You are on page 1of 39

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TN.

E DENGAN
DIAGNOSA RHEUMATOID ARTHRITIS PADA NY. E DI DUSUN
PASAR SALASA RT. 03 RW. 01 DESA CIKONENGN WILAYAH
KERJA UPTD KESEHATAN PUSKESMAS CIKONENG
KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2016

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan


Program Studi Diploma III Keperawatan
di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis

Disusun oleh :
ATIK MARYATI
NIM : 13DP277010

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH


PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
CIAMIS
2016
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. E DENGAN
RHEUMATOID ARTHRITIS PADA Ny. E DI DUSUN PASAR SALASA RT
03 RW 01 DESA CIKONENG WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS
CIKONENG KABUPATEN CIAMIS TAHUN20161

Atik Maryati2 ,Heni Marliany3


ABSTRAK

Asuhan keperawatan keluarga dengan Rheumatoid Arthritis memerlukan


perawatan yang intensif untuk mencegah komplikasi yang lebih kronis. Pemberian
asuhan keperawatan keluarga dengan Rheumatoid Arthritis hendaknya selalu
ditingkatkan dengan memperhatikan aspek bio-psiko-sosial-spiritual serta
komprehensif yang mengacu kepada kebutuhan dasar manusia.
Tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk mendapatkan pengetahuan
serta pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga
dengan Rheumatoid Arthritis. Metode penulisan yang digunakan yaitu : metode
deskriptif dalam bentuk studi kasus dengan proses keperawatan meliputi :
pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Sistem penulisan yang digunakan terdiri dari empat bab yaitu Bab I
Pendahuluan, Bab II TinjauanTeoritis, Bab III TinjauanKasus dan Pembahasan
dan Bab IV Simpulan dan Rekomendasi.
Asuhan keperawatan yang dilakukan mulai dari tanggal 15 Juni 18 Juni
2016, muncul masalah yang ditemukan adalah gangguan nyeri berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sedang sakit
Rheumatoid Arthritis, gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sedang sakit, kurang
pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenali masalah
kesehatan keluarga.
Evaluasi asuhan keperawatan belum dapat teratasi tapi tetap diperlukan
perawatan lanjutan untuk mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan.

Daftar Pustaka 19 Buah (2008-2013)


Keterangan : 1. Judul Studi Kasus, 2. Mahasiswa Prodi D-III Keperawatan
STIKes Muhamadiyah Ciamis, 3. Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis
Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Keluarga, Rheumatoid Arthritis

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rheumatoid Arthritis adalah penyakit imflamasi sistemik kronis yang

tidak diketahui penyebabnya. Karakteristik Rheumatoid Artritis adalah

terjadinya kerusakan dan proliferasi pada membran sinovial, yang

menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas.

Mekanisme imunologis tampak berperan penting dalam memulai dan

timbulnya penyakit ini. Pendapat lain mengatakan, Rhuematoid Arhtritis

adalah gangguan kronik yang menyerang berbagai sistem organ. Penyakit ini

adalah salah satu dari sekelompok penyakit jaringan penyambung difus yang

diperantarai oleh imunitas. (Ningsih, 2012 ).

Penyebab Rheumatoid Arthritis hingga saat ini belum diketahui. Ada

yang mengatakan bahwa Rheumatoid Arthritis disebabkan oleh mikroplasma,

virus, dan sebagainya, tetapi hal itu belum terbukti karena ada beragam faktor

lain yang turut memengaruhinya, termasuk kecenderungan genetika, yang

bisa mempengaruhi reaksi autoimun. Bahkan, ada beberapa kasus

Rheumatoid Artritis yang berhubungan dengan kondisi stres yang berat,

seperti kehilangan pasangan hidup ( suami / istri ) secara tiba tiba,

kehilangan seluruh harta benda dalam sebuah kebakaran, kehilangan anak

yang sangat disayangi,hancurnya bisnis / perusahaan yanng dimiliki, dan

sebagainya. (Junaidi, 2012)

1
2

Rheumatoid Arhtritis merupakan peradangan yang berlangsung secara

terus menerus dan menyebar ke struktur struktur sendi di sekitarnya,

termasuk tulang rawan sendi dan kapsul fibrosa sendi. Akhirnya ligamentum

dan tendon ikut meradang. Peradangan ditandai oleh penimbunan sel darah

putih (leukosit), pengaktifan komplemen, fagositosis ektensif, dan

pembentukan jaringan parut. Pada peradangan kronik, membran sinovial

mengalami pembesaran (hipertrofi) dan penebalan sehingga terjadi hambatan

aliran darah yang menyebabkan kematian (nekrosis) sel dan respons

peradangan berlanjut. Sinovial yang menebal kemudian dilapisi oleh jaringan

granular yang disebut panus. Panus dapat menyebar ke seluruh sendi

sehingga semakin merangsang peradangan dan pembentukan jaringan parut.

Secara perlahan, proses ini akan merusak sendi dan menimbulkan nyeri hebat

serta deformitas (kelainan bentuk). (Junaidi, 2012)

Prevalensi Rheumatoid Arthritis yang hanya sebesar 1 sampai 2 %

diseluruh dunia, pada wanita di atas 50 tahun prevalensinya meningkat

hampir 5%. Puncak kejadian RA terjadi pada usia 20-45 tahun. Berdasarkan

penelitian para ahli dari universitas Alabama, AS, wanita yang memderita RA

mempunyai kemungkintan 60% lebih besar untuk meninggal dibanding yang

tidak menderita penyakit tersebut (Afriyanti, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian terakhir dari Qing, Y.Z., (2008) prevalensi

nyeri rematik di 23.6-31.3% Indonesia. Dari data yang didapati ini, bisa

dikatakan bahwa, negara Indonesia mempunyai prevalensi nyeri rematik yang

cukup tinggi dimana keadaan seperti ini dapat menurunkan produktivitas


3

negara akibat keterbasan fungsi fisik penderita yang mengefek kualitas

hidupnya. (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI,

2013).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 prevalensi

penyakit Rheumatoid Arthritis berdasarkan diagnosis nakes di Indonesia

adalah 11,9% (dari jumlah penduduk 245,4 juta jiwa) dan berdasarkan

diagnosis atau gejala adalah 24,7%. Prevalensi berdasarkan diagnosis nekes

tertinggi di Bali (19,3%), diikuti Aceh (18,3%), Jawa Barat (17,5%), dan

Papua (15,4%). Prevalensi Penyakit Rheumatoid Arthritis berdasarkan

diagnosis atau gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur (33,1%), diikuti Jawa

Barat (32,1%) dari jumlah penduduk 446.497.175 juta jiwa dan Bali

(30%).(KemenKes, 2013).

Tabel 1.1
Data 10 Penyakit Di Kabupaten Ciamis Berdasarkan LB1 Tahun 2015

NO PENYAKIT JUMLAH
1 Hipertensi Primer (ese nsial) 48.007
2 INFLUENZA 41.386
3 Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut tidak Spesifik 37.017
4 Tukak Lambung 34.937
5 Nasofaringitis Akuta (Common Cold) 24.587
6 Gastroduodenitesis tidak spesifik 22.190
7 Dermatitis lain, tidak spesifik (eksema) 20.624
8 Diare dan Gastroenteritis 18.138
9 Rematisme (tidak spesifik) 18.100
10 Myalgia 16.960
Sumber : Dinkes Kabupaten Ciamis, 2015
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan, penyakit Rheumathoid Arthritis

termasuk ke dalam kategori ke 9 dengan jumlah 18.100 orang pada tahun

2015.
4

Data yang penulis dapatkan dari UPDT Kesehatan Puskesmas

Cikoneng tentang penyakit Rheumatoid arthritis yaitu ada 70 0rang yang

menderita penyakit Rheumatoid Arthritis.

Dampak dari keadaan ini dapat mengancam jiwa penderitanya atau

hanya menimbulkan gangguan kenyamanan, dan masalah yang disebabkan

oleh penyakit rematik tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas

pada mobilitas hingga terjadi hal yang paling ditakuti yaitu menimbulkan

kecacatan seperti kelumpuhan dan gangguan aktivitas hidup sehari-hari tetapi

juga efek sistemikyang tidak jelas tetapi dapat menimbulkan kegagalan organ

dan kematian atau mengakibatkan masalah seperti ras nyeri, keadaan mudah

lelah, perubahan citra diri serta resiko tinggi terjadi cedera (Kisworo, 2012).

Prioritas tertinggi dari keluarga adalah kesejahteraan anggota

keluarganya. Hal ini tercapai apabila fungsi fungi dari keluarga untuk

memenuhi kebutuhan tiap individu yang ada dalam keluarga dapat tercapi dan

terpenuhi.

Keluarga Tn. E adalah salah satu keluargaan binaan wilayah kerja

UPTD Kesehatan Puskesmas Cikoneng dan terutama yang mempunyai

penyakit Rheumatoid artritis yaitu Ny. E istri keluarga dari Tn. E yang sudah

+ 17 tahun menderita penyakit Rheumtoid Arthritis yang selama lebih dari 6

bulan tidak berobat ke puskesmas maupun dokter secara rutin atau sampai

sembuhtotal bahkan sampai sekarang ini masih menderita Rheumatoid

Arthritis.
5

Peran perawat sangat penting dalam penanganan penyakit Rheumatoid

Arthritis khususnya diwilayah kerja puskemas cikoneng maka penulis

mengambil kasus tersebut yang didokumentasikan ke dalam karya tulis

ilmiah dengan judul Asuhan Keperawaatan keluarga Pada Tn. E

Dengan Gangguan Rheumatoid Arthritis Pada Ny. E Di Dusun Pasar

Selasa Rt. 03 Rw.01 Desa Cikoneng Wilayah Kerja UPTD Kesehatan

Puskesmas Cikoneng Kabupaten Ciamis Tahun 2016.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Memperoleh pengalaman secara nyata dan mendokumentasikan

dalam bentuk karya tulis ilmiah serta mampu melaksanakan asuhan

keperawatan secara langsung dan komprehensif meliputi aspek bio-

psiko-sosial-spritual yang berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan

dengan pendekatan proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian secara komprehensif terhadap

anggota anggota.

b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan terhadap anggota

keluarga dengan Rheumatoid Arthritis.

c. Mampu membuat rencana asuhan keperawatan terhadap anggota

keluarga keluarga dengan Rheumatoid arthritis.


