Menurut
yang memiliki dukungan keluarga kurang Miller (2004) menyatakan bahwa
sebanyak 8,7%, sedang sebanyak 80,4%, semakin rendah tingkat pendidikan
baik sebanyak 10,9%. Menurut penelitian seseorang maka semakin buruk koping
yang dilakukan oleh Miller (2004) seseorang untuk menanggapi stresor.
menyebutkan bahwa dukungan keluarga Sesuai dengan teori di UPT PSLU
mempengaruhi kemampuan lansia untuk Bondowoso banyak lansia yang tidak
mencegah terjadinya stres dan depresi bersekolah sehingga menimbulkan
dalam kehidupannya, dan meningkatkan masalah depresi yang cukup besar.
kemampuan fungsional, diantaranya Lansia berkelamin laki-laki
kemampuan kognitif. Dukungan keluarga sebanyak 54,3% dan perempuan
sangat dibutuhkan para lanjut usia dalam sebanyak 45,7%. Berdasarkan hasil
menyesuaikan diri menghadapi penelitian yang dilakukan oleh Smet
stresorpsikososial terutama stresor yang (2004) dalam Utami (2008) menjelaskan
berhubungan dengan kehilangan.Sesuai bahwa wanita mempunyai resiko depresi
denganteori yang ada, di UPT PSLU dua kali lebih besar dibanding dengan
Bondowoso dukungan keluarganya pria, sebagai bukti bahwa wanita lebih
mayoritas sedang sehingga depresinya banyak yang datang ke psikolog untuk
bervariasi. berkonsultasi atau menceritakan
Berdasarkan penelitian lansia permasalahannya pada orang lain untuk
yang tidak depresi sebanyak 8,7%, dan membantu mendapatkan penyelesaian.
lansia yang memiliki tingkat depresi Wanita lebih banyak menggunakan
ringan sebanyak 54,3%, sedang sebanyak perasaan dan emosi. Lansia di UPT
37,0%, dan tidak ada yang depresi berat. PSLU Bondowoso mayoritas berjenis
Penyebab depresi kelamin wanita sehingga banyak yang
adalah faktor biologi, genetik dan mengalami depresi.
psikologis. Ketiga faktor tersebut salah Berdasarkan uji Spearman-rank
satunya dapat menyebabkan Corellation yaitu 0,000 (p<0,05).
neurotransmitter yang terkait dengan Pengambilan keputusan dilakukan
patologi depresi, dan pada pasien bunuh dengan tingkat kemaknaan (=0,05).
diri, beberapa pasien memiliki serotonin Karena p<0,05, maka Ho ditolak. Artinya
yang rendah, pada terapi despiran terdapat hubungan yang signifikan antara
mendukung teori bahwa norepineprin hubungan dukungan keluarga dengan
berperan dalam patofisiologis depresi. tingkat depresi pada lansia. Menurut
Selain itu aktivitas dopamine pada penelitian yang dilakukan oleh Miller
depresi adalah menurun. Hal tersebut (2004) menyebutkan bahwa dukungan
tampak pada pengobatan yang keluarga mempengaruhi kemampuan
menurunkan konsentrasi dopamine lansia untuk mencegah terjadinya stres

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 242


Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi........Tri Farisa Bheli Putra A., hal. 238 - 244
dan depresi dalam kehidupannya, dan Juni 2014 adalah dukungan keluarga
meningkatkan kemampuan fungsional, sedang 80,4% dan kurang 8,7%.
diantaranya kemampuan kognitif. 3. Terdapat hubungan yang signifikan
Dukungan keluarga sangat antara dukungan keluarga dengan
dibutuhkan para lanjut usia dalam tingkat depresi pada lansia di UPT
menyesuaikan diri menghadapi PSLU Bondowoso. Semakin Baik
stresorpsikososial terutama stresor yang Dukungan Keluarga maka Semakin
berhubungan dengan kehilangan Lansia Rendah Tingkat Depresi pada Lansia
tidak bersekolah sebanyak 91,3 dan dan Sebaliknya.
bersekolah sebanyak 8,7%. Menurut
Miller (2004) menyatakan bahwa DAFTAR PUSTAKA
semakin rendah tingkat pendidikan Darmojo, dan Martono, 2004 Buku Ajar
seseorang maka semakin buruk koping Geriatri (ilmu kesehatan usia
seseorang untuk menanggapi stresor. lanjut). Jakarta : FKUI.
Sesuai dengan teori di UPT PSLU Friedman. M. 1998. Keperawatan
Bondowoso banyak lansia yang tidak Keluarga. Ed.3. Jakarta: EGC.
bersekolah sehingga menimbulkan Huwari. D. 2013. Menejemen Stres
masalah depresi yang cukup besar. Cemas Dan Depresi. Jakarta:
Lansia berkelamin laki-laki sebanyak Badan Penerbit FKUI.
54,3 dan perempuan sebanyak 45,7%. Kaplan, H.I., Sadock, B.J. & Grebb, J.A.
Berdasarkan hasil penelitian yang 2010.Sinopsis Psikiatri: Ilmu
dilakukan oleh Smet (2004) dalam Utami Pengetahuan Psikiatri Klinis Jilid
(2008) menjelaskan bahwa wanita Dua. Editor: Dr. I. Made Wiguna
mempunyai resiko depresi dua kali lebih S. Jakarta: Bina Rupa Angkara.
besar dibanding dengan pria, sebagai Lumbatobing, 2004. Neurogeriatri,
bukti bahwa wanita lebih banyak yang Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
datang ke psikolog untuk berkonsultasi Maryam, R., Ekasari, S., Fatima, M.,
atau menceritakan permasalahannya pada Jubaidi, R., Irawan, A. 2008.
orang lain untuk membantu mendapatkan Mengenal Usia Lanjut dan
penyelesaian. Wanita lebih banyak Perawatanya. Jakarta : Salemba
menggunakan perasaan dan emosi. Medika.
Lansia di UPT PSLU Bondowoso Miller. 2004. Nursing for Wellnes in
mayoritas berjenis kelamin wanita Older Adult. TRheory and
sehingga banyak yang mengalami Practice. (4th Edition)
depresi. Hal ini sesuai dengan teori Philadelphia: Lippincott
menyebutkan bahwa dukungan keluarga Williams & Wilkins.
berhubungan timbal balik dengan depresi Notoatmodjo, S. 2012. Metode Penelitian
sehingga dapat ditarik simpulan bahwa Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
terdapat hubungan yang signifikan Nugroho, W. 2014. Gerontik dan
sebesar -,621 (-,621 atau sebesar 62,1%), Geriatric. Jakarta:EGC.
artinya semakin baik dukungan keluarga Nursalam, 2013. Metodelegi Penelitian
maka semakin rendah tingkat depresi. Ilmu Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
KESIMPULAN Novalina Efitri S dan Rusdi Iwan. 2010.
1. Tingkat Depresi lansia di UPT PSLU Hubungan Pola Komunikasi
Bondowoso periode Mei-Juni 2014 Keluarga dengan Tingkat Depresi
adalah ringan 54,3%, dan tidak depresi Lansia di Kelurahan Padang
8,7%. Bulan Medan. Jurnal penelitian.
2. Hubungan Dukungan Keluarga di Medan : Fakultas Keperawatan.
UPT PSLU Bondowoso periode Mei- Universitas Sumatera Utara.

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 243


Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Depresi........Tri Farisa Bheli Putra A., hal. 238 - 244
Rahma, Fajar Maimuman. 2011.
Hubungan Antara Tingkat
Religius Dan Tingkat Depresi
Pada Lansia Di Panti Wredha
Dharma Bhakti Surakarta.
Skripsi. Surakarta : Fakultas
Kedokteran UMS.
Saryono, 2010. Metodelegi Penelitian
Kebidanan. Yogyakarta : Muha
Medika.
Samiun, 2006. Kesehatan Mental 3.
Yogyakarta : Muha Medika.
Sugiono, 2010. Statistika Untuk
Penelitian. Bandung :
ALFABETA.
Trihendra, 2007. Hubungan Kualitas
Tidur dengan Tingkat Depresi
Lanjut Usia di Panti Bina Daksa
Bahagia. Skripsi. Medan :
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatra Utara.
Mandasari, 2006. Hubungan Tingkat
Depresi dengan Dukungan Sosial
di Sumatera Utara Medan :
Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
www.repository.usu.ac.id di akses
26 Maret 2014.
Menkokesra, 2010. Lansia Masa Kini dan
Masa Mendatang. htt ://
www.menkokesra.go.id/_pdf.i&id
. Di akses 26 Maret 2014.
Setiadi, 2007. Hubungan Tipe
Kepribadian dengan Kejadian
Depresi pada Lansia di UPT
Panti Sosial Lanjut Usia
Pasuruan. Jurnal Kesehatan.
Surabaya : Fakultas Kesehatan
Universitas Muhammadiyah

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 244


Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Setelah Olah Raga.............................Hosen, hal. 245 - 253
PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SETELAH
OLAHRAGA JALAN KAKI PADA LANSIA DENGAN RIWAYAT
HIPERTENSI
*Hosen, **Said Mardijanto, ***Firdha Novitasari

*, **, *** Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES dr. Soebandi Jember

ABSTRACT

The difference in blood pressure before and after exercise walking in elderly people with a
history of hypertension in the Sumberbaru Health Center District of Jember recidence
Elderly is the process of becoming older with age reaching 45 years of age or older. The
number of elderly in Indonesia amounted to 19.3 million (8.37%) of the total population of
Indonesia), the number of elderly in Jawa Timur 11.16%. in Sumberbaru health centers in
February 2014 there were as many as 45 elderly people suffering from hypertension. The
aim of this study was to analyze differences in blood pressure before and after exercise
walking in elderly people with a history of hypertension. The research is a Quasi-
Experiment with design one group pre-test post-test design. The population in this study
amounted to 45 people. Sample size is 12 people with porpusive sampling technique.
Research results obtained by the average blood pressure before walking downhill after
walking 1.7611 by 0.083 into 1.528, Based on the paired t test obtained results that the
significance value of 0.000> 0.05, meaning that there is a difference walking on blood
pressure. The conclusion of this study there was no difference in blood pressure before and
after exercise walking in elderly people with a history of hypertension in the Sumberbaru
Health Center District of Jember recidence

Keywords: blood pressure, hypertension

PENDAHULUAN pendengaran dan perubahan pada


Lansia adalah bagian dari proses tumbuh penglihatan. Terdapat beberapa macam
kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba penyakit yang biasa menimpa para lansia
menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, antara lain hipertensi, diabetes mellitus,
anak-anak, dewasa, dan akhirnya menjadi jantung koroner, stroke, katarak, dan lain
tua (Pujianti, 2003). Pada tahap ini sebagainya
individu mengalami banyak perubahan Struktur penduduk dunia termasuk
baik secara fisik maupun mental, Indonesia saat ini menuju proses penuaan
khususnya kemunduran dalam berbagai yang ditandai dengan meningkatnya
fungsi dan kemampuan yang pernah jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia
dimilikinya (Soejono, 2000). Menurut (lansia). Jumlah lansia di Indonesia
Jubaidi (2008) ada beberapa perubahan berjumlah 19,3 Juta (8,37 %) dari total
fisik pada lansia yang dapat menjadi keseluruhan penduduk indonesia) target
suatu kondisi lansia terserang penyakit, untuk Usia Harapan Hidup (UHH) pada
seperti perubahan kardiovaskuler yaitu tahun 2014 adalah 72 tahun, jumlah
menurunnya elastisita spembuluh darah, lansia di jawa timur 11,16%. Berdasarkan
perubahan pada respirasi yaitu Data rekam medik di puskesmas Sumber
menurunnya kekuatan otot-otot Baru pada bulan Februari 2014 terdapat
pernafasan, serta perubahan pada

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 245


Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Setelah Olah Raga.............................Hosen, hal. 245 - 253
lansia sebanyak 45 orang menderita ditemukan pada bulan Februari 2014
hipertensi. menderita hipertensi.
Hipertensi merupakan terjadinya Menurut catatan Hipertensi dapat terjadi
peningkatan secara abnormal dan terus dari berbagai faktor, diantaranya yaitu
menerus tekanan darah yang disebabkan gaya hidup dan pola makan. Hipertensi
satu atau beberapa faktor yang tidak juga dapat terjadi akibat obstruksi pada
berjalan sebagaimana mestinya dalam arteri dan kelemahan otot jantung untuk
mempertahankan tekanan darah secara memompa darah. Hal itu disebabkan
normal. Hipertensi pada usia lanjut karena padausia lanjut terjadi penurunan
sebagian besar merupakan hipertensi massa otot, kekuatan dari laju denyut
sistolik terisolasi (HST). Hiperten jantungmaksimal, dan terjadinya
sisistolik terisolasi adalah hipertensi yang peningkatan kapasitas lemak tubuh.
terjadi ketika tekanan sistolik lebih dari Penyebab dari itu semua dapat dicegah
140 mmHg namun tekanan diastolic dengan cara berolahraga secara teratur
dalam batas normal (Nugroho, Levine & baik dari semasamuda hingga masa tua.
Fodor, 2003, 2006 Wahid, 2008, Olahraga dan latihan pergerakan secara
Kuswardhani, 2006) teratur dapatmenanggulagi masalah
Prevalensi kejadian hipertensi sangat akibat perubahan fungsi tubuh
tinggi pada lansia, yaitu 60%-80% pada (Muhammad, 2010).
usia diatas 65 tahun. Tidak sedikit orang Menurut Stanley dan Patricia (2007)
yang menganggap penyakit hipertensi dengan penurunan aktivitas fisik maka
pada lansia adalah hal biasa. Sehingga terjadi penurunan masa otot dan tonus
mayoritas masyarakat menganggap otot, kehilangan massa otot yang
remeh penyakit ini. Hipertensi dapat digantikan dengan jaringan berlemak
menyebabkan berbagai macam menyebabkan aktifitas fisik lansia
komplikasi antara lain gagal jantung dan berkurang dan mempengaruhi sistem
stroke (Muhammad, 2010). Berdasarkan kardiovaskular dan mengakibatkan
data Depkes (2008) Penderita Hipertensi timbulnya berbagai macam penyakitpada
pada Lansia dari tahun 2007 ke tahun lansia. Jalan kaki selama 10-15 menit dan
2013 terjadi peningkatan antara 2,8 % - meningkat 30-45 selama 3-4 kali
3,7 %. Seperti terlihat pada kelompok perminggu bermanfaat karena terjadi
usia 55-64 tahun, kenaikan sekitar 2,8%, peningkatan denyut jantung dan
kelompok usia 65-74 tahun proporsi peningkatan curah jantung untuk
penderita Hipertensi meningkat 3,6% dan mensirkulasi darah ke seluruh bagian
kelompok usia 75 th ke atas meningkat tubuh. Latihan fisik yang dianjurkan bagi
sekitar 3,7%. Bahkan secara tren usia di lansia penderita hipertensi salah satunya
kedua hasil riset tersebut menunjukkan adalah jalan kaki. Mamfaat jalan kaki
bahwa makin meningkat usia, cenderung sendiri sebagai pencegahan sangat baik
makin meningkat proporsi penderita untuk mengatasi proses proses
Hipertensi. Di Jawa Timur sendiri jumlah degenerasi tubuh. Sebagai pengobatan
lansia dengan hipertensi pada tahun 2011 penyakit yang dapat dikurangi ataupun di
sebanyak 174.041 jiwa sedangkan di 3 sembuhkan seperti hipertensi, dengan
Kabupaten Ponorogo sejumlah 8.721 jiwa jalan kaki secara rutin yang merupakan
dan di Kecamatan Kesugihan sebanyak suatu aktifitas, bermanfaat untuk
402 jiwa dan didesa pomahan paling meningkatkan dan mempertahankan
banyak yaitu sejumlah 365 jiwa (Dinkes, kesehatan dan daya tahan jantung, paru,
2011). Berdasarkan data rekam medik di peredaran darah, otot dan sendi. Jalan
Puskesmas Sumber Baru ditemukan kaki dilakukan secara teratur akan
lansia sebanyak 45 orang dari data yang memberikan pengaruh yang sangat besar
terhaadap tubuh. Jalan kaki dengan

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 246


Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Setelah Olah Raga.............................Hosen, hal. 245 - 253
pembebanan tertentu akan mengubah faal (eksperimen semu) dengan rancangan
tubuh yang selanjutnya akan mengubah one-group pre-test post-test design
tingkat kesegaran jasmani. Olah raga (rancangan pra-pasca test dalam satu
teratur juga dapat mengurangi berat kelompok), dimana tekanan darah lansia
badan dan juga dapat mengelola stres diukur sebelum dan setelah aktifitas fisik
yang menrupakan dua faktor yang yaitu jalan kaki. Teknik sampling
mempertinggi angka kejadian hipertensi merupakan cara ditempuh dalam
(Sustrani, 2004). Oleh karena itu peneliti pengambilan sampel yang benar sesuai
tertarik untuk meneliti, perbedaan dengan keseluruhan subyek penelitian.
tekanan darah sebelum dan setelah Sampling dalam penenlitian ini
olahraga jalan kaki pada lansia dengan menggunakan porpusive sampling.
riwayat hipertensi di puskesmas Sumber Porpusive sampling adalah teknik
Baru. penentuan sampel sesuai dengan maksud
dan tujuan penelitian (Sugiyono,
METODE PENELITIAN 2011;68)
Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Quasi Experiment

HASIL
Data Umum
1. Lansia berdasarkan Usia
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi lansia berdasarkan usia di Puskesmas Sumber
Baru Kecamatan Sumber Baru Kabupaten Jember tahun 2014
No Usia Frekuensi Prosentase (%)
1 49 Tahun 1 8.3
2 50 Tahun 1 8.3
3 54 Tahun 1 8.3
4 55 Tahun 1 8.3
5 59 Tahun 1 8.3
6 61 Tahun 1 8.3
7 63 Tahun 1 8.3
8 65 Tahun 3 25.0
9 66 Tahun 1 8.3
10 67 Tahun 1 8.3
Jumlah 12 100
Sumber : Data primer diolah tahun 2014
2. Lansia berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi lansia berdasarkan Jenis Kelamin di Puskesmas
Sumber Baru Kecamatan Sumber Baru Kabupaten Jember tahun 2014
No Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase (%)
1 Laki-laki 10 83.3
2 Perempuan 2 16.7
Jumlah 12 100
Sumber : Data primer diolah tahun 2014
Data Khusus
1. Perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah jalan kaki pada lansia dengan
riwayat hipertensi di Puskesmas Sumber Baru Kecamatan Sumber Baru
Kabupaten Jember

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 247


Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Setelah Olah Raga.............................Hosen, hal. 245 - 253
Tabel 5.6 Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Jalan Kaki Pada Lansia Dengan
Riwayat Hipertensi di Puskesmas Sumber Baru Kecamatan Sumber Baru
Kabupaten Jember tahun 2014

No Sebelum Sesudah
Selisih
Sistolik Diastolik % Sistolik Diastolik
1 160 90 8.33 140 90 8.33 0.22
2 140 80 8.33 130 80 16.7 0.13
3 160 90 16.7 140 90 8.33 0.22
4 140 100 8.33 130 100 8.33 0.1
5 130 80 8.33 120 80 8.33 0.13
6 160 90 25 130 90 8.33 0.33
7 170 90 8.33 120 90 8.33 0.56
8 190 90 8.33 180 90 16.7 0.11
9 150 100 8.33 120 100 8.33 0.3
10 150 80 8.33 150 80 8.33 0
11 140 100 8.33 120 100 8.33 0.2
12 180 80 16.7 140 80 16.7 0.5
2. Sumber : Data primer diolah tahun 2014
PEMBAHASAN pun dijalarkan secara serentak
A. Interpretasi dan Diskusi Hasil melalui saraf rangka menuju ke
Penelitian otot-otot rangka tubuh, terutama
1. Tekanan Darah Sebelum Jalan otot-otot abdomen. Keadaan ini
Kaki pada Lansia dengan Riwayat akan meningkatkan tonus dasar
Hipertensi di Puskesmas Sumber otot-otot tersebut yang menekan
Baru Kecamatan Sumber Baru seluruh vena cadangan abdomen,
Kabupaten Jember. membantu mengeluarkan darah dari
Berdasarkan hasil penelitian cadangan vaskuler abdomen ke
diketahui bahwa tekanan darah jantung. Hal ini membuat jumlah
sebelum jalan kaki pada lansia darah yang tersedia bagi jantung
dengan riwayat hipertensi rata-rata untuk dipompa menjadi meningkat.
1.7611. Hal ini berarti bahwa Keseluruhan respon ini disebut
sebelum lansia melakukan aktifitas refleks kompresi abdomen.
fisik atau jalan kaki tekanan darah Pada posisi tidak melakukan
adalah stabil. Tekanan darah adalah aktifitas jalan kaki, maka
tekanan yang dihasilkan oleh darah pengumpulan darah di vena lebih
terhadap pembuluh darah. Tekanan banyak. Dengan demikian selisih
darah dipengaruhi volume darah volume total dan volume darah
dan elastisitas pembuluh darah. yang ditampung dalam vena kecil,
Peningkatan tekanan darah berarti volume darah yang kembali
disebabkan peningkatan volume ke jantung sedikit, isi sekuncup
darah atau elastisitas pembuluh berkurang, curah jantung
darah. Sebaliknya, penurunan berkurang, dan kemungkinan
volume darah akan menurunkan tekanan darah akan turun. Jantung
tekanan darah. memompa darah ke seluruh bagian
Menurut pendapat Guyton dan tubuh. Darah beredar ke seluruh
Hall, (2002) Sikap atau posisi bagian tubuh dan kembali ke
duduk membuat tekanan darah jantung begitu seterusnya. Darah
cenderung stabil. Hal ini sampai ke kaki, dan untuk kembali
dikarenakan pada saat duduk sistem ke jantung harus ada tekanan yang
vasokonstraktor simpatis mengalirkannya. Untuk itu perlu
terangsang dan sinyal-sinyal saraf adanya kontraksi otot guna
JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 248
Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Setelah Olah Raga.............................Hosen, hal. 245 - 253
mengalirkan darah ke atas. Pada Baru Kecamatan Sumber Baru
vena ke bawah dari kepala ke Kabupaten Jember.
jantung tidak ada katup, pada vena Tekanan darah sesudah jalan kaki
ke atas dari kaki ke jantung ada mengalami penurunan. Berdasarkan
katup. Dengan adanya katup, maka hasil penelitian diketahui bahwa
darah dapat mengalir kembali ke tekanan darah sesudah jalan kaki
jantung. Jika pompa vena tidak pada lansia dengan riwayat
bekerja atau bekerja kurang kuat, hipertensi nilai rata-rata 1.528.
maka darah yang kembali ke Jalan kaki diklaim dapat
jantung berkurang, memompanya menyehatkan jantung, karena jalan
berkurang, sehingga pembagian kaki secara teratur dapat
darah ke sel tubuh pun ikut menurunkan risiko hipertensi, yaitu
berkurang. Banyaknya darah yang salah satu faktor pencetus penyakit
di keluarkan jantung itu jantung. Jalan kaki juga membantu
menimbulkan tekanan, bila menurunkan mengurangi tekanan
berkurang maka tekanannya darah, jika dilakukan secara rutin.
menurun. Tekanan darah berkurang Penelitian dr. Duncan
akan menentukan kecepatan darah membuktikan, latihan atau olahraga
sampai ke bagian tubuh yang seperti jalan kaki atau joging, yang
dituju. Ketika berdiri darah yang dilakukan selama 16 minggu akan
kembali ke jantung sedikit. Volume mengurangi kadar hormon
jantung berkurang maka darah yang norepinefrin (noradrenalin) dalam
ke luar dan tekanan menjadi tubuh, yakni zat yang dikeluarkan
berkurang (Guyton dan Hall, 2002). sistem saraf yang dapat menaikkan
Olahraga banyak dihubungkan tekanan darah. Berat badan yang
dengan pengelolaan penyakit tidak berlebih juga merupakan biang
menular, karena olahraga isotonik keladi tekanan darah tinggi karena
dan teratur dapat menurunkan orang yang kegemukan akan
tahanan perifer yang akan mengalami kekurangan oksigen
menurunkan tekanan darah (untuk dalam darah, hormon, enzim, serta
hipertensi) dan melatih otot jantung kurang melakukan aktivitas fisik
sehingga menjadi terbiasa apabila dan makan berlebihan. Terlalu
jantung harus melakukan pekerjaan banyak lemak dalam tubuh dapat
yang lebih berat karena adanya menyebabkan badan memerlukan
kondisi tertentu . Kurangnya lebih banyak oksigen. Jadi, jantung
aktivitas fisik menaikan risiko harus bekerja lebih keras
tekanan darah tinggi karena (Selamiharja: 2013.)
bertambahnya risiko untuk menjadi
gemuk. Orang-orang yang tidak Bagi penderita hipertensi faktor
aktif cenderung mempunyai detak yang harus diperhatikan adalah
jantung lebih cepat dan otot jantung tingginya tekanan darah. Semakin
mereka harus bekerja lebih keras tinggi tekanan darah semakin keras
pada setiap kontraksi, semakin kerja jantung, sebab untuk
keras dan sering jantung harus mengalirkan darah saat jantung
memompa semakin besar pula memompa maka jantung harus
kekuaan yang mendesak arteri. mengeluarkan tenaga sesuai dengan
tingginya tekanan tersebut. Jantung
2. Tekanan Darah Sesudah Jalan Kaki apabila tidak mampu memompa
pada Lansia dengan Riwayat dengan tekanan setinggi itu, berarti
Hipertensi di Puskesmas Sumber jantung akan gagal memompa

