You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sumber daya alamnya. Salah
satu kekayaan tersebut yaitu tanah yang sangat subur, di dalamnya banyak terdapat
gunung-gunung berapi yang mampu mengembalikan permukaan muda kembali yang
kaya akan unsur hara. Tanah merupakan tempat kita berpijak, bereksplorasi dan
bernaung diatasnya. Sebuah ciptaan Tuhan yang telah diwariskan untuk kita sebagai
penghuninya, selain itu tanah adalah salah satu unsur penunjang kehidupan manusia,
Namun apa yang akan terjadi pada lingkungan yang kita huni jika ternyata tanah yang
kita pijak itu tercemar.
Pencemarana Tanah berakibat terhadap kesehatan manusia, tata kehidupan,
pertumbuhan flora dan fauna yang berada dalam jangkauan pencemaran, karena tanah
menghasilkan makanan bagi mahluk hidup. Gejala pencemaran dapat terlihat pada
jangka waktu singkat maupun panjang, yaitu pada tingkah laku dan pertumbuhan.
Pencemaran dalam waktu relatif singkat, terjadi seminggu sampai dengan setahun
sedangkan pencemaran dalam jangka panjang terjadi setelah masa 20 tahun atau
lebih.
Seiring berjalannya waktu, kesuburan tanah Indonesia digunakan tanpa
memperhatikan dampak jangka panjang yang dihasilkan dari pengolahan tanah
tersebut. Salah satunya adalah penyelenggaraan pembangunan Pembangunan
kawasan industri di daerah-daerah pertanian dan sekitarnya menyebabkan
berkurangnya luas areal pertanian, Polusi tanah dan badan air yang dapat menurunkan
kualitas dan kuantitas hasil/produk pertanian, terganggunya kenyamanan dan
kesehatan manusia atau makhluk hidup lain. Sedangkan kegiatan pertambangan
menyebabkan kerusakan tanah, erosi dan sedimentasi, serta kekeringan.Kerusakan
akibat kegiatan pertambangan adalah berubah atau hilangnya bentuk permukaan bumi

1
(landscape), terutama pertambangan yang dilakukan secara terbuka (opened mining)
meninggalkan lubang-lubang besar di permukaan bumi.

B. Rumuasan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas yang menjadi rumusan masalah dalam
makalah ini yaitu :
1. Apa pengertian dari pencemaran tanah?
2. Apa penyebab terjadinya pencemaran tanah?
3. Dampak apa saja yang ditimbulkan akibat dari pencemaran tanah?
4. Bagaimana cara pencegahan dan penanggulangan pencemaran tanah?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang menjadi tujuan penulisan makalah ini
adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari pencemaran tanah.
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya pencemaran tanah.
3. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari pencemaran tanah.
4. Untuk mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan pencemaran tanah.

BAB II
PEMBAHASAN

2
A. Pengertian Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia
masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena:
kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan
pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan;
kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari
tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah
secara tidak memenuhi syarat (Illegal dumping). Jika suatu zat berbahaya telah
mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan atau masuk
ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai
zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung
kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di
atasnya.
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 150 tahun 2000 tentang Pengendalian
kerusakan tanah untuk produksi bio massa: Tanah adalah salah atu komponen lahan
berupa lapisan teratas kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik
serta mempunyai sifat fisik, kimia, biologi, dan mempunyai kemampuan menunjang
kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Tetapi apa yang terjadi, akibat
kegiatan manusia, banyak terjadi kerusakan tanah. Di dalam PP No. 150 th. 2000 di
sebutkan bahwa Kerusakan tanah untuk produksi biomassa adalah berubahnya sifat
dasar tanah yang melampaui kriteria baku kerusakan tanah. Ketika suatu zat
berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap,
tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam
tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah
tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat
mencemari air tanah dan udara di atasnya.
Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup,
zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tatanan
lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas

3
lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi
kurang atau tidak dapat berfungsi lagi. Zat atau bahan yang dapat mengakibatkan
pencemaran di sebut polutan. Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila
keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap makluk hidup. Contohnya,
karbon dioksida dengan kadar 0,033% di udara berfaedah bagi tumbuhan, tetapi bila
lebih tinggi dari 0,033% dapat memberikan efek merusak.

Suatu zat dapat disebut polutan apabila :


1. Jumlahnya melebihi jumlah normal.
2. Berada pada waktu yang tidak tepat.
3. Berada di tempat yang tidak tepat.

Sifat polutan adalah :


1. Merusak untuk sementara, tetapi bila telah bereaksi dengan zat lingkungan
tidak merusak lagi.
2. Merusak dalam waktu lama, contohnya Pb tidak merusak bila konsentrasinya
rendah. Akan tetapi dalam jangka waktu yang lama, Pb dapat terakumulasi
dalam tubuh sampai tingkat yang merusak.

