You are on page 1of 2

Prevalensi miastenia gravis sebanyak 150 kasus per satu juta pasien, dan hampir mencapai satu

juta pasien di seluruh dunia. Angka insidensi miastenia gravis ialah 10-15 juta per tahun.
Sebelum ditemukan pengobatan yang sesuai prognosis miastenia gravis ialah buruk, dengan
separuhnya memiliki angka kematian dalam sepuluh tahun setelah diagnosis ditegakkan.

Pengobatan
Dengan pengobatan fasilitas modern seperti immunoterapi, thymectomy, dan fasilitas ruang
intensif yang tersedia, penelitian menunjukkan terdapat angka harapan hidup yang sama antara
pasien miastenia gravis maupun yang tidak. Namun pasien dengan miastenia gravis sering
disertai dengan penurunan kemampuan fisik, kualitas hidup yang rendah, dan resiko komplikasi
lainnya. Terdapat tiga aspek pengobatan miastenia gravis diantaranya:
i. Miastenia gravis merupakan penyakit autoimun yang jelas sehingga berespon dengan
terapi immunoaktif.
ii. Miastenia gravis disebabkan oleh gangguan stimulasi reseptor asetilkolin (AChR)
pada post-sinaptik dari membrane otot lurik, sehingga berespon dengan peningkatan
aktivitas reseptor asetilkolin.
iii. Gejala utama dari miastenia gravis ialah kelemahan otot, sehingga kesembuhan dapat
dinilai dari peningkatan fungsi otot dan hilangnya kelemahan otot.

Diagnosis
Diagnosis miastenia gravis secara pasti ditegakkan oleh neurologis. Neurologis bertanggung
jawab bahkan bila organ targetnya hanya otot lurik, mekanisme penyakit muncul secara
sistemik. Thymus merupakan organ target untuk diagnostik, terapetik dan pencapaian
penelitian. Hipoventilasi merupakan gejala yang yang mengancam nyawa, dan diplopia
merupakan gejala yang paling bermasalah. Sekitar 10% pasien miastenia gravis memiliki
gangguan autoimun lainnya, dibutuhkan kompetensi medis tambahan lainnya dalam
menentukannya. Kerjasama dengan bidang medis lainnya menambah pengobatan
imunnoaktif terbaru , sehingga meningkatkan keberhasilan terapeutik bagi pasien miastenia
gravis.
Rekomendasi terapi yang ideal seharusnya berdasarkan bukti keilmuan kualitas tinggi,
diutamakan lebih dari satu studi blinded dan studi prospektif terkontrol dengan jumlah
sampel pasien miastenia gravis yang cukup. Ada beberapa penelitian miastenia gravis yang
kurang memenuhi syarat tersebut. Sehingga rekomendasi didasarkan padan penelitian
kualitas rendah dan bahkan ada yang diperoleh dari laporan kasus, pengalaman klinisi, dan
ilmu dari pengobatan non-miastenia gravis. Hal ini penting bagi pasien juga bagi dokter
untuk mengetahui pengobatan yang lebih didasarkan pