You are on page 1of 18

TINJAUAN PUSTAKA

Gangguan keseimbangan merupakan salah satu gangguan yang sering kita


jumpai dan dapat mengenai segala usia. Seringkali pasien datang berobat walaupun
tingkat gangguan keseimbangan masih dalam taraf yang ringan. Hal ini disebabkan
oleh terganggunya aktivitas sehari-hari dan rasa ketidaknyamanan yang
ditimbulkannya.
Secara anatomi, telinga dibagi menjadi tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga
tengah, dan telinga dalam. Telinga luar dan telinga tengah, baik fungsi dan strukturnya
merupakan bagian dari fungsi sensorik pendengaran, sedangkan telinga dalam
memiliki struktur yang berfungsi untuk pendengaran dan keseimbangan.

Bentuk telinga dalam sedemikian kompleks sehingga disebut sebagai labirin.


Derivat vesikel otika membentuk suatu rongga tertutup yaitu labirin membran yang
terisi endolimfe, saru-satunya cairan ekstraselular dalam tubuh yang tinggi kalium dan
rendah natrium. Labirin membran dikelilingi oleh cairan perilimfe (tinggi natrium,
rendah kalium) yang terdapat dalam kapsul otika bertulang yang disebut labirin
tulang. Labirin tulang dan membran memiliki bagian vestibular dan bagian koklear.
Bagian vestibularis (pars superior) berhubungan dengan keseimbangan, sementara
bagian koklearis (pars inferior) merupakan organ pendengaran.
Bagian vestibulum telinga dalam dibentuk oleh sakulus, utrikulus dan kanalis
semisirkularis. Utrikulus dan sakulus mengandung makula yang diliputi oleh sel-sel
rambut. Menutupi sel-sel rambut ini adalah suatu lapisan gelatinosa yang ditembus
oleh silia, dan pada lapisan ini terdapat pula otolit yang mengandung kalsium dan
dengan berat jenis yang lebih besar dari endolimfe. Karena pengaruh gravitasi, maka

1
gaya dari otolit akan membengkokkan silia sel-sel rambut dan menimbulkan
rangsangan pada reseptor.

Sakulus berhubungan dengan utrikulus melalui suatu duktus sempit yang juga
merupakan saluran menuju sakus endolimfatikus. Makula utrikulus terletak pada
bidang yang tegak lurus terhadap makula sakulus. Ketiga kanalis semisirkularis
bermuara pada utrikulus. Masing-masing kanalis mempunyai suatu ujung yang
melebar membentuk ampula dan mengandung sel-sel rambut krista. Sel-sel rambut
menonjol pada suatu kupula gelatinosa. Gerakan endolimfe dalam kanalis
semisirkularis akan menggerakkan kupula yang selanjutnya akan membengkokkan
silia sel-sel rambut krista dan merangsang sel reseptor.
Alat vestibuler (alat keseimbangan) terletak di telinga dalam (labirin),
terlindungi oleh tulang yang paling keras yang dimiliki oleh tubuh. Labirin secara
umum adalah telinga dalam, tetapi secara khusus dapat diartikan sebagai alat
keseimbangan. Labirin terdiri atas labirin tulang dan labirin membran. Labirin
membran terletak dalam labirin tulang dan bentuknya hampir menurut bentuk labirin
tulang. Antara labirin tulang dan labirin membran terdapat perilimfa (tinggi natrium
rendah kalium), sedangkan endolimfa (tinggi kalium dan rendah natrium) terdapat di
dalam labirin membran. Berat jenis cairan endolimfa lebih tinggi dari pada cairan
perilimfa. Ujung saraf vestibuler berada dalam labirin membran yang terapung dalam
perilimfa, yang berada dalam labirin tulang. Tulang labirin, terdiri dari bagian
vestibuler (kanalis semisirkularis, utriculus, sacculus) dan bagian koklea. Setiap
labirin terdiri dari 3 kanalis semi sirkularis (kss), yaitu kss horizontal (lateral), kss
anterior (superior), dan kss posterior (inferior).

2
FISIOLOGI ALAT KESEIMBANGAN
Keseimbangan dan orientasi tubuh seseorang terhadap lingkungan di
sekitarnya tergantung pada input sensorik dari reseptor vestibuler di labirin, organ
visual dan proprioreseptif. Gabungan informasi ketiga reseptor sensorik tersebut akan
diolah di SSP, sehingga menggambarkan keadaan posisi tubuh pada saat itu.
Labirin terdiri dari labirin statis yaitu utrikulus dan sakulus yang merupakan
pelebaran labirin membrane yang terdapat dalam vestibulum labirin tulang. Pada tiap
pelebarannya terdapat macula utrikulus yang di dalamnya terdapat sel-sel reseptor
keseimbangan. Labirin kinetic terdiri dari 3 kanalis semisirkularis dimana pada tiap
kanalis terdapat pelebaran yang berhubungan dengan utrikulus, disebut ampula. Di
dalamnya terdapat krista ampularis yang terdiri dari sel-sel reseptor keseimbangan
dan seluruhnya tertutup oleh suatu substansi gelatin yang disebut kupula.
Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan perpindahan
cairan endolimfa di labirin dan selanjutnya silia sel rambut akan menekuk. Tekukan
silia akan menyebabkan permeabilitas membrane sel berubah, sehingga ion kalsium
akan masuk ke dalam sel yang menyebabkan terjadinya proses depolarisasi dan akan
merangsang pelepasan neurotransmitter eksitator yang selanjutnya akan meneruskan
impuls sensorik melalui saraf aferen ke pusat keseimbangan di otak. Sewaktu berkas
silia terdorong ke arah berlawanan, maka terjadi hiperpolarisasi.
Organ vestibuler berfungsi sebagai transduser yang mengubah energi mekanik
akibat rangsangan otolit dan gerakan endolimfa di dalam kanalis semisirkularis
menjadi energy biolistrik, sehingga dapat memberi informasi mengenai perubahan
posisi tubuh akibat percepatan linier atau percepatan sudut. Dengan demikian dapat
memberi informasi mengenai semua gerak tubuh yang sedang berlangsung.
Sistem vestibuler berhubungan dengan sistem tubuh yang lain, sehingga
kelainannya dapat menimbulkan gejala pada sistem tubuh yang bersangkutan. Gejala
yang timbul dapat berupa vertigo, rasa mual dan muntah. Pada jantung berupa
bradikardi atau takikardi dan pada kulit reaksinya berkeringat dingin.

PEMERIKSAAN FUNGSI KESEIMBANGAN


Anamnesis
Dalam anamnesis pusing, pertama-pertama perlu dibedakan pusing yang
berasal dari vestibular dengan yang berasal dari sentral atau dengan sebab-sebab yang

3
tidak berhubungan dengan sistem keseimbangan. Jika pasien mengatakan bahwa ia
mengalami gangguan kesadaran atau terasa akan pingsan selama serangan pusing,
maka lebih dimungkinkan suatu etiologi non-vestibular.
Dalam anamnesis, adalah penting mendapat data akurat mengenai waktu
awitan, sifat-sifat fase awal pusing, aktivitas pasien pada saat awitan, lamanya gejala
dan akhirnya masa pemulihan. Perjalanan penyakit juga diperjelas dengan
mendapatkan anamnesis frekuensi kekambuhan.
Secara klasik, pusing vestibular menimbulkan sensasi berputar baik pada
pasien sendiri atau lingkungannya. Pada kasus yang lebih kronik dan pada kasus
pusing perifer bilateral, pasien hanya dapat merasa mabuk atau amat goyah.
Gejala pusing vestibular sering pula disertai gejala somatik. Pasien akan
mengeluh mual berat dan terkadang muntah pada saat serangan pusing vestibular.
Pasien dengan gejala-gejala vestibular sering kali mengeluh mengaburnya penglihatan
atau kesulitan memfokuskan penglihatan pada objek tertentu. Penglihatan ganda,
skotomata dan bintik buta amat jarang dikeluhkan. Perubahan-perubahan visual yang
tidak lazim ini mengesankan suatu etiologi non-vestibular.

Tabel 1. Diagnosis banding pusing

Sentral Perifer
Awitan Bervariasi Mendadak
Sifat- Tidak stabil Berputar,membalik
sifat/gambaran

Lamanya Konstan, bervariasi Episodic, terkait


gerakan, <2-3 hari
Dapat Jarang Ya
melelahkan
Efek visual Menutup mata tidak Menutup mata
mengubah gejala memperburuk gejala
Gejala visual Penglihatan ganda, Penglihatan kabur
bintik buta
Gejala telinga Tidak ada Ada
Nyeri kepala Ada Tidak ada
Efek sistemik Tidak ada Mual,muntah

4
Pemeriksaan Fisik
Suatu pemeriksaan kepala dan leher secara menyeluruh sangat penting untuk
dapat mendiagnosis gangguan telinga dalam. Juga dipelukan pemeriksaan neurologis
lengkap. Adalah penting memeriksa setiap saraf kranial, terutama yang terletak di
bawah dan di atas saraf kedelapan, termasuk pemeriksaan ketajaman penglihatan serta
rentang gerakan mata. Mata perlu diperiksa terhadap nistagmus. Uji neurologic seperti
tes Romberg adalah sangat informatif. Goyangan dan ketidakstabilan bila mata
ditutup dan hilang bila mata kembali dibuka, menunjukkan suatu patologi pada
labirin. Pasien perlu diperiksa sensasi sendi dan sensasi perifer. Fungsi serebelum
dapat diuji dengan gerakan jari-hidung dan gerakan berganti secara cepat.
Uji Romberg: berdiri, lengan dilipat di dada, mata tertutup, dapat
dipertajam (Sharp Romberg) dengan memposisikan kaki tandem depan
belakang, lengan dilipat di dada, mata tertutup. Pada orang normal
dapat berdiri lebih dari 30 detik.

Uji berjalan (Stepping Test) : berjalan di tempat 50 langkah, bila


tempat berubah melebihi jarak 1 meter dan badan berputar lebih dari
300 berarti sudah terdapat gangguan keseimbangan.

5
Pemeriksaan fungsi serebelum : seperti Past Pointing Test, dilakukan
dengan merentangkan tangan diangkat tinggi, kemudian telunjuk
menyentuh telunjuk yang lain dengan mata tertutup. Tes jari hidung,
dilakukan dalam posisi duduk pasien diminta menunjuk hidung dengan
jari dalam keadaan mata terbuka dan tertutup.

6
Pemeriksaan keseimbangan secara obyektif dapat dilakukan dengan
Posturografi dan ENG.
Posturografi
Posturografi adalah pemeriksaan keseimbangan yang dapat
menilai secara obyektif dan kuantitatif kemampuan keseimbangan
postural seseorang. Untuk mendapatkan gambaran yang benar tentang
gangguan keseimbangan karena gangguan vestibuler, maka input
visual diganggu dengan menutup mata dan input proprioseptif
dihilangkan dengan berdiri diatas alas tumpuan yang tidak stabil.

7
Dikatakan terdapat gangguan keseimbangan bila terlihat ayun tubuh
berlebihan, melangkah atau sampai jatuh sehingga perlu berpegangan.
Pemeriksaan Posturografi dilakukan dengan menggunakan alat
yang terdiri dari alas sebagai dasar tumpuan yang disebut Force
platform, komputer graficoder, busa dengan ketebalan 10 cm, untuk
mengganggu input proprioseptif, disket data digunakan untuk
menyimpan data hasil pengukuran.