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 249


Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Setelah Olah Raga.............................Hosen, hal. 245 - 253
darah. Latihan olahraga dapat sehingga tekanan darah menurun,
menurunkan tekanan sistolik sama halnya dengan melebarnya
maupun diastolik pada usia tengah pipa air akan menurunkan tekanan
baya yang sehat dan juga mereka air. Latihan olahraga juga dapat
yang mempunyai tekanan darah menyebabkan aktivitas saraf,
tinggi ringan. Latihan olahraga reseptor hormon, dan produksi
tidak secara signifikan menurunkan hormon-hormon tertentu menurun.
tensi pada penderita yang Berjalan kaki adalah salah satu
mengalami hipertensi berat, tetapi bentuk aktivitas fisik yang tidak
paling tidak olahraga membuat mungkin tidak dilakukan setiap
seseorang menjadi lebih santai. hari. Berjalan kaki sebenarnya
dapat menjadi salah satu pilihan
3. Perbedaan Tekanan Darah Sebelum bentuk olahraga intensitas rendah
dan Sesudah Jalan Kaki pada hingga sedang yang bermanfaat
Lansia dengan Riwayat Hipertensi untuk kesehatan tubuh. Jalan kaki
di Puskesmas Sumber Baru juga bermanfaat mengontrol
Kecamatan Sumber Baru tekanan darah dan melawan
Kabupaten Jember. hipertensi atau tekanan darah
Berdasarkan uji t berpasangan tinggi. Dengan berjalan kaki
dengan bantuan SPSS diperoleh melatih otot-otot di paha, bokong
hasil bahwa tekanan darah sebelum dan kaki sehingga lebih kuat.
jalan kaki diperoleh rata-rata Sirkulasi darah menjadi lancar, otak
1.7611. Sementara tekanan darah mendapat asupan oksigen dan
sesudah jalan kaki diperoleh rata- memperbaiki fungsi otak.
rata 1.5282. Berdasarkan uji t
berpasangan diperoleh hasil bahwa KESIMPULAN
nilai signifikansi sebesar Berdasarkan pada pembahasan pada bab
0.000<0.05, artinya ada pengaruh sebelumnya, maka hasil dari penelitian
jalan kaki terhadap tekanan darah. ini dapat disimpulkan bahwa:
Latihan aerobik yang dilakukan a. Tekanan darah sebelum jalan kaki
agar dapat berpengaruh terhadap pada lansia dengan riwayat
efisiensi kerja jantung, sebaiknya hipertensi rata-rata 155/89 mmhg.
latihan berada pada intensitas b. Tekanan darah sesudah jalan kaki
sedang yaitu denyut jantung 150- pada lansia dengan riwayat
170 per menit. Intensitas sedang hipertensi nilai rata-rata 135/89
kurang lebih sama dengan 70-80% mmhg.
dari kapasitas aerobik maksimal c. Berdasarkan uji t berpasangan
(Bompa, 1994 78). Orang yang diperoleh hasil bahwa nilai
tidak pernah melakukan olahraga signifikansi sebesar 0.00<0.05,
menurut penelitian Ralph artinya ada perbedaan jalan kaki
Paffenharger, Ph.D., punya risiko terhadap tekanan darah. Penurunan
mendapat tekanan darah tinggi 35% rata-rata tekanan darah sistolik dan
lebih besar. Hasil penelitian lain distolik rata-rata 20.8/0 mmhg.
menyimpulkan orang yang tidak
pernah berlatih olahraga risikonya SARAN
bahkan menjadi 1,5 kalinya. Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka
Latihan olahraga bisa menurunkan saran dalam penelitian ini adalah sebagai
tekanan darah karena latihan berikut:
olahraga dapat melemaskan 1. Bagi Pengembangan Bidang
pembuluh-pembuluh darah, Kesehatan

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 250


Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Setelah Olah Raga.............................Hosen, hal. 245 - 253
Dalam rangka pengembangan ilmu Faculty of Medicine-University of
bidang kesehatan memerlukan upaya Riau.
preventif mengurangi resiko terjadinya Amin, Zulkifli .,dan Bahar , Asril.,
hipertensi. Hal ini bisa dilakukan dengan (2007). Pulmonologi. Dalam :
memberikan beragam informasi Sudoyo, Aru, W., dkk.,ed. Buku Ajar
kesehatan terutama yang bersifat non Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :
farmakologis pada lansia dengan riwayat Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
penderita hipertenasi. Penyakit Dalam Fakultas
2. Bagi Bidang Pendidikan Kedokteran Universitas Indonesia :
Pendidikan diupayakan untuk semakin 988 994.
inovatif dan kreatif dalam meningkatakan Armilawaty. (2007). Hipertensi dan
SDM, melalui system pembelajaran yang Faktor Risikonya Dalam Kajian
bermutu dan berbasis pada persoalan Epidemiologi. ,Diunduh pada
yang dihadapi oleh masyarakat. tanggal 30 Mei 2014 melalui
3. Bagi Lansia www.ridwanuddin.com
Lansia dengan riwayat hipertensi Bare, B.G. & Smeltzer, S.C.
diharapkan dengan mengetahui hasil dari (2002). Buku Keperawatan Medical
penelitian ini dapat menerapkannya Bedah Brunner and Suddarth, edisi
dalam kehidupan sehari-hari agar resiko 8. Jakarta : EGC.
hipertensi dapat dikurangi. Burnside., John, W., & Thomas, M.
4. Bagi peneliti (2004). Adams diagnosis fisik edisi
Dengan mengetahui hasil dari penelitian 17. Jakarta: EGC.
ini maka diharapkan dapat Corwin, Elizabeth J. (2000). Buku Saku
mengaplikasikan dalam kehidupan Patofisiologi.EGC: Jakarta.
bermasyarakat, terutama berperan dalam Depkes RI, (2009). Sistem Kesehatan
meningkatkan pola hidup sehat pada Nasional. Jakarta.
masyarakat terutama pada lansia dengan Depkes RI. (2002). Keputusan Menkes RI
riwayat hipertensi No. 1439/MENKES/SK/XI/2002
5. Bagi Peneliti Selanjutnya tentang Penggunaan Gas Medis
Peneliti selanjutnya dapat mengkaji pada Sarana Pelayanan Kesehatan.
variabel lain yang tidak dikaji dalam Darmojo & Boedhi,R.(2006), Buku Ajar
penelitian ini seperti pola makan, dan Geriatri Ilmu Kesehatan Usia.
sebagainya. Dengan mengetahui lebih Lanjut , FKUI, Jakarta
banyak faktor yang berkaitan dengan Elsanti, Salma. (2009).Panduan Hidup
hipertensi diharapkan resiko terjadi Sehat Bebas Kolesterol, Stroke,
hipertensi dapat dikurangi. Hipertensi& Serangan Jantung.
Yogyakarta : Araska
DAFTAR PUSTAKA G. Miller. Dan Jarvis, J. (2010). Chese In
Anderson, A. (2011). Caring holistically Diet and Health. Dairy Foods.
older adult. British: Medicus Gunawan, lany. (2005). Hipertensi
Media. tekanan darah tinggi. Yogyakarta :
Anggraini, A. D., Waren, A., Situmorang, Kanisius.
E., Asputra, H., & Siahaan, S. S. Hanns Peter, W. (2008). Hipertensi, PT
(2003).Faktor-faktor yang Bhuana Ilmu Populer, Gramedia,
Berhubungan dengan Kejadian Jakarta.
Hipertensi pada Pasien yang Hidayat, Alimul, A. Aziz (2007) ,
Berobat di Poliklinik Dewasa Metode Penelitian Keperawatan
Puskesmas Bangkinang Periode dan teknik Analisa Data ,. Penerbit
Januari Sampai Juni 2008. Riau: Salemba medika.

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 251


Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Setelah Olah Raga.............................Hosen, hal. 245 - 253
Isselbacher, Kurt (2009), Harrison: Stanley, M & Patricia, G.B. (2007). Buku
Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit ajar keperawatan gerontik edisi 2.
Dalam:(Harrison's Principles of Jakarta: EGC.
Internal Medicine); Volume 1 Sustrani, Lanny. (2004). Hipertensi.
.penerbit bukukedokteran Jakarta Jakarta: PT Gramedia Pustaka
JNC-7. (2003). The Seventh Report of the Utama.
Joint National Committee on Saputri, D.E. (2009). Pengaruh keaktifan
Prevention, Detection, Evaluation, olahraga senam jantung sehat
and Treatment of High Blood terhadap tekanan darah pada
Pressure. JAMA 289:2560-2571 lanjut usia hipertensi di klub senam
Kozier, Barbara et. al. (2009). jantung sehat Martoyudan
Fundamentals of nursing, concept, Magelang. Skripsi. Surakarta:
process, and practice. New Jersey, Universitas Muhammadiyah
U.S.A : Multi Media. Surakarta
Kuswardhani, Tuty. (2006). Selamiharja, Nanny, aktifitas fisik
Penatalaksanaan Hipertensi pada menurunkan hipertensi di akses dari
Usia Lanjut. Diunduh pada tanggal : http://www.indomedia.com pada
23 April 2014 dari tanggal 15 Agustus 2014.
http://www.google.co.id/#hl=id&bi Sustrani, Lanny. (2004). Hipertensi.
w=1366&bih=568&q=perkembang Jakarta: PT Gramedia Pustaka
an+tekanan+darah+usia+25- Utama
60+tahun&aq=f&aqi=&aql=&oq= Stockslager, J. dan Liz Schaeffer. (2008).
&fp=1d5091427d9c3ba Buku saku : Asuhan keperawatan
Martuti, A. (2009) Hipertensi Merawat geriatric. Edisi 2. Alih bahasa Nike
dan Menyembuhkan Penyakit B.S. Jakarta : Penerbit Buku
Tekanan Darah Tinggi. Penerbit Kedokteran EGC.
Kreasi Kencana Perum Sidorejo Supartondo, Setiati, S., dan Soejono,
Bumi Indah (SBI) Blok F 155 C.H., (eds). (2003). Prosiding
Kasihan Bantul, pp.10-12 Temu Ilmiah Geriatri 2003
Marliani L, dk. (2007). 10 Question & Penatalaksanaan Pasien Geriatri
Answers Hipertensi. Jakarta : PT dengan Pendekatan Interdisiplin.
Elex Media Komputindo, Pusat Informasi dan Penerbitan
Gramedia. Bagian Ilmu Penyakit Dalam
Maryam R, Siti, dkk. (2008). Mengenal Fakultas Kedokteran Universitas
Usia Lanjut dan Perawatannya, Indonesia, Jakarta: 107-112
Jakarta. Salemba Medika Sheps, Sheldon G. (2005). Mayo Clinic
Muhammadun.(2010). Hidup Bersama Hipertensi, Mengatasi Tekanan
Hipertensi. Jogjakarta : in-Books Darah Tinggi. Jakarta: PT Intisari
Nursalam, (2003). Konsep & Penerapan Mediatama
Metodologi Penelitian Ilmu Tambayong Jan. (2000). Patofisiologi
Keperawatan : Pedoman Skrips, Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
Tesis dan Instrumen Penelitian. Tamher, S. dan Noorkasiani. (2009).
Jakarta Salemba Medika Kesehatan Usia Lanjut dengan
Notoatmodjo.S (2005). Metodologi Pendekatan Asuhan Keperawatan.
penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Jakarta: Salemba Medika
Cipta Wahjudi Nugroho, B. S. (2006).
Notoatmodjo,S. (2010). Ilmu Perilaku Keperawatan Gerontik &
Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta Geriartik.Edisi 3.Buku
Palmer, dkk (2007). Tekanan Darah Kedokteran.Jakarta:EGC
Tinggi. Jakarta: Erlangga.

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 252


Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Setelah Olah Raga.............................Hosen, hal. 245 - 253
World Health Organization (WHO).
2005. Deaths from Coronary Heart
Disease. Available from :
http://www.who.int/cardiovascular_
diseases/en/cvd_atlas_14_deathHD.
pdf.diakses pada tanggal 12 April
2014

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 253


Hubungan Kebiasaan Cuci Tngan Dengan Kejadian Cacingan.......Yuyun Tri Wahyuni, hal. 254 - 261
HUBUNGAN KEBIASAAN CUCI TANGAN
DENGAN KEJADIAN CACINGAN PADA ANAK USIA SEKOLAH
DI SD NEGERI BLINDUNGAN IV KABUPATEN BONDOWOSO

Yuyun Triwahyuni*, Lulut Sasmito**, Lailil Fatkhuriyah***


*, *** Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES dr. Soebandi Jember
**Poltekkes Kemenkes Malang

ABSTRAK

Penyakit kecacingan dapat menginfeksi semua golongan umur, tetapi prevalensi


tertinggi terdapat pada kelompok umur sekolah dasar. Jika dilihat dampak jangka
panjangnya kecacingan menimbulkan kerugian yang cukup besar pada penderita.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kebiasaan cuci tangan berdampak
terhadap kejadian cacingan pada anak usia sekolah di SD Blindungan 4 Kabupaten
Bondowoso pada tahun 2014.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif korelatif sampel sebanyak
46 orang. Kebiasaan cuci tangan yang dilakukan oleh anak usia sekolah di SD Blindungan
4 Kabupaten Bondowoso jarang dilakukan sehingga menjadi salah satu faktor terjadinya
kejadian cacingan. Dengan tingkat persentase jarang melakukan cuci tangan sebanyak
58,7%. Kejadian Cacingan di SD Blindugan 4 Kabupaten Bondowoso dari hasil
pemeriksaan laboratorium ditemukan bahwa siswa di SD Blindungan 4 masih banyak yang
menderita cacingan dengan persentase sebanyak 56,5% dengan hasil positif.
Analisis data menggunakan uji Chi Square. Ada hubungan antara kebiasaan cuci
tangan dengan kejadian cacingan pada anak usia sekolah di SD Blindungan 4 Kabupaten
Bondowoso. Kejadian cacingan sering terjadi pada anak yang jarang melakukan cuci
tangan sebelum makan, sesudah bermain dan sesudah buang air besar. Sehingga dari hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa semua anak yang melukan cuci tangan sebelum
makan, sesudah bermain dan sesudah buang air besar masih ada yang terinfeksi cacingan,
sedangkan pada anak yang jarang melakukankebiasaan cuci tangan sebelum makan,
sesudah bermain dan sesudah buang air besar kejadiannya lebih banyak. Untuk itu
diperlukan penyuluhan cuci tangan kepada anak usia sekolah sebagai salah satu
pencegahan terjadinya cacingan dan penyediaan sarana unuk mencuci tangan di sekolah.

Kata Kunci : cuci tangan, kejadian kecacingan

PENDAHULUAN Infeksi cacingan yang disebabkan oleh


Salah satu masalah kesehatan Soil Transmitted Helminths (STH)
penduduk di Indonesia yang berkaitan merupakan masalah masyarakat di
dengan masalah status sosial ekonomi Indonesia. Infeksi cacingan tergolong
penduduk yang insidennya masih tinggi penyakit neglected disease yaitu infeksi
adalah infeksi penyakit cacingan yang kurang diperhatikan, penyakitnya
(Rehulina, 2005). Prevalesi infeksi bersifat kronis tanpa menimbulkan gejala
cacingan sangat tinggi terutama pada kronis dan dampak yang ditimbulkan
penduduk yang kurang mampu baru terlihat dalam jangka panjang seperti
mempunyai resiko tinggi terjangkit kekurangan gizi, gangguan tumbuh
penyakit ini (Surat Keputusan Menteri kembang dan gangguan kognitif pada
Kesehatan No. anak. Penyebab cacingan adalah Ascaris
424/MENKES/SK/V/2006:3). lumbricoides, Trichuris trichura, Necator

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 254


Hubungan Kebiasaan Cuci Tngan Dengan Kejadian Cacingan.......Yuyun Tri Wahyuni, hal. 254 - 261
americanus. Penyakit cacingan tersebar sungai karena di rumahnya tidak
luas baik di pedesaan maupun perkotaan. memiliki jamban. Dari hasil wawancara
Angka infeksi tinggi, tetapi intensitas pada siswa ditemukan, kebiasaan dalam
infeksi (jumlah cacing dalam perut) menjaga kebersihan personal hygiene
berbeda (Departement Kesehatan RI, seperti tidak memakai alas kaki saat
2008). bermain, jarang mencuci tangan setelah
Infeksi penyakit cacing banyak bermain tanah ditemukan pada siswa
ditemui pada anak berumur 5-14 tahun sebanyak 20 orang. Dari hasil
(Widoyono, 2005). STH (Soil wawancara kepada orang tua siswa
Transmitted Helminths) sering dijumpai didapatkan siswa yang pernah mengalami
pada anak usia sekolah dasar karena cacingan sebanyak 40 orang siswa. Orang
masih sering kontak dengan tanah tua siswa juga mengatakan tidak pernah
(Depkes, 2004). Program pencegahan dan memberikan obat cacing tiap 6 bulan
pemberatasan di prioritaskan pada anak sekali untuk pencegahan penyakit
anak (Surat Keputusan Menteri cacingan. Di daerah tempat penelitian
Kesehatan No. tidak terdapat data penyakit cacingan
424/MENKES/SK/V/2006:3). Penyakit pada anak, karena sarana kesehatan
cacing usus yang ditularkan melalui tanah berupa Puskesmas tidak mempunyai
(Soil Transmited Helminthes) adalah fasilitas laboratorium yang menunjang
infeksi umum yang termasuk dalam kelas untuk skrining dari penyakit cacingan.
Nematode dan banyak melibatkan Dampak dari cacingan yang
penduduk di dunia. Estimasi terbaru 795 terjadi pada anak usia sekolah dapat
juta orang menderita Trichuris trichura, menghambat perkembangan fisik,
satu milyar orang menderita infeksi kecerdasan dan dapat menurunkan daya
Ascaris lumbricoides, dan 740 juta orang tahan tubuh sehingga mudah terkena
menderita infeksi cacing Necator penyakit lainnya (Surat Kepetusan
americanus (WHO, 2011). Sedangkan Menteri Kesehatan
tingginya angka prevalensi cacingan di No.424/MENKES/SK/V/2006).
Indonesia yang disebabkan oleh Ascaris Sehubungan dengan tingginya angka
lumbricoides 60-80%, Trichuris trichura prevalensi cacingan ada beberapa faktor
30-90% dan cacing tambang 40% hal ini yang dapat mempengaruhi yaitu pada
disebabkan oleh minimnya pengetahuan daerah iklim tropik, yang merupakan
tentang menjaga kebersihan lingkungan, tempat ideal bagi perkembangan telur
serta perilaku hidup bersih dan sehat cacing, perilaku yang kurang sehat
(Gandahusada, 2006). Menurut penelitian seperti buang air besar di sembarang
Jawa Timur mempunyai angka prevalensi tempat, bermain tanpa menggunakan alas
cacingan 80,69% ( Dinkes Jawa Timur, kaki, sosial ekonomi, umur, jenis
2012). kelamin, dan cuci tangan (Rampengan,
Studi pendahuluan yang 2007). Pada umumnya larva cacing yang
dilakukan pada tanggal 20 maret 2014 inaktif masuk ke dalam tubuh karena
jumlah siswa di SD Negeri Blindungan 4 masuk tertelan melalui pencernaan atau
berjumlah 53 orang yang tersebar dari terhirup melalui saluan nafas yang
kelas 1 sampai kelas 5. Dari hasil Studi kemudian menjadi aktif di dalam usus
pendahuluan yang dilakukan oleh (Widoyono, 2008).
peneliti, ditemukan terdapat 20 orang Pencegahan penyakit cacingan
siswa yang tidak memiliki fasilitas pada umumnya dilakukan dengan cara
sumber air minum yang bersih memutus mata rantai dari penyakit
dirumahnya untuk keperluan minum dengan cara menghilangkan sumber
orang tua siswa menimba air ke tetangga, infeksi. Hal ini dapat dilakukan dengan
15 orang siswa masih buang air besar ke pencegahan infeksi melalui pendidikan

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 255


Hubungan Kebiasaan Cuci Tngan Dengan Kejadian Cacingan.......Yuyun Tri Wahyuni, hal. 254 - 261
kesehatan, kebersihan makanan, juga akan memberikan pendidikan
pembuangan tinja dan cuci tangan kesehatan kepada siswa sebagai langkah
(Jalanudin, 2009). Cuci tangan adalah efektif pencegahan penyakit cacingan.
salah satu prosedur terpenting dalam
pengendalian infeksi, hygiene tangan METODE PENELITIAN
dapat dicapai dengan mencuci tangan Penelitian ini merupakan
menggunakan sabun cair atau sabun penelitian kuantitatif, jenis penelitian
detergent antiseptik dan air. deskriptif korelatif, yaitu
Berdasarkan latar belakang menghubungkan antara variabel bebas
tersebut penulis ingin melakukan (kebiasaan cuci tangan) dengan variabel
penelitian yang berjudul Hubungan terikat (infeksi cacing) pada anak usia
kebiasaan cuci tangan dengan kejadian sekolah dasar. Desain penelitian
cacingan pada anak usia sekolah di SD menggunakan rancangan penelitian cross
Blindungan 4 Kabupaten Bondowoso. sectional. Cross sectional yaitu
Penulis akan melakukan penelitian rancangan penelitian dengan melakukan
dengan melakukan pengambilan feses pengukuran atau pengamatan pada saat
pada siswa untuk mengetahui ada atau yang bersamaan (sekali sewaktu)
tidak telur cacing pada feses siswa yang (Arikunto, 2006).
digunakan sebagai indikator dari
penegakan diagnosa cacingan. Penulis

HASIL PENELITIAN menggunakan metode simple random


A. Karakteristik Respoden sampling, yaitu jumlah sampel
Penelitian ini dilakukan terhadap 46 disesuaikan dengan distribusi siswa pada
orang siswa dari kelas I-V di SD masing-masing kelas. Karekteristik
Blindungan 4 Kabupaten Bondowoso dalam penelitian ini terbagi atas
pada tanggal 4 Juni 2014. Penelitian ini kelompok usia, jenis kelamin, dan tingkat
mencakup kebiasaan cuci tangan yang kelas. Frekuensi masing-masing
dilakukan oleh siswa dan kejadian kelompok adalah sebagai berikut :
cacingan. Teknik pengumpulan sampel

Tabel 5.1 Karakteristik Responden berdasarkan kelas di SD Blindungan 4 Tahun


2014

Tingkat Kelas Frekuensi Persentase (%)


I 8 17,4
II 11 23,9
III 8 17,4
IV 11 23,9
V 8 17,4
Total 46 100

Tabel 5.2 Karakteristik Respoden Berdasarkan Jenis Kelamin Siswa di SD


Blindungan 4 Tahun 2014

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)


Laki-laki 22 47,8
Perempuan 24 52,2
Total 46 100

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 256


Hubungan Kebiasaan Cuci Tngan Dengan Kejadian Cacingan.......Yuyun Tri Wahyuni, hal. 254 - 261
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Siswa di SD Blindungan 4
Tahun 2014

Usia (Thn) Frekuensi Persentase (%)


7 8 17,4
8 9 19,6
9 6 13
10 14 30,4
11 5 11
12 4 8,6
Total 46 100

B. Analisis Univariat
1. Kebiasaan Cuci Tangan
Berdasarkan Hasil penelitian dengan menggunakan Kuesioner dengan teknik
wawancara terpimpin didapatkan distribusi data sebagai berikut :
Tabel 5. 4 Kebiasaan Cuci Tangan di SD Blindungan 4 Tahun 2014

Kebiasaan Cuci tangan Frekuensi Persentase (%)


Jarang 27 58,7
Selalu 19 41,3
Total 46 100

Dari hasil tabulasi data kebiasaan cuci tangan pada siswa di SD Blindungan 4
Kabupaten Bondowoso disimpulkan bahwa siswa yang jarang melakukan cuci
tangan sebelum makan, setelah bermain dan setelah buang air besar sebanyak
58,7% yang tersebar dari kelas I-V dan yang selalu melakukan cuci tangan
sebelum makan, setelah bermain dan setelah buang air besar tersebar dari kelas I-V
sebanyak 41,3%.
2. Kejadian Cacingan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siswa di SD Blindungan 4
dengan total sampel sebanyak 46 orang dengan menngunakan fases siswa yang
dibawa ke laboratorium di dapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 5.5 Hasil Pemeriksaan Laboratorium Telur Cacing Siswa di SD Blindungan 4
Tahun 2014

Hasil Laboratorium Frekuensi Persentase (%)


Positif 26 56,5
Negatif 20 43,5
Total 46 100

Dari tabel hasil pemeriksaan feses didapatkan siswa yang terbukti mengalami
cacingan sebanyak 56,5% responden dan yangtidak mengalami cacingan sebanyak
43,5%.
C. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis hubungan kebiasaan cuci tangan
dengan kejadian cacingan pada anak usia sekolah di SD Blindungan 4 Kabupaten
Bondowoso. Analisis bivariat menggunakan uji Koefisien Kontingensi dengan tingkat
signifikasi 5%.

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 257


Hubungan Kebiasaan Cuci Tngan Dengan Kejadian Cacingan.......Yuyun Tri Wahyuni, hal. 254 - 261
1. Hubungan Kebiasaan Cuci Tangan Dengan Kejadian Cacingan Pada Anak Usia
Sekolah Di SD Blindungan 4 Kabupaten Bondowoso
Tabel 5.6 Hubungan Kebiasaan Cuci Tangan Dengan Kejadian Cacingan Pada
Anak Usia Sekolah di SD Blindungan 4 Kabupaten Bondowoso Tahun 2014

KEBIASAAN CUCI TANGAN DAN KEJADIAN CACINGAN


KEJADIAN CACINGAN Total
positive negative
KEBIASAAN CUCI JARANG 21 6 27
TANGAN SELALU 5 14 19
Total 26 20 46

Tabel 5.6 menunjukkan hubungan kebiasaan cuci tangan dengan kejadian cacingan pada
anak usia sekolah di SD Blindungan 4 Kabupaten Bondowoso menunjukkan responden
yang jarang melakukan cuci tangan mengalami cacingan sebanyak 21 orang dan yang tidak
mengalami cacingan sebanyak 6 orang. Sedangkan responden yang selalu melakukan cuci
tangan mengalami cacingan sebanyak 5 orang yang tidak mengalami cacingan sebanyak 14
orang. Hasil dari uji Chi Square diperoleh nilai x hitung sebesar 10,015 lebih besar dai
3,841. Dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, sehingga disimpulkan ada hubungan
kebiasaan cuci tangan dengan kejadian cacingan pada anak usia sekolah di SD Blindungan
4 Kabupaten Bondowoso.

PEMBAHASAN mikroorganisme penyebab penyakit


Dari Hasil penelitian yang infeksi. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti tentang hubungan dilakukan oleh Sandora seorang dokter di
kebiasaan cuci tangan dengan kejadian Divisi penyakit menular pada Rumah
cacingan pada anak usia sekolah di SD Sakit Anak Boston, menunjukkan bahwa
Blindungan 4 Kabupaten Bondowoso jumlah kasus diare turun hingga 59%
dapat dijabarkan hasil dan pembahasan setelah anak-anak di Rumah Sakit
sebagai berikut : tersebut mencuci tangan dengan
Hasil analisa univariate menggunakan cairan antiseptik (CDC,
menunjukkan bahwa kebiasaan cuci 2005).
tangan yang dilakukan oleh siswa SD Mencuci tangan dengan sabun
Blindungan 4 Kabupaten Bondowoso adalah salah satu tindakan sanitasi
dari kelas I-V menunjukkan bahwa dengan membersihkan tangan dan jari
disimpulkan bahwa siswa yang jarang dengan menggunakan air dan sabun
melakukan cuci tangan sebelum makan, untuk menjadi bersih dan memutuskan
setelah bermain dan setelah buang air mata rantai kuman. Hal ini dilakukan
besar sebanyak 58,7% . karena tangan sering menjadi agen yang
Cuci tangan memakai sabun membawa kuman dan menyebabkan
merupakan kebiasaan untuk patogen berpindah dari satu orang ke
membersihkan tangan dari kotoran dan orang lain, baik dengan kontak langsung
membunuh kuman penyebab penyakit ataupun tidak langsung (Wikipedia,
yang merugikan kesehatan. Cuci tangan 2009). Mencuci tangan yang baik
merupakan cara yang efektif dan membutuhkan beberapa peralatan berikut
sederhana sebagai upaya pencegahan : sabun antiseptik, air bersih, dan handuk
penularan penyakit infeksi. Hal tersebut atau lap tangan bersih. Untuk hasil yamg
disebabkan cuci tangan dapat mencegah maksimal disarankan untuk mencuci
seseorang terpajan dengan

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 258


Hubungan Kebiasaan Cuci Tngan Dengan Kejadian Cacingan.......Yuyun Tri Wahyuni, hal. 254 - 261
tangan 20-30 detik (PHBS-UNPAD, tanah (Pheter et al, 2004). Keadaan yang
2010). serius pada cacingan dapat menyebabkan
Dari hasil penelitian peneliti dapat ileus obstruktif. Cacingan dapat
menyimpulkan kebiasaan cuci tangan menurunkan kecerdasan siswa dan juga
yang dilakukan oleh anak sekolah dasar dapat menurunkan daya tahan tubuh
di SD Blindungan 4 Kabupaten sehingga siswa mudah terserang penyakit
Bondowoso jarang dilakukan karena lainnya (Surat Keptusan Menteri
kurangnya informasi tentang pentingnya Kesehatan No.424/Menkes/SK/VI/2006).
mencuci tangan sebelum makan, sesudah Dari hasil penelitian peneliti
bermain, dan sesudah buang air besar. menyimpulkan bahwa masih tingginya
Kebiasaan cuci tangan yang jarang kejadian cacingan pada anak usia sekolah
dilakukan oleh siswa merupakan salah dari kelas I-V di SD Blindungan 4
satu faktor penyebab terjadinya cacingan. Kabupaten Bondowoso karena kebiasaan
Sehingga perlu diadakan penyuluhan yang tidak sehat yang dilakukan oleh
yang terus menerus kepada anak usia siswa seperti tidak mencuci tangan
sekolah agar terbiasa mencuci tangan sebelum makan, setelah bermain, dan
sebagai salah satu pencegahan penularan setelah buang air besar, dan saat bermain
penyakit. Selain itu, perlu disediakan pada jam istirahat siswa juga jarang
sarana bagi siswa untuk mencuci tangan. memakai alas kaki. Siswa yang terinfeksi
Hasil analisis data dari tabel 9. cacing banyak ditemukan pada anak yang
hasil pemeriksaan feses didapatkan siswa jarang mencuci tangan. Dampak cacingan
yang terbukti mengalami cacingan dapat menurunkan kecerdasan pada
sebanyak 56,5%. Data terebut didapat siswa, dari hasil penelitian pada siswa
dari jumlah sampel yang sudah yang terinfeksi cacingan sebanyak 10
ditentukan dari kelas I-V. Dari hasil orang dari jumlah sampel yang tersebar
penelitian didapatkan yang siswa yang dari kelas I-V pernah tidak naik kelas.
jarang melakukan cuci tangan yang Oleh karena itu perlu dilakukan
berpotensi lebih tinggi terkena cacingan penyuluhan kepada siswa untuk
daripada siswa yang selalu melakukan membisakan pola hidup sehat dan juga
cuci tangan. perlu untuk bekerja sama dengan sistem
Cacingan dapat menginfeksi pada pelayanan kesehatan terdekat yakni
sebagian besar anak yaitu berumur puskesmas untuk pemeriksaan infeksi
anatara 3-8 tahun karena anak-anak cacing pada anak dan pemberian
masih kurang memperhatikan kebersihan pengobatan sehingga jumlah kejadiaan
dirinya sendiri (Widoyono, 2005). cacingan dapat berkurang angka
Faktor-faktor yang menjadi penyebab kejadiannya.
tingginya kejadian cacingan salah satunya Dari hasil uji Chi Square
adalah kebiasaan hidup yang kurang menunjukkan bahwa kejadian cacingan
sehat seperti kebiasaan buang air besar yang disebabkan karena jarangnya
disembarang tempat, tidak memakai alas mencuci tangan menunjukkan hasil yang
kaki, dan tidak mencuci tangan sebelum lemah. Tetapi, kebiasaan cuci tangan juga
makan (Rampengan, 2007). merupakan salah satu faktor terjadinya
Cacingan dapat mempengaruhi kejadian cacingan pada siswa di SD
pemasukan (intake), pencernaan Blidungan 4 Kabupaten Bondowoso.
(digestive), penyerapan (absorbsi) dan Oleh sebab itu, perludiketahuiadanya
metabolisme makanan (Depkes, 2006). faktor lain yang menjadi penyebab terjadi
Parasit cacing yang merupakan penyebab cacingan pada anak usia sekolah di SD
infeksi cacingan adalah parasit golongan Blindungan 4 Kabupaten Bondowoso
Nematode. Parasit jenis tersebut masuk seperti jarang memakai alas kaki saat
ke dalam tubuh karena kontak dengan

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 259


Hubungan Kebiasaan Cuci Tngan Dengan Kejadian Cacingan.......Yuyun Tri Wahyuni, hal. 254 - 261
bermain, makan-makanan yang terinfeksi Peneliti yang ingin meneliti dengan
cacing dan lain-lain. objek yang sama hendaknya
meningkatkan cakupan penelitian,
KESIMPULAN misalnya meneliti pada anak usia sekolah
Kebiasaan cuci tangan yang di kota yang memiliki latar belakang
dilakukan oleh anak usia sekolah di SD orang tua dengan SDM yang lebih baik
Blindungan 4 Kabupaten Bondowoso dan kondisi epidemiologi yang lebih baik
jarang dilakukan sehingga menjadi salah daripada di desa, serta menambah faktor-
satu faktor terjadinya kejadian cacingan. faktor yang lain yang turut berhubungan
Dengan tingkat persentase jarang dengan kajadian cacingan pada anak usia
melakukan cuci tangan sebanyak 58,7% . sekolah misalnya status nutrisi pada anak,
Kejadian Cacingan pada anak usia pengetahuan orang tua, keteraturan
sekolah di SD Blindugan 4 Kabupaten minum obat cacing setiap 6 bulan sekali.
Bondowoso dari hasil pemeriksaan
laboratorium ditemukan bahwa siswa di
DAFTAR PUSTAKA
SD Blindungan 4 masih banyak yang
Ana loudes et al. 2014.
menderita cacingan. Dengan persentase
http//www.piossntds.org/article/inf
sebanyak 56,5%.
o%3Adoi%Fio.1371%
Ada hubungan antara kebiasaan
Fjournal.pntd.002653. Diakses
cuci tangan dengan kejadian cacingan
tanggal 17 Maret 20014
pada anak usia sekolah di SD Blindungan
Akhzin Zulkoni. 2007. Parasitologi.
4 Kabupaten Bondowoso. Kejadian
Yogyakarta: Mutia Medika
cacingan sering terjadi pada anak yang
Batanoa J. 2008. Kebiasaan Cuci tangan
jarang melakukan cuci tangan sebelum
dengan kejadian
makan, sesudah bermain dan sesudah
diare.http//222.164.132/web/detail
buang air besar.
php?Sid = 162887 and actmenu =
46. Diakses tanggal 17 maret 2014
SARAN
Departement Kesehatan RI. 2008.
Hasil penelitian ini dapat menjadi
Pedoman Umum Program Nasional
penambah wawasan tentang pentingnya
Pemberantasan Cacingan Di Era
untuk memberikan penyuluhan PHBS (
Desentralisasi
Perilaku Hidup Sehat Dan Bersih) kepada
Fatonah Siti. 2005. Hygiene dan Sanitasi
anak usia sekolah, sehingga siswa dapat
makanan. Semarang: Universitas
merubah pola hidup menjadi lebih sehat
Negeri Semarang Press
dan perlu monitoring yang terus menerus
Fewtrell I, Kaufan RB et al. 2005.
dari petugas kesehatan. Aplikasi lain
http//www.Promosi
yang dapat dilakukan untuk pencegahan
Kesehatan.com/?=article and
dan pemberantasan cacinganmisalnya
Id=424. Diakses tanggal 17 maret
dengan pembangunan MCK umum
2014
sehingga anak-anak yang dirmahnya
Hurlock, E.B. 2008. Psikologi
tidak memiliki MCK tidak ke sungai lagi.
Perkembangan. Edisi V. Jakarta:
Sekolah hendaknya menyediakan
Erlangga
sarana untuk mencuci tangan sehingga
Jalahudin. 2009. Pengaruh Sanitasi
kebiasaan cuci tangan dapat
Lingkungan, Personal hygiene dan
direalisasikan dengan penyediaan sarana
Karakteristik Anak Terhadap
dan prasarana. Mengajarkan dan
Infeksi Kecacingan Pada Murid
membiasakan kepada anaknya tentang
Sekolah Dasar di Kecamatan Biang
pentingnya mencuci tangan sebelum
mangat kota Lhokseumawe. Thesis.
makan, sesudah bermain, dan setelah
Medan : Universitas Sumatra Utara
buang air besar.

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 260


Hubungan Kebiasaan Cuci Tngan Dengan Kejadian Cacingan.......Yuyun Tri Wahyuni, hal. 254 - 261
Keputusan Menteri Kesehatan Pencegahan dan Pemberantasan.
No.424.2006. Pedoman Jakarta: Erlangga
Pengendalian Kecacingan. [versi
elektronik]. Diakses pada tanggal
17 maret 2014,dari
http://www.hukor.depkes.go.id.pro
d.kepmenkes/KMK
Notoatmodjo.2010. Metodelogi
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta
Peter J. Hotes. 2004. Soil Transmitted
Helminth Infection The Nature,
Cause and Burden of The
Condition. WHO: Departement of
Microbiologi and Tropical
Medicine The george Washing
Pinanrdi Hadidjaja. 2008. Penuntun
Laboratorium Parasitologi
Kedokteran. FKUI: Jakarta
Rampengan. 2007. Penyakit Infeksi
Tropik Pada Anak. Edisi II.
Manado: EGC
Rehulina . 2005. Infeksi Parasit
Cacingan. [versi elektronik].
Diakses pada tanggal 17 maret
2014, dari http://pdpersi.co.id
Setyaningsih. 2008. Metodelogi
Penelitian.Edisi Revisi.Malang:
STIE Malang
Srisasi Gandahusada. 2006. Parasitologi
Kedokteran .Edisi III. FKUI:
Jakarta
Sudoyo aru. 2006. Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta: FKUI
Sugiyono.2007. Metodelogi Penelitian
Bisnis. Bandung: Alfabeta
WHO. 2011. Prevention and Control of
Schistosomiasis and Soil
Transmitted Helminthes. [versi
elektronik]. Diakses pada tanggal
18 Maret 2014, dari
http://www.WHO.Int/enity/wormco
ntrol/documents/joint
statements/en/ppc UNICEFfinal
report
WHO.2009. WHO Gudelines on Hand
hygiene in Health Care
Widoyono. 2005. Penyakit Tropis
Epidemiologi, Penularan,

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 261


Gambaran Pengetahuan Tentang Kontrasepsi Pil.......................Helen Eka Nadia Sari, hal. 262 - 265
GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG KONTRASEPSI PIL
KEPADA AKSEPTOR KB PIL DI WILAYAH PUSKESMAS
PATRANG KABUPATEN JEMBER

Helen Eka Nadia Sari*, Nur Riska Rahmawati**, Ai Nur Zannah***


*,**,*** Program Studi D III Kebidanan STIKES dr. Soebandi Jember

ABSTRACT

Contraception is an attempt of preventing a pregnancy which is available in temporary or


permanent. The oral contraceptive pill/hormonal contraceptive pill are one of the
contraceptive devices. It contains hormonal agents and is taken at a single dose of one pill
every day. It is readily available at nearby drugstores, thus allowing acceptors to obtain it
very easily without necessarily having to consult to their midwives. The objective of this
research is to identify the level of knowledge regarding the contraceptive pill device to the
acceptors of Contraceptive pill device at the coverage area of Patrang Local Health
Center. This research employs descriptive design. The population of this research is the
entire mothers registered at Patrang Local Health Center who consume contraceptive pill
device during August 2014. The sample of this research is taken using accidental sampling
technique, numbering 84 respondents. Data is tabulated using the frequency tabulation
and later, presented in the form of percentage figures along with narration. The results of
this research reveal that the knowledge of contraceptive pill acceptors at the coverage
area of Patrang Local Health Center Jember Regency is as follow: moderate (60,71%),
good (27,39%), and poor (11,90%). It is expected that the knowledge regarding the
contraceptive pill be mastered by the acceptors in order that to promote more effective use
of the pill, respectively.

