You are on page 1of 35

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peternakan adalah sebuah kegiatan membudidayakan hewan ternak dalam

rangka mencari keuntungan ataupun untuk mencukupi kehidupan sehari hari.

Salah satu hewan yang tergolong ternak adalah unggas, contoh unggas yang

sering di jadikan ternak adalah ayam. Ayam memiliki keuntungan daripada ternak

lain, yaitu siklus hidupnya yang pendek sehingga peternak dapat mejual hasilnya

dalam waktu yang relatif lebih singkat. Peternakan ayam dapat berupa peternakan

ayam pedaging dan juga peternakan ayam petelur, dimana ayam pedaging hanya

diambil dagingnya dan ayam petelur dapat diambil daging dan telurnya, namun

yang diutamakan adalah telurnya, setelah habis masa bertelur barulah ayam

petelur di ambil dagingnya.

Membudidayakan haruslah mengerti seluk beluk ayam tersebut sehingga

dapat memaksimalkan potensi yang terdapat didalamnya, dalam kasus inilah

mempelajari anatomi dan morphologi ayam sangat penting untuk mengeluarkan

semua potensinya. Ayam pedaging dan petelur mempunyai anatomi dan

morphologi yang berbeda, contohnya terletak pada kaki, dan warna shank. Begitu

juga dengan jenis kelamin dari setiap ayam, berbeda jenis kelamin maka anatomi

dan morphologinya pun akan berbeda, oleh karena itu penting untuk dapat

memahami dan mengetahui anatomi dan morphologi ayam untuk dapat

memaksimalkan produktivitas dari ayam tersebut.


2

1.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimana bagian-bagian anatomi dan morfologi eksterior ayam.

2. Bagaimana perbedaan anatomi dari ayam broiler dan layer.

3. Bagaimana perbedaan anatomi dari ayam ras dan buras.

4. Bagaimana perbedaan anatomi dari ayam buras jantan dan betina.

5. Bagaimana sistem rangka pada unggas.

6. Bagaimana kegunaan mempelajari bagian-bagian anatomi dan morphologi

eksterior ayam untuk tujuan produksi.

1.3 Maksud dan Tujuan

1. Untuk mengetahui bagian-bagian anatomi dan morfologi eksterior ayam.

2. Untuk mengetahui perbedaan anatomi dari ayam broiler dan layer.

3. Untuk mengetahui perbedaan anatomi dari ayam ras dan buras.

4. Untuk mengetahui perbedaan anatomi dari ayam buras jantan dan betina.

5. Untuk mengetahui sistem rangka pada unggas

6. Untuk mengetahui kegunaan mempelajari bagian-bagian anatomi dan

morphologi eksterior ayam untuk tujuan produksi.

1.4 Waktu dan Tempat

Praktikum tentang anatomi dan morphologi eksterior ayam kali ini

dilaksanakan pada :

Hari/ tanggal : Selasa, 7 Maret 2017

Waktu : 07.30-09.30 WIB

Tempat: Laboratorium Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan,

Universitas Padjadjaran.
3
4

II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1 Klasifikasi berdasarkan Tujuan Pemeliharaan

Berdasarkan tujuan pemeliharaan ayam dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu

tipe petelur,tipe pedaging, dan tipe dwiguna. Ayam tipe petelur mempunyai

karekteristik bersifat nervous atau mudah terkejut, bentuk tubuh ramping, cuping

telinga berwarna putih, dan kerabang telur berwarna putih. Karakteristik lainnya

yaitu produksi telur tinggi (200 butir/ekor/tahun), efisien dalam penggunaan

ransumuntuk membentuk telur, dan tidak memiliki sifat mengeram (Suprijatna

dkk, 2005). Karakteristik tipe ayam petelur antara lain mudah terkejut, bentuk

tubuh ramping, cuping berwarna putih, dan kerabang telur berwarna putih

(Yuwanta, 2004).

Karakteristik ayam tipe pedaging bersifat tenang, bentuk tubuh besar,

pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit putih dan produksi telur rendah

(Suprijatna dkk , 2005). Karakteristik tipe ayam pedaging adalah bersifat tenang,

bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit putih, dan

produksi telur rendah (Yuwanta, 2004). Ayam tipe dwiguna karakteristik bersifat

tenang, bentuk tubuh sedang, produksi telur sedang, pertumbuhan sedang, dan

kulit telur berwarna coklat (Suprijatna dkk , 2005). Ayam tipedwiguna yang

dijumpai di Indonesia adalah RIR dan Harco (Yuwanta, 2004).

2.2 Ayam Buras Jantan dan Betina

Ayam kampung merupakan turunan panjang dari proses sejarah

perkembangan genetik perunggasan di tanah air. Ayam kampung diindikasikan


5

dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan

ayam hutan hijau atau green jungle fowls (Gallus varius). Awalnya, ayam tersebut

hidup di hutan, kemudian didomestikasi serta dikembangkan oleh masyarakat

pedesaan (Yaman, 2010).

Ayam kampung menghasilkan daging yang lebih enak daripada ayam

negeri. Hal ini karena kemampuan genetis yang membedakan antara kedua jenis

ayam ini. Tetapi untuk produksi telurnya ayam ras lebih disukai oleh masyarakat

digunakan sebagai bahan makanan atau olahan makanan dibanding dengan ayam

kampung yang dari segi harganya sedikit lebih mahal dan hanya digunakan untuk

olahan makanan tradisional saja (Rasyaf, 2000).

Hasil penimbangan rata-rata bobot badan ayam kampung betina umur 4-6

bulan diperoleh kisaran 0,99-1,22 kg dan 1,47-1,78 kg pada ayam jantan. Panjang

tibia menunjukan kisaran rata-rata 11,90-12,87 cm pada umur 4-6 bulan dan pada

ayam jantan 12,44-14,12 cm. Panjang shank kisaran 6,69-7,39 cm pada ayam

betina dan pada ayam jantan 6,99-8,34 cm. lingkar shank kisaran antara 3,31-3,79

cm pada ayam betina dan 3,54-4,24 pada ayam jantan (Budipurwanto, 2001).

Bobot badan ayam kampung pada umur 12 minggu adalah 0,70 kg dan

pada umur 20 minggu 1,17 kg. Jika dibandingkan dengan ayam lokal di negara

lain, ayam buras di setiap Negara di wilayah Asia hampir memiliki kesamaan

bobot badan (Harjosoebroto dan Atdmodjo, 1977).

2.3 Ayam Layer

Ayam petelur adalah ayam yang khusus dibudidayakan untuk

menghasilkan telur secara komersil. Saat ini terdapat dua kelompok ayam petelur

yaitu tipe medium dan tipe ringan. Tipe medium umumnya bertelur dengan warna
6

kerabang cokelat sedangkan tipe ringan bertelur dengan warna kerabang putih

(North and Bell, 1990).

2.4 Ayam Broiler

Broiler adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam hasil budidaya

teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu

pertumbuhan yang cepat, konversi pakan yang baik dan dapat dipotong pada usia

yang relatif muda sehingga sirkulasi pemeliharaannya lebih cepat dan efisien serta

menghasilkan daging yang berkualitas baik (Murtidjo, 1992).

2.5 Anatomi dan Morfologi Ayam

Bagian organ ayam yang tampak dari luar dari bagian kepala, leher, tubuh

bagian depan dan tubuh bagian belakang. Paruh, mata, kelopak mata, jengger,

cuping dan pial terdapat di bagian kepala sementara tubuh bagian depan terdapat

dada dan sayap dibagian belakang terletak punggung, perut, ekor, paha, betis dan

cakar (Suprijatna dkk , 2008).

Menurut North (1978) unggas mempunyai ciri-ciri yang spesifik dengan

adanya alat penutup tubuh yang berupa bulu (pulmae/feather) dan kulit. Bulu

menutup hampir seluruh tubuh ayam dan ciri ini yang membedakan dengan

hewan bertulang belakang yang lain. Bulu tumbuh pada beberapa tempat, yaitu:

bahu (shoulder), paha (thigh), ekor (rump), dada (breast), leher (neck), perut

(abdomen), punggung (back), sayap (wing), kaki (leg) dan kepala (head).

Sebagian besar bulu tersusun atas protein yang disebut keratin. Bulu

berfungsi sebagai pelindung tubuh dari luar, insulasi dari temperatur, identifikasi

penyakit, defisiensi nutrien dan produksi telur (North, 1978). Menurut Nesheim
7

dkk (1972) bahwa struktur dan bentuk bulu ukurannya bervariasi pada bagian-

bagian tubuh ayam, dan dapat digunakan untuk membedakan jenis kelamin antara

ayam jantan dan betina terutama pada bulu-bulu leher, sayap dan ekor. Bulu-bulu

besar pada sayap dan ekor pada waktu dan umur tertentu akan meluruh dan

tumbuh kembali, hal ini menunjukkan waktu tertentu ayam petelur saat keluar

dari masa produksi telur. Menurut North (1978) proses dari peluruhan bulu hingga

tumbuhnya bulu baru tersebut disebut molting dan proses ini dibawah kontrol

kerja hormon. Penentuan jenis kelamin ayam juga dapat ditentukan dengan

adanya gen sex likage dengan melihat pertumbuhan bulu dan warna bulu

(Nesheim dkk, 1972).

Semua unggas mempunyai bulu yang menutupi seluruh tubuh dan

mempunyai perbedaan pada setiap spesies. Bulu tersebut tumbuh pada area bulu

yang terdapat pada saluran pangkal bulu pada permukaan kulit, mempunyai berat

4 sampai 9% dari berat hidup dan berjumlah 6.000 sampai 8.000 lembar. Setiap

bulu yang tumbuh pada tubuh mempunyai tipe tertentu, secara garis besar terdiri

dari shaft atau racis, barbs (bagian yang bercabang pada shaft), burbules (bagian

yang bercabang pada barbs) dan barbicels atau bagian yang bercabang pada

burbules (Nesheim dkk, 1972). Secara anatomis bulu dibagi menjadi plumae,

plumulae dan phyloplumae. Menurut letaknya bulu dibagi menjadi remiges (bulu-

bulu pada sayap), retrices (bulu-bulu pada ekor), tectrices (bulu-bulu lain yang

menutup badan), parapterium (bulu-bulu pada bahu antara badan dan sayap) dan

alula atau ala spuria yaitu bulu-bulu kecil yang melekat pada jari kedua pada

ekstremitas superior (Radiopoetro, 1991).