Teknik pemeriksaan :
Pasien diminta berdiri tenang dengan tumit sejajar di atas alat,
mata memandang ke satu titik di muka, kemudian dilakukan
perekaman pada empat kondisi, masing-masing selama 60 detik. (1)
Berdiri di atas alas dengan mata terbuka memandang titik tertentu,
dalam pemeriksaan ini ketiga input sensori bekerja sama, (2) Berdiri di
atas alas dengan mata tertutup, dalam keadaan ini input visual

8
diganggu, (3) Berdiri di atas alas busa 10 cm dengan mata terbuka,
memandang titik tertentu, dalam keadaan ini input proprioseptif
diganggu, (4) Berdiri tenang di atas alas busa 10 cm dengan mata
tertutup, dalam keadaan ini input visual dan proprioseptif diganggu,
jadi hanya organ vestibuler saja yang bekerja, bila terdapat
pemanjangan ayun tubuh berarti terjadi gangguan keseimbangan.

Elektronistagmografi (ENG)
ENG gunanya untuk memonitor gerakan bola mata. Prinsipnya
sederhana saja, yaitu bahwa kornea mata itu bermuatan positif. Muatan
positif ini sifatnya sama dengan muatan positif listrik atau magnit yang
selalu mengimbas daerah sekitarnya. Begitu pula muatan positif kornea
ini mengimbas kulit sekitar bola mata. Dengan meletakkan elektroda
pada kulit kantus lateral mata kanan dan kiri, maka kekuatan muatan
konea kanan dan kiri bisa direkam. Rekaman muatan ini disalurkan
pada sebuah galvanometer.

Bila muatan kornea mata kanan dan kiri sama, maka


galvanometer akan meninjukkan angka nol (di tengah). Bila mata
bergerak ke kanan, maka elektroda kanan akan bertambah muatannya,
sedangkan elektroda kiri akan berkurang, jarum galvanometer akan
bergerak ke satu arah. Jadi kesimpulannya, jarum galvanometer akan
bergerak sesuai dengan gerak bola mata. Dengan demikian nistagmus
yang terjadi bisa dipantau dengan baik. Bila gerak jarum galvanometer
diperkuat, maka akan mampu menggerakkan sebuah tuas, dan gerakan

9
tuas ini akan membentuk grafik pada kertas, yang disebut
elektronistagmografi (ENG).
Dalam grafik ENG dapat mudah dikenal gerakan nistagmus
fase lambat dan fase cepat, arah nistagmus serta frekuensi dan bentuk
grafiknya. Yang menjadi pegangan utama adalah kecepatan fase lambat
dari nistagmus yang dapat dihitung di dalam derajat perdetik.
Rumus perhitungan yang dipakai sama dengan rumus yang
dianjurkan Dick dan Hallpike, hanya parameter yang dipakai adalah
kecepatan fase lambat yang dihitung dengan derajat perdetik.
Rumus I.
Sensitivitas L-R : (a+c) (b+d) x 100% = < 20 %
(a+c+b+d)
Bila hasil rumus di atas kurang dari 20% maka kedua fungsi
vestibuler dalam keadaan seimbang, dan bila hasilnya melebihi 15
derajat perdetik, maka kedua fungsi vestibuler dalam keadaan normal.
Bila hasilnya lebih besar dari 20%, maka vestibular yang hasilnya kecil
berarti mengalami paresis kanal.

Rumus II.
Kuat Nist. R-L : (a+d) (b+c) x 100% = < 20 %
(a+d+b+c)
Bila hasil rumus lebih besar dari 20%, maka nistagmus berat ke kanan
(directional preponderance to the right), berarti kemungkinan terdapat
lesi sentral di sebelah kanan, atau ada fokus iritatif sentral di sebelah
kiri.

VERTIGO
Vertigo adalah perasaan berputar. Dalam bahasa Indonesia istilah pusing
sangat membingungkan, sebab terlalu luas pemakaiannya, ada istilah daerah yang
lebih tepat, misalnya pusing tujuh keliling (Betawi), oyong (Jawa), dan lieur (Sunda),
dapat diganti sebagai pengganti kata vertigo.
Sesuai kejadiannya, vertigo ada beberapa macam yaitu vertigo spontan,
vertigo posisi, dan vertigo kalori.