Keywords: Knowledge, Acceptors of Contraceptive Pil

PENDAHULUAN menggunakan KB dan 10 orang belum


Kontrasepsi adalah upaya untuk menggunakan KB. Responden yang telah
mencegah terjadinya kehamilan upaya itu menggunakan KB menyatakan mereka
dapat bersifat sementara ataupun mengetahui KB dari tenaga kesehatan
menetap. (Mansjoer, 2009:350). sebanyak 6 orang dan 1 orang yang
Konseling awal pada akseptor kontrasepsi mengatakan mengetahui tentang KB dari
merupakan tindak lanjut KIE. Bila tetangga. Responden yang tidak
seorang telah termotivasi melalui KIE, menggunakan KB memberikan beberapa
maka selanjutnya ia perlu diberikan alasan, yaitu masih ingin mempunyai
konseling. Jenis dan bobot konseling anak, tidak tahu tentang KB, dan takut
yang diberikan sudah tentu tergantung menjadi gemuk.
pada tingkatan KIE yang telah di Berdasarkan data sekunder dari
terimanya. (Hartanto, 2006:28) Dinas Kesehatan Kabupaten Jember pada
Penelitian tentang gambaran tahun 2012 kontrasepsi terdiri dari suntik
konseling awal terhadap akseptor pil KB 17,46%; pil 47,08%; IUD 14,39%; susuk
telah dilakukan oleh Ita Eurusia (2013). 17,46%; tubektomi 1,84%; vasektomi
Penelitian ini dilakukan di desa Rafae 0,13%. Dan pemakaian alat kontrasepsi
kabupaten Belu, NTT. Penelitian aktif di jember pada tahun 2012 adalah
dilakukan pada tanggal 16 Oktober 2013 KB suntik sebesar 50,38%; KB pil
pada 17 wanita usia subur, 7 orang telah 31,81%; IUD 11,4%; KB susuk 4,90%;

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 262


Gambaran Pengetahuan Tentang Kontrasepsi Pil.......................Helen Eka Nadia Sari, hal. 262 - 265
MOW 1,13%; MOP 0,13%. Ternyata Pil yang digunakan dalam penelitian ini
menduduki peringkat ke dua, karena pil adalah Accidental Sampling yaitu teknik
KB termasuk metode yang efektif untuk penentuan sampel berdasarkan kebetulan
mencegah kehamilan dan salah satu ada atau tersedia yang sesuai dengan
metode yang paling disukai karena kriteria penelitian. Besar sampel
kesuburan langsung kembali bila penelitian dalam penelitian ini adalah 84
penggunaan dihentikan. akseptor KB pil di Wilayah Puskesmas
Kontrasepsi oral (pil KB) Pil KB Patrang Kabupaten Jember tahun 2014.
mengandung hormon, baik dalam bentuk Penelitian dilaksanakan di wilayah
kombinasi progestin dengan estrogen atau puskesmas patrang kabupaten jember
progestin saja(Mansjoer,2009:360). Pil pada tanggal 22-26 September 2014
KB mencegah kehamilan dengan cara Data dikumpulkan dengan menggunakan
menghentikan ovulasi (pelepasan sel telur data sekunder dan primer, kemudian
oleh ovarium) dan menjaga kekentalan diolah dan dianalisis dengan tabel
lendir servikal sehingga tidak dapat frekuensi (data dengan skala nominal dan
dilalui oleh sperma.(Hanafi,2002:104). ordinal).
Kelebihan pil kombinasi, antara lain:
efektifitasnya tinggi, tidak berpengaruh HASIL
pada hubungan suami istri, sedikit efek 3. Karakteristik responden berdasarkan
samping (Saifuddin2006:MK-42). umur
Data yang diperoleh dari Posyandu Tabel 5.1 Karakteristik Responden
Alamanda didapatkan jumlah akseptor Berdasarkan Umur tentang Gambaran
KB pada bulan Mei-Juni tahun 2014 Pengetahun tentang Kontrasepsi Pil
sebanyak 160 akseptor dengan pengguna kepada Akseptor Pil Kb di Wilayah
pil KB sebanyak 25 orang (15,6%). Studi Puskesmas Patrang 2014.
pendahuluan yang dilakukan kepada 10
responden akseptor KB pil di Posyandu No Umur Frekuensi
Persentase
Alamanda ditemukan 9 orang (90%) (%)
tidak pernah bertemu atau berkonsultasi 1 20-30 tahun 55 65,48%
dengan bidan dan mendapatkan pil KB 2 31-40 tahun 29 34,52%
dari apotek sedangkan 1 orang (10%) Jumlah 84 100%
yang berkonsultasi dengan bidan dan Sumber : Data primer diolah tahun 2014
mendapat pil KB dari bidan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka Berdasarkan tabel 5.1 tersebut diketahui
judul dalam penelitian ini adalah umur responden pada kelompok kasus
Gambaran Pengetahuan Tentang yaitu umur antara 20-30 tahun, yaitu
Kontrasepsi Pil Kepada Akseptor KB Pil sebanyak 55 responden (65,48%) dan
Di Wilayah Puskesmas Patrang berada pada kategori umur 31-40tahun,
Kabupaten Jember 29 responden (34,52%).
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi tingkat pengetahuan 4. Karakteristik responden berdasarkan
tentang kontrasepsi Pil kepada akseptor pendidikan
KB Pil di Wilayah Puskesmas Patrang. Tabel 5.2 Distribusi Responden
Berdasarkan Pendidikan tentang
METODOLOGI PENELITIAN Gambaran Pengetahun tentang
Desain penelitian ini adalah deskriptif Kontrasepsi Pil kepada Akseptor KB
studi kasus yaitu mengidentifikasi tingkat Pil di Wilayah Puskesmas Patrang
pengetahuan tentang kontrasepsi Pil 2014.
kepada akseptor KB Pil di Wilayah
Puskesmas Patrang. Teknik sampling

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 263


Gambaran Pengetahuan Tentang Kontrasepsi Pil.......................Helen Eka Nadia Sari, hal. 262 - 265
Persentase responden (77,39%) sedangkan dari
No Pendidikan Frekuensi
(%) masyarakat 19 responden (22,61%)
1 SD 42 50%
2 SMP 32 38,10% 7. Pengetahuan Ibu
3 SMA 10 11,10%
Jumlah 84 100% Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi
Sumber : Data primer diolah tahun 2014 Gambaran Pengetahuan Kepada Akseptor
KB Pil di Wilayah Puskesmas Patrang
Berdasarkan tabel 5.2 tersebut dapat Persntase
diketahui bahwa 42 responden (50%) No Pengetahuan Frekuensi
(%)
berpendidikan SD, 32 responden 1 Baik 23 27,39
(38,10%) berpendidikan SMP, 10 2 Cukup 51 60,71
responden (11,90%) berpendidikan SMA. 3 Kurang 10 11,90
Jumlah 84 100
5. Karakteristik responden berdasarkan Sumber : Data primer diolah tahun 2014
pekerjaan
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi gambaran pengetahuan tentang pil KB di
Respon Berdasarkan Pekerjaan tentang Wilayah Puskesmas Patrang, yang
Gambaran Pengetahuan tentang berpengetahuan baik sebanyak akseptor
Kontrasepsi KB Pil di Wilayah 23 (27,39%), berpengetahuan cukupa
Puskesmas Patrang 2014 kseptor 51 (60,71%), dan yang
Persentase berpengetahuan kurang akseptor 10
No Pekerjaan Frekuensi
(%) (11,90%).
1 IRT 84 100%
Jumlah 84 100% PEMBAHASAN
Sumber : Data primer diolah tahun 2014 1. Identifikasi Akseptor KB Pil
berdasarkan Umur berdasarkan hasil
Berdasarkan tabel 5.3 tersebut dapat penelitian diketahuai bahwa sebagian
diketahui jumlah responden berdasarkan besar usia ibu antara 20-30 tahun 55
pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga 84 (65,48%)
responden (100%) 2. Identifikasi Akseptor KB Pil
berdasarkan Pendidikan Ibu
6. Karakteristik responden berdasarkan Berdasarkan hasil penelitian diketahui
informasi bahwa sebagain besar pendidikan ibu
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi adalah SD 42 (50%). Hasil penelitian
Responden Berdasarkan Informasi ini menjelaskan bahwa tingkat
tentang Gambaran Pengetahun tentang pendidikan yang ditempuh ibu berada
Kontrasepsi Pil Kepada Akseptor KB Pil pada kategori kurang.
di Wilayah Puskesmas Patrang 2014. 3. Identifikasi Akseptor KB Pil
Persentase berdasarkan Pekerjaan Ibu
No Informasi Frekuensi
(%) Berdasarkan hasil penelitian diketahui
1 Nakes 65 77,39% bahwa sebagian ibu adalah
2 Non nakes 19 22,61%
IRT 84 (100%). Hasil penelitian ini
Jumlah 84 100%
menjelasakan bahwa ibu sebagai IRT
Sumber : Data primer diolah tahun 2014
4. Identifikasi Akseptor KB Pil
berdasarkan Informasi
Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui
Berdasarkan hasil penelitian diketahui
bahwa 84 responden paling banyak
bahwa sebagian ibu mendapat
mendapatkan informasi dari nakes 65
informasi dari nakes 65 (77,39%)

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 264


Gambaran Pengetahuan Tentang Kontrasepsi Pil.......................Helen Eka Nadia Sari, hal. 262 - 265
5. Identifikasi Akseptor KB Pil Teknik Analisis Data. Jakarta:
berdasarkan Pengetahuan Salemba Medika.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa Hartanto, Hanafi.2002. Keluarga
sebagian ibu berpengetahuan cukup Berencana Dan Kontrasepsi.
51 (60,71%) Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Hogan, Hulk. 2011. Akseptor.
KESIMPULAN http://wikiindonesia.org. [di
Berdasarkan pembahasan pada bab akses tanggal: 26 Agustus 2014]
sebelumnya, maka hasil penelitian ini Imbarwati. 2009. Beberapa faktor-faktor
dapat disimpulkan bahwa: yang berkaitan dengan
Dari hasil penelitian gambaran penggunaan KB PIL pada
pengetahuan kepada akseptor KB pil di peserta KB PIL Di Kecamatan
Wilayah Puskesmas Patrang dapat Padurungan Semarang.
disimpulkan bahwa gambaran http://IMBARWATI.pdf. [di
pengetahuan tentang kontrasepsi pil akses tanggal 27 September
kepada akseptor KB pil di Wilayah 2014]
Puskesmas Patrang termasuk dalam Mansjoer, Arif, dkk. 2009. Kapita Selekta
kategori cukup yaitu responden 51 Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.
(60,71%). Nursalam. 2003. Konsep Dan Penerapan
Metodologi Ilmu Keperawatan.
SARAN Jakarta: Medika Salemba.
Berdasarkan kesimpulan tersebut, Notoatmodjo, Soekidjo.2010. Metodologi
maka saran dalam penelitian ini adalah Penelitian Kesehatan. Jakarta:
sebagai berikut: Rineka Cipta.
6. Bagi Peneliti Selanjutnya Notoatmodjo, Soekidjo.2012. Metodologi
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya Penelitian Kesehatan. Jakarta:
untuk dapat mengembangkan variabel Rineka Cipta.
penelitian dan sampel penelitian lebih Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2006. Buku
banyak tentang pengetahuan akseptor Panduan Praktis Pelayanan
KB pil. Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan
a. Bagi Institusi Pendidikan Bina Pustaka Sarwono
Diharapkan dapat mengembangkan Prawirohardjo
penelitian yang lebih lanjut Zannah, Ai. 2012. Siklus Menstruasi
mengenai KB pil misalnya efek Mahasiswa DIII Kebidanan
samping KB pil. Tingkat III( KTI). Jember:
b. Wilayah Puskesmas Patrang AKBID dr. Soebandi Jember
Diharapkan bidan dapat ______, 2006. Alat Bantu Pengambil
memberikan informasi atau Keputusan Ber-KB. Jakarta:
penyuluhan secara efektif kepada Keluarga Berencana
calon akseptor KB pil.
c. Bagi Responden
Diharapkan menambah informasi
tentang pengetahuan KB pil,
supaya lebih siap dalam
menghadapi masalah yang mungkin
terjadi

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. aziz Alimul. 2007. Metode
Penelitian Kebidanan Dan

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 265


Gambaran Faktor-Faktor Penyebab Pernikahan Dini.......................Dina Nur Oktavia, hal. 266 - 273

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERNIKAHAN DINI


DI DESA PAKISAN KECAMATAN TLOGOSARI
KABUPATEN BONDOWOSO

Dina Nur Oktavia*, Mashun**, Herlidian Putri***

*, ***Program Studi D III Kebidanan STIKES dr. Soebandi Jember


**Yayasan Jember international School

ABSTRAK
Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
seorang suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia.Terlepas pengetahuan yang kurang akibat dari pendidikan yang rendah, seluruh
wanita yang menikah pada usia dini sebanyak 53 orang wanita yang menikah yang ada di
Desa Pakisan Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso.Tujuan Penelitian: untuk
mengetahui faktor-faktor penyebab pernikahan usia dini di Desa Pakisan Kecamatan
Tlogosari Kabupaten Bondowoso tahun 2013.Penelitian ini menggunakan metode survey
yang bersifat deskriptif dengan pendekatan crossectional.Yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah semua wanita yang melakukan pernikahan dini tahun 2013 sebear 53
orang, dan yang menjadi sampel juga sebanyak 53 orang. Penelitian ini dilakukan di Desa
Pakisan Kecamatan Tlogosari Kabupaten Bondowoso, dilakukan pada tanggal 22
September sampai 27 September 2014. Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan
kuesioner Hasil Penelitian : dari hasil 53 responden didapat, bahwa responden (66,03%)
tingkat pendidikan berada pada kategori menengah pertama, (62,27%), memiliki
pengetahuan kurang tentang pernikahan dini, (73,59%) responden memiliki penghasilan
kurang dan (88,68) berada pada kategori budaya tradisional.Dari 53 responden yang
menjadi sampel hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penyebab pernikahan dini yang
paling dominan adalah budaya.Saran: dari hasil penelitian didapatkan faktor penyebabnya
iyalah salah Stunya pendidikan yang berada dalam taraf SMP dll menurut peneliti perlu
diadakan sosialisasi lebih baik lagi tentang pernikahan dini misalnya diadakan penyuluhan
bagi masyarakat agar pola pikir maasyarakat bisa dirubah dan lebih maju.

Kata kunci : Pernikahan usia dini, Pendidikan, Pengetahuan, Sosial ekonomi dan
budaya

PENDAHULUAN (Jamali, 2006). Pernikahan menurut islam


adalah hubungan (akad) antara laki-laki
Pernikahan sejatinya merupakan
dan perempuan dengan maksud agar
suatu ikatan lahir batin antara seorang
masing-masing dapat menikmati yang
pria dengan seorang wanita, hidup
lain (istimtaa) dan untuk membentuk
bersama dalam rumah
keluarga yang sakinah dan membangun
tangga,melanjutkan keturunan (Puspita,
masyarakat yang bersih (Utsaimin, 2009).
2006). Menurut undang-undang No. 1
Dengan demikian dapat disimpulkan
Tahun 1974 pasal 1, pernikahan adalah
bahwa pernikahan adalah ikatan lahir dan
ikatan lahir batin antara seorang pria
batin antara seorang pria dan wanita
dengan seorang wanita sebagai suami
untuk membentuk keluarga yang sakinah
istri dengan tujuan membentuk keluarga
sehingga dapat membangun masyarakat
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal
yang bersih.
berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 266


Gambaran Faktor-Faktor Penyebab Pernikahan Dini.......................Dina Nur Oktavia, hal. 266 - 273
Berdasarkan Undang-Undang Agama Bandowoso pada tahun 2013
Nomor 1 tahun 1974 pasal 7 tentang menunjukan bahwa ada tiga kecamatan
pernikahan, menetapkan bahwa yang angka pernikahan dininya tinggi,
pernikahan diizinkan bila pria berusia 19 yaitu kecamatan Wringin, Tlogosari, dan
tahun dan wanita berusia 16 tahun tetapi Cerme. Wanita yang melakukan
undang-undang ini direvisi tahun 2002 pernikahan dini di Kecamatan Wringin
dengan adanya undang-undang tentang adalah 367 orang, di Kecamatan
perlindungan anak dan undang-undang Tlogosari 244 orang, dan di Kecamatan
minimum perkawinan oleh yayasan Cerme 218 orang.
kesehatan perempuan(YKP). Sedangkan Pernikahan dini menjadi titik awal
BKKBN mempertegas bahwa seorang permasalahan bagi Indonesia, selain
pria yang menikah kurang dari 25 tahun menambah cepat laju pertumbuhan
dan seorang wanita yang menikah kurang penduduk juga terlihat terus
dari 20 tahun dapat dikatakan telah meningkatnya Angka Kematian Ibu
melakukan pernikahan dini. Dengan (AKI) setiap tahun. Selain menambah
demikian dapat disimpulkan bahwa AKI, menikah di usia dini juga dapat
pernikahan diusia dini baru dapat meningkatkan resiko pada wanita
dilakukan bila usia seorang remaja sudah terserang kanker rahim. Menurut Subakti
sesuai dengan undang-undang yang (2008), pernikahan dini disebabkan oleh
berlaku di Indonesia. Indonesia masih peraturan budaya, pendidikan yang
masuk dalam katagori penduduk yang rendah, kecelakaan, keluarga cerai, sosial
mempunyai umur pernikahan dini. Dari ekonomi dan pengetahuan yang rendah.
hasil SDKI 2002/2003 rata-rata umur Selain itu dampak dari pernikahan dini
kawin bagi perempuan adalah umur 19,5 bagi perempuan yang menikah usia <20
tahun dari rata-rata umur yang menikah. th yaitu dari segi kesehatan adalah
Fenomena di masyarakat kanker leher rahim karena sel-sel rahim
menunjukan bahwa pernikahan pada usia belum matang,dengan demikian apabila
kurang dari 25 tahun bagi pria dan usia sel-sel tersebut terpapar HPV maka
kurang dari 20 bagi wanita masih banyak pertumbuhan sel akan menyimpang
kita jumpai. Data yang dilansir Badan menjadi kanker(Nouvan dkk 2010)
Pemberdayaan Perempuan Jawa Timur Berdasarkan uraian di atas, peneliti
pada tahun 2010 cukup mencengangkan. bermaksud meneliti tentang pernikahan
Di beberapa kabupaten di Jawa Timur dini dengan judul Gambaran Faktor-
terungkap angka pernikahan pertama faktor Penyebab Pernikahan dini
penduduk perempuan bawah umur 17
tahun memperlihatkan di atas 50% dari METODE PENELITIAN
total pernikahan di daerahnya, seperti Desain penelitian pada penelitian
Kabupaten Jember mencapai 56%, ini adalah analitik Deskriptif yaitu
Bondowoso 73,9%, Probolinggo 71,5%, penelitian yang dilakukan untuk
Lamongan 52,5%, Sampang 63,8%, mengetahui gambaran suatu variabel,
Pamekasan 59,2%, dan Kabupaten baik satu variabel atau lebih, tanpa
Sumenep 60%. membuat perbandingan, atau
Berdasarkan data di atas, bahwa menghubungkannya dengan variabel lain.
ada 7 kabupaten di Jawa Timur yang Desain penelitian ini bersifat cross
memiliki angka pernikahan dini di atas sectional yaitu suatu metode penelitian
50%. Salah satu kabupaten yang yang dilakukan dengan tujuan utama
memiliki angka pernikahan dini paling untuk membuat gambaran deskriptif
tinggi adalah Kabupaten Bondowoso tentang suatu keadaan secara objektif
yaitusebesar 73,9 %. Rekapitulasi Ada dua jenis data yang diambil
pernikahan dini Kantor Kementrian dalam penelitian ini, yaitu: Data Primer

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 267


Gambaran Faktor-Faktor Penyebab Pernikahan Dini.......................Dina Nur Oktavia, hal. 266 - 273
yang diperoleh dari wawancara dan 3; 3;
kuisioner. Pengambilan data primer 5,66% 5,66% Tidak
dilakukan secara langsung dengan Bekerja
melakukan kunjungan rumah, Tani
sebelumnya peneliti memperkenalkan diri
dan menjelaskan tujuan penelitian. Jika Swasta
bersedia menjadi responden maka diberi 21;
26;
kuesioner yang berisi daftar pertanyaan 49,05%Dll
39,62%
yang sudah tersusun dengan baik dan
mendampingi responden saat pengisian Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi
dimana responden memberikan atau Pernikahan Dini Ditinjau Dari Segi
memilih jawaban yang sudah tersedia. Pekerjaan di Desa Pakisan Kecamatan
Data Sekunder yang diperoleh dari data Tlogosari
kementerian agama Bondowoso
mengenai angka pernikahan dini terbesar, Berdasarkan diagram 5.2 dari 53
setelah itu ke KUA Tlogosari meminta responden tampak bahwa tingkat
data pernikahan dini pada tahun 2013 pengetahuan ibu yang menikah dini di
wilayah desa Pakisan Kecamatan
HASIL PENELITIAN Tlogosari tahun 2013 yaitu, sebagian
Pengumpulan dan penelitian ini besar responden pekerjaannya adalah
dilakukan dengan metode deskriptif bertani 26(49,05%).
dengan menentukan prosentase untuk
mengetahui faktor penyebab pernikahan
Data Khusus
dini ditinjau dari faktor pendidikan faktor
1. Pendidikan
pengetahuan, faktor sosial ekonomi,
faktor budaya. 3; 4;
0%
5,67% 7,54% Tidak
Data Umum Sekolah
1. Umur SD
7; 15; SMP
13,31% 28,30%
11; SMA
12-14
35; 20,76%
15-17 66,03%
17-19
Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi
31; Pernikahan Dini Ditinaju Dari Segi
58,49%
Pendidikan Di Desa Pakisan
Kecamatan Tlogosari Kabupaten
Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi
Bondowoso tahun 2013
Pernikahan Dini Ditinjau Dari Segi
Umur Menikah di Desa Pakisan
Berdasarkan diagram 5.3 dari 53
Kecamatan Tlogosari
responden tampak bahwa tingkat
pendidikan ibu yang menikah dini di
Berdasarkan diagram 5.1 dari 53
wilayah desa Pakisan Kecamatan
responden tampak bahwa umur ibu yang
Tlogosari tahun 2013 yaitu, didapatkan
menikah dini di wilayah desa Pakisan
Sebagian besar responden memiliki
Kecamatan Tlogosari tahun 2013 yaitu,
pendidikan SMP sebesar 35 orang
sebagian besar responden dalam kategori
(66,03%).
umur 15-17 sebesar (58,49%).

2. Pekerjaan

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 268


Gambaran Faktor-Faktor Penyebab Pernikahan Dini.......................Dina Nur Oktavia, hal. 266 - 273
2. Pengetahuan 4. Budaya
9; 6;
16,98% 11; 11,32%
20,76%Baik
Modern
Cukup
Tradisional
Kurang
33; 47;
62,27% 88,68%

Tabel 1.4 Distribusi Frekuensi


Tabel 1.6 Distribusi Frekuensi
Pernikahan Dini di Tinjau dari Segi
Pernikahan Dini di Tinjau dari Segi
Pengetahuan Di Desa Pakisan
Budaya di Desa Pakisan Kecamatan
Kecamatan Tlogosari Kabupaten
Tlogosari Kabupaten Bondowoso
Bondowoso tahun 2013
tahun 2013
Berdasarkan diagram 5.4 dari 53
Berdasarkan diagram 5.6 dari 53
responden tampak bahwa tingkat
responden tampak bahwa Sosial Ekonomi
pengetahuan ibu yang menikah dini di
ibu yang menikah dini di wilayah desa
wilayah desa Pakisan Kecamatan
Pakisan Kecamatan Tlogosari tahun 2013
Tlogosari tahun 2013 yaitu,sebagian
sebagian besar responden mengangkat
besar responden dalam kategori kurang
budaya tradisional sebesar 47(88,68%).
sebesar 33(62,27%).
3. Sosial Ekonomi
PEMBAHASAN
2; Berdasarkan hasil data yang
3,77% 12;
22,64% didapatkan dari Kantor Kementrian
Baik Agama Bondowoso dan KUA Kecamatan
Cukup
Tlogosari Kabupaten Bondowoso pada
tahun 2013 terdapat 224 kasus
Kurang
pernikahan di usia dini di Kecamatan
39; Tlogosari Kabupaten Bondowoso dan
73,59% terdapat angka 53 pernikahan dini di
Desa Pakisan Kecamatan Tlogosari
Tabel 1.5 Distribusi Frekuensi
Kabupaten Bondowoso.Pada bab ini
Pernikahan Dini di Tinjau dari Segi
dipaparkan tentang hasil penelitian sesuai
Sosial Ekonomi Di Desa Pakisan
dengan rumusan masalah dan tujuan
Kecamatan Tlogosari Kabupaten
penelitian yang ada pada bab
Bondowoso tahun 2013
pendahuluan, yang dilakukan melalui
pengisian kuesioner dengan
Berdasarkan diagram 5.5 dari 53
menggunakan daftar pertanyaan yang
responden tampak bahwa Sosial Ekonomi
diajukan kepada responden sebanyak 53
ibu yang menikah dini di wilayah desa
orang di Wilayah Desa Pakisan
Pakisan Kecamatan Tlogosari tahun 2013
Kecamatan Tlogosari Kabupaten
yaitu,pada taraf sosial ekonomi sebagian
Bondowoso.Hasil penelitian ini meliputi
besar dalam kategori kurang 39(73,59%).
Gambaran faktor-faktor penyebab
pernikahan dini dan tujuan khusus untuk
meneliti tentang faktor-faktor penyebab
pernikahan dini dari beberapa faktor-
faktor penyebab ditinjau dari segi