Menurut umurnya bulu dibagi menjadi neoptyle dan teleoptyle. Neoptyle

setelah meluruh diganti dengan teleoptyle. Pada tempat yang ditumbuhi bulu
8

disebut pteryle dan bagian tubuh yang tidak ditumbuhi bulu disebut apteria

(Radiopoetro, 1991).

Kulit mempunyai fungsi sebagai penahan masuknya bibit penyakit ke

dalam tubuh dan sebagai insulasi panas tubuh. Kulit tidak mempunyai kelenjar

minyak kecuali pada pangkal ekor (uropygial). Kulit terdiri dari dua lapis yaitu

bagian luar (epidermis) dan bagian dalam (dermis). Epidermis biasanya menyusun

pada bulu, paruh, sisik dan kuku. Dermis menyusun pada comb, pial dan ear lobe.

Warna kulit biasanya putih atau kuning. Warna kuning ini biasanya disebabkan

adanya xanthophylls dalam ransum (North, 1978).

Warna dan ukuran dari wattle dan comb dipengaruhi oleh fungsi dari

hormon sex terutama saat sekresi hormon pada saat pertumbuhan gonad. Pada

shank dan kulit kombinasi warna terjadi karena adanya pigmen pada bagian

lapisan luar dan lapisan dalam pada kulit. Warna kuning karena adanya pigmen

karotenoid yang berasal dari pakan pada bagian epidermis. Warna hitam karena

adanya pigmen melanin pada epidermis begitu juga warna yang gelap pada shank

disebabkan pigmen melanin pada dermis dan epidermis. Warna biru karena

adanya pigmen melanin pada dermis dan warna hijau karena adanya pigmen

lipokrom pada epidermis dan melanin pada dermis. Pada ayam broiler moderen

diseleksi warna kuning pada shank dan kulit, hal ini disebabkan karena disukai

oleh konsumen (Nesheim dkk, 1979).

2.6 Kerangka Unggas

Osteologi adalah ilmu yang mempelajari kerangka atau skeleton. Struktur

kerangka pada unggas terdiri atas tulang-tulang yang padat, ringan dan sangat

kuat. Pada umumnya tulang panjang pada unggas memiliki rongga yang
9

membuatnya menjadi ringan, dan kebanyakan dari tulang tersebut menyatu dan

membentuk struktur yang sangat kuat sebagai tempat perlekatan bagi otot yang

digunakan untuk terbang (North, 1978).

Berdasarkan karakteristiknya kerangka unggas bersifat spesifik yakni

ringan dan berisi udara yang sesuai dengan fungsinya untuk bergerak, berjalan

dan terbang. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Akoso (1993), kerangka

unggas kompak, ringan beratnya dan sangat kuat. Susunan tulang memiliki

partikel yang padat dengan bobot yang ringan dan kuat, sehingga beberapa unggas

mampu untuk terbang atau berenang seperti pada unggas air.

Tulang unggas merupakan tipe yang sangat unik karena dirongga

dalamnya terdapat sumsum tulang (Nasheim dkk 1979). Hal tersebut juga

diungkapkan oleh Suprijatna (2005) bahwa produksi telur pada ayam memerlukan

kecukupan kalsium karbonat untuk membentuk kerabang. Sehingga untuk

memenuhi kebutuhan tersebut terdapat suatu struktur tulang yang disebut

medullary bones (tulang pipa) yaitu tibia, tibia, femur, pubic, sternum, ribs, ulna

dan scapula.tulang ini mempunyai rongga sumsum dengan tulang yang halus yang

saling terjalin dengan baik, yang fungsinya sebagai tempat penimbunan kalsium.

Sistem Kerangka ayam terdiri dari tulang kepala, tulang leher, tulang

sayap, tulang dada, tulang kaki, tulang belakang. Sistem kerangka berfungsi

menjaga bentuk tubuh, menyanggah daging, melindungi organ vital dan sebagai

alat gerak (Fadillah, 2007). Tulang-tulang pada ayam meliputi tengkorak, tulang

lengan, tulang selangka, tulang pinggang, dan tulang kemudi dengan tulang

pernapasan. Tulang mengandung sel-sel hidup dan matrik intraseluler yang

diliputi garam mineral (Frandson.1992). Unsur penyusun tulang adalah kalsium


10

fosfat (93%) bahan mineral dan sisanya sebagaian besar terdiri dari kalsium

karbonat (2%) dan magnesium fosfat (5%) (Suprijatna,dkk.2005).

Kerangka ayam berfungsi membentuk kekuatan kerja untuk menyokong

tubuh, tempat pertautan otot, melindungi organ-organ vital, tempat diproduksi sel

darah merah dan sel darah putih pada sumsum, membantu pernapasan dan

meringankan tubuh saat terbang. Tulang punggung pada leher dan ekor dapat

digerakkan dan pada bagian badan memanjang dan hanya satu ruas yang dapat

digerakkan. Tulang punggung tersebut bersatu membentuk suatu susunan struktur

yang kaku yang dapat memberikan kekuatan pada susunan tubuh untuk menopang

kekuatan gerakan dan aktivitas sayap (Wiharto, 1991).