10
Dikatakan vertigo spontan bila vertigo timbul tanpa pemberian rangsangan.
Rangsangan timbul dari penyakitnya sendiri, misalnya pada penyakit Meniere oleh
sebab tekanan endolimfa yang meninggi.
Dalam vertigo posisi, vertigo timbul disebabkan oleh perubahan posisi kepala.
Vertigo timbul karena perangsangan pada kupula kanalis semisirkularis oleh debris
atau pada kelainan servikal. Yang dimaksud sebagai debris ialah kotoran yang
menempel pada kanalis semisirkularis.
Pada pemeriksaan kalori juga dirasakan adanya vertigo, vertigo ini disebut
vertigo kalori. Vertigo kalori ini penting ditanyakan pada pasien sewaktu tes kalori,
supaya ia dapat membandingkan perasaan vertigo ini dengan serangan yang pernah
dialaminya. Bila sama, maka keluhan vertigonya adalah betul, sedangkan bila ternyata
berbeda, maka keluhan vertigo sebelumnya patut diragukan.

NISTAGMUS
Nistagmus adalah gerak bola mata kian kemari yang terdiri dari dua fase, yaitu
fase lambat dan fase cepat. Fase lambat merupakan reaksi sistem vestibuler terhadap
rangsangan, sedangkan fase cepat merupakan reaksi kompensasinya. Nistagmus
merupakan parameter yang akurat untuk menentukan aktivitas sistem vestibuler.
Nistagmus dan vertigo adalah gejala yang berasal dari satu sumber, meskipun
nistagmus dan vertigo tidak selalu timbul bersama. Dalam keadaan terlatih baik,
vertigo bisa tidak dirasakan, meskipun nistagmus ada. Pada kelainan vestibuler
perifer, gejala vertigo dapat dihilangkan dengan latihan yang baik.
Nistagmus juga diberi nama sesuai dengan arah komponen cepatnya, sehingga
ada yang dinamakan nistagmus horizontal, nistagmus vertikal, dan nistagmus rotatoar.
Nistagmus merupakan parameter penting dalam tes kalori. Ia dapat
menentukan normal tidaknya sistem vestibuler, dan dapat juga menduga adanya
kelainan vestibuler sentral. Nistagmus yang juga penting sebagai pegangan dalam
menentukan diagnosis adalah dengan tes nistagmus posisi.

11
Cara Pemeriksaan
Dalam anamnesis ditekankan mengenai keluhan vertigo, kapan mulai serangan
pertama, dan sudah berapa kali serangan sampai saat ini. Ditanyakan pula intensitas
beratnya serangan apakah tetap, makin berat atau apakan sudah menurun. Pada
penyakit Meniere serangan pertama yang paling berat dan pada serangan-serangan
berikutnya kekuatan serangan menjadi lebih ringan. Harus diwaspadai adanya
serangan yang makin meningkat, sebagai tanda kemungkinan adanya tumor N. VIII.
Pada setiap serangan harus ditanyakan juga kemungkinan adanya fluktuasi
pendengaran, yaitu bila terdapat serangan pendengaran menjadi berkurang, akan
tetapi bila tidak ada serangan, pendengaran baik kembali.
Tinitus biasanya menyertai vertigo dan fluktuasi pendengaran. Sering tinitus
ini mendahului serangan vertigo, sehingga pasien merasa akan terjadi serangan bila
mendengar suara berdengung. Penyakit Meniere bisa didiagnosis hanya dengan
anamnesis, melalui wawancara yang baik, sistematis dan terarah. Penyakit lain yang
juga menimbulkan keluhan vertigo harus ditanyakan, misalnya trauma kepala;
intoksikasi streptomisin, hipertensi, hipotensi, DM, infeksi telinga tengah dan
penyakit kardiovaskular.
Sebelum pemeriksaan fungsi vestibular dilakukan, pasien harus bebas obat
penenang, obat tidur, antihistamin dan obat-obat anti muntah selama seminggu.
Untuk memeriksa fungsi vestibuler dilakukan tes kalori cara Kobrak, tes kalori
bitermal, elektro nistagmografi dan tes nistagmus posisi.