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 269


Gambaran Faktor-Faktor Penyebab Pernikahan Dini.......................Dina Nur Oktavia, hal. 266 - 273
pendidikan,pengetahuan, sosial ekonomi mendewasakan seseorang
dan budaya. berperilaku baik, sehingga dapat
Pada penelitian sebelumnya Nandang memilih dan membuat keputusan
Mulyana, 2007 dengan judul Faktor- dengan cepat.Peneliti berpendapat
faktor Yang Berhubungan dengan Usia bahwasanya Pendidikan memang
Menikah Muda Pada Wanita Dewasa merupakan salah satu penyebab
Muda Di Kelurahan Mekawarwangi Kota responden melakukan pernikahan
Bandung dari hasil penelitian dini karena dengan berpendidikan
menunjukkan ada hubungan antara tinggi, maka wawasan semakin
pendidikan orang tua dengan kejadian bertambah dan semakin menyadari
menikah muda pada wanita dewasa muda bahwa begitu penting untuk
di kelurahan Mekarwangi Kota Bandung menunda pernikahan hingga usia
dengan derajat hubungan sedang dan dewasa.Peran pendidikan dari
resiko sebesar 7.667 kali lipat. Ada individu itu sendiri yang mempunyai
hubungan antara umur orang tua saat peran besar.
menikah dengan kejadian menikah muda Jika seorang anak yang putus sekolah
pada wanita dewasa muda di kelurahan pada usia wajib sekolah, kemudian
Mekarwangi Kota Bandung dengan mengisi waktu mereka dengan
derajat hubungan rendah dan resiko bekerja. Saat anak mulai
sebesar 3.286 kali lipat.Ada hubungan berpenghasilan sendiri dan merasa
antara pendidikan individu dengan cukup mandiri, sehingga merasa
kejadian menikah muda pada wanita sudah mampu menghidupi diri
dewasa muda di kelurahan Mekarwangi sendiri maka mereka lebih percaya
Kota Bandung dengan derajat hubungan diri untuk menikah di usia dini hal
rendah dan resiko sebesar 4.259 kali ini juga terjadi pada anak yang
lipat.Tidak ada hubungan antara belum bisa bekerja ataupun
pengetahuan individu dengan kejadian menganggur dalam keadaan putus
menikah muda pada wanita dewasa muda sekolah mereka biasanya jenuh tanpa
di kelurahan Mekarwangi Kota pikir panjang anak tersebut merasa
Bandung.Tidak ada hubungan antara dirinya tidak melakukan kegiatan
sikap individu dengan kejadian menikah apapun dan ingin mengisi
muda pada wanita dewasa muda di kekosongan dengan menikah.
kelurahan Mekarwangi Kota Bandung. Pendidikan erat kaitannya dengan
1. Pendidikan pernikahan dini, seseorang yang
Tingkat pendidikan ibu yang menempuh pendidikan sebagian
menikah dini di wilayah desa besar usia remajanya digunakan
Pakisan Kecamatan Tlogosari tahun untuk bersekolah. Sedangkan,
2013 yaitu, didapatkan Sebagian seseorang yang tidak menempuh
besar responden memiliki pendidikan pendidikan di bangku sekolah maka
menengah pertama sebesar 35 orang akan terjerat dalam pernikahan dini.
(66,03%). 2. Pengetahuan
Pendidikan adalah proses Dari 53 responden tampak bahwa
membimbing manusia dari tingkat pengetahuan ibu yang
kegelapan, kebodohan dan menikah dini di wilayah desa
kecerdasan pengetahuan. Dalam Pakisan Kecamatan Tlogosari tahun
artian, pendidikan baik yang formal 2013 yaitu,sebagian besar responden
maupun informal,tingkah laku (Azrul dalam kategori kurang sebesar
Aswar).pendidikan merupakan suatu 33(62,27%).
yang mempengaruhi perilaku Pengatahuan adalah hasil dari tahu,
seseorang dan pendidikan dapat dan terjadi setelah orang melakukan

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 270


Gambaran Faktor-Faktor Penyebab Pernikahan Dini.......................Dina Nur Oktavia, hal. 266 - 273
pengindraan terhadap objek tertentu. Indonesia). pendapat yang
Pengindraan terjadi melalui panca dikemukakan oleh Alfiyah (2010)
indra manusia yakni penglihatan, yang menyatakan bahwa perkawinan
pendengaran, penciuman, peraba, usia muda terjadi karena keadaan
dan perasa (Notoadmojo, 2007). keluarga yang hidup dibawah garis
Pengetahuan didapatkan dari kemiskinan, untuk meringankan
pendidikan, baik pendidikan formal beban orang tuanya maka anak
maupun non formal.pengetahuan wanitanya dikawinkan dengan orang-
mencakup penalaran, penjelasan, dan orang yang dianggap mampu.Sosial
pemahaman manusia tentang segala ekonomi adalah kedudukan atau
sesuatu, termasuk praktek atau posisi seseorang dalam kelompok
kemauan teknis dalam memecahkan masyarakat yang ditentukan oleh
berbagai persoalan hidup yang belum jenis aktifitas ekonomi,pendidikan
dibuktikan secara sistematis (Azwar, serta pendapatan.
1996). Hasil penelitian juga memaparkan
Peneliti menyatakan bahwa dari hasil bahwa faktor Pernikahan dini salah
penelitian sebagian besar responden satu pemicunya adalah sosial
memiliki pengetahuan yang kurang ekonomi yang disebabkan oleh
tentang pernikahan dini pada seluruh faktor sosial ekonomi,dari sampel 53
responden, pengetahuan erat responden bisa dilihat dari
kaitannya dengan wawasan dan pertanyaan yang diberikan pada
pengalaman yang diperolah dari kuisioner mengenai penghasilan atau
pendidikan karena pendidikan para kemampuan memenuhi kebutuhan
responden masih rendah, hal ini sehari-hari didapatkan jawaban yang
berdampak pada pengetahuan atau terhitung tingkat sosial ekonomi
pemahaman pada hal-hal yang sebagian besar dalam taraf rendah.
bersifat teori,ilmu Pernikahan dini yang disebabkan
pengetahuan,maupun pemahaman oleh faktor sosial ekonomi biasanya
dalam menuangkan pikiran yang ada dilakukan oleh keluarga dengan
kemudian diaplikasikan dalam status ekonomi menengah ke bawah
tindakan. Pernikahan Dini salah karena anak yang putus sekolah
satunya juga disebabkan oleh Faktor karena ketidakmampuan orang tua
pengetahuan Pengetahuan Individu dalam membiayai kebutuhan sekolah
mengenai Pernikahan dini Juga sehingga mereka menganggur. Suatu
mengambil peran penting karena desakan ekonomi pada keluarga
individu tersebut belum tau tentang sehingga para orang tua mempunyai
makna ataupun tujuan pernikahan hal pemikiran bahwasanya melakukan
ini berdampak pada kesiapan pernikahan dini sebagai jalan keluar
pernikahan itu sendiri. untuk mengurangi beban ekonomi
3. Sosial Ekonomi keluarga.
dari 53 responden tampak bahwa 4. Budaya
Sosial Ekonomi ibu yang menikah Berdasarkan diagram diatas dari 53
dini di wilayah desa Pakisan responden tampak bahwa Sosial
Kecamatan Tlogosari tahun 2013 Ekonomi wanita yang menikah dini
yaitu,Sosial ekonomi adalah di wilayah desa Pakisan Kecamatan
kedudukan atau posisi seseorang Tlogosari tahun 2013 yang
dalam kelompok masyarakat yang mengangkat budaya modern sebesar
ditentukan oleh jenis aktifitas 6 orang(11,32%),Tradisional sebesar
ekonomi, pendidikan serta 47 orang(88,68%).
pendapatan. (wikipedia bahasa

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 271


Gambaran Faktor-Faktor Penyebab Pernikahan Dini.......................Dina Nur Oktavia, hal. 266 - 273
Budaya adalah bentuk jamak dari mengajarkan tentang dampak dari
buddhi yang berarti budi atau pernikahan dini.
akar atau semua hal-hal yang
berkaitan dengan akal. Kebudayaan KESIMPULAN
merupakan keseluruhan yang 1. Faktor penyebab pernikahan dini
kompleks, yang di dalamnya ditinjau dari pendidikan Sebagian
terkandung ilmu pengetahuan, besar pendidikan dalam tingkat
kepercayaan, kesenian,moral atau menengah pertama sebanyak
kebiasaan yang didapatkan oleh (66,03%) responden
manusia sebagai anggota masyarakat 2. Faktor penyebab pernikahan dini
Hal ini sesuai dengan pendapat yang ditinjau dari pengetahuan sebagian
dikemukakan oleh (Darmawan besar dalam kategori kurang sebanyak
,2010) yang menyatakan bahwa (962,27%) responden.
perkawinan usia dini terjadi karena 3. Faktor penyebab pernikahan dini
orang tuanya takut anaknya ditinjau dari tingkat sosial ekonomi
dikatakan perawan tua sehingga sebagian besar responden dalam
harus segera di nikahkan. kategori kurang sebanyak (73,59%)
Dari hasil penelitian awal pada studi responden.
pendahuluan didapatkan jawaban 4. Faktor penyebab pernikahan dini
yang unik dari responden yaitu ditinjau dari budaya sebagian besar
melakukan pernikahan dini bahwa berada pada katagori tradisional
dari sebagian besar responden sebanyak (88,68%) responden.
mengungkapkan melakukan
pernikahan dini karena memang adat SARAN
ditempat mereka hal ini sudah Jika dilihat dari faktor penyebab
terbentuk dari orang tua individu dan pernikahan dini ternyata dari hasil
lingkungan sehingga para wanita penelitian dari segi pendidikan terbesar
yang melakukan pernikahan dini dalam taraf SMP dan pengetahuan
sudah terbentuk pola pikirnya. Hal responden masih kurang terhadap
ini secara jelas menjadi faktor pernikahan dini dari faktor pemicu lain
pemicu pernikahan dini.faktor sosial iyalah ekonomi yang menjadi sebab
budaya, masih banyak lingkungan karena ekonomi di desa tersebut masih
masyarakat yang mempunyai tergolong dalam taraf yang rendah setelah
pandangan bahwa anak gadis yang itu disusul oleh faktor budaya dimana
sudah menstruasi dianggap sudah masyarakat masih mempercayai budaya
dewasa dan siap untuk berkeluarga. peninggalan leluhur mereka atau kental
Bahkan ada pandangan bahwa dengan adat budaya tradisional yang
kedewasaan seorang gadis dinilai maih melekat dalam tradisi masyarakat
dari status perkawinannya, status Desa Pakisan.Menurut peneliti berkaitan
janda dianggap lebih baik dari pada dengan faktor-faktor penyebab
status perawan tua dan ini menjadi pernikahan dini di Desa Pakisan perlu
beban keluarga. Sehingga anak gadis diadakan Sosialisasi lebih baik lagi
disini tidak mempunyai pilihan lain tentang pernikahan dini misalnya
selain menikah sesegera mungkin diadakan penyuluhan bagi masyarakat
agar keluarga dipandang negatif. setempat tentang materi pernikahan dini
Solusinya untuk menekan angka baik dari segi penyebab maupun dampak
kejadian pernikahan dini anak muda pernikahan dini agar masyarakat dapat
harus mengisi kekosongan waktu merubah pola pikir mereka yang lebih
dengan hal-hal produktif, orang tua maju dan baik, maupun kebiasaan yang
maupun institusi pendidikan sudah melekat sehari-hari tentang

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 272


Gambaran Faktor-Faktor Penyebab Pernikahan Dini.......................Dina Nur Oktavia, hal. 266 - 273
pernikahan dini dengan harapan agar bisa Keperawatan Pedoman Skripsi
diperbaiki. Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba
DAFTAR PUSTAKA Medika.
Eddy dan Shinta, 2009, Pernikahan Usia Sugiyono, (2010) , Statistika Untuk
Dini Dan Permasalahannya, Sari Penelitian., Bandung: Penerbit
Pediatri,Vol.11, No.2, Jakarta Alfabeta.
Ellya, Eva, dkk, (2010), Buku Saku Abdurrahman, (2011)., Dasar-Dasar
Metodologi Untuk Mahasiswa Metode Statistika Untuk Penelitian,
Diploma Kesehatan. Jakarta: CV. Bandung: Penerbit cv.pustaka setia
Trans Info Media. Sarwono, S.W. 2007. Psikologi Remaja.
Manuaba,(1998), Buku Sinopsis Obstetri Jakarta : PT RajaGrafindo Persada
Jakarta:Penerbit buku kesehatan Manuaba, 2005, Memahami Kesehatan
UUD perkawinan, hukum.ub.ac.id/wp- Reproduksi Wanita, Penerbit
content/JP45.pd Arcan, Jakarta.
Jayadiningrat ,2006 Pernikhan dini pada
mayarakat Indonesia,Jakarta:PT
Rineka Cipta
Alfiyah. (2010). Faktor-faktor
Pernikahan Dini.
http://alfiyah23.student.um.ac.id.
Diakses 1 juli 2014
Ellya, Eva, dkk, (2010), Kesehatan
Reproduksi Wanita, Jakarta :
Penerbit Buku Kesehatan.
Al-Gifari, A. 2002. Pernikahan Dini
Dilema Generasi Ekstravaganza.
Bandung : Mujahid Press
BKKBN. 2005. AKI Angka Kematian
Ibu. http: //id.google.co.id/BKKBN
/AKI.
Glasier, 2006. Keluarga Berencana dan
Kesehatan Reproduksi .EGC,
Jakarta.
Notoatmodjo, 2009, Pengembangan
Sumber Daya Manusia. Rineka
Cipta. Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo, ( 2010),
Metodologi Penelitian Kesehatan,
Jakarta.: Penerbit Rineka Cipta.
Nugroho , Taufan, dkk, (2010),
Kesehatan Wanita, Gender dan
Permasalahannya, Yogyakarta:
Penerbit Nuha Medika.
Nursalam, (2003), Konsep dan
Penerapan Metode Penelitian Ilmu
Keperawatan, Jakarta: Penerbit
Info Medika.
Nursalam. (2011). Konsep & Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 273


Tingkat Pengetahuan Akseptor KB Suntik 3 Bulan......................... Uswatun Hasanah, hal. 274 - 279
TINGKAT PENGETAHUAN AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN
TENTANG AMENORE SEKUNDER AKIBAT
PEMAKAIAN KB SUNTIK 3 BULAN
DI PUSKESMAS MUMBULSARI

Uswatun Hasanah*, Moch. Wildan**, Mussia***

*, *** Program Studi D III Kebidanan STIKES dr. Soebandi Jember


**Poltekkes Kemenkes Malang

ABSTRACT

Given the injectable contraceptive method is one effective way of family planning, and the
more the number of selected users, but still many are also obtained syringes acceptor
kontrasepasi samping.Tujuan effects experienced researchers to determine the level of
knowledge of family planning acceptors injecting 3 months of amenorrhea side effects in
the village of Taman Sari Subdistrict Mumbulsari in good level, pretty and less. The
research used a descriptive quantitative research.
The sampling technique used in this study is sampling saturated. The tools used for data
collection was a questionnaire. According Nursalam (2003), the results to determine the
level of knowledge acquisition are categorized according to the following data: Good: 76-
100%, Enough: 56-75%, Poor: <56%
Based on the level of knowledge of family planning acceptors injecting 3 months in the
village of Taman Sari subdistrict Mumbulsari 2014 namely, (Both 18.18%), (Simply
36.36%), (less 45.45%).
Mother's knowledge about the side effects of amenorrhea can affect acceptor in using
injectables 3 months, the knowledge can be influenced by age and education. Mother's
education level affects the acceptor knowledge about the side effects injectables ie 3
months of amenorrhea.
Based on the conclusions of this Scientific Writing in response to the research objectives is
the level of knowledge of family planning acceptors injecting 3 months in the village of
Taman Sari subdistrict Mumbulsari 2014 namely, Well 18.18%, 36.36% Enough, Less
45.45%. This is influenced by the majority of respondents elementary education and not
school.

Keywords: Injectable contraception, side effects amenorrhea

PENDAHULUAN KB mempunyai peranan dalam


Keluarga Berencana (KB) adalah menurunkan resiko kematian ibu melalui
tindakan yang membantu pasangan suami pencegahan kehamilan melalui
istri untuk menghindarkan kehamilan pendewasan usia hamil, menjarangkan
yang tidak diinginkan, mendapatkan kehamilan atau membatasi kehamilan
kelahiran yang memang sangat bila anak dianggap cukup. Setiap wanita
diinginkan, mengatur interval kehamilan, berhak memperoleh informasi dan
mengontrol waktu saat kelahiran dalam mempunyai akses terhadap metode KB
hubungan dengan umur suami istri serta yang mereka pilih efektif, aman,
menentukan dalam jumlah anak dalam terjangkau dan juga metode-metode
keluarga (Suratun, 2008). pengendalian kehamilan yang tidak
bertentangan dengan hukum dan

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 274


Tingkat Pengetahuan Akseptor KB Suntik 3 Bulan......................... Uswatun Hasanah, hal. 274 - 279
perundang-undangan yang berlaku peserta KB 1.171.619 orang atau
(Pinem, 2009). 109,86% dari PPM (Prakiraan
Macam-macam metode Permintaan Masyarakat) 1.066.462
kontrasepsi tersebut adalah intra uterine orang, namun untuk tahun 2011, jumlah
devices (IUD), implant, suntik, kondom, peserta KB baru naik menjadi 1.317.768
metode operatif untuk wanita orang atau 110,42 %. Dari data BKKBN
(tubektomi), metode operatif untuk pria Jatim, tercatat total jumlah KB aktif
(vasektomi), dan kontrasepsi pil hingga Desember 2011 di Provinsi Jatim
(Mansjoer, 2001). Semua metode sebanyak 6.150.153 peserta atau 126,
kontrasepsi mempunyai efek samping 46% dengan prevalensi 76,95% terhadap
(akibat) pemakaian KB, bukan gejala jumlah PUS (Pasangan Usia Subur)
suatu penyakit, yang harus diketahui oleh sebanyak 7.992.674 peserta. Dan dari
pemakai (akseptor) sebelum 6.150.153 peserta KB aktif itu, terbanyak
memakainya. Sebagian besar para adalah menggunakan KB suntik (48,2%).
pasangan usia subur di Indonesia Kemudian, Pil (21,01%), IUD/Spiral
menggunakan kontrasepsi suntik (14%), Implan (8,5%), medis operatif
(Suzzane, 2009). Ini di sebabkan karena wanita (5%), medis operatif pria (0,4%),
aman, efektif, sederhana, dan murah. dan kondom (1,5%).
Cara ini mulai di sukai masyarakat kita Sedangkan dari data Puskesmas
dan diperkirakan setengah juta pasangan Mumbulsari, tercatat total jumlah KB
memakai kontrasepsi suntikan untuk aktif hingga bulan Desember tahun 2013
mencegah kehamilan. Namun demikian didapatkan 113.393 peserta, jumlah PUS
KB suntik juga mempunyai banyak efek sebanyak 13517 peserta. Dari 113.393
samping, seperti amenorea (30%), akseptor KB aktif itu, total terbanyak
spotting (35%) (bercak darah), dan hingga bulan Desember tahun 2013 di
menoragia, seperti halnya dengan Desa Taman Sari Kecamatan Mumbulsari
kontrasepsi hormonal lainnya dan adalah menggunakan KB Pil (51304
dijumpai pula keluhan mual, sakit kepala akseptor). Kemudian, Suntik (45463
(<1-17%) (pusing), galaktorea (90%), akseptor), Implan (7025 akseptor),
perubahan berat badan (7-9%) (Hartanto IUD/Spiral (6499 akseptor), Kondom
dkk, 2005). (1950 akseptor), Medis Operatif Wanita
World Health Organization (960 akseptor), dan Medis Operatif Pria
(WHO) mengatakan bahwa jumlah (192 akseptor).
pengguna kontrasepsi suntik yaitu Calon akseptor maupun akseptor
sebanyak 4.000.000 orang. Menurut KB harus mengetahui efek samping
Departemen Kesehatan Republik maupun tanda bahaya dari metode
Indonesia (2011), prevalensi kontrasepsi kontrasepsi yang dipakainya, terutama
menurut alat atau cara kontrasepsi akseptor KB suntuk 3 bulan. Hal ini
berdasarkan hasil survey peserta aktif diperlukan agar akseptor mampu
tahun 2011, menunjukan bahwa memecahkan yang berhubungan dengan
prevalensi pengguna kontrasepsi di penatalaksanaan efek samping dari KB
Indonesia 75,96%, alat atau cara dan terhindar dari gejala-gejala
kontrasepsi yang dominan dipakai adalah kecemasan dan salah penyesuaian diri.
suntik (46,47%), pil (25,81%), IUD Pengetahuan juga merupakan salah satu
(11,28%), implant (8,82%), MOW faktor yang mempengaruhi kelestarian
(3,49%), MOP (0,71%), dan kondom peserta KB. (Hartanto, 2004).
(2,96%). Mengingat metode kontrasepsi
Peserta program Keluarga suntik merupakan salah satu cara KB
Berencana (KB) di Jawa Timur terus yang efektif, terpilih dan banyak jumlah
mengalami kenaikan. Bila di tahun 2010, penggunanya, namun masih banyak juga

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 275


Tingkat Pengetahuan Akseptor KB Suntik 3 Bulan......................... Uswatun Hasanah, hal. 274 - 279
didapatkan akseptor kontrasepasi suntik Populasi dalam penelitian ini adalah
yang mengalami efek samping sehingga akseptor KB suntik 3 bulan di Desa
para akseptor mengalami kekhawatiran, Taman Sari Kecamatan Mumbulsari
kecemasan yang berlebihan, sehingga Jember sebanyak 404 responden. Pada
sebaiknya sebelum menggunakan penelitian ini peneliti mengambil sampel
kontrasepsi suntik satu bulan akseptor 404 responden. Lokasi yang digunakan
harus mengetahui dan memahami tentang dalam penelitian ini adalah di Desa
efek samping yang ditimbulkannya Taman Sari Kecamatan Mumbulsari
sehingga tidak menimbulkan drop out Jember. Penelitian dilaksanakan pada
bagi akseptor kontrasepsi suntik. bulan September.
Dari Pemakaian KB Suntik
(45.463 akseptor) yang mengalami efek PEMBAHASAN
samping bejumlah (404 orang), dari 404 A. Interprestasi dan Diskusi Hasil
orang yang mengalami efek samping itu, Penelitian
yang mengalami amenorea sekunder Berdasarkan tingkat pengetahuan,
terdapat 33 orang. tampak bahwa tingkat pengetahuan
Dan dari data diatas penulis akseptor KB suntik 3 bulan di wilayah
tertarik melakukan penelitian tentang desa Taman Sari Kecamatan Mumbulsari
tingkat pengetahuan akseptor KB suntik 3 tahun 2014 yaitu, (Baik 18,18%), (Cukup
bulan tentang efek samping amenore 36,36%), (Kurang 45,45%).
akibat pemakaian KB suntik 3 bulan di Menurut Hartanto (2004) periode
Desa Taman Sari Kecamatan usia istri 20-35 tahun ini merupakan
Mumbulsari. periode usia paling baik untuk
Berdasarkan latar belakang yang melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang
telah diuraikan diatas, maka rumusan dan jarak antara kelahiran adalah 2-4
masalah dalam penelitian ini Bagaimana tahun. Pada masa usia ini perempuan
tingkat pengetahuan akseptor KB suntik 3 sedang ada pada masa puncak kesuburan
bulan tentang efek samping amenore pada masa puncak ini perempuan akan
akibat pemakaian KB suntik 3 bulan di lebih peka dan sensitif dan pada usia
Desa Taman Sari Kecamatan subur ini perempuan akan mengalami
Mumbulsari?. peningkatan berat-badan. Pada usia ini
juga sangat cocok bagi wanita untuk
METODE PENELITIAN hamil dan melahirkan karena organ
Ditinjau dari segi tujuan penelitian reproduksinya yang masih berfungsi
yang hendak dicapai, penelitian ini dengan baik. Pada usia ini diperlukan
menggunakan penelitian deskriptif jenis kontrasepsi yang mempunyai
kuantitatif yaitu penelitian yang efektivitas cukup tinggi, reversibilitas
dilakukan cukup tinggi karena peserta masih
dengan tujuan utama untuk membuat mengharapkan punya anak lagi, dapat
gambaran atau deskripsi suatu keadaan dipakai 2-4 tahun yaitu sesuai dengan
secara objektif (Notoatmodjo, 2010). jarak kehamilan anak yang direncanakan.
Kuantitatif, yaitu data yang dipaparkan Berdasarkan hasil penelitian diketahui
dalam bentuk angka (Riwidikdo, 2009). bahwa umur ibu yang menggunakan KB
Metode ini digunakan untuk suntik 3 bulan rata-rata paling banyak
memecahkan atau menjawab usia antara 20-35 adalah 15 orang
permasalahan yang sedang dihadapi pada (45,45%).
situasi sekarang. Penelitian ini Pendidikan adalah aktivitas dan
menggambarkan tentang tingkat usaha manusia untuk meningkatkan
pengetahuan akseptor KB suntik 3 bulan kepribadiannya dengan jalan membina
tentang efek samping. potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 276