11

III

ALAT, BAHAN DAN PROSEDUR KERJA

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

1. Baki atau nampan berfungsi sebagai alas dari ayam.

3.1.2 Bahan

1. Ayam Ras Pedaging/Broiler

2. Ayam Ras Petelur/Layer

3. Ayam lokal Jantan dan betina

3.2 Prosedur Kerja

1. Setiap kelompok mengamati ketiga tipe ayam.

2. Agar setiap kelompok dapat memahami ketiga jenis ayam, pada saat

praktikum objek akan ditukar.

Tabel 1. Prosedur kerja Praktikum

No
Pengamatan Prosedur
.

1. Tempatkan ayam di atas baki dan usahakan dalam


Seluruh
1. keadaan tenang
tubuh
2. Gambar dan sebutkan anatominya

3. Gambar kepala dan bagiannya.

4. Amati bagian-bagian dari kepala seperti jengger dan

2. Kepala sebutkan jenis jenggernya.

5. Amati juga bagian-bagian lainnya seperti paruh, pial,

lubang telinga, mata.


12

6. Amati seluruh tubuh ayam yang berbulu, bedakan di

bagian mana terdapat bulu kontur, plumulae, dan

filoplumulae.

3. Bulu 7. Pada bulu sayap perhatikan mana bulu sekunder, primer

dan bulu axial kemudian gambar.

8. Cabut salah satu bagian bulu sayap kemudian gambar

dan tulis bagian-bagiannya.

9. Gambar bagian kaki dan sebutkan bagiannya


4. Kaki
10. Amati pigmentasi pada kaki.

11. Ukur panjang shank. Bandingkan shank dari ketiga jenis

ayam yang saudara amati.


13

IV

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Ayam Broiler

Tabel 2. Pengamatan Ayam Broiler


Hasil Pengamatan Keterangan
14

4.1.2 Ayam Layer

Tabel 3. Pengamatan Ayam Layer


Hasil Pengamatan Keterangan
15

4.1.3 Ayam Kampung Jantan

Tabel 4. Pengamatan Ayam Kampung Jantan


Hasil Pengamatan Keterangan
16

4.1.4 Ayam Kampung Betina

Tabel 6. Pengamatan Ayam Kampung Betina


Hasil Pengamatan Keterangan
17

4.1.5 Kerangka Ayam

Tabel 7. Pengamatan Kerangka Ayam

Hasil Pengamatan Keterangan

1. incisive

2. mandible

3. quadrate

4. nasal

5. lacrimal

6. occipital

7. atlas

8. epistropheus

9. humerus

10. radius

11. ulna

12. metacarpus

13. phalanges

14. scapula

15. illium

16. pygostyle

17. ischium

18. pubis

19. femur

20. fiula

21. tibia

22. metatarsus
18

23. corucoid

24. clavicle

4.2 Pembahasan

Pada praktikum tentang anatomi dan morphologi eksterior dari unggas ini,

disediakan 4 ekor ayam, yaitu ayam kampung jantan dan betina, ayam broiler dan

ayam layer atau petelur, dimana dari setiap ayam tersebut memiliki persamaan

juga perbedaan dari anatomi dan morphologinya.

4.2.1 Ayam Broiler

Ayam broiler merupakan hasil teknologi yaitu persilangan antara ayam

Cornish dengan Plymouth Rock. Karakteristik ekonomis, pertumbuhan yang cepat

sebagai penghasil daging, konversi pakan rendah, dipanen cepat karena

pertumbuhannya yang cepat, dan sebagai penghasil daging dengan serat lunak

(Murtidjo, 1987). Ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an

dimana pemegang kekuasaan mencanangkan panggalakan konsumsi daging

ruminansia yang pada saat itu semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam

broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya

5-6 minggu sudah bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat

dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang

bermunculan diberbagai wilayah Indonesia. Daghir (1998) membagi tiga tipe fase

pemeliharaan ayam broiler yaitu fase starter umur 0 sampai 3 minggu, fase grower

3 sampai 6 minggu dan fase finisher 6 minggu hingga dipasarkan.

Ayam broiler adalah ayam yang mempunyai sifat tenang, bentuk tubuh

besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, bentuk jenggernya pea, bulu

berwarna putih yang terdiri dari contur, plumulae, dan filoplumulae, produksi
19

telur rendah, dan kaki yang pendek untuk menopang berat tubuhnya (Suprijatna,

dkk. 2005). Ayam Broiler dalam klasifikasi ekonomi memiliki sifat-sifat antara

lain : ukuran badan besar, penuh daging yang berlemak, temperamen tenang,

pertumbuhan badan cepat serta efisiensi penggunaan ransum tinggi (Siregar, dkk.

1982).

Ayam broiler umumnya memiliki jengger bertipe single comb atau rose

comb. Jengger pada ayam broiler ini umumnya berukuran kecil dan berwarna

merah. Kelebihan dari jengger tipe ini adalah dapat mempermudah perkawinan

dan mempertinggi persentase fertilitas.