Tes Kobrak
Posisi pasien tidur telentang, dengan kepala fleksi 30 0 atau duduk dengan
kepala ekstensi 600.
Digunakan semprit 5 atau 10 mL, ujung jarum disambung dengan kateter.
Perangsangan dilakukan dengan mengalirkan air es (0C), sebanyak 5 mL selama 20
detik ke dalam liang telinga. Nilai dihitung dengan mengukur lama nistagmus, sejak
air mulai dialirkan sampai nistagmus berhenti. Harga normal 120-150 detik. Harga
yang kurang dari 120 detik merupakan bukti defisit perifer atau adanya suatu paresis
kanal.

Tes Kalori Bitermal

12
Tes kalori ini dianjurkan oleh Dick & Hallpike. Pada cara ini dipakai 2 macam
air, dingin dan panas.Suhu air dingin adalah 30C, sedangkan suhu air panas adalah
44C. Volume air yang dialirkan ke dalam liang telinga masing-masing 250 mL,
dalam waktu 40 detik. Setelah air dialirkan, dicatat lama nistagmus yang
timbul.Setelah liang telinga kiri diperiksa dengan air dingin, diperiksa telinga kanan
dengan air dingin juga kemudian telinga kiri dialirkan air panas, lalu telinga kanan.
Pada tiap-tiap selesai pemeriksaan (telinga kiri atau kanan atau air dingin atau air
panas) pasien diistirahatkan selama 5 menit (untuk menghilangkan pusingnya).
Dalam rumus ini dihitung selisih waktu nistagmus kiri dan kanan. Bila selisih
waktu ini kurang dari 40 detik maka berarti kedua fungsi vestibuler dalam keadaan
seimbang. Tetapi bila selisih ini lebih besar dari 40 detik, maka berarti yang
mempunyai waktu nistagmus lebih kecil mengalami paresis kanal.

Tes Nistagmus Spontan


Nylen memberikan kriteria dalam menentukan kuatnya nistagmus ini. Bila
nistagmus spontan ini hanya timbul ketika mata melirik searah dengan nistagmusnya,
maka kekuatan nistagmus itu sama dengan Nylen 1. Bila nistagmus timbul sewaktu
mata melihat ke depan, maka disebut Nylen 2, dan bila nistagmus tetap ada meskipun
mata melirik berlawanan arah nistagmus, maka kekuatannya disebut Nylen 3.
Bila terdapat nistagmus spontan, maka harus dilakukan tes hiperventilasi.
Caranya ialah pasien diminta mengambil nafas cepat dan dalam selama satu menit,
dan sejak mulai setengah menit terakhir direkam. Bila terdapat perbedaan 7 per detik
maka berarti tes hiperventilasi positif. Tes valsava caranya adalah dengan menahan
nafas selama 30 detik, dan sejak mulai menahan nafas itu direkam, dan interpretasi
sama dengan hiperventilasi.

13
Tes Nistagmus Posisi
Tes nistagmus posisi ini dianjurkan oleh Hallpike dan cara ini disebut Perasat
Hallpike. Caranya adalah, mula-mula pasien duduk, kemudian tidur terlentang sampai
kepala menggantung di pinggir meja periksa, lalu kepala diputar ke kiri, dan setelah
itu kepala diputar ke kanan. Pada setiap posisi nistagmus diperhatikan, terutama pada
posisi akhir. Nistagmus yang terjadi dicatat masa laten, dan intensitasnya. Juga
ditanyakan kekuatan vertigonya secara subyektif. Tes posisi ini dilakukan berkali-kali
dan diperhatikan ada tidaknya kelelahan. Dengan tes posisi ini dapat diketahui
kelainan sentral atau perifer. Pada kelainan perifer akan ditemukan masa laten dan
terdapat kelelahan dan vertigo biasanya terasa berat. Pada kelainan sentral sebaliknya,
yaitu tidak ada masa laten, tidak ada kelelahan dan vertigo ringan saja.