B. Penyebab Pencemaran Tanah


Sumber pencemar tanah karena pencemaran tanah tidak jauh beda atau bisa
dikatakan mempunyai hubungan erat dengan pencemaran udara dan pencemaran air,
maka sumber pencemar udara dan sumber pencemar air pada umumnya juga
merupakan sumber pencemar tanah. Sebagai contoh gas-gas oksida karbon, oksida
nitrogen, oksida belerang yang menjadi bahan pencemar udara yang larut dalam air
hujan dan turun ke tanah dapat menyebabkan terjadinya hujan asam sehingga
menimbulkan terjadinya pencemaran pada tanah.
Air permukaan tanah yang mengandung bahan pencemar misalnya tercemari
zat radioaktif, logam berat dalam limbah industri, sampah rumah tangga, limbah
rumah sakit, sisa-sisa pupuk dan pestisida dari daerah pertanian, limbah deterjen,

4
akhirnya juga dapat menyebabkan terjadinya pencemaran pada tanah daerah tempat
air permukaan ataupun tanah daerah yang dilalui air permukaan tanah yang tercemar
tersebut. Maka sumber bahan pencemar tanah dapat dikelompokkan juga menjadi
sumber pencemar yang berasal dari, sampah rumah tangga, sampah pasar, sampah
rumah sakit, gunung berapi yang meletus / kendaraan bermotor dan limbah industri.
Sumber-sumber pencemaran tanah antara lain:

1. Limbah domestik
Limbah domestik dapat berasal dari daerah: pemukiman penduduk;
perdagang-an/pasar/tempat usaha hotel dan lain-lain; kelembagaan misalnya kantor-
kantor pemerintahan dan swasta; dan wisata, dapat berupa limbah padat dan cair.
a. Limbah padat berupa senyawa anorganik yang tidak dapat dimusnahkan atau
diuraikan oleh mikroorganisme seperti plastik, serat, keramik, kaleng-kaleng
dan bekas bahan bangunan, menyebabkan tanah menjadi kurang subur. Bahan
pencemar itu akan tetap utuh hingga 300 tahun yang akan datang. Bungkus
plastik yang kita buang ke lingkungan akan tetap ada dan mungkin akan
ditemukan oleh anak cucu kita setelah ratusan tahun kemudian. Sampah
anorganik tidak ter-biodegradasi, yang menyebabkan lapisan tanah tidak dapat
ditembus oleh akar tanaman dan tidak tembus air sehingga peresapan air dan
mineral yang dapat menyuburkan tanah hilang dan jumlah mikroorganisme di
dalam tanahpun akan berkurang akibatnya tanaman sulit tumbuh bahkan mati
karena tidak memperoleh makanan untuk berkembang.
b. Limbah cair berupa; tinja, deterjen, oli, cat, jika meresap kedalam tanah akan
merusak kandungan air tanah bahkan dapat membunuh mikro-organisme di
dalam tanah.

2. Limbah industri
Limbah Industri berasal dari sisa-sisa produksi industri.

5
a. Limbah industri berupa limbah padat yang merupakan hasil buangan industri
berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan. Misalnya
sisa pengolahan pabrik gula, pulp, kertas, rayon, plywood, pengawetan buah,
ikan daging dll.
b. Limbah cair yang merupakan hasil pengolahan dalam suatu proses produksi,
misalnya sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam dan industri kimia
lainnya. Tembaga, timbal, perak, khrom, arsen dan boron adalah zat-zat yang
dihasilkan dari proses industri pelapisan logam seperti Hg, Zn, Pb, Cd dapat
mencemari tanah. Merupakan zat yang sangat beracun terhadap
mikroorganisme. Jika meresap ke dalam tanah akan mengakibatkan kematian
bagi mikroorganisme yang memiliki fungsi sangat penting terhadap kesuburan
tanah.