Pada bagian kepala masih terdapat bagian bulu tipe filoplumulae. Hal ini

dikarenakan masa pemeliharaan yang singkat sehingga pada broiler yang sudah

siap dijual pun masih ada filoplumulaenya. Bulu di bagian badan memiliki tipe

contur, sedangkan di bagian bawah sayap merupakan tipe plumulae. Pada ayam

broiler ini jantan dan betina memiliki warna yang sama yaitu putih. Pada broiler

warna putih ini adalah hasil dari persilangan-persilangan sebelumnya hal ini

ditujukan untuk mengikuti keinginan pasar yang menghendaki ayam potong

memiliki warna bulu putih karena jika warnanya hitam masyarakat umum kurang

dapat menerimanya dengan baik ketika dikonsumsi.

Ayam broiler memiliki kaki yang pendek, dimana hal tersebut berbanding

lurus dengan sifat dari ayam broiler yang cenderung diam tidak begitu lincah.

Dengan sifatya tersebut maka ayam broiler memiliki bobot badan yang relative

berat dan besar dibandingkan dengan ayam kampung maupun ayam petelur atau

layer. Serupa dengan ayam lainnya pada betina taji di kaki tidak berkembang dan

taji pada jantan berkembang. Ini sesuai dengan pendapat Rahayu (2011) yang

mengatakan ciri-ciri ayam broiler antara lain bergerak lambat dan tenang. Pada
20

peternakan ayam broiler baik ayam jantan maupun ayam betina memiliki peran

yang sama dalam ayam pedaging. Walaupun ayam broiler betina difokuskan untuk

menghasilkan daging tapi tetap ayam betina ini menghasilkan telur walaupun

tidak banyak. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Murtidjo (1987) yang

berpendapat bahwa produksi telur pada ayam broiler rendah.

4.2.2 Ayam Petelur atau Layer

Ayam petelur adalah ayam yang tujuan pemeliharaannya untuk

menghasilkan telur. Menurut Kartasudjana, R dan Edjeng Suprijatna (2006)

mengatakan bahwa, ayam betina yang sedang bertelur menunjukan jengger yang

merah dan menebal serta terasa lunak dan hangat, sedangkan ayam betina yang

tidak produksi menunjukkan jengger yang tipis, kering dan kasar. Jengger yang

tumbuh dan berkembang dengan baik menunjukkan kinerja produksi dan

reproduksi yang lebih baik di bandingkan ayam yang memiliki jengger kecil.

Ayam petelur memiliki karakteristik mudah terkejut, bulu berwarna coklat,

bentuk tubuh ramping, memiliki kaki yang panjang sekitar 9 cm, memiliki jengger

tipe single yang terdiri atas blade, serration, dan point, telinga berwarna putih,

serta kerabang telur berwarna putih. Karakteristik lainnya yaitu produksi telur

tinggi (200-220 butir/ ekor/ tahun), efisien dalam ransum untuk membentuk telur,

dan tidak memiliki sifat mengeram berdasarakan nilai tujuan dan nilai

ekonomisnya tipe ayam petelur memiliki tubuh yang langsing atau berukuran

kecil, timbangan badan ringan, jengger dan pial baik pada yang jantan ataupun

pada yang betina relatif besar.

Ayam layer atau yang lebih akrab disebut dengan ayam petelur memiliki

jengger yang bertipe single comb untuk mendapatkan angka fertilitas yang tinggi

ketika dikawinkan. Kebanyakan ayam sekarang memiliki comb tipe single comb.
21

Hal ini karena tipe ini memiliki angka fertilitas yang paling tinggi dibandingkan

tipe jengger yang lain, ayam masa sekarang sudah mengalami banyak pemuliaan

baik di bidang jengger ataupun sifat sifat yang lain. Pada ayam layer jengger dapat

digunakan menjadi suatu cara atau alat ukur untuk melihat tingkatan produktivitas

ayam tersebut, dimana jika jengger ayam itu berwarna merah terang maka ayam

tersebut sedang dalam masa produktivitas yang baik dan sebaliknya jika warna

jengger berwarna merah pucat maka ayam tersebut sedang tidak dalam masa

produktivitas yang maksimal. dengan semakin bertambahnya usia maka ukuran

jengger semakin besar namun warna jengger akan semakin pucat hingga akhirnya

jika ayam tersebut afkir dapat dilihat dari warna jengger yang cenderung berwana

pucat keputihan.

Pada bagian badan bulu yang menyelimuti ayam ini adalah tipe contur,

pada bagian kepala sebagian kecil bertipe filoplumulae kebanyakan sudah menjadi

plumulae. Pada bagian di bawah sayap bulu bertipe plumulae. Bulu pada ayam ini

tidak terpaut dengan jenis kelamin.