14
Nistagmus posisi yang berasal dari perifer dapat dibedakan dari nistagmus
yang disebabkan oleh debris (nistagmus paroksismal tipe jinak), atau oleh kelainan
servikal, atau kedua-duanya (kombinasi).
Tes nistagmus posisi dengan bantuan ENG menjadi sederhana. Pada
pemeriksaan, kita hanya memerlukan dua posisi, yaitu HL / HR dan BL / BR. Posisi
HL adalah tidur terlentang dengan leher diputar, sehingga posisi kepala dengan telinga
kiri ada di bawah, atau bila HR maka dilakukan hal yang sama sehingga telinga kanan
berada di bawah. Posisi BL adalah tidur miring ke kiri dengan leher tetap lurus, dan
posisi BR ialah tidur miring ke kanan.
Pada posisi HL mungkin terjadi dua macam rangsangan, yaitu rangsangan
yang berasal dari debris (kotoran yang menempel pada kupula kss), kita sebut saja
nistagmus yang timbul adalah nistagmus debris (ND), dan nistagmus lain mungkin
disebabkan oleh putaran servikal, kita sebut saja nistagmus servikal (NS).

Dalam perhitungan:

Misal HL = a derajat perdetik

BL = b derajat perdetik

Maka A = NS+ND

ND adalah sama dengan harga BL, yaitu besarnya sama dengan B derajat perdetik.

Jadi NS = A B derajat perdetik

Dengan pemeriksaan yang telah kita lakukan seperti di atas maka kita harus mampu
menentukan apakah kelainan terdapat di sentral atau di perifer.

15
Tabel 1. Macam Nistagmus
Tanda yang kita ketahui Kelainan sentral Kelainan perifer
1. Nistagmus spontan Vertikal Horizontal/rotatoir
2. Nistagmus posisi Tidak ada kelelahan Ada kelelahan
3. Nistagmus kalori Normal/ Preponderance Paresis

Kelainan perifer dapat ditentukan dengan pemeriksaan khusus, misalnya: tes


gliserin, tes fistula dan tes posisi.
Tes gliserin, khusus untuk mengetahui adanya hidrops endolimfe pada
penyakit meniere. Cara melakukannnya ialah pasien diberikan minuman gliserin 1,2
mL, kgBB, setelah diperiksa tes kalori dan audiogram. Kemudian setelah 2 jam,
dilakukan kembali tes kalori dan audiogram dan hasilnya dibandingkan dengan hasil
pemeriksaan yang pertama. Bila ada perbedaan yang bermakna maka terbukti adanya
hidrops endolimfa. Perbedaan bermakna bila pada hasil ENG perbedaan 7 derajat per
detik lebih baik. Pada audiogram perbedaan bermakna bila selisih 10 dB lebih baik.
Tes fistula, untuk mengetahui adanya hubungan (fistel) antara telinga tengah
dengan telinga dalam. Caranya ialah dengan memberikan tekanan udara pada liang
telinga tengah. Bila terjadi nistagmus setelah diberikan tekanan, maka berarti terdapat
fistel.

Tes nistagmus posisi, dapat untuk menentukan adanya debris atau adanya
pengaruh putaran leher, sebagai yang telah diterangkan sebelumnya. Bila tidak
ditemukan tanda sentral atau perifer, maka diagnosis sesuai dengan penyakit yang

16
ada, baik sebagai penyebab atau sebagai pencetus, atau mungkin juga penyakit yang
tidak diketahui.
Pengalaman di klinik Neurologi FKUI/RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta, dari keluhan vertigo, ternyata masih banyak yang masih belum diketahui
penyebabnya, yaitu 16%. Kelainan sentral ditemukan 9,3%. Penyakit gangguan
vestibular perifer yang diketahui penyebabnya ialah: nistagmus servikal, nistagmus
gabungan, (nistagmus servikal + nistagmus debris), nistagmus debris, hipertensi,
labirinitis, penyakit jantung, sklerosis multipel, hipotensi, intoksikasi kina dan
streptomisin, penyakit Meniere, neuritis vestibuler, DM, fraktur labirin, kemurungan
(depresi), kolesteatom, tumor N VIII, kontusio labirin.

17
DAFTAR PUSTAKA

18

You might also like