6

d. Mampu melaksanakan tindakan terhadapn anggota keluarga dengan

Rheumatoid Arthritis.

e. Mampu mengevaluasi hasil tindakan keperawatan terhadap anggota

keluarga dengan Rheumatoid arthritis.

f. Mampu mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan terhadap

anggota keluarga dengan Rheumatoid Arthritis.

C. Metode Telaahan

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan metode deskriftif yaitu

berupa studi kasus dengan menggunakan metode asuhan keperawatan yaitu

pendekatan proses keperawatan. Adapun teknik pengumpulan data yang

digunakan sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara adalah menanyakan atau tanya jawab secara langsung

yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien dan merupakan

suatu komunikasi yang direncanakan.

2. Observasi/Pengamatan

Observasi atau pengamatan adalah mengamati perilaku dari

keadaan klien untuk memperoleh dara tentang masalah kesehatan dan

keperawatan klien.

3. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik klien

untuk menentukan masalah kesehatan klien yang dilakukan dengan cara


7

inspeksi (melihat), auskultasi (mendengar), perkusi (mengetuk), dan

palpasi (meraba).

4. Studi Dokumentasi

Mempelajari data-data dari keluarga klien berhubungan dengan

asuhan keperawtan.

5. Studi Kepustakaan

Mendapatkan keterangan sebagai landasan dari berbagai literatur.

(Setyowati, S dan Murwani, A, 2008)

D. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran yang jelas dalam penyusunankarya tulis

ini, maka penulis menguraikan sistematika sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Menjelaskan latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode

telaahan, dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjaun Teoritis

Menjelaskan tentang konsep tinjaun teoritis asuhan keperawatan

keluarga meliputi (1) konsep dasar terdiri dari konsep keluarga

meliputi pengertian keluarga,tugas keluarga dibidang kesehatan,

peran keluarga,fungsi keluarga, tipe keluarga, tahap dan tugas

perkembangan keluarga, pengertian keluarga dengan resiko

tinggi, kelompok yang termasuk keluarga beriko, faktor penyebab

resiko tinggi (2), pengertian Rheumatoid Arhtritis,Klasifikasi


8

Rheumatoid Arthritis,Etiologi Rheumatoid Arthritis, tanda dan

gejala Rheumatoid Arhtriti, Komplikasi Rheumatoid Arthritis,

Pemeriksaan Penunjang, Penalaksanaan Rheumatoid Arthritis, (3)

proses keperawatan keluarga meliputi, pengkajian, perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi. (4) Tinjauan teoritis asuhan

keperawatan keluarga dengan Rheumatoid Arthritis.

BAB III : Tinjuaan Kasus dan Pembahasan

BAB III meliputi laporan kasus dan pembahasan yang mencakup:

pengkajian keperawatan keluarga dengan Rheumatoid Arthritis,

menentukan diagnosa keperawatan keluarga dengan Rheumatoid

Arhtritis, membuat perencanaan keperawatan denngan

Rheumatoid Arthritis, melakukan evaluasi keperawatan dan

catatan perkembangan keperawatan keluarga dengan Rheumatoid

Arthritis. Pembahasan berisikan ulasan naratif setiap tahapan

keperawatan yang dilakukan dan dianalisis kesejangan dari

tinjauan teoritis.

BAB VI : Simpulan dan Rekomendasi

BAB VI Simpulan dan Rekomendasi mengambil kesimpulan dari

pelaksanaan asuhan keperawatan dan formulasi saran dan

rekomendasi pelaksanaan tindakan terhadap masalah yang di

temukan ssesuai dengan tujuan penulisan karya tulis ilmiah.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar

1. Pengertian Keluarga

Al Quran Surat Al Furqan Ayat 54

Artinya : Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air lalu

dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah

Tuhanmu Maha Kuasa.

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari atas

kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu

tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

(Departemen Kesehatan, 2008)

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup

bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu

mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.

(Ali, 2010)

2. Tugas Keluarga Di Bidang Kesehatan

Tugas kesehatan keluarga menurut Efendi dan Makhfudli (2009)

dalam Dion Y, dan Betan Y (2013) hal. 25 adalah sebagai berikut :

9
10

a. Mengenal masalah kesehatan.

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan

karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena

kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana akan

habis. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-

perubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun

yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi

perhatian keluarga dan orang tua. Apabila menyadari adanya

perubahan keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, prubahan apa yang

terjadi, dan berapa besar perubahanya. Sejauh mana keluarga

mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari masalah kesehatan yang

meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang

mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap masalah.

b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.

Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai

masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji

keadaan keluarga tersebut agar dapat memfasilitasi keluarga dalam

membuat keputusan. Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dikaji oleh

perawat :

1) Sejauh mana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan

luasnya masalah.

2) Apakah keluarga meraskan adanya masalah kesehatan.

3) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami.


11

4) Apakah keluarga merasa takut akan akibat penyakit

5) Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah

kesehatan.

6) Apakah keluarga kurang percaya terhadap petugas kesehatan.

7) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap tindakan

dalam mengatasi masalah.

c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarganya yang sakit,

keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis

dan perawatan).

2) Sifat dan perkembangan perawatan yang di butuhkan.

3) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.

4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang

bertanggung jawab, sumber keuangan atau finansial, fasilitas fisik,

psikososial).

5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.

d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.

Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah

yang sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :

Sumber-sumber yang dimiliki oleh keluarga

1) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan

2) Pentingnya higiene sanitasi


12

3) Upaya pencegahan penyakit

4) Sikap atau pandangan keluarga terhadap higiene sanitasi

5) Kekompakan anta-anggota keluarga

e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat.

Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus

mengetahui hal-hal berikut :

1) Keberadaan fasilitas keluarga

2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari fasilitas kesehatan

3) Tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas

kesehatan

4) Fasilitas kesehatan yang terjangkau.

3. Peran Keluarga

Menurut Nasrul Effendy, (1998) dalam Dion Y, dan Betan Y

(2013) hal. 17 Peran yang terdapat didalam keluarga adalah sebagai

berikut :

a. Peran ayah : Ayah sebagai suami dari istri dan anak anak, berperan

sebagai pencari nafkah,pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman,

sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya

serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

b. Peran ibu : Sebagai istri dan ibu dari anak anaknya. Ibu mempunyai

peranan untuk mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik

anak anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari


13

peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari

lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari

nafkah tambahan dalam keluarganya.

c. Peran anak : Anak anak melaksanakan peranan psikososial sesuai

dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan

spiritual.

4. Fungsi keluarga

Fungsi keluarga didefinisikan sebagai hasil atau konsekwensi dari

struktur keluarga. Lima fungsi keluarga yang paling berhubungan erat saat

mengkaji dan mengintervensi keluarga adalah ;

a. Fungsi Afektif (Fungsi pemeliharaan kepribadian) : untuk stabilitas

kepribadian kaum dewasa, memenuhi kebutuhan kebutuhan para

anggota keluarga.

b. Sosialisai dan Fungsi penempatan sosial : untuk sosialisasi primer

anak anak yang bertujuan untuk membuat mereka menjadi anggota

masyarakat yang produktif, dan juga sebagai penganugrahan status

anggota keluarga.

c. Fungsi Reproduksi : untuk menjaga kelangsungan keturunan/generasi

dan menambah sumber daya manusia, juga untuk kelangsungan hidup

masyarakat.

d. Fungsi Ekonomis : untuk mengadakan sumber sumber ekonomi

yang memadai dan mengalokasikan sumber sumber tersebut secara

efektif
14

e. Fungsi Perawat Kesehatan : untuk mengadalan kebutuhan-kebutuhan

fisikpangan, sandang, papan dan perawatan kesehatan.

(Setyowati, S dan Murwani, A, 2008)

5. Tipe Keluarga

Menurut Friedman (1989), dalam Ali (2010), hal. 6 terdapat 8 tipe

keluarga :

a. Nuclear famuly (keluarga inti). Terdiri dari orang tua dan anak yang

masih menjadi tanggungannya dan tinggal dalam satu rumah, terpisah

dari sanak keluarga lainnya.

b. Extended family (keluarga besar). Satu keluarga yang teridir dari satu

atau dua keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan saling

menunjang satu sama lain.

c. Single parent family. Satu keluarga yang dikepalai oleh satu kepala

keluarga dan hidup bersama dengan anak-anak yang masih bergantung

kepadanya.

d. Nuclear dyed. Keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa

anak, tinggal dalam satu rumah yang sama.

e. Blended family. Suatu keluarga yang terbentuk dari perkawinan

pasangan, yang masing-masing pernah menikah dan membawa anak

hasil perkawinan terdahulu.

f. Three generation family. keluarga yang terdiri dari tiga generasi, yaitu

kake, nenek, bapak, ibu, dan anak dalam satu rumah.


15

g. Single adult living alone. Betuk keluarga yang hanya terdiri dari satu

orang dewasa yang hidup dalam rumahnya.

h. Middle age atau elderly couple. Keluarga yang terdiri dari sepasang

suami istri paruh baya.

6. Tahap perkembangan keluarga

Tahap dan tugas perkembangan keluarga menurut Duvall (1985)

dalam Dion Y dan Betan Y (2013) ada 8, yaitu:

a. Keluarga pemula

1) membangun perkawinan yang saling memuaskan

2) menghububgkan jaringan persaudaraan secara harminis

3) keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai

orangtua

b. Keluarga sedang mengasuh anak

1) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap.

2) Rekonsiliasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan

kebutuhan anggota keluarga.

3) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

4) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan

menambahkan peran-peran orangtua dan kakek nenek

c. Keluarga dengan anak usia prasekolah

1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga se[erti rumah, ruang

bermain, privasi, keamanan

2) Mensosialisasikan anak
16

3) Mengintegrasikan anak yang baru sementara tetap memenuhi

kebutuhan anak-anak yang lain

4) Mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga

d. Keluarga dengan anak usia sekolah

1) Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prastasi

sekolah dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang

sehat

2) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

3) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.

e. Keluarga dengan anak remaja

1) Mengembangkan kebebasan dengan tanggungjawab ketika remaja

menjadi dewasa dan semakin mandiri

2) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan

3) Berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak

f. Keluarga melepaskan anak dewasa muda

1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukkan anggota keluarga

baru didapatkan melalui perkawinan anak-anak

2) Melanjutkan untuk memperbaharui dan menyesuaikan kembali

hubungan perkawinan

3) Membantu orangtua lanjut usia dan sakit-sakitan dari suami

maupun istri

g. Orangtua usia pertengahan

1) Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan


17

2) Mempertahankan hubungan hubungan yang memuaskan dan

penuh arti dengan para orangtua lansia dan anak-anak

3) Memperkokoh hubungan perkawinan

h. Keluarga lansia

1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan

2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun

3) Mempertahankan hubungan perkawinan

4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan

5) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi

6) Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan dan

integrasi hidup)

7. Keluarga Resiko Tinggi

Keluarga berisko tinggi merupakan keluarga yang memiliki

kebutuhan untuk menyesesuaikan diri terkait perkembangan anggota

keluarga, keluarga dengan faktor resiko penurunan status kesehatan.

(KepMenKes No. 908 tahun 2010 tetntang pedoman penyelenggaraan

pelayanan keperawatan keluarga)

Kelompok yang termasuk keluarga beresiko yaitu :

a. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan

masalah :

1) Tingkat sosial ekonomi rendah

2) Keluarga tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri

3) Keluarga yang kurang baik atau dengan penyakit keturunan


18

b. Keluarga dengan ibu yang berisiko tinggi kebidanan pada aktu hamil :

1) Umur ibu (<16 tahun atau > 35tahun)

2) Menderita kekurangan gizi atau anemia

3) Menderita hipertensi

4) Primipara atau multipara

5) Riwayat persalinan dengan komplikasi

c. Keluarga dengan anak menjadi resiko tinggi, karena :

1) Lahir prematur atau BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)

2) Berat badan sukar naik

3) Lahir dengan cacat bawaan

4) ASI ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi

5) Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayinya

d. Keluarga yang bermasalah dalam hubungan antar anggota keluarga:

1) Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan

2) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan sering

timbul ketegangan

3) Ada anggota keluarga yang sering sakit

4) Salah satu orang tua meninggal, cerai atau lari meninggal keluarga

8. Faktor penyebab resiko tinggi

Faktor penyebab resiko tinggi menurut KepMenKes No. 908

(2010) tetntang pedoman penyelenggaraan pelayanan kepeerawatan

keluarga antara lain :

a. Kemiskinan
19

b. Lingkungan kurang sehat

c. Keadaan lingkungan yanng merugikan adalah :

1) Udara yang berdebu, mengandung gas-gas yang merugikan yang

berasal dari kendaraan bermotor maupun pabrik-pabrik

2) Iklim yang buruk

3) Tanah yang tandus

4) Air rumah tangga yang buruk

5) Perumahan yang memiliki syarat kesehatan, dengan memiliki

ventilasi yang cukup, memiliki jamban keluarga, ubin kedap air,

jumlah anggota keluarga tidak terlalu banyak.

6) Pembungan sampah dan kotoran yang tidak teratur.

B. Konsep Dasar Rheumatoid Artritis

1. Pengertian Rhuematoid Artritis

Rheumatoid Artritis adalah penyakit imflamasi sistemik kronis yang

tidak diketahui penyebabnya. Karakteristik rheumatoid artritis adalah

terjadinya kerusakan dan proliferasi pada membran sinovial, yang

menyebabkan kerusakan pada tulang sendi, ankilosis, dan deformitas.

Mekanisme imunologis tampak berperan penting dalam memulai dan

timbulnya penyakit ini. Pendapat lain mengatakan, rhuematoid artritis adalah

gangguan kronik yang menyerang berbagai sistem organ. Penyakit ini adalah

salah satu dari sekelompok penyakit jaringan penyambung difus yang

diperantarai oleh imunitas. (Ningsih, 2012 ).


20

Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik

kronik yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan

tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2008)

Rheumatoid Artritis adalah gangguan kronik yang menyerang

berbagai sistem organ. Penyakit ini adalah salah satu dari sekelompok

penyakit jaringan ikat difus yang diperantarai oleh imunitas dan tidak dan

tidak diketahui penyebabnya. (Junaidi, 2010).

2. Klasifikasi Rheumatoid Artritis

Rheumatoid arthritis diaplikasikan menjadi 4 tipe, yaitu:

a. Rheumatoid arthritis klasik

Pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus

berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.

b. Rheumatoid arthritis defisit

Pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus

berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.

c. Probable Rheumatoid arthritis

Pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus

berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.

d. Possible Rheumatoid arthritis

Pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus

berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.

Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :


21

a. Stadium sinovitis

Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang

ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak

maupun istirahat, bengkak dan kekakuan.

b. Stadium destruksi

Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi

juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.

c. Stadium deformitas

Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,

deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.

(Buffer, 2010)

3. Etiologi Rheumatoid Artritis

Penyebab Rhemotoid Artritis tidak diketahui, tetapi beberapa

hipotesa menunjukan bahwa dipengaruhi oleh faktor-faktor :

a. Jenis Kelamin.

Perempuan lebih mudah terkena daripada laki-laki. Perbandingannya

adalah 2-3:1.

b. Umur.

Rheumatoid Arthritis biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun.