3. Limbah pertanian
Limbah pertanian dapat berupa sisa-sisa pupuk sintetik untuk menyuburkan
tanah atau tanaman, misalnya pupuk urea dan pestisida untuk pemberantas hama
tanaman. Penggunaan pupuk yang terus menerus dalam pertanian akan merusak
struktur tanah, yang menyebabkan kesuburan tanah berkurang dan tidak dapat
ditanami jenis tanaman tertentu karena hara tanah semakin berkurang. Dan
penggunaan pestisida bukan saja mematikan hama tanaman tetapi juga mikroorga-
nisme yang berguna di dalam tanah. Padahal kesuburan tanah tergantung pada jumlah
organisme di dalamnya. Selain itu penggunaan pestisida yang terus menerus akan
mengakibatkan hama tanaman kebal terhadap pestisida tersebut.
C. Perbedaan Tanah Tercemar dan Tidak Tercemar
1. Tanah tercemar
Tanah indonesia terkenal dengan kesuburannya. Hingga dalam sejarah
Indonesia pernah tercetat. Kesuburan itu telah mengundang para penjajah asing untuk
mengeksploitasinya. Sebagian tanah Indonesia tercemar oleh polusi yang diakibatkan
oleh kelainan masyarakat. Pencemaran ini menjadikan tanah rusak dan hilang
kesuburanya, mengandung zat asam tinggi. Berbau busuk, kering, mengandung

6
logam berat, dan sebagainya. Kalau sudah begitu maka tanah akan sulit untuk
dimanfaatkan. Dari pernyataan diatas, bisa ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri tanah
tercemar adalah :
Tanah tidak subur
pH dibawah 6 (tanah asam) atau pH diatas 8 (tanah basa)
Berbau busuk
Kering
Mengandung logam berat
Mengandung sampah anorganik

2. Tanah tidak tercemar


Tanah yang tidak tercemar adalah tnah yang masih memenuhi unsur dasarnya
sebagai tanah. Ia tidak mengandung zat-zat yang merusak keharaanya. Tanah tidak
tercemar bersifat subur, tidak berbau busuk, tingkat keasaman normal. Yang paling
utama adalah tidak mengandung logam berat. Tanah yang tidak tercemar besar
potensinya untuk alat kemaslahatan umat manusia. Pertanian dengan tanah yang baik
bisa mendatangkan keuntungan berlipat ganda.
Dari pernyataan diatas, bisa ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri tanah tidak
tercemar adalah :
Tanahnya subur
rayek pH minimal 6, maksimal 8
Tidak berbau busuk
Tidak kering, memiliki tingkat kegemburan yang normal
Tidak Mengandung logam berat
Tidak mengandung sampah anorganik

D. Dampak dari Pencemaran Tanah


1. Dampak Pada Kesehatan
Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung jalur masuk ke
dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium, berbagai macam
pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Timbal

7
sangat berbahaya pada anak-anak karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta
kerusakan ginjal. Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada konsentrasi
tertentu dapat meningkatkan kemungkinan terkena leukemia. Merkuri (air raksa) dan
siklodiena dikenal dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan mungkin tidak bisa
diobati, PCB dan siklodiena terkait pada keracunan hati, organofosfat dan karmabat
menyebabkan ganguan pada saraf otot. Ada beberapa macam dampak pada kesehatan
seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam kulit untuk paparan bahan
kimia pada dosis yang besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan Kematian.

2. Dampak Pada Lingkungan Atau Ekosistem


Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada
akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan
dampak lanjutan pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak mampu menahan
lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang
panjang dan pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan
pencemar tanah utama. Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap
ekosistem. Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan
kimia beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini
dapat menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan
antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat
memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi
akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan tersebut.
Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi. Sampah
organik seperti air comberan (sewage) yang merember ke tanah menyebabkan
peningkatan kebutuhan oksigen pada air di sekitarnya yang menerimanya yang
mengarah pada berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh
ekosistem. Beberapa detergen mengandung phospat, oleh karana itu deterjen juga
merupakan sumber pnyebab eutrofikasi yang perlu mendapatkan perhatian khusus.
Walaupun banyak undang-undang dan peratauran yang membatasi atau melarang

8
penggunaan detergen yang mengandung phospat, namun sampai saat ini belum
berdampak pada eliminasi masalah eutrofikasi.
Selain P (fosfor) senyawa lain yang harus di perhatiakan adalah nitrogen.
Distribusi penggunaan pupuk nitrogen terus meningkat dar tahun ke tahun.
Komponen nitrogen sangat mudah larut dan mudah berpindah di dalam tanah,
sedangkan tanaman kurang mampu menyerap semua pupuk nitrogen. Sebagai
akibatnya, rembesan nitrogen yang verasal dari pupuk yang masuk kedalam tanah
semakin meluas, rembesan nitrogen yang berasal dari pupuk yang masuk kedalam
tanah semakin meluas, tidak terbatas pada area sandy soil. Sejumlah kelebihan
nitrogen akan berakhir di air tanah. Konsentrasi nitrogen dalam bentuk nitrat secara
bertahap meningkat di beberapa mata air di areal pertanian, yang akan menyebabkan
terganggunya kesehatan manusia yang mengkonsumsi air tersebut sebagai air minum.
Dalam tanah, pupuk N akan dengan cepat melepas amonium dan nitrat. Nitrat sangat
mudah larut (kelarutannya tinggi) sehingga mudah hilang melalui pelepasan. Hampir
30% N hilang melalui leaching (pencucian). Nitrat masuk kedalam air permuakaan
melalui aliran air dibawah permukaan atau drainase dan masuk kedalam air tanah
melalui penapisan lapisan tanah sebelah bwah. Pada umumnya konsentrasi N di
perairan. Pada umumnya konsentrasi N di perairan meningkat (tinggi) pada saat
pemupukan, terutama setelah hujan. Nitrogen dapat pula hilang sebagai amonia dari
penggunaan sumber-sumber nutrien organik seperti pupuk, pupuk cair (slury).
Adanya amonia di perairan dapat menjadi indikasi terjadinya kontaminasi oleh
pemupukan yang berasal dari material organik. N tinggi juga berasal dari peternakan
terbuka. Dari laporan penelitian di UK ditunjukkan bahwa area peternakan
menghasilkan limbah N lebih dari 600 kg/ha/hari dan yang hilang/lepas ketanah dapat
mencapai 200 kg/ha.

E. Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran Tanah


1. Pencegahan Pencemaran Tanah

9
Tindakan pencegahan dan tindakan penanggulangan terhadap terjadinya
pencemaran dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan macam bahan
pencemar yang perlu ditanggulangi. Pada umumnya langkah pencegahan adalah
berusaha untuk tidak menyebabkan terjadinya pencemaran misalnya mengurangi
terjadinya bahan pencemar, langkah pencegahan itu antara lain:
a. Sampah-sampah organik yang tidak dapat dimusnahkan (berada dalam jumlah
cukup banyak) dan mengganggu kesejahteraan hidup serta mencemari tanah,
agar diolah atau dilakukan daur ulang menjadi barangbarang lain yang
bermanfaat, misal dijadikan mainan anak-anak, dijadikan bahan bangunan,
plastik dan serat dijadikan kesed atau kertas karton didaur ulang menjadi tissu,
kaca-kaca di daur ulang menjadi vas kembang, plastik di daur ulang menjadi
ember dan masih banyak lagi cara-cara pendaur ulang sampah.
b. Bekas bahan bangunan (seperti keramik, batu-batu, pasir, kerikil, batu bata,
berangkal) yang dapat menyebabkan tanah menjadi tidak/kurang subur,
dikubur dalam sumur secara berlapis-lapis yang dapat berfungsi sebagai
resapan dan penyaringan air, sehingga tidak menyebabkan banjir, melainkan
tetap berada di tempat sekitar rumah dan tersaring. Resapan air tersebut
bahkan bisa masuk ke dalam sumur dan dapat digunakan kembali sebagai air
bersih.
c. Hujan asam yang menyebabkan pH tanah menjadi tidak sesuai lagi untuk
tanaman, maka tanah perlu ditambah dengan kapur agar pH asam berkurang.
d. Sampah anorganik yang tidak dapat diurai oleh mikroorganisme. Cara
penanganan yang terbaik dengan mendaur ulang sampah-sampah menjadi
barang-barang yang mungkin bisa dipakai atau juga bisa dijadikan hiasan
dinding. Limbah industri, cara penanggulangannya yaitu dengan cara
mengolah limbah tersebut sebelum dibuang kesungai atau kelaut. Limbah
pertanian, yaitu dengan cara mengurangi penggunaan pupuk sintetik dan
berbagai bahan kimia untuk pemberantasan hama seperti pestisida diganti
dengan penggunaan pupuk kompos.

10
e. Melakukan sistem 3R (Reduce, Reuse dan Recyle) Sampah sampah
anorganik ataupun sampah organik dari organisme yang masih dalam kondisi
baik sebaiknya tidak dibuang, melainkan digunakan untuk hal lain. Terlebih
pada samah sampah anorganik seperti plastik, dan lainnya sulit diuraikan
oleh bakteri. Dengan kita bersatu mengembangkan sistem 3 R yaitu:
Reduce: mengurangi penggunaan produk tertentu yang dapat mencemari
tanah.
Reuse : menggunakan kembali barang yang hendak akan dibuang. Hal ini
akan menguntungkan, karena hanya dengan demikian masalah pencemaran
tanah dapat sedikit di atasai.
Recycle: mengolah kembali pemanfaatan barang bekas yang berpotensi
menjadi limbah menjadi barang baru yang dapat digunakan dalam
kehiupan sehari hari atau lainnya.