Pada bagian kaki ayam tipe layer ini memiiki kaki yang lebih panjang dari

ayam broiler namun tidak lebih panjang dari ayam kampung dengan panjang

sekitar 9 cm. Pada bagian kaki terdapat shank yang dapat pula menjadi alat ukur

tingkat produktivitas dari ayam layer tersebut. Jika shank itu berwarna kuning

pucat maka ayam ini dalam tingkat produktivitas yang bagus, dan sebaliknya jika

shank berwarna kuning terang maka ayam ini sedang dalam tingkat produktivitas

yang tidak maksimal. Dalam shank ini terdapat dua pigmen yaitu lipocrom dan

melanin. Lipocrom sendiri adalah pigmen yang menghasilkan warna kuning dan

melanin adalah pigmen yang menghasilkan warna hitam. Warna kuning tersebut

dapat dibentuk melalui pemberian pigmen keratenoid dalam pakan. Hal ini sesuai
22

dengan pendapat Winter dan Funk (1956) yang berpendapat pada saat ayam betina

sedang produksi (telur), pigmen kuning ini akan dimobilisasi sehingga terjadi

pemucatan. Oleh karena itu, warna cakar pada bangsa ayam yang meiliki cakar

kuning dapat digunakan sebagai seleksi dalam memilih ayam yang produktif.

Kaki ayam betina tidak memiliki taji atau taji tidak berkembang sedangkan

pada jantan memiliki taji yang berkembang. Ayam tipe layer ini memiliki sifat

yang lebih sensitif dibandingkan ayam broiler, jadi jika ingin memiliki peternakan

ayam layer kita harus memikirkan faktor lingkungan apa saja yang dapat

mengganggu ayam dan dapat mempengaruhi produktivitasnya. Hal ini sesuai

dengan pendapat Sudarmono (2003) yang berpendapat ayam ras petelur/layer

sangat peka terhadap lingkungan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan lebih

rendah bila dibandingkan dengan ayam kampung. Ayam ras petelur lebih mudah

mengalami stress.

Terdapat cara untuk mengetahui produktivitas telur dari ayam petelur atau

layer yaitu dengan menghitung jarak antar tulang pubis kiri dan kanan dan jarak

antara tulang sternum ke pubis. Jika jarak antar tulang pubis adalah dua sampai

tiga jari maka ayam tersebut memiliki produktivitas telur yang tinggi, dan jika

jarak dari tulang sternum ke pubis adalah tiga sampai empat jari maka dapat

dikatakan produktivas telurnya juga tinggi.

4.2.3 Ayam Kampung Jantan dan Betina

Ayam kampung atau ayam lokal ini memiliki sifat yang agresif dan sangat

lincah dibanding ayam broiler dan ayam layer. Perbedaan mendasar antara ayam

kampung jantan dan betina terletak pada bagian jengger, bagian ekor utama (main

tail) dan taji. Pada bagian kepala, ayam kampung jantan memiliki aksesoris yang

lengkap yaitu jengger dan pial yang besar sedangkan pada ayam kampung betina
23

memiliki jengger yang berukuran kecil dan tidak memiliki pial. Bentuk dari

jengger ayam kampung jantan adalah tipe single. Jenger dan pial dari ayam

kampung jantan ini lebih besar dan tebal dibandingkan ayam broiler dan ayam

layer.

Pada bagian badan, bulu tipe contur pada ayam kampung jantan lebih

panjang dibandingkan ayam kampung betina. Selain di badan, bulu contur yang

panjang juga berada di bagian ekor yang disebut dengan maintail. Pada ayam

kampung warna bulu tidak terpaut dengan jenis kelamin. Pada bagian kaki ayam

kampung jantan memiliki kaki yang besar dan tinggi, ini selaras dengan sifatnya

yang agresif. Pada bagian kaki ayam kampung jantan memiliki taji yang

berkembang baik dan memiliki ukuran yang besar, berbeda halnya dengan ayam

kampung betina yang tidak memiliki taji.

Ayam mengalami masa-masa perontokan bulu yang disebut molting. Pada

saat molting maka produksi telur akan terhenti dan akan berproduksi kembali

setelah bulu kembali tumbuh. Bulu berdasarkan letaknya dibedakan menjadi 5

bagian yaitu reminges (bulu pada sayap), retrices (bulu pada ekor), tetrices (bulu

yang menutupi badan), parapterium (bulu antara baan dan sayap) dan alaspuria

(bulu pada jari-jari kakai) ini sesuai dengan pernyataan Radiopoetro (1991). Bulu

pada sayap ayam dibagi atas 3 bagian, yaitu bulu primer, bulu sekunder dan bulu

axial. Bulu primer berada dibagian depan sayap yang memiliki jumlah sekitar 10

buah dan bulu sekunder berada di bagian belakang sayap yang juga memiliki

jumlah sekitar 10 buah, sementara bulu axial berada diantara bulu primer dan

sekunder. Ciri yang menonjol dari bulu axial yaitu berukuran lebih pendek

dibandingkan dengan bulu promer dan bulu sekunder.


24

Warna sisik kaki (shank) menunjukan tingkat produktivitas pada ayam

petelur. Warna shank yang pudar menandakan bahwa produktivitas telur yang

tinggi, hal ini karena pigmen lipochrom pada epidermis berasal dari karotenoid

pakan. Ketika ayam sedang bereproduksi pigmen kuning digunakan untuk

pembentukan warna yolk apabila pigmen dari ransum kurang maka pigmen

pigmen dari shank akan dimobilisasi sehingga terjadi pemucatan. Semakin pudar

warna shank maka semakin tinggi produksi telur. Hal ini juga terlihat pada warna

shank antara ayam dara dan ayam yang telah bertelur. Pada ayam dara warna

shank jauh lebih cerah dibandingkan ayam yang telah bertelur sesuai dengan

pernyataan Neshiem dkk, 1979.