Namun penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak

(artritis reumatoid juvenil)


22

c. Riwayat Keluarga.

Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit

Rheumatoid Arthritis maka anda kemungkinan besar akan terkena juga.

d. Merokok.

Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.

4. Tanda dan Gejala Rheumatoid Artritis

Tanda dan gejala Rheumtoid Arthritis yaitu seperti , nyeri

persendian, bengkak (Reumatoid nodule), kekakuan pada sendi terutama

setelah bangun tidur pada pagi hari, terbatasnya pergerakan, sendi-sendi

terasa panas, demam (pireksia), anemia, berat badan menurun, kekuatan

berkurang, tampak warna kemerahan di sekitar sendi, perubahan ukuran

pada sendi dari ukuran normal, pasien tampak anemik, gerakan menjadi

terbats, adanya nyeri tekan, deformitas bertambah pembengkakan,

kelemahan, dan depresi.

Tanda dan gejala yang umum ditemukan atau sangat serius terjadi

pada lanjut usia yaitu: sendi terasa kaku pada pagi hari, bermula sakit dan

kekakuan pada daerah lutut, bahu, siku, pergelangan tangan dan kaki, juga

pada jari-jari, mulai terlihat bengkak setelah beberapa bulan, bila diraba

akan terasa hangat, terjadi kemerahan dan terasa sakit/nyeri, bila sudah

tidak tertahan dapat menyebabkan demam, dapat terjadi berulang. (Buffer,

2010)
23

5. Komplikasi Rheumatoid Artritis

a. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya

prosesgranulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.

b. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.

c. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.

d. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang

disebabkan oleh adanya darah yang membeku.

e. Terjadi splenomegali.

f. Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar

kemampuannya untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah

putih dan trombosit dalam sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel

darah akan meningkat.

6. Penalaksanaan Rheumatoid Artritis

Menurut Al Quran dalam Surat Al Israak ayat 82 menjelaskan

tentang Al Quran adalah obat dari segala penyakit, yang berbunyi :

Artinya : Dan Kami turunkan dari al-Quran suatu yang menjadi obat

(penawar) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Quran itu

tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.


24

Tujuan utama terapi Rheumatoid Arthritis adalah:

a. Meringankan rasa nyeri dan peradangan

b. Memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal

penderita.

c. Mencegah atau memperbaiki deformitas

Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang

merupakan sarana pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:

a. Istirahat

b. Latihan fisik

c. Pengobatan

1) Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar

salisilat serum yang diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml

2) Natrium kolin dan asetamenofen meningkatkan toleransi saluran

cerna terhadap terapi obat

3) Obat anti malaria (hidroksiklorokuin, klorokuin) dosis 200 600

mg/hari untuk mengatasi keluhan sendi, memiliki efek steroid

sparing sehingga menurunkan kebutuhan steroid yang diperlukan.

4) Garam emas

5) Kortikosteroid

d. Nutrisi dan diet untuk penurunan berat badan yang berlebih

e. Bila Reumatoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan sendi,

pembedahan dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan

memperbaiki fungsi.
25

C. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Rheumatoid Artritis

1. Pengkajian

Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seseorang perawat

mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang

dibinanya. Cara pengumpulan data tentang keluarga dapat di lakukan

antara lain: riwayat dan tahap perkembangan kelurga, data lingkungan,

struktur kelurga, fungsi kelurga penyebab masalah kelurga dan koping

yang di lakukan kelurga, harapan kelurga dan pemeriksaan fisik.

(Jhonson L & Leny R 2010).

a. Identitas

Identitas Nama KK, alamat, komposisi keluarga (nama, hubungan

keluaraga, tempat dan tanggal lahir, pendidikan, pekerjaan) tipe

keluarga, suku/budaya yang dianut keluarga, agama, satus sosial

aktivitas keluarga.

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

1) tahap perkembangan keluarga saat ini

2) tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

3) riwayat keluarga saat ini

4) riwayat keluarga sebelumnya

c. lingkungan

1) karakteristik rumah

2) karakteristik tetangga dan komunitas setempat

3) mobilitas geografis keluarga


26

4) perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

5) sistem pendukung keluarga

d. struktur keluarga

1) pola komunikasi keluarga

2) struktur kekuatan keluarga

3) struktur peran

4) nilai atau norma keluarga

e. stress dan koping

1) stresor jangka pendek dan panjang

2) stresor koping yang di gunakan

2. Diagnosa Keperawatan Keluarga Dengan Rheumatoid Arthritis

a. Pengertian diagnosa keperawatan

Menurut Achjar Komang (2010) diagnosis keperawatan

adalah klinis mengenai individu, keluarga, atau masyarakat yang

diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisis data

secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-

tindakan dimana perawat bertanggung jawab untuk melaksanakannya.

Diagnosa keperawatan keluarga disusun berdsarkan jenis

diagnosis seperti:

1) Diagnosis sehat /wellness

Diagnosis sehat /wellness digunakan bila keluarga mempunyai

potensi untuk ditingkatkan belum ada data maladaptif.


27

2) Diagnosis ancaman (resiko)

Diagnosis ancaman digunakan bila belum terdapat paparan masalah

kesehatan, namun sudah ditemukan data maladaptif yang

kemungkinan timbulnya gangguan.