Tingkat Pengetahuan Akseptor KB Suntik 3 Bulan......................... Uswatun Hasanah, hal. 274 - 279
(pikir, karsa, rasa, cipta dan budi nurani). Menurut Notoadmodjo (2002)
Berdasarkan hasil penelitian diketahui pengetahuan adalah hasil tahu, hal ini
bahwa sebagian pendidikan ibu adalah setelah orang melakukan penginderaan
SD 15 orang (45,45%). Hasil penelitian terhadap suatu objek tertentu.
ini menjelaskan bahwa tingkat Pengetahuan ibu dapat diperoleh dari
pendidikan ibu berada pada kategori beberapa faktor baik formal seperti
rendah. Menurut pendapat Notoadmodjo pendidikan yang didapat di sekolah
(2007) yang menyatakan bahwa maupun non formal.
pendisikan mempengaruhi proses belajar, Pengetahuan merupakan faktor
makin tinggi pendidikan seorang makin yang penting untuk terbentuknya
tinggi pendidikan seseorang makin tindakan seseorang. Hal ini dikuatkan
mudah orang tersebut untuk menerima oleh penelitian yang dilakukan Sunoto
informasi. Dengan pendidikan tinggi (2001) yang mengungkapkan bahwa
maka seseorang akan cenderung untuk prilaku yang didasari oleh pengetahuan
mendapatkan informasi, baik dari orang akan lebih langgeng daripada perilaku
lain maupun dari media massa. Semakin yang tidak didasari pengetahuan
banyak informasi yang masuk semakin (Notoadmodjo,2002).
banyak pula pengetahuan yang didapat Pengetahuan Ibu tentang Efek
tentang kesehatan. Samping Amenore dapat mempengaruhi
Pendidikan menunjukkan jumlah ibu dalam menggunakan KB Suntik 3
informasi yang diperoleh seseorang. Bulan. Semakin baik pengetahuan Ibu
Pendidikan memiliki andil besar tentang keunggulan dan kelemahan KB
membentuk perilaku seseorang karena Suntik 3 Bulan, ibu akan terdorong untuk
didalam pendidikan baik formal ataupun menggunakan KB Suntik 3 Bulan. Begitu
informal terdapat sejumlah informasi. juga sebaliknya, semakin rendah
Informasi ini akan menjadi dasar bagi ibu pengetahuan ibu tentang keunggulan dan
dasar berprilaku, artinya prilaku kelemahan, maka semakin sedikit pula
seseorang akan ditentukan dengan ibu yang akan menggunakan KB Suntik 3
informasi yang dimilikinya. Bulan. Pengetahuan merupakan dasar
Pengetahuan Ibu tentang Efek terbentuk perilaku seseorang, orang
Samping Amenore Akibat Pemakaian KB cenderung bertindak atau berprilaku
Suntik 3 Bulan adalah Menurut sesuai dengan apa yang dia ketahui.
Wiknjosastro (2005), amenore yaitu Berdasarkan teori dan hasil
keadaan apabila seorang wanita pernah penelitian dapat disimpulkan bahwa efek
mengalami haid, tetapi kemudian tidak samping penggunaan KB suntik 3 bulan
haid lagi. Amenorea lebih menunjuk salah satunya adalah amenore (Hanafi,
kepada sebab-sebab yang timbul 2002). Pengetahuan ibu tentang efek
kemudian dalam kehidupan wanita, samping amenore dapat mempengaruhi
seperti gangguan gizi, gangguan ibu dalam menggunakan KB suntik 3
metabolisme, tumor-tumor, penyakit bulan, pengetahuan bisa dipengaruhi oleh
infeksi dan lain-lain. Amenore pada umur dan pendidikan. Tingkat pendidikan
akseptor kontrasepsi suntik terjadi karena ibu berpengaruh terhadap pengetahuan
ketidakseimbangan hormon, akseptor mengenai efek samping KB
menyebabkan endometrium mengalami suntik 3 bulan yaitu amenore. Semakin
perubahan histologi berupa degenerasi tinggi tingkat pendidikan seseorang akan
atau atropi. Berdasarkan hasil penelitian berpengaruh terhadap tingkat
diperoleh sebagian besar tingkat pengetahuannya.
pengetahuan ibu berada pada kategori
kurang 15 orang (45,45%).

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 277


Tingkat Pengetahuan Akseptor KB Suntik 3 Bulan......................... Uswatun Hasanah, hal. 274 - 279
KESIMPULAN Penelitian Suatu Pendekatan
Berdasarkan hasil penulisan pada Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
bab sebelumnya, maka dapat dibuat suatu Bobak. (2004). Buku Ajar Keperawatan
kesimpulan dari Karya Tulis Ilmiah ini Maternitas. Edisi Keempat. Jakarta:
sebagai jawaban dari tujuan penelitian EGC.
adalah tingkat pengetahuan akseptor KB Burhanudin. (2011). Perempuan Miliki
suntik 3 bulan di wilayah desa Taman 12 Hak Reproduksi. Bersumber
Sari Kecamatan Mumbulsari tahun 2014 dari: http://garutnews.com/
yaitu, Baik 18,18%, Cukup 36,36%, (diakses tanggal 20 Juli 2014).
Kurang 45,45%. Hal ini dipengaruhi oleh Depkes RI. (2011). Profil Data Kesehatan
mayoritas pendidikan responden SD dan Indonesia. Jakarta: Departemen
Tidak Sekolah. Kesehatan Republik Indonesia.
Dinkes Jawa Timur. (2011). Data
SARAN Informasi Kesehatan Provinsi Jawa
1. Bagi Peneliti Selanjutnya Timur. Surabaya: Departemen
Diharapkan agar dapat melanjutkan Kesehatan Jawa Timur.
penelitian dengan variabel lain yang Glasier, Anna, Ailsa Gebbie. (2006).
berhubungan dengan tingkat Keluarga Berencana dan
pengetahuan akseptor KB suntik 3 Kesehatan Reproduksi. Jakarta:
bulan tentang efek samping amenore. EGC.
2. Bagi Institusi Pendidikan Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar
Diharapkan dapat dijadikan referensi Pelayanan Keluarga Berencana.
dan bahan bacaan di perpustakaan, Yogyakarta: Pustaka Rihama.
sehingga dapat dijadikan bekal Hartanto. (2003). Keluarga Berencana
dan Kontrasepsi. Jakarta: CV.
mahasiswa sehubungan dengan tingkat
Mulia Sari.
pengetahuan akseptor KB suntik 3 ___________. (2004). Keluarga
bulan tentang efek samping amenore. Berencana dan Kontrasepsi.
3. Bagi Puskesmas Cetakan ke 5, Jakarta: Pustaka
Diharapkan kepada petugas kesehatan Sinar Harapan.
setempat dapat meningkatkan kualitas Hasan, Alwi. (2007). Kamus Besar
pelayanan dengan melakukan Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
penyuluhan kepada akseptor KB Pustaka.
Hidayat. (2007). Metode Pendidikan
mengenai efek samping KB suntik 3
Keperawatan dan Teknik Analisis
bulan. Data. Jakarta: Salemba Medika.
4. Bagi masyarakat ___________. (2008). Riset
Diharapkan ibu akseptor KB suntik 3 Keperawatan dan Teknik
bulan menanyakan kepada petugas Penulisan Ilmiah. Jakarta:
kesehatan mengenai efek samping KB Salemba Medika.
suntik 3 bulan sehingga masyarakat ___________. (2010). Metode
mendapatkan informasi yang benar Penelitian Kebidanan dan Teknik
mengenai efek samping kontrasepsi Analisis Data. Jakarta: Salemba
KB suntik 3 bulan. Medika.
Mahmudah, Anggia R.J. (2012).
DAFTAR PUSTAKA Hubungan Jenis dan Lama
Arief Mansjoer. (2001). Kapita Selekta Pemakaian Kontrasepsi
Kedokteran 1, Buku Kedokteran. Hormonal Dengan Gangguan
Jakarta: EGC. Menstruasi di BPS (BidanPraktek
Arikunto, S. (2006). Prosedur Swasta) Wolita M. J. Sawong

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 278


Tingkat Pengetahuan Akseptor KB Suntik 3 Bulan......................... Uswatun Hasanah, hal. 274 - 279
Kota Surabaya. Jurnal Kesehatan Cambridge: Cambrigde University
Masyarakat Vol. 1, No.1, Juni Press.
2012. Departemen Biostatistika Suratun, dkk. (2008). Pelayanan
dan Kependudukan FKM UNAIR. Keluarga Berencana dan
Surabaya: FKM Universitas Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:
Airlangga. Trans Info Media.
Notoatmodjo. (2007). Pendidikan dan Sugiyono. (2007). Statistika Untuk
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Cipta. ___________. (2010). Statistika Untuk
___________. (2010). Promosi Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Wikipedia.org. Pengertian Pengetahuan.
___________. (2010). Metodologi http://id.wikipedia.org/wiki/Penget
Penelitian Kesehatan. Jakarta: ahuan (diakses tanggal 20 Juli
Rineka Cipta. 2014).
Pinem, Saroha. (2009). Kesehatan Wiknjosastro. (2005). Ilmu Kandungan.
Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Jakarta: KDT. Sarwono Prawirohardjo.
Riwidikdo. (2007). Statistik Untuk Varney, Hellen (et.all). 2006. Buku Ajar
Penelitian Kesehatan dengan Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume
Aplikasi Program dan 1. Jakarta : EGC
SPSS.Yogyakarta: Pustaka Rihama.
___________. (2009). Statistik Untuk
Penelitian Kesehatan dengan
Aplikasi Program dan
SPSS.Yogyakarta: Pustaka Rihama.
___________. (2010). Statistik Untuk
Penelitian Kesehatan dengan
Aplikasi Program dan
SPSS.Yogyakarta: Pustaka Rihama.
Saifuddin. (2003). Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
___________. (2006). Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Saldana, Johnny. (2009). The Coding
Manual for Qualitative
Researchers. London: Sage
Publications.
Setiawan, A. dan Saryono. (2010).
Metodologi Penelitian Kebidanan.
Jakarta: Nuha Medika.
Siswosudarmo, Moch. Anwar, Ova
Emilia. 2001. Teknologi
Kontrasepsi. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press
Strauss, Anselm L. (1987). Qualitative
Analysis for Social Scientist.

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 279


Gambaran Faktor Pemberian ASI Eksklusif .............................. Zayniyyatul Marufah, hal. 280 - 284
GAMBARAN FAKTOR PEMBERIAN ASI EKSLUSIF PADA BAYI DI DESA
KEMUNING LOR KECAMATAN ARJASA KABUPATEN JEMBER

Zayniyyatul Marufah*, Mussia**, Zaida Mauludiyah***

*,**,*** Program Studi D III Kebidanan STIKES dr. Soebandi Jember

ABTRACT

Breastfeeding is the best food for a baby at the early of life. When breastfeeding is very
important, but not all mothers do. Exclusive coverage of breastfeeding in Jember is
66.37% while attainment targets is 80% one of them in Arjasa. Based on the survey result
obtained 60% mother is not exsclusively breastfeed their baby. Purpose of this research is
identify factors of exclusive breastfeeding in Kemuning Lor Village Arjasa Sub District
Jember City. This type of researchis descriptive. Population in this research are all the
mothers have baby aged 7-12 months is 31 people with the sampling technique is random
sampling. Analyzed file using a computer with statistical product and service solution
(SPSS) 16.0 for windows. Exclusive of breastfeeding in Kemuning Lor Village, Arjasa Sub-
District, Jember City. Tends do by mothers with the last school is high school (51,6%)
housewife 13 (41,9%) and mother with a good level of knowledge 16 (51,6%). The
conclusion in this research that breasfeeding in Kemuning Lor Village, Arjasa Sub-
District, Jember City tends do by mother with secondary education, the mother doesnt
work, and has a good knowledge.

Keyword : exclusive of breastfeeding

PENDAHULUAN hingga bayi berusia 6 bulan (WHO,


ASI (Air Susu Ibu) adalah makanan 2009). Pemberian ASI eksklusif berarti
alami pertama untuk bayi dan bahwa bayi hanya menerima ASI. Tidak
menyediakan semua vitamin, nutrisi dan ada cairan atau padatan lain diberikan,
mineral yang diperlukan bayi untuk bahkan air, dengan pengecualian dari
pertumbuhan enam bulan pertama, tidak larutan rehidrasi oral, atau tetes / sirup
ada cairan atau makanan lain yang vitamin, mineral atau obat-obatan. WHO
diperlukan. ASI terus tersedia hingga merekomendasikan bahwa bayi harus
setengah atau lebih dari kebutuhan gizi ASI eksklusif selama enam bulan
anak pada tahun pertama, dan sampai pertama kehidupan untuk mencapai
tahun kedua kehidupan. Selain itu, ASI pertumbuhan optimal, pembangunan dan
mengandung antibodi dari ibu yang kesehatan. Setelah itu, bayi harus
membantu memerangi penyakit (Roesli, menerima nutrisi makanan pendamping
2000). yang memadai dan aman, sambil terus
ASI eksklusif didefinisikan sebagai menyusui sampai dua tahun atau lebih.
makanan dan minuman yang diterima (WHO, 2003).
oleh bayi yang berasal hanya dari Air Pemberian ASI (Air Susu Ibu)
Susu Ibu (ASI) tanpa tambahan dari eksklusif yang selama ini telah
makanan atau minuman lainya termasuk dianjurkan diberikan selama 6 bulan
air putih kecuali pemberian cairan nyatanya belum dapat terlaksana dengan
melalui mulut baik dalam bentuk tetes baik. Data mengenai pemberian ASI pada
atau pun sirup yang terdiri dari vitamin, bayi di beberapa Negara pada tahun
mineral maupun obat yang diberikan 2005-2006 diperoleh bahwa bayi di
kepada bayi sejak lahir (usia 0 bulan) Amerika mendapatkan ASI eksklusif

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 280


Gambaran Faktor Pemberian ASI Eksklusif .............................. Zayniyyatul Marufah, hal. 280 - 284
justru meningkat 60-70%. Pada Tahun Kencong (32.22%), Puskesmas Klatakan
2010 cakupan ASI Eksklusif di India saja (38.71%), Puskesmas Gladak pakem
sudah mencapai 46%, di Philippines (42.56%), dan Puskesmas Kalisat
34%, di Vietnam 27% dan di Myanmar (43.07%) (Dinkes Jember, 2012)
24% (Yuliarti 2010). Hasil penelitian Tingkat keberhasilan pemberian
United Nation Childs Fund (UNICEF) ASI bisa berhasil sukses erat kaitannya
dari tahun 2005 hingga 2011 didapati dengan beberapa faktor seperti
bayi Indonesia yang mendapat ASI pemahaman masyarakat, rendahnya
Eksklusif selama 6 bulan pertama ialah pengetahuan ibu dan keluarga lainnya
sebanyak 32% dan anak diberikan ASI mengenai manfaat dan cara menyusui
Eksklusif sehingga usia 23 bulan didapati yang benar, kurangnya pelayanan
50%. Tetapi persentase ini masih rendah konseling laktasi dan dukungan dari
bila dibandingakan dengan negara petugas kesehatan, faktor sosial budaya,
berkembang lain seperti Bangladesh kondisi yang kurang memadai bagi para
didapati 43% anak diberikan ASI ibu yang bekerja dan gencarnya
eksklusif selama 6 bulan dan 91% anak pemasaran susu formula (Kementerian
mendapat ASI sehingga usia 23 bulan Kesehatan RI, 2010)
(UNICEF, 2011). Beberapa upaya untuk
Sementara itu, data Riset Kesehatan meningkatkan cakupan ASI eksklusif
Dasar (Riskesda) 2013 menunjukkan, telah dilaksanakan dengan langkah
cakupan pemberian ASI Eksklusif di kegiatan manajemen laktasi yang
Indonesia baru mencapai angka 42 dilakukan: 1) pada masa kehamilan
persen. Jika dibandingkan dengan target dengan memberikan konseling laktasi, 2)
organisasi kesehatan dunia atau WHO pada saat segera setelah persalinan
yang mencapai 50 persen, maka angka dengan insiasi menyusu dini, 3) pada
tersebut masihlah jauh dari target. Meski masa neonatus dengan rawat gabung, 4)
menunjukkan tren kenaikan jika pada masa menyusui selanjutnya dengan
dibanding dengan hasil Riskesda 2007, konseling untuk tetap memberikan ASI
angka cakupan ASI Eksklusif ini masih eksklusif sampai 6 bulan, kecukupan gizi
dinilai jauh dari harapan. Di Provinsi dan dukungan keluarga (Depkes RI,
Jawa Timur tahun 2012 target pencapaian 2005).
67%, sementara pemberian ASI Eksklusif Pentingnya ASI eksklusif memang
baru mencapai sebesar 64,08%, artinya harus menjadi perhatian, dan tanggung
tidak mencapai target (Dinkes Jatim, jawab sebagai orang tua juga harus mulai
2012). Berdasarkan laporan yang menyadari akan dampak pada si bayi jika
diterima dari Dinas Kesehatan ASI eksklusif ini tidak di berikan pada
Kabupaten/Kota tahun 2013 diketahui bayi dengan maksimal. Pertumbuhan bayi
bahwa cakupan pemberian ASI secara pada usia 0-6 bulan bisa sangat terhambat
eksklusif tahun 2013 adalah sebesar dan kemungkinan besar juga bayi anda
68,3% dari target sebesar 75%. Menurut tidak sehat. Perhatian akan pentingnya
data profil Kesehatan Kabupaten Jember ASI eksklusif juga harus datang dari
tahun 2012 dari jumlah bayi yang lingkungan sekitar, ini agar pemberian
diperiksa berjumlah 40,299 bayi usia 0-6 ASI eksklusif di terapkan dalam
bulan, sebesar 66.37% mendapatkan ASI kebiasaan atau budaya yang harus di
Eksklusif sementara target pencapaian lestarikan.
sebesar 80% (Dinkes Jember, 2013). Rendahnya pemberian ASI
Berikut data lima daerah dengan eksklusif pada bayi dimungkinkan karena
persentase terendah pemberian ASI ibu tidak mengetahui mengenai manfaat,
Eksklusif di Kabupaten Jember meliputi keunggulan dan sebagainya, sehingga
Puskesmas Arjasa (21.96%), Pukesmas keadaan ini mendasari peneliti ingin

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 281


Gambaran Faktor Pemberian ASI Eksklusif .............................. Zayniyyatul Marufah, hal. 280 - 284
mengetahui lebih jauh pemberian ASI Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui
eksklusif. Berdasarkan uraian tersebut, bahwa sebagain besar pendidikan ibu
maka judul dalam penelitian ini adalah adalah SMA 16 (51.6%), SMP 11
gambaran faktor pemberian ASI ekslusif (35.5%), SD 3 (9.7%), dan Perguruan
pada bayi di Desa Kemuning Lor tinggi 1 (3.2%). Hal ini menjelaskan
Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember. bahwa sebagian besar pendidikan ibu
Tujuan penelitian ini adalah untuk berada pada kategori menengah.
mengidentifikasi gambaran faktor
pemberian ASI ekslusif pada bayi di 9. Pekerjaan Ibu
Desa Kemuning Lor Kecamatan Arjasa Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi
Kabupaten Jember. Pekerjaan ibu di Kecamatan Arjasa
Kabupaten Jember
METODE PENELITIAN No Pekerjaan Frekuensi
Persentase
Desain penelitian ini adalah (%)
deskriptif retrospektif yaitu 1 PNS 1 3.2
mengidentifikasi gambaran faktor 2 Buruh 6 19.4
pemberian ASI ekslusif pada bayi di 3 Petani 3 9.7
4 Wiraswasta 8 25.8
Desa Kemuning Lor Kecamatan Arjasa
5 IRT 13 41.9
Kabupaten Jember tahun 2014..
Jumlah 31 100
Teknik pengambilan sampel yang
Sumber : Data primer diolah tahun 2014
digunakan dalam penelitian ini adalah
total sampling. Total sampling yaitu
Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui
dengan mengambil semua populasi
bahwa hampir setengahnya ibu adalah
sebagai sampel. Besar sampel penelitian
IRT 13 (41.9%), wiraswasta 8 (25.8%),
dalam penelitian ini adalah 31 ibu yang
buruh 6 (19.4%), petani 3 (9.7%), dan
memiliki bayi di Desa Kemuning Lor
PNS 1( 3.2%). Hal ini berarti banyak ibu
Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember
yang tidak bekerja.
tahun 2014. Penelitian dilaksanakan di
desa kemuning lor kecamatan arjasa
10. Pengetahuan Ibu
kabupaten jember pada tanggal 17-20
september 2014
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi
Data dikumpulkan dengan menggunakan
Pengetahuan ibu di Kecamatan Arjasa
data sekunder dan primer, kemudian
Kabupaten Jember
diolah dan dianalisis dengan tabel
Persntase
frekuensi (data dengan skala ordinal No Pengetahuan Frekuensi
(%)
nominal dan ordinal). 1 Baik 16 51.6
2 Cukup 13 41.9
HASIL 3 Kurang 2 6.5
8. Pendidikan Ibu Jumlah 31 100
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Sumber : Data primer diolah tahun 2014
Pendidikan ibu di Kecamatan Arjasa
Kabupaten Jember Berdasarkan tabel 5.6 dapat diketahui
Persentase bahwa sebagain besar tingkat
No Pendidikan Frekuensi
(%) pengetahuan ibu berada pada kategori
1 SD 3 9.7 baik yaitu 16 (51.6%), cukup 13 (41.9%),
2 SMP 11 35.5 dan kurang 2 (6.5%). Hal ini berarti ibu
3 SMA 16 51.6
banyak mengetahui tentang ASI
Perguruan
4 1 3.2 eksklusif.
Tinggi
Jumlah 31 100
Sumber : Data primer diolah tahun 2014