4.2.4 Kerangka Unggas

Kerangka adalah suatu kesatuan sistem yang tersusun dari banyak tulang

yang menunjang terbentuknya tubuh sebagai melekatnya otot. Karakteristik

kerangka unggas bersifat khas yaitu, ringan dan berisi udara. Hal ini disesuaikan

dengan kepentingan untuk bergerak cepat, berjalan dan terbang. Anggota gerak

kepala dan leher dapat digerakkan secara bebas untuk keperluan makan, merawat

bulu, dan kepentingan pertahanan (Suprijatna, dkk. 2005).

Susunan tulang ayam terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut :

1. Vertebrae cervicalis atau tulang leher (13-14 ruas) yang berguna untuk

menggerakan leher.

2. Vertebrae columnalis atau vertebrae dordalis atau tulang punggung (7 ruas).

Tulang ini melakukan fungsi bersama-sama untuk membentuk persendian

tulang

3. Vertebrae pygostyle dan urostylus, yaitu ekor yang membentuk coccygeal (4

ruas)
25

4. Tulang rusuk sebanyak 7 buah.

5. Pada sayap terdapat tiga jari, tetapi hanya satu yang berkembang.

6. Tulang pubis, yang terdiri atas vertebrae sacral dan vertebrae lumbal masing-

masing 7 buah yang menyebabkan tulang ini menjadi elastic saat terjadinya

peneluran. Tulang pubis digunakan untuk mendeteksi produksi telur: jarak

antara tulang pubis untuk ayam yang berproduksi tinggi minimal tiga jari;

jarak antara kloaka dan sternum minimal empat jari dibentangkan (Yuwanta.

2004).

Anatomi rangka unggas yang utama terbagi menjadi beberapa bagian yaitu

bagian kepala, badan, kaki, ekor dan sayap. Pada bagian kepala dimulai dari paruh

unggas, yaitu rahang bawah disebut mandibula sedangkan rahang atas disebut

maxila. Ujung paruh unggas disebut sebagi incisive. Dibagian tengkorak terdapat

tulang Nasal, tulang lacrimal, tulang occipital (tulang tempurung belakang), dan

tulang quadrate.

Bagian leher unggas terdapat tulang leher membentuk bangun seperti

huruf S yang menghubungkan bagian kepala dengan tubuh. Tulang pertama

adalah atlas dan yang kedua adalah epistropheus. Tulang leher tersebut berbeda

setiap unggas. Pada ayam tulang leher berkisar 13-14 ruas. Bentuk leher seperti

huruf S berfungsi sebagai pegas yang mempu mengurangi pengaruh tekanan balik

dari tubuh terhadap kepala saat unggas mendarat dari terbang dan unggas dapat

menggerakan kepala secara bebas.

Bagian badan unggas memiliki sepasang tulang ekstra pada bagian

depannya disebut dengan coracoid. Kemudian ada tulang clavicle yang analog

dengan tulang belikat pada manusia dan tulang scapula sebagai tulang bahu

tempat merekatnya 10 tulang rusuk unggas. bagian bawah dari sambungan tulang
26

clavicle adalah tulang dada atau tulang sternum. Bagian pinggul ada tulang ilium,

ischium dan pubis. Ujung ekor terdapat tulang pygostyle tempat dimana banyak

kelenjar minyak.

Sayap pada unggas disebut humerus kemudian menyambung dengan

kedua tulang yang tidak berekatan yaitu radius dan ulna. Pada bagian ujung

(telapak) terdapat tulang metacarpus dan jari-jari yang tersusun dari tulang

phalanges. Sedangkan pada bagian kaki, yaitu paha tersusun oleh tulang femur.

Bagian betis tersusun dari tulang tibia dan fibula yang berekatan. Telapak kaki

unggas dinamakan metatarpus dengan jari-jari tersusun dari tulang phalanges.

Rangka ayam berdasarkan strukturnya dibagi menjadi 2 bagian, yaitu

medulla ribbone dan Pneumatic ribbone. Unggas memiliki tulang medullary bone

yang merupakan tulang penyimpan kalsium dan berisi sumsum didalamnya.

Tulang-tulang yang termasuk dalam medullary bone adalah tulang tibia, femur,

pubic bones, sternum, ribs, toes, ulna dan scapula atau tulang-tulang yang

biasanya terdapat pada kaki. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna (2005)

bahwa produksi telur pada ayam memerlukan kecukupan kalsium karbonat untuk

membentuk kerabang. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut terdapat

suatu struktur tulang yang disebut medullary bones (tulang pipa) yaitu tibia, tibia,

femur, pubic, sternum, ribs, ulna dan scapula. Tulang ini mempunyai rongga

sumsum dengan tulang yang halus yang saling terjalin dengan baik, yang

fungsinya sebagai tempat penimbunan kalsium.