2. Penanggulan Pencemaran Tanah


Pada dasarnya pencemaran tanah dapat di tangani dengan dua cara,
diantaranya:
a. Remidiasi
Remediasi merupakan kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang
sudah tercemar. Cara ini bisa dilakukan dengan dua proses yakni:
In-situ (atau on-site) Pembersihan on-site adalah pembersihan disekitar
lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari
pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
Ex-situ (atau off-site) Pembersihan off-site dengan cara penggalian tanah
yang tercemar kemudian dipindahkan ke daerah yang aman. Setelah itu di
daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Adapun
caranya tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat
pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar
dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi

11
pengolah air limbah. dengan proses pembersihan off-site ini cukup rumit
dengan biaya yang mahal.

b. Bioremediasi
Bioremediasi merupakan proses pembersihan pencemaran tanah dengan
menggunakan mikroorganisme sejenis jamur dan bakteri. Proses Bioremediasi ini
bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang
kurang beracun atau tidak beracun.
c. Fitoremediasi
Fitoremediasi adalah teknologi remediasi dengan menggunakan pendekatan
tumbuhan untuk membersihkan lingkungan dari kontaminan. Dalam fitoremediasi
tumbuhan berperan untuk membersihkan pencemaran dari kontaminan organik
(seperti : limbah rumah tangga) dan anorganik (seperti: logam berat), baik di daratan
maupun di perairan. Tumbuhan juga berperan mencegah angin, air hujan, dan air
tanah menyebarluaskan pencemaran ke daerah yang lebih luas.

Mengapa tumbuhan :
Metode penggunaan tumbuhan dapat diterapkan untuk meremediasi areal
yang luas.
Tanaman dapat dengan mudah dimonitor untuk memastikan pertumbuhan
yang tepat.
Metode dengan tanaman tidak merusak karena menggunakan organisme
alami.
Energi matahari digunakan untuk aktivitas pembersihan yaitu melalui
fotosintesis.
Perawatan yang lebih mudah dan murah dibandingkan teknologi lainnya.
Dapat meningkatkan estetika lahan dan tempat terkontaminasi lainnya.
Dapat meningkatkan kualitas udara dan air disekitar area fitoremediasi.
Pohon yang ditanam juga dapat memberikan keteduhan untuk bangunan,
membantu untuk mengurangi konsumsi energi.

12
Tumbuhan berfungsi sebagai carbon sink untuk membantu menyerap karbon
yang dihasilkan dari sumber lain.
Fitoremediasi dapat menyediakan habitat untuk hewan, mendukung
keanekaragaman hayati, dan membantu mempercepat pemulihan ekosistem
yang sebelumnya terganggu oleh aktivitas manusia.
Biaya lebih murah dibandingkan dengan teknologi lainnya.
Dengan melakukan tindakan pencegahan dan penanggulangan terhadap
terjadinya pencemaran lingkungan hidup (pencemaran udara, pencemaran air dan
pencemaran tanah) berarti kita melakukan pengawasan, pengendalian, pemulihan,
pelestarian dan pengembangan terhadap pemanfaatan lingkungan) udara, air dan
tanah) yang telah disediakan dan diatur oleh Allah sang pencipta, dengan demikian
berarti kita mensyukuri anugerah-Nya.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk
dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena:
kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan
pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan;
kecelakaan kendaraan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari
tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah
secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).

13
Ada beberapa cara untuk mengurangi dampak dari pencemaran tanah,
diantaranya dengan remediasi dan bioremidiasi. Remediasi yaitu dengan cara
membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Sedangkan Bioremediasi dengan cara
proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme
(jamur, bakteri).

B. Saran

d. Diperlukan adanya sikap mental yang mendukung keberhasilan upaya


upaya mencegah terjadinya pencemaran tanah.
e. Diperlukan adanya tindakan yang nyata dalam usaha untuk mencegah terjadi
pencemarn tanah
f. Diperlukan adanya peraturan yang mendukung usaha penyelamatan Sumber
Daya Alam khususnya tanah.

DAFTAR PUSTAKA

Bachri, Moch. 1995. Geologi Lingkungan. Malang : CV. Aksara.

Kasmidjo, R.B. 1990. Penanganan limbah pertanian,perkebunan dan industri


pangan. Yogyakarta : UGM Press.

Sitompul, S. M. dan Bambang Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman.


Yogyakarta : UGM Press.

14
Soekarto. S. T. 1985. Penelitian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian. Jakarta : Bhatara Karya Aksara

15

You might also like