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 282


Gambaran Faktor Pemberian ASI Eksklusif .............................. Zayniyyatul Marufah, hal. 280 - 284
PEMBAHASAN SARAN
1. Identifikasi Pemberian ASI Eksklusif Berdasarkan kesimpulan tersebut,
berdasarkan Pendidikan Ibu maka saran dalam penelitian ini adalah
Berdasarkan hasil penelitian diketahui sebagai berikut:
bahwa sebagain besar pendidikan ibu 1. Bagi peneliti
adalah SMA 16 (51.6%). Hasil Dengan mengetahui hasil dari
penelitian ini menjelaskan bahwa penelitian ini maka diharapkan dapat
tingkat pendidikan yang ditempuh ibu mengaplikasikan dalam kehidupan
berada pada kategori menengah. bermasyarakat, terutama berperan
2. Identifikasi Pemberian ASI Eksklusif dalam meningkatkan pemberian ASI
berdasarkan Pekerjaan Ibu secara esklusif pada masyarakat
Berdasarkan hasil penelitian diketahui 2. Bagi Masyarakat
bahwa sebagian ibu adalah IRT 13 Masyarakat diupayakan untuk dapat
(41.9%). Hasil penelitian ini meningkatkan informasi mengenai
menjelasakan bahwa ibu sebagian pemberian ASI secara dengan
besar adalah tidak bekerja (IRT). Ibu bertanya kepada petugas kesehatan
rumah tangga memiliki banyak atau dari media lainnya seperti
kesempatan bersama anak internet, majalah dll
dibandingkan dengan ibu yang 3. Bagi Tenaga Kesehatan
berkeja. Dalam rangka pengembangan ilmu
3. Identifikasi Pemberian ASI Eksklusif bidang kesehatan memerlukan upaya
berdasarkan Pengetahuan Ibu preventif mengurangi pemberian
dalam jumlah cukup merupakan MPA-ASI secara dini kepada bayi.
makanan terbaik dan dapat memenuhi Hal ini bisa dilakukan dengan
kebutuhan gizi bayi selama enam memberikan beragam informasi baik
bulan pertama. Berdasarkan hasil berupa penyuluhan dan sebagainya
penelitian diperoleh sebagain besar agar masyarakat dapat mengetahui
tingkat pengetahuan ibu berada pada mengenai pentingnya ASI bagi bayi.
kategori baik yaitu 16 (51.6%). Tenaga kesehatan memiliki peran
besar mengupayakan pemberian ASI
KESIMPULAN eksklusif pada ibu yang memiliki bayi,
Berdasarkan pembahasan pada bab hal ini bisa dilakukan dengan
sebelumnya, maka hasil penelitian ini memberikan pemahaman tentang
dapat disimpulkan bahwa: penting ASI bagi bayi. Kegiatan ini
1. Pemberian ASI Eksklusif di Desa bisa dialkukan melalui kegiatan
Kemuning Lor Kecamatan Arjasa posyandu dan sebagainya.
Kabupaten Jember cenderung
dilakukan oleh ibu dengan pendidikan DAFTAR PUSTAKA
terakhir adalah SMA 16 (51.6%). Alimul, Hidayat. 2003. Riset
2. Pemberian ASI Eksklusif di Desa Keperawatan dan Teknik
Kemuning Lor Kecamatan Arjasa Penulisan Ilmiah. Edisi I.
Kabupaten Jember cenderung Jakarta: Salemba Medika
dilakukan oleh ibu rumah tangga Alimul Hidayat, A.Aziz. 2005.Pengantar
(IRT) 13 (41.9%). ilmu keperawatan anak
3. Pemberian ASI Eksklusif di Desa 1.Jakarta: Salemba Medika
Kemuning Lor Kecamatan Arjasa Almatsier, S, 2004. Prinsip Dasar Ilmu
Kabupaten Jember cenderung Gizi. Jakarta PT. Gramedia
dilakukan oleh ibu dengan tingkat Pustaka Umum.
pengetahuan baik yaitu 16 (51.6%).

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 283


Gambaran Faktor Pemberian ASI Eksklusif .............................. Zayniyyatul Marufah, hal. 280 - 284
Ambarwati Retna Eny .2008. Asuhan Prasetyono, D. 2009. Buku Pintar ASI
kebidanan (Nifas), Jogjakarta: Eksklusif. Jogjakarta : Dwa
Mitra Cendikia Press
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Potter, P.A, Perry, A.G. 2005. Buku Ajar
Penelitian Suatu Pendekatan Fundamental Keperawatan :
Praktik. Jakarta : Rineka Cipta Konsep, Proses, dan
Departemen Kesehatan R.I. 2005. Praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih
Rencana Strategi Departemen Bahasa : Renata
Kesehatan. Jakarta: Depkes RI Komalasari,dkk.Jakarta:EGC.
Huliana, Mellyna. 2003. Perawatan Ibu Purwanti.2004. Konsep Penerapan ASI
Pasca Melahirkan. Jakarta : Eksklusif. Bandung : Cendekia
Puspa.
Kementerian Kesehatan RI, 2010. Pudjiadi Solihin, 2003. Ilmu Gizi Klinis
Rencana Strategis pada Anak. Jakarta : Fakultas
Kementerian Kesehatan. Kedokteran Universitas
Tahun 2010-2014. Jakarta Indonesia
Kristiyansari, W., 2009. ASI:Menyusui Roesli, Utami. 2005. Mengenal ASI
dan Sadari. Yogyakarta: Nuha Eksklusif. Jakarta: Trubus
Medika Agriwidya
Kurniawan, B. 2013 Determinan Rulina, Suradi, dkk. 2010.
Keberhasilan Pemberian Air Indonesia Menyusui. Jakarta:
Susu Ibu Eksklusif. Jurnal Ikatan Dokter Anak
Kedokteran Brawijaya, Vol. Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan
27, No. 4, Agustus 2013 pada Masa Nifas, Jakarta:
Madjid, 2003, Hubungan antara Salemba Medika
Karakteristik dengan Praktik Sanyoto, Dien dan Eveline PN.2008. Air
Pemberian ASI di Kecamatan Susu Ibu dan Hak Bayi. Bedah
Sidorame Semarang, Tesis, ASI.Jakarta: Ikatan Dokter
Undip, Semarang Anak Indonesia Cabang DKI
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Jakarta
Metodologi penelitian Soetjiningsih. 2007. Buku Ajar Tumbuh
kesehatan. Jakarta: Rineka Kembang Remaja dan
Cipta Permasalahannya. Jakarta :
Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Sagung Seto
Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Sugiyono. 2007. Metode Penelitian
Cipta Kuantitatif Kualitatif dan
Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan R&D. Bandung: Alfabeta
Metodologi Penelitian Ilmu Suherni, dkk. 2009. Perawatan Masa
Keperawatan: Pedoman Nifas. Yogyakarta : Fitramaya
Skripsi, Tesis, dan Instrumen UNICEF. 2011. ASI Eksklusif Tekan
Penelitian Keperawatan. Angka Kematian Bayi
Jakarta. Salemba Medika Indonesia dalam
Nursalam, Dkk. 2005. Asuhan http://situs.kesrepro.info/kia/ag
Keperawatan Bayi dan Anak, u/2006/kia03.htm
Jakarta : Salemba Medika Yuliarti, 2010. Keajaiban ASI,
Partino, Idrus, 2009. Statistik deskriptif, Yogyakarta: Penerbit Andi
Yogyakarta: Safiria Insania
Press.

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 284


Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Kangker........................ Fitria Jannatul Laili, hal. 285 - 294
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG KANKER PAYUDARA
DENGAN PELAKSANAAN BREAST SELF EXAMINATION (BSE)/
PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI)

Fitria Jannatul Laili*, Ai Nur Zannah**, Siti Mudawamah***

*, **, *** STIKES dr. SOEBANDI Jember

ABSTRACT
Introduction: breast cancer is the second most frequent cancer among worldwide and the leading
form of cancer among women. Its incidence having increased significantly over recent decades.
Early detection and effective treatment are the most important factors that can reduce the morbidity
and mortality associated with breast cancer. One of the methods of early detection is bse.
Midwifery students have responsibility not only for improvement knowledge and care of women
about prevention breast cancer, in particular with bse, but also improvement of own health. Bse as
a health behaviour is influenced of many factors, for example is knowledge.
The purpose: to know correlation between knowledge of breast cancer and bse of midwifery
student on medicine faculty airlangga university.
Methodology: this study was analitical method by cross-sectional in its design to see correlation
between knowledge of breast cancer as independent variable and bse as a dependent variable.
Populations in this study were midwifery students which are consisted of 100 people. Sample was
taken by probability sampling with amount 88 respondents. The instrument for collecting data was
questioner. Data analysis was used coefficient correlation spearman rank.
Results: those were 25% respondents who had lack knowledge about breast cancer remainder had
enough (43,18%) and knowledgeable (31,82%). Beside that, most of respondents had performed
bse (48%) but only 7,95% who had performed bse regularly. This study showed that be found
moderate correlation and significant between knowledge of breast cancer and bse of midwifery
students (p-value=0.003; =0.05) with coefficient correlation spearman rank was 0.26.
Conclusion: knowledge about breast cancer has contribution approximately 28,57% to perform bse.
There is hoped that midwifery students can perform bse regularly and always improve about
knowledge of breast cancer so they can educate other women about this important preventive
procedure. Besides that it is also expected to be conducted a furthermore research about factors that
influence to bse.

Key word: knowledge, breast cancer, breast self examination (BSE)

PENDAHULUAN dalam Aydin, 2008). Kocer, 2009


Kanker payudara adalah kanker menyebutkan bahwa saat ini, kanker
yang berasal dari kelenjar, saluran merupakan penyebab kematian tersering
kelenjar, dan jaringan penunjang kedua (22%) di negara maju setelah
payudara (Purwatiningsih, 2007). Kanker penyakit kardiovaskuler sedangkan
payudara merupakan kanker tersering kanker payudara merupakan tipe kanker
kedua di seluruh dunia dan merupakan tersering yang menyebabkan kematian
kanker terbanyak yang menyerang pada wanita baik di negara maju maupun
wanita. Insiden kanker ini meningkat di negara berkembang.
secara signifikan dalam dekade terakhir Menurut WHO dalam Njoto 2008,
(Carelli, 2007). Data dari negara barat 8-9% wanita akan mengalami kanker
menyebutkan bahwa 1 dari setiap 8 orang payudara dalam hidupnya. Di Kanada
berisiko terkena kanker payudara dan tahun 2005 penderita kanker payudara
kanker payudara ini merupakan penyebab diperkirakan mencapai 21.600 wanita dan
kematian tertinggi akibat kanker pada 5.300 orang akan meninggal dunia,
wanita (American Cancer Society, 2000 demikian sebuah laporan di Canadian

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 285


Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Kangker........................ Fitria Jannatul Laili, hal. 285 - 294
Cancer Society. Sedangkan Australian Fierman, 2006 mengungkapkan bahwa,
Institute of Health and Welfare peningkatan jumlah kasus baru pertahun
melaporkan, 1 dari 11 wanita di Australia bukanlah fenomena yang mengejutkan
menderita kanker payudara sebelum usia tetapi yang mengejutkan adalah ketika
75 tahun (Kusminarto, 2009). Selain itu, kanker (payudara) ini mampu menggeser
lebih dari 580.000 kasus baru ditemukan kanker mulut rahim. Peningkatan jumlah
di berbagai negara berkembang setiap kasus baru yang didapat Jawa Pos dari
tahunnya dan kurang lebih 372.000 RS Onkologi Surabaya (RSOS) antara
pasien meninggal karena penyakit ini 1995 hingga 2005 lalu, peningkatannya
(Njoto, 2008). Menurut survei terakhir di konsisten, yaitu 11,94 persen per tahun.
dunia, setiap tiga menit ditemukan Data 2 tahun terakhir dari RSOS juga
seorang penderita kanker payudara baru mencatat bahwa pada tahun 2007 pasien
dan setiap 11 menit ditemukan seorang baru kanker payudara sebanyak 194
wanita meninggal karena kanker dengan 5329 kunjungan dan meningkat
payudara (Purwatiningsih, 2007). menjadi 207 pada tahun 2008 dengan
Menurut data patology based kunjungan sebanyak 5281.
cancer registry yang dilakukan oleh Problem kanker payudara ini
ikatan patologi anatomi Indonesia yang menjadi lebih besar lagi karena lebih dari
bekerjasama dengan yayasan kanker 50-70% penderita datang ke fasilitas
Indonesia, kanker payudara di Indonesia kesehatan pada stadium yang sudah
merupakan kanker yang sering dijumpai lanjut. Akibatnya penanganan kanker
dan menduduki peringkat kedua dari payudara hanya berkisar pada tujuan
semua jenis kanker yang sering diderita valiatif atau meringankan gejala saja. Hal
(Luwia, 2004). Sebuah perhitungan itulah yang menyebabkan insiden,
ekstrapolasi statistik didasarkan pada data morbiditas dan mortalitas akibat kanker
penderita kanker payudara di Amerika, payudara di Indonesia masih cukup
Kanada, dan Australia yang terdapat di tinggi. Padahal, jika dideteksi sejak dini,
Website Imagints the Breast Health penyakit ini sebetulnya bisa diobati
Resource menunjukkan angka prevalensi sampai sembuh (Luwia, 2004).
penderita kanker payudara di Indonesia Penyebab spesifik kanker
sebesar 876.665 (Kusminarto, payudara masih belum diketahui, tetapi
2009). Menurut Yayasan Kanker menurut Moningkey dan Kodim dalam
Payudara Jakarta, 10 dari 10.000 wanita Wikipedia 2009 terdapat banyak faktor
terkena kanker jenis ini. Data lain yang diperkirakan mempunyai pengaruh
menyatakan bahwa di Indonesia, terhadap terjadinya kanker payudara
insidensi kanker payudara sebesar 18 per diantaranya adalah faktor reproduksi,
100.000 penduduk wanita atau 180 per penggunaan hormon, penyakit fibrokistik,
100.000 penduduk, sedangkan pada pria konsumsi lemak, radiasi, serta riwayat
kemungkinannya 1:100 dari wanita. keluarga dan faktor genetik.
Di Surabaya, menurut Fierman Beberapa upaya pencegahan dapat
2006, kasus kanker payudara menjadi dilakukan seperti upaya pencegahan
perhatian khusus karena dalam sepuluh primer yang dapat dilakukan melalui
tahun terakhir, jumlah kasus baru upaya menghindarkan diri dari
meningkat hampir 12 persen per tahun keterpaparan pada berbagai faktor risiko.
dan usia penderita pun semakin muda. Melaksanakan pola hidup sehat seperti
Semakin banyak perempuan usia 20-an merubah kebiasaan hidup (lifestyle)
yang terkena, bahkan di usia remaja. konsumsi lemak tinggi, menggunakan
Menurut dr Heru Purwanto SpB (K) proteksi terhadap bahan karsinogenik,
Onk., kepala Poliklinik Onkologi RSU dr menggunakan bahan/makanan yang dapat
Soetomo yang dilansir Jawa Pos dalam mencegah proses karsinogenik dll. juga

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 286


Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Kangker........................ Fitria Jannatul Laili, hal. 285 - 294
merupakan salah satu upaya pencegahan perubahan pada payudaranya sehingga
primer (Gilang, 2000). dengan segera dapat menghubungi
Selain itu, masih menurut Gilang, petugas kesehatan. Menurut Carelli,
2000 bahwa sangat penting juga 2008, walaupun saat ini mammografi
melakukan upaya pencegahan sekunder diakui sebagai metoda terbaik dalam
atau disebut juga skrining/deteksi dini mendeteksi secara dini kanker payudara,
karena setiap wanita yang normal dan tetapi di negara-negara berkembang
memiliki siklus haid normal merupakan metoda ini tidak cukup tersedia untuk
populasi at risk dari kanker payudara. seluruh wanita sebagaimana disarankan
Skrining ini dianggap sebagai upaya secara internasional. Sebagai salah satu
paling rasional untuk menurunkan angka metoda alternatif, BSE/SADARI
kematian akibat kanker payudara. merupakan cara yang cukup penting,
Penelitian skrining terhadap kanker murah dan efektif untuk dapat
payudara ini dilakukan pertama kali oleh mendeteksi secara dini kanker payudara
Health Insurance Plan of Greater New dan memungkinkan wanita segera
York tahun 1963, hasilnya mampu mendapatkan penanganan.
menurunkan angka kematian antara 20 BSE/SADARI telah
hingga 25 persen pada kelompok umur direkomendasikan American Cancer
lebih dari 50 tahun. Cara pemeriksaan Society dan banyak perkumpulan medis
untuk pelaksanaan skrining terdiri dari internasional meskipun efek dalam
Breast Self Examination (BSE) atau menurunkan kematian masih menjadi
Pemeriksaan Payudara Sendiri kontroversi. Desiminasi pelaksanaan
(SADARI), Clinical Breast Examination BSE/SADARI masih sangat penting
(CBE) atau pemeriksaan oleh tenaga terutama pada negara-negara dengan
kesahatan dan pemeriksaan penunjang fasilitas dan pelayanan yang masih
atau mamografi (American Cancer terbatas. BSE/SADARI menjadi suatu
Society, 2000 dalam Aydin, 2008 dan metode untuk menstimulasi wanita agar
Memis, 2009). menggunakan fasilitas kesehatan
Umumnya, kanker payudara sehingga BSE/SADARI masih menjadi
stadium awal tidak memberikan gejala metoda yang cocok dan penting untuk
yang berarti, tetapi penemuan sedini mendeteksi secara dini kanker payudara
mungkin kanker payudara yang karena hampir 86% benjolan di payudara
didiagnosa dan diobati secara betul dan ditemukan oleh penderita sendiri (Carelli
optimal pada stadium I akan menambah et all, 2007).
harapan hidup dan kesembuhan 5 tahun Foster dan Constanta dalam
untuk stadium I 90-98%, untuk stadium Wikipedia 2009 menemukan bahwa
II 60-90%, stadium III 40-70 % dan 5- kematian oleh kanker payudara lebih
20% untuk stadium IV (Purwanto dalam sedikit pada wanita yang melakukan
Soetantini, 2009). Sehingga, usaha satu- BSE/SADARI dibandingkan yang tidak.
satunya untuk meningkatkan angka Walaupun sensitivitas BSE/SADARI
penyembuhan pasien kanker payudara dalam mendeteksi kanker payudara hanya
ialah dengan menemukan kanker tersebut 26%, bila dikombinasikan dengan
pada stadium sedini mungkin. Semakin mammografi maka sensitivitas
dini diketahui keberadaannya, semakin mendeteksi secara dini menjadi 75%.
besar kemungkinan dapat disembuhkan Hacker 2001, menyebutkan
dengan penanganan yang lebih tepat. bahwa meskipun BSE/SADARI
American Cancer Society merupakan suatu teknik
menyarankan bahwa setiap wanita harus penyaringan/deteksi dini yang sederhana
tahu bagaimana keadaan payudara yang dan baik untuk penyakit payudara serta
normal dan mengenali apabila ada tidak mahal, tidak nyeri, nyaman dan

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 287


Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Kangker........................ Fitria Jannatul Laili, hal. 285 - 294
tidak berbahaya namun hanya sekitar dua BSE/SADARI. Selain itu, teori perilaku
pertiga wanita mempraktekkannya yang diungkapkan oleh Lawrence Green
sekurang-kurangnya sekali dalam setahun dalam Notoatmodjo 2007, juga
dan hanya sepertiga yang menyebutkan bahwa pengetahuan
mempraktekkannya setiap bulan seperti merupakan faktor yang mempengaruhi
yang dianjurkan. Dari wanita yang pelaksanaan perilaku kesehatan dari
melakukan teknik itu, hanya sekitar faktor predisposing selain dari sikap,
setengahnya yang melakukan dengan kepercayaan, tradisi dan nilai.
benar. Tetapi, apabila dianjurkan oleh Mahasiswa Program Studi DIII
petugas kesehatan, maka semakin banyak Kebidanan STIKES dr. SOEBANDI
wanita yang mempraktikkan merupakan bidan dan calon bidan serta
BSE/SADARI secara teratur dan semakin merupakan salah satu provider kesehatan
besar proporsi yang melakukan teknik yang memiliki peran yang sangat penting
tersebut dengan benar. Sebagai provider dalam meningkatkan pengetahuan dan
kesehatan, bidan memiliki tanggung kepedulian wanita terhadap usaha-usaha
jawab untuk memberikan informasi yang pencegahan seperti deteksi dini kanker
benar kepada para wanita untuk dapat payudara, khususnya dengan
melakukan BSE/SADARI dengan benar BSE/SADARI ini untuk menurunkan
dan secara reguler/teratur. morbiditas dan mortalitas akibat kanker
Penelitian di Turki menunjukkan payudara.
bahwa 53% mahasiswa bidan sudah Berdasarkan latar belakang
melaksanakan BSE/SADARI. Sementara tersebut, peneliti tertarik untuk
itu, data tentang pelaksanaan mengetahui hubungan pengetahuan
BSE/SADARI pada mahasiswa Program tentang kanker payudara dengan
Studi DIII Kebidanan STIKES dr. pelaksanaan BSE/SADARI pada
SOEBANDI belum tersedia. Dari studi mahasiswa Program Studi DIII
pendahuluan yang dilakukan pada Kebidanan STIKES dr. SOEBANDI.
mahasiswa Program Studi DIII
Kebidanan STIKES dr. SOEBANDI dari METODE PENELITIAN
12 orang yang dilakukan wawancara, Jenis penelitian ini adalah
hanya 2 orang saja yang rutin melakukan penelitian analitik korelasional untuk
BSE/SADARI setiap bulan. Padahal, melihat seberapa besar hubungan
selain sangat baik untuk diri sendiri juga pengetahuan tentang kanker payudara
untuk dapat menjadi role model yang sebagai variabel independent dengan
baik bagi klien, mahasiswa Program pelaksanaan BSE/SADARI sebagai
Studi DIII Kebidanan STIKES dr. variabel dependent. Pendekatan yang
SOEBANDI sebaiknya mempraktikkan digunakan dalam penelitian ini adalah
BSE/SADARI itu sendiri sebelum pendekatan Cross Sectional, yaitu
memberikan nasehat/saran kepada klien pengumpulan data dilakukan sekaligus
karena, selain memiliki tanggung jawab pada suatu saat (point time approach).
untuk meningkatkan kesehatan Populasi yang dijadikan subjek
masyarakat, mahasiswa Program Studi penelitian ini adalah mahasiswa STIKES
DIII Kebidanan STIKES dr. SOEBANDI dr. SOEBANDI yang berjumlah 100
juga memiliki tanggung jawab untuk orang. Mahasiswa Prodi DIII Kebidanan
meningkatkan kesehatannya sendiri. dipilih dijadikan populasi karena
Menurut Carelli dkk 2007, merupakan bidan dan calon bidan yang
efektifitas pelaksanaan BSE/SADARI itu memiliki peran yang penting dalam
sendiri dipengaruhi oleh pengetahuan upaya promotif dan preventif, khususnya
pemeriksa, petunjuk yang mereka terima terhadap pelaksanaan BSE/SADARI
dan kebiasaan dalam melaksanakan sebagai metoda skrining untuk kanker