Tulang pada bagian belakang unggas dapat menunjukan produktivitas

seekor ayam terutama ayam petelur. Terlihat dari jarak antar tulang pubis kiri dan

kanan dan jarak antara tulang sternum ke pubis. Jika jarak antar tulang pubis

adalah dua sampai tiga jari maka ayam tersebut memiliki produktivitas telur yang
27

tinggi, dan jika jarak dari tulang sternum ke pubis adalah tiga sampai empat jari

maka dapat dikatakan produktivas telurnya juga tinggi.

Pneumatic ribbone adalah tulang yang berongga yang berisi oksigen, jadi

berfungsi sebagai cadangan oksigen, terdiri dari humerus dan claficle.


28

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Struktur tubuh ternak unggas yaitu terdiri dari sistem organ, sistem kerangka dan

penutup tubuh. Fisiologi penyusun tubuh ternak unggas yaitu pada kerangka unggas

berfungsi sebagai penunjang tubuh, alat gerak pasif, melindungi organ vital, memberi

bentuk tubuh dan pembuatan unsur-unsur darah. Fungsi dari penutup tubuh yaitu sebagai

pelindung tubuh dari luar, insulasi dari temperatur, identifikasi penyakit, defisiensi

nutrien dan produksi telur. Kulit berfungsi sebagai penahan masuknya bibit penyakit ke

dalam tubuh dan sebagai insulasi panas tubuh.

Fungsi dari mempelajari anatomi dan morfologi ayam adalah untuk mengetahui

ciri-ciri yang dapat berguna untuk membedakan antara ayam betina dan jantan, untuk

mengetahui struktur tubuh ayam serta dapat memahami proses fisologis dari penyusun

tubuh ayam.

5.2 Saran

Sebaiknya praktikum dilakukan dengan baik dan teliti agar

pengidentifikasian dapat dikerjakan dengan lancar dan mahasiswapun dapat lebih

memahaminya.
29

DAFTAR PUSTAKA

Akoso, B.T. 1993. Kesehatan Unggas. Kanisius. Yogyakarta.

Anggorodi. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. PT Gramedia Pustaka Utama.

Budipurwanto, 2001

Daghir, N. J. 1998. Poultry Production in Hot Climates. Singapore.

Fadillah, Roni. 2007. Sukses Beternak Ayam Broiler. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi ke-4. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta.

Hardjosubroto, W. dan S.P. Atmodjo. 1977. Performan dari ayam kampung dan

ayam kedu. Makalah Seminar Ilmu dan Industri Perunggasan I. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Bogor.

Kartasudjana, R dan Edjeng Suprijatna,2006. Manajemen Ternak Unggas.

Penebar Swadaya, Jakarta.

Murtidjo, M. A. B. 1992. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius. Yogyakarta.

Murtidjo. 1987. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Yogyakarta: Kanisius.

Nesheim, M. C., R. E. Austic dan L. E. Card, 1972. Poultry Production. 12th ed.

Lea and Febiger, Philadelphia.

_________. 1979. Poultry Production. Ed ke-12. Philadelphia: Lea and Febiger

North and Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. New York.

North, M. O., 1978. Commercial Chicken Production Manual. 3rd ed. AVI Pub.

Co. Inc., Westport, Connecticut.

Radiopoetra, 1991. Zoologi. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Rahayu, Imam, Titik Sudaryani, Hari Santosa. 2011. Panduan Lengkap Ayam.

Penebar swadaya:Jakarta.

Rasyaf, M. 2000. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.


30

Siregar, A. P. Sabrani dan Soeprawiro. 1982. Teknik Beternak Ayam Pedaging di

Indonesia. Cetakan ke-2. Margie Group. Jakarta.

Sudarmono, A.S., 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Kanisius,

Yogyakarta.

Suprijatna, E. 2005. Ayam Buras Krosing Petelur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suprijatna, Edjeng Umiyati A, Ruhyat K. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas.

Penebar Swadaya. Depok.

Suprijatna, Edjeng, Umiyati A, Ruhyat K. 2008. Ilmu Dasar Ternak Unggas.

Penerbit Swadaya. Jakarta

Tarwotjo, C.S. 1998. Dasar-Dasar Gizi Kuliner. Grasindo. Jakarta.

Wiharto, 1991. Ilmu Peternakan Umum. Malang. Nuffic Universitas Brawijaya.

Malang.

Winter, A.R. dan E.M. Funk. 1960. Poultry Science and Practice. J.B. Lippincott

Co., Chicago, Philadelphia, New York.

Yaman, M, Aman. 2010. Ayam Kampung Unggul 6 Minggu Panen. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Yuwanta, T. 2004. Ilmu Ternak Unggas. Kanisius. Yogyakarta


31

LAMPIRAN

Gambar 1. Ayam Broiler Gambar 2. Ayam Petelur/Layer

Gambar 3. Ayam Jantan (Kanan) dan Ayam Betina (Kiri)


32

ILUSTRASI

Ilustrasi 1. Anatomi Ekterior Ayam


33

Ilustrasi 2. Tipe-Tipe Jengger


34

Ilustrasi 3. Bagian-Bagian Jengger

Ilustrasi 4. Bagian-Bagian Bulu


35

Ilustrasi 5. Kerangka Unggas

You might also like