3) Diagnosis nyata / gangguan

Diagnosis gangguan digunakan bila sudah timbul gangguan atau

masalah kesehatan dikeluarga, didukung dengan adanya beberapa

data maladaftif.

Perumusan problem (P) merupakan respon terhadap gangguan

pemenuhan kebutuhan dasar. Sedangkan etiologi (E) mengacu pada lima

tugas keluarga. Sign atau tanda (S).

Apabila masalah kesehatan keluarga cukup banyak akan tidak

mungkin diatur sekaligus mengingat ada keterbatasan, untuk itu perlu

disusun skala prioritas. Dan dibawah ini tabel dalam menentukan skala

prioritas.
28

Tabel 2.1
Skala Prioritas Dalam Menentukan Masalah Kesehatan
NO KRITERIA NILAI BOBOT

Sifat masalah

Skala : - Tidak atau kurang sehat 3


1. 1
- Ancaman kesehatan 2

- Keadaan sejahtera 1

Kemungkinan masalah dapat diubah

Skala : - Dengan Mudah 2


2. 2
- Hanya Sebagian 1

- Tidak dapat 0

Potensi masalah untuk dicegah

Skala : - Tinggi 3
3. 1
- Cukup 2

- Rendah 1

Menonjolnya masalah

Skala :- Masalah berat, harus segera ditangani 2


4. 1
- Ada masalah, tidak perlu ditangani 1

- Masalah tidak dirasakan 0

Sumber : Baylon dan Maglaya (1989) dalam Dion Y dan Betan Y(2013)

Skoring : cara menentukan nilai atau bobot suatu masalah adalah :

1) Tentukan skor untuk setiap kriteria.

Skor

Angka Tertinggi
X Bobot
29

2) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot

3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria.

4) Skor tertinggi adalah lima dan sama dengan untuk semua kriteria (Ali,

2010)

Penentuan prioritas dengan kriteria skala :

1) Untuk krteria pertama, prioritas utama diberikan pada tidak atau

kurang sehat karena perlu tindakan segera dan biasanya disadari oleh

keluarga.

2) Untuk kriteria kedua perlu diperhatikan :

a) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi, dan tindakan untuk

menangani masalah.

b) Sumber daya keluarga : fisik, keuangan, tenaga.

c) Sumber daya perawat : pengetahuan, keterampilan, waktu.

d) Sumber daya lingkungan : fasilitas, organisasi, dan dukungan.

3) Untuk kriteria ketiga perlu diperhatikan :

a) Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau

masalah.

b) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu.

c) Tindakan yang sedang dijalankan atau yang yang tepat untuk

memperbaiki masalah.

d) Adanya kelompok yang beresiko untuk dicegah agar tidak aktual

dan menjadi parah.


30

4) Untuk kriteria keempat, perawat perlu menilai perespsii atau

bagaimana keluarga menilai masalah keperawatan tersebut.

b. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien Rheumatoid

Arthritis menurut Doengoes (2000) dalam Ningsih dan Lukman

(2012) adalah sebagai berikut :

1) Nyeri akut/kronis berhubungan dengan distensi jaringan oleh

akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.

2) Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal,

nyeri/ketidaknyamanan, intoleransi terhadap aktivitas atau

penurunan kekuatan otot.

3) Gangguan citra tubuh / perubahan penampilan peran berhubungan

dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas

umum, peningkatan penggunaan energi atau ketidakseimbangan

mobilitas.

4) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan

muskuloskeletal, penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri saat

bergerak atau depresi.

5) Risiko tinggi kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah

berhubungan dengan proses penyakit degeneratif jangka panjang,

sistem pendukung tidak adekuat.

6) Kurang pengetahuan / kebutuhan belajar mengenai penyakit,

prognosis, dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya

pemajanan/ mengingat, kesalahan interpretasi informasi.


31

c. Diagnosa Asuhan Keperawatan Keluarga

1) Nyeri berhuungan denganbketidakmampua keluarga merawat

anggota keluarga dengan Rheumatoid Arthritis.

2) Keusakan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga merawat anggota dengan Rheumatoid Arthritis.

3) Gangguan citra tubuh / perubahan penampilan peran berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga

dengan Rheumatoid Arthritis.

4) Defisit perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga merawat anggota keluarga Rheumatoid Arthritis

5) Ketidakmampuan keluarga untu memeihara rumah berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan

keluarga dengan Rheumatoid Arthritis

6) Kurangnya pengetahuan keluarga tentang arti, penyebab, tanda dan

gejala Rheumatoid Arthritis berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga mengenal masalah kesehatan Rheumatoid Arthritis

3. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan adalah bagian dari fase diawali dengan merumuskan

tujuan yang ingin dicapai serta rencana tindakan untuk mengatasi

masalah yang ada. Tujuan dirumuskan untuk mengatasi atau

meminimalkan stresor dan intervensi dirancang berdasarkan 3 tingkat

pencegahan primer,untuk memperkuat garis pertahanan

fleksibel,pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan


32

sekunder dan pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan

resisiten (Anderson & Mc Farlane 2000 dalam Achjar Komang, 2010)

a. Rencana asuhan keperawatan pada klien Rheumatoid Arthritis di

bawah ini, disusun berdasarkan diagnosis keperawatan, tindakan

keperawatan, dan rasionalasis menurut Doenges (2000) dalam Ningsih

dan Lukman (2012) adalah sebagai berikut :

1) Nyeri berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat

anggota keluarga dengan Rheumatoid Arthritis.

Intervensi:

a) Kaji tingkat nyeri

b) Catat lokasi dan intensitas nyeri (0-5)

c) Atur posisi yang nyaman

d) Anjurkan klien untuk kompres hangat atau jahe

e) Dorong klien untuk sering mobilisasi

2) Mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmamua eluarga

merawat anggota keluarga dengan Rheumatoid Arthritis

Intervensi:

a) Anjurkan klien untuk mengubah posisi

b) Demonstrasikan atau bantu teknik pemindahan dan bantuan

mobilitas

c) Anjukan klien untuk mempertahankan postur tegak dan duduk

tinggi, berdiri dan berjalan.


33

3) Gangguan citra tubuh / perubahan penampilan peran berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang

sedang sakit Rheumatoid Arthritis

Intervensi:

a) Dorong klien mengungkapkan perasaannya mengenai proses

penyakit dan harapan masa depan.

b) Diskusikan persepsi klien menganai bagaimana orang terdekat

menerima keterbatasan klien.

c) Berikan respons/pujian positif bila perlu.

4) Kurang perawatan diri berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga merawat anggota keluarga Rheumatoid Arthritis

Intervensi:

a) Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri, dan program

latihan

b) Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri

5) Ketidakmampuan keluarga untuk memelihara rumah berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan

keluarga dengan Rheumatoid Arthritis.

Intervensi:

a) Kaji tingkat fungsional fisik klien

b) Tentukan sumber-sumber finansial keluarga untuk memenuhi

kebutuhan situasi individual.


34

c) Identifikasi system pendukung keluarga yang tersedia untuk

klien

6) Kurangnya pengetahuan keluarga tentang tentang arti, penyebab

tanda dan gejala Rheumatoid Arthritis berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan

Rheumatoid Arthritis

Intervensi:

a) Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang masalah

Rheumatoid Arthritis

b) Diskusikan dengan keluarga tentang arti, penyebab, tanda dan

gejala Rheumatoid Arthritis

c) Diskusikan dengan keluarga tentang diit makanan Rheumatoid

Arthritis.

d) Beri kesempatan kepada keluarga untuk menyebutkan kembali

arti, penyebab, tanda dan gejala Rheumatoid Arthritis

e) Evaluasi tentang hal-hal yang telah didiskusikan

4. Pelaksanaan Keperawatan

Pelaksanaan merupakan langakah yang dilakukan setelah

perencanaan program. Program dibuat untuk menciptakan keinginan

berubah dari keluarga, mendirikan keluarga. sering kali perencanaan

program yang sudah baik tidak diikutii dengan waktu yang cukup untuk

melaksanakan implementasii.(Achjar Komang, 2010)


35

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi disususn menggunakan SOAP secara operasional dengan

tahapan dengan somatif (dilakukan selama proses asuhan keperawatan)

dan formatif yaitu dengan proses dan evaluasi akhir.


DAFTAR PUSTAKA

Achjar, Komang. (2010). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.

Afriyanti (2011). Prevalensi Penyakit Rheumatoi Arthritis. Diakses di


http://arthritis.co.id

Ali, Z. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC.

Al-Quran Surat Al-Furqonayat 54.

Al Quran Surat Al Israayat 82

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI (2013). Penelitian


Penyakit Rhuematoid Arthritis. Diakses di
http://rheumatoidarthritis.usu.ac.id

Buffer (2010). Tentang Penyakit Rheumatoid Arthritis. Diakses di


http://laporanpendahuluanrheumatoidarthritis.co.id

Departemen kesehatan (2008). Pengertian keluarga. Diakses di


http://wikipedia.org

Dion Y, dan Betan Y (2013). Konsep Dasar Asuhan Keperawatan. Jogyakarta :


Nuha Meidka

Hidayat (2006). Pengertian Rheumatoid Arthritis. Diakses di


http://laporanpendahuluanrheumatoidarthritis.co.id

Jhonson R., Lenny R. (2010). Keperawatan Keluarga Plus Contoh Askep


Keluarga. Yogyakarta :NuhaMedika.

Junaidi, Iskandar. (2010). Penyakit Rheumatoid Arthritis. Jakarta : PT.


BhuanaIlmu

Populer.
Kemenkes (2013).Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Diakses di
www.depkes.go.id

Kisworo (2012). Dampak Penyakit Rheumatoid Arthritis. Diakses di


http://www.google.com/dampakpenykitdijawabarat

Ningsih N, dan Lukman (2012). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan


Gangguan Muskuskeletal. Jakarta : Salemba Medika

Setiadi (2008). Konsep Dasar Keluarga. Diakses di http://konsepkeluarga.co.id


Setyowati,S. danMurwani,A. (2008). Asuhan Keperawatan Keluarga, Jogjakarta:
MITRACENDIKIA Press.

UPTD Kesehatan Puskesmas Cikoneng Kabupaten Ciamis Tahun 2015.Tidak


Dipublikasikan (HanyaLaporan)

You might also like