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 288


Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Kangker........................ Fitria Jannatul Laili, hal. 285 - 294
payudara. Sampel dalam penelitian ini Dari tabel 5.3 dapat dilihat bahwa hampir
adalah mahasiswa Prodi DIII Kebidanan seluruh responden dalam penelitian ini
dengan jumlah 100 responden yang belum menikah yaitu sebesar 97,72% dan
memenuhi kriteria Inklusi Mahasiswa hanya sebagian kecil saja yaitu 2,27%
Prodi DIII Kebidanan yang bersedia yang sudah menikah.
menjadi responden. Sedangkan kriteria
Ekslusi: Mahasiswa Prodi DIII Pengetahuan Responden tentang Kanker
Kebidanan yang sedang sakit atau cuti Payudara
pada saat dilakukan penelitian Data dibawah ini menggambarkan
(pengambilan data) dan Mahasiswa Prodi pengetahuan responden tentang kanker
DIII Kebidanan yang tidak payudara. Jumlah responden berdasarkan
menandatangani lembar informed consent pengetahuannya tentang kanker payudara
(tidak bersedia menjadi responden) dapat dilihat pada tabel 5.4.
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi
HASIL Pengetahuan tentang Kanker Payudara
Hasil penelitian akan dipaparkan sebagai pada Mahasiswa Prodi DIII Kebidanan
berikut. STIKES dr. SOEBANDI Tahun 2014
Data ini menggambarkan karakteristik Pengetahuan f %
Baik 28 31,81
responden yang menjadi sampel
Cukup 38 43.18
penelitian meliputi usia, pendidikan Kurang 22 25
terakhir, dan status perkawinan. Jumlah 88 100
Responden adalah mahasiswa Prodi DIII Dengan melihat tabel 5.4, ternyata masih
Kebidanan STIKES dr. SOEBANDI ditemukan sebagian kecil (25%)
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden
mahasiswa yang memiliki pengetahuan
berdasarkan Usia
kurang tentang kanker payudara. Hal
Usia f %
tersebut berdasarkan skor pilihan
< 20 tahun 42 47,72 responden terhadap pernyataan-
20-35 tahun 46 52,27 pernyataan yang diajukan dalam angket
Jumlah 88 100 penelitian mengenai pengetahuan tentang
kanker payudara.
Berdasarkan tabel 5.1 diatas, dapat dilihat Pelaksanaan BSE/SADARI oleh
bahwa usia responden sebagian besar Responden
(52.27%) berada pada usia reproduksi Untuk pelaksanaan BSE/SADARI yang
sehat yaitu antara 20-35 tahun. dilakukan oleh responden dalam 6 bulan
terakhir dapat dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden
berdasarkan Pendidikan Terakhir Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi
Pendidikan terakhir f % Pelaksanaan BSE/SADARI pada
SMU sederajat 88 100 Mahasiswa Prodi DIII Kebidanan
Jumlah 88 100 STIKES dr. SOEBANDI Tahun 2014
Jika dilihat dari tabel 5.2, seluruh Pelaksanaan f %
responden yaitu sebanyak 100% memiliki BSE/SADARI
Tidak pernah (0 kali) 33 37,5
latar belakang pendidikan terakhir SMU.
Tidak regular (1-5 kali) 48 54,54
Regular ( 6 kali) 7 7,96
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Jumlah 88 100
berdasarkan Status Perkawinan
Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan
Status Perkawinan f %
Belum menikah 86 97,72 bahwa dari 88 responden, hanya sebagian
Menikah 2 2,27 kecil saja (7,96%) mahasiswa Prodi DIII
Jumlah 88 100 Kebidanan STIKES dr. SOEBANDI yang
telah melaksanakan BSE/SADARI secara
JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 289
Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Kangker........................ Fitria Jannatul Laili, hal. 285 - 294
regular (melaksanakan tiap bulan). Tetapi BSE/SADARI Hubungan antara
dari keseluruhan responden, sebagian pengetahuan tentang kanker payudara
besar (54,54%) telah melaksanakan dengan pelaksanaan BSE/SADARI pada
BSE/SADARI walaupun masih ada mahasiswa Prodi DIII Kebidanan
37,5% yang tidak melakukan STIKES dr. SOEBANDI dapat dilihat
BSE/SADARI dalam 6 bulan terakhir. pada tabel silang berikut ini:

Hubungan Pengetahuan tentang Kanker


Payudara dengan Pelaksanaan
Tabel 5.6 Hubungan Pengetahuan tentang Kanker Payudara dengan Pelaksanaan
BSE/SADARI pada Mahasiswa Prodi DIII Kebidanan STIKES dr. SOEBANDI tahun 2014
Pengetahuan Pelaksanaan BSE/SADARI Total
tentang kanker Tidak pernah Tidak reguler Reguler
payudara f % f % f % f %
Baik 10 30.3 16 33.33 2 28.57 28 31.82
Cukup 12 36.36 22 45.83 4 57.14 38 43.18
Kurang 11 33.33 10 20.83 1 14.29 22 25
Jumlah 33 37.5 48 54.55 7 7.95 88 100

Tabel 5.6 diatas menunjukkan bahwa pelaksanaan BSE/SADARI secara reguler jumlahnya
hanya 28,57%.
Sedangkan untuk melihat derajat hubungan antara variabel pengetahuan tentang kanker
payudara dengan variabel pelaksanaan BSE/SADARI digunakan korelasi Rank-Spearman.
Dari Output software SPSS didapatkan nilai koefisien korelasi Rank-Spearman sebesar
0,260 dan p-value yang diperoleh sebesar = 0.003.

PEMBAHASAN Nursalam, 2001. Selain itu juga risiko


Pengetahuan Responden tentang terjadinya kanker payudara terus
Kanker Payudara meningkat seiring dengan bertambahnya
Pengetahuan tentang kanker usia.
payudara dalam penelitian ini meliputi Hasil penelitian Uzun tahun 2003
definisi, stadium, faktor risiko, tanda dan menunjukkan lebih dari setengah
gejala, serta pencegahan termasuk mahasiswa perawat dan bidan di Turki,
didalamnya tentang BSE/SADARI. mengungkapkan bahwa mereka
Berdasarkan hasil penelitian, mendapatkan informasi tentang kanker
pengetahuan tentang kanker payudara payudara dan BSE/SADARI dari
pada mahasiswa Prodi DIII Kebidanan kurikulum pendidikan dan sumber tertulis
STIKES dr. SOEBANDI cukup seperti buku, majalah dan brosur sebagai
bervariasi. Mahasiswa yang memiliki sumber informasi terpenting (Memis
pengetahuan baik sebanyak 31,82%, 2009). Menurut Nursalam, 2001,
sedangkan yang memiliki pengetahuan pendidikan diperlukan untuk
cukup 43.18% dan masih ada mahasiswa mendapatkan informasi misalnya hal-hal
yang memiliki pengetahuan yang kurang yang menunjang kesehatan, sehingga
yaitu sebanyak 25%. dapat meningkatkan kualitas hidup
Dari hasil tersebut dapat dilihat individu tersebut.
bahwa semakin cukup umur, pengetahuan Hasil penelitian ini juga
responden khususnya tentang kanker menunjukkan bahwa seluruh responden
payudara semakin meningkat sebagai (100%) yang memiliki pengetahuan yang
akibat dari pengalaman dan kematangan kurang tentang kanker payudara adalah
jiwa khususnya dalam hal berfikir seperti responden yang belum menikah. Hal
dinyatakan oleh Hurlock, 1998 dalam tersebut kemungkinan disebabkan karena

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 290


Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Kangker........................ Fitria Jannatul Laili, hal. 285 - 294
belum adanya kepedulian terhadap tetapi hanya sekitar 11-46% saja yang
kesehatan payudara disamping masih ada melakukan secara regular.
anggapan bahwa payudara merupakan hal Hasil-hasil penelitian tersebut
tabu, apalagi bagi wanita yang belum diatas sesuai dengan hasil penelitian ini
menikah. Selain juga kemungkinan bahwa walaupun sebagian besar (61.6%)
dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya mahasiswa Prodi DIII Kebidanan
seperti kepercayaan, lingkungan, sumber STIKES dr. SOEBANDI telah
daya yang dimiliki seperti fasilitas, uang, melakukan BSE/SADARI tetapi hanya
waktu, tenaga dan sebagainya. sekitar 14.4% saja dari seluruh responden
yang melakukan BSE/SADARI secara
Pelaksanaan BSE/SADARI regular (melaksanakan tiap bulan).
BSE/SADARI adalah suatu upaya Menurut Baig & Ali, 2006 dalam Memis
deteksi dini kanker payudara yang tidak 2009, keefektifan BSE/SADARI itu
mahal, tidak nyeri, nyaman dan tidak sendiri tergantung dari pendidikan,
berbahaya (Hacker, 2001) Keefektifan pelaksanaan, konsistensi, dan
BSE/SADARI dalam menemukan massa regularitasnya. Beberapa alasan yang
pada payudara sebagian besar tergantung diungkapkan responden berkaitan dengan
dari ketelitian dan kecermatan dalam pelaksanaan BSE/SADARI yang tidak
melakukan pemeriksaan. Misalnya dilakukan secara rutin/regular adalah
pemeriksaan harus dilakukan secara karena tidak mengetahui secara pasti
regular dengan teknik inspeksi dan praktik BSE/SADARI yang benar dan
palpasi yang benar (Khatib & Motjtabai, tepat, mengalami kesulitan mendeteksi
2006 dalam Memis 2009). perubahan pada payudara, takut apabila
Hasil penelitian ini menunjukkan menemukan benjolan yang lain dari
bahwa sebagian besar (61.6%) biasanya, lupa dan rasa malas.
mahasiswa Prodi DIII Kebidanan
STIKES dr. SOEBANDI telah Hubungan Pengetahuan tentang
melaksanakan BSE/SADARI. Hasil Kanker Payudara dengan Pelaksanaan
penelitian yang didapatkan ini juga BSE/SADARI
hampir serupa dengan penelitian Memis Untuk melihat derajat hubungan
dkk yang dilakukan pada mahasiswa antara pengetahuan tentang kanker
bidan dan perawat di Turki yang payudara dengan pelaksanaan
menunjukan bahwa sebagian besar BSE/SADARI digunakan korelasi Rank-
responden (n=129, 53%) sudah Spearman. Dari output software SPSS,
melakukan BSE/SADARI. dihasilkan nilai koefisien korelasi Rank-
Penelitian Budden dalam Kocer Spearmans (rs) sebesar 0,26. Artinya
2009 mencatat bahwa sekitar 96% derajat hubungan antara pengetahuan
mahasiswa perawat melaksanakan tentang kanker payudara dengan
BSE/SADARI dalam satu tahun tetapi pelaksanaan BSE/SADARI adalah
hanya 46% (kurang dari sebesar 0,26 atau 26%. Dengan nilai
setengahnya/hampir setengahnya) yang koefisien korelasi sebesar 0.26 tersebut,
melaksanakan BSE/SADARI secara rutin menurut Riyanto, 2009 kedua variabel
tiap bulan. Begitu pula beberapa hasil tersebut memiliki tingkat hubungan yang
penelitian dari Persson, Svensson & Ek, sedang.
1997; Aslan et al; Fung, 1998; Odusanya Dari hasil output software SPSS
& Taylor, 2001; Cavdar et al, 2007 dalam juga didapatkan nilai p-value sebesar
Memis 2009 menyebutkan bahwa 0.003. Hal tersebut menunjukkan bahwa
walaupun sebagian besar (54-62%) pengetahuan tentang kanker payudara
wanita melaksanakan BSE/SADARI memiliki hubungan yang signifikan
secara statistik dengan pelaksanaan

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 291


Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Kangker........................ Fitria Jannatul Laili, hal. 285 - 294
BSE/SADARI. Nilai kontribusi diatas dan dari hasil penelitian ini bahwa
pengetahuan tentang kanker payudara pengetahuan merupakan domain yang
terhadap pelaksanaan BSE/SADARI sangat penting dalam membentuk
dapat dilihat dengan koefisien perilaku seseorang.
2 Dengan pengetahuan yang
determinasi ( R ) yaitu sebesar 0,0676
atau 6.76%. dimiliki, khususnya pengetahuan tentang
Hasil penelitian ini sejalan dengan kanker payudara, diharapkan terjadinya
hasil penelitian yang dilakukan pada proses perubahan perilaku atau perilaku
mahasiswa FK UII Jogjakarta angkatan seperti pelaksanaan BSE/SADARI
2004 yang menyebutkan bahwa ada didasarkan pada kesadaran akan manfaat
pengaruh yang signifikan antara suatu perilaku tersebut sehingga
pengetahuan tentang SADARI terhadap pelaksanaan BSE/SADARI pada individu
pelaksanaan SADARI (Junita, 2009). tersebut dapat bersifat langgeng.
Tetapi hasil tersebut berbeda dengan hasil Sementara itu, walaupun
penelitian yang dilakukan Lestari tahun keefektifan BSE/SADARI dalam
2009 yang menyebutkan bahwa tidak ada menurunkan morbiditas dan mortalitas
hubungan antara tingkat pengetahuan kanker payudara masih diperdebatkan,
tentang kanker payudara dengan perilaku namun pada negara-negara yang
SADARI pada wanita usia 30-66 tahun di mayoritas kanker payudara ditemukan
desa Parean Kangin, Tabanan-Bali. pada stadium lanjut, maka BSE/SADARI
Hubungan yang signifikan antara masih menjadi hal yang potensial untuk
pengetahuan tentang kanker payudara dapat mendeteksi adanya perubahan pada
dengan perilaku BSE/SADARI dalam payudara terkait dengan kanker payudara.
penelitian ini sesuai dengan beberapa Sehubungan dengan hal tersebut dan
teori tentang perilaku kesehatan yang keterbatasan dari penelitian ini, maka
sudah ada. Notoatmodjo (2007) dalam penelitian lebih lanjut masih perlu
bukunya tentang Promosi Kesehatan dan dilakukan untuk melihat faktor-faktor
Ilmu Perilaku menyebutkan bahwa lain yang memiliki pengaruh/hubungan
perilaku manusia merupakan refleksi dari terhadap pelaksanaan BSE/SADARI serta
berbagai gejala kejiwaan seperti: sejauhmana keefektifan BSE/SADARI
pengetahuan, keinginan, kehendak, dalam mendeteksi secara dini kanker
minat, motivasi, persepsi, sikap dan lain payudara.
sebagainya. Pengetahuan juga merupakan
faktor predisposisi yang penting dalam SIMPULAN
membentuk perilaku yang berkaitan Berdasarkan hasil penelitian dan
dengan kesehatan berdasarkan teori pembahasan pada bab sebelumnya,
Green. peneliti dapat mengambil kesimpulan
Selain dua teori diatas, teori bahwa masih ada sebagian kecil yaitu
WHO juga menyimpulkan bahwa sekitar 24.8% mahasiswa Prodi DIII
perilaku kesehatan seseorang atau Kebidanan STIKES dr. SOEBANDI yang
masyarakat ditentukan oleh pemikiran memiliki pengetahuan yang kurang
dan perasaan orang tersebut yakni dalam tentang kanker payudara. Sementara itu,
bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, sudah sebagian besar (61.6%) mahasiswa
kepercayaan dan nilai. Sementara itu, Prodi DIII Kebidanan STIKES dr.
teori Snehandu B. Kar salah satunya SOEBANDI yang telah melaksanakan
menitikberatkan pada ada tidaknya BSE/SADARI tetapi hanya sekitar 14.4%
sumber informasi tentang kesehatan yang saja yang melakukan BSE/SADARI
akan menentukan perilaku kesehatan secara reguler (setiap bulan).
seseorang atau masyarakat. Jadi dapat Hasil penelitian ini juga
diambil kesimpulan dari beberapa teori menunjukkan bahwa terdapat hubungan

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 292


Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Kangker........................ Fitria Jannatul Laili, hal. 285 - 294
yang sedang tetapi signifikan antara Dahlan, Sopiyudin, 2004. Statistik Untuk
pengetahuan tentang kanker payudara Kedokteran dan Kesehatan: Uji
dengan pelaksanaan BSE/SADARI pada Statistik dengan menggunakan
mahasiswa Prodi DIII Kebidanan SPSS Program 12 Jam. Cetakan
STIKES dr. SOEBANDI (p-value=0.003) pertama. Jakarta: PT ARKANS
dengan nilai koefisien korelasi Spearman Fierman, 2006. Perangi Kanker
0.26 serta pengetahuan tentang kanker Payudara. Diakses: tanggal 19
payudara memiliki nilai kontribusi Oktober 2009 dari
sebesar 6.75% terhadap pelaksanaan http://www.google.com/Aceh
BSE/SADARI . Forum Comunity Perangi Kanker
Payudara-RSOS.htm
DAFTAR PUSTAKA Gilang, 2000. Kanker Payudara, Momok
A Kocher, G. Ertem, 2009. Breast self bagi Setiap Wanita. Diakses:
examination among nurses and tanggal 19 Oktober 2009 dari
midwives in Odemis health http://www.Pusat Data &
district in Turkey. Diakses dari Informasi PERSI.htm
ProQuest: Indian Journal of Hacker, F Neville, 2001. Essensial
Cancer. Mumbai: 2009. Volume Obstetri dan Ginekologi. Edisi
46. Edisi 3; pg. 208, 5 pg. kedua. Jakarta: Hipokrates.
Anonim, 2009. Kanker Payudara. hal.483-484, 490-491
Diakses tanggal 19 Oktober 2009 Hasan, Iqbal, 2004. Analisis Data
dari http://www.kanker Penelitian Dengan Statistik.
payudara.wikipedia.htm Cetakan pertama. Jakarta: PT
Arikunto, Suharsimi, 2007. Manajemen Bumi Aksara
Penelitian. Cetakan kesembilan Jakarta: Hidayat, Alimul Azis, 2007. Metode
PT. Rineka Cipta Penelitian Kebidanan dan Teknik
Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Analisis Data. Edisi pertama.
Penelitian (Suatu Pendekatan Jakarta: Salemba Medika
Praktik). Jakarta: PT. Asdi Junita, Ratna Sari, 2009. Pengaruh
Mahasatya pengetahuan tentang SADARI
Aydin, ilknur, 2007, Factors associated terhadap perilaku SADARI.
with breast self examination Abstrak Karya Tulis Ilmiah FK
practice and beliefs in female UII Jogjakarta. Diakses tanggal 1
workers at Moslem community Desember 2009 dari
Diakses dari ScienceDirect: http://www.google.co.id/pengaruh
European Journal of Oncologic -pengetahuan-tentang-SADARI-
Nursing, volume 12, issue 2, terhadap-perilaku-SADARI.htm
April 2008, pp. 127-133 Kusminarto 2009. Deteksi Sangat Dini
Carelli, Ivo; Pompei, Luciano Melo; Kanker Payudara, Jawaban
Matos, Clarissa Santiago; Untuk Menghindar. Diakses
Ferreira, Helosoisa Garcia; tanggal 19 Oktober 2009 dari
Fernandes, Cesar Eduardo; and http://www.depkes.co.id/Deteksi
Peixoto, Sergio 2007, Sangat Dini Kanker Payudara,
Knowledge, attitude and practice Jawaban Untuk Menghindar.htm
of breast care examination in Lestari, Ni Luh Putu Sri, 2009.
female population of metropolitan Hubungan tingkat pengetahuan
Sao Paulo. Diakses dari tentang kanker payudara
ScienceDirect: The Breast, terhadap perilaku pemeriksaan
Journal volume 17, Issue 3, June payudara sendiri pada wanita
2008, pp. 270-274 umur 30-66 tahun di desa Parean

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 293


Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Kangker........................ Fitria Jannatul Laili, hal. 285 - 294
Kangin Baturiti Tabanan Bali. Price, A Silvia dan Wilson, M Lorraine,
Abstrak Karya Tulis Ilmiah. 2006. Patofisiologi: Konsep
Diakses tanggal 1 Desember 2009 Klinis Proses-proses Penyakit.
dari http://www.google.co.id/ Jakarta: EGC. hal. 1303-1307
Luwia S, Melissa, 2004. Problematik dan Purwatiningsih, Wahyu, 2007. Hubungan
Perawatan Payudara. Cetakan Pengetahuan tentang Kanker
kedua. Jakarta: Kawan Pustaka. Payududara dengan Motivasi
hal.13, 37-57 Penderita untuk Memeriksakan
Lusa, 2009. Pemeriksaan Payudara Diri Secara Dini di Klinik Bedah
Sendiri. Diakses tanggal 19 Onkologi RSU Dr. Soetomo
Oktober 2009 dari Surabaya. Buletin Penelitian
http://www.google.com/gambar RSUD DR. Soetomo Vol 11, N0.
sadari.htm 1, Maret 2009
Memis, Sakine; Balkaya, Nevin Akdolun; Pedoman Penulisan Karya Tulis
Demirkiran, Fatma, 2009. Ilmiah/SKRIPSI Program Studi
Knowledge, Attitudes, and Pendidikan Bidan Fakultas
Behaviour of Nursing and Kedokteran Universitas
Midwifery Student Regarding Airlangga-Surabaya Tahun 2009
Breast Self Examination in Pedoman Pendidikan Universitas
Turkey. Diakses dari ProQuest: Airlangga Tahun 2009-2010
Oncology Nursing Forum. Rahayu, Titah, 2009. Periksa Payudara
Pittsburgh: Jan 2009. Volume 36, Sendiri, Yuk. Diakses tangal 18
Edisi 1; pg. E39, 8 pg Oktober 2009 dari
Njoto, Suwanto, 2008. Misteri Kanker http://www.google.com/Rumah
Payudara. Diakses: tanggal 19 kanker/sadari,yuk.htm
Oktober 2009 dari Soetantini, Noer, 2009. Kasus Kanker
http://www.google.com/Misteri- Payudara di Indonesia Semakin
kanker Tinggi. Diakses: tanggal 19
payudara/atmcellfood2u.com Oktober 2009 dari
Notoatmojo, Soekidjo, 2002. Metodologi http://www.suarasurabaya.net-
Penelitian Kesehatan. Cetakan Kasus Kanker Payudara di
kedua. Edisi Revisi. Jakarta: Indonesia Semakin Tinggi.htm.
Rineka Cipta Suyanto & Salamah, Ummi, 2009. Riset
Notoatmodjo, Soekidjo 2007. Promosi Kebidanan: Metodologi dan
Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Aplikasi. Cetakan Keempat.
Cetakan pertama. Jakarta: Rineka Jogjakarta: Mitra Cendikia Press.
Cipta Utaminingsih, Dwi Fitri, 2008. Studi
Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Pengaruh Self Efficacy dan
Metodologi Penelitian Ilmu Intensi SADARI terhadap
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Perilaku SADARI pada Wanita
Tesis, dan Instrumen Penelitian. Dewasa dengan Faktor Risiko
Jakarta : Salemba Medika. Kanker Payudara. Skripsi
Nursalam dan Pariani. 2001. Pendekatan Wilensky-Lincoln, Jackie, 2008. Kanker
Praktis Metodologi Riset Payudara: Diagnosis dan
Keperawatan. Jakarta: CV. Solusinya. Cetakan pertama.
Infomedika.
Otto, E Sherley, 2005. Buku Saku
Keperawatan Onkologi. Cetakan
pertama. Jakarta: EGC hal.100-
101

JURNAL KESEHATAN dr. SOEBANDI Vol. 4 No. 1 294

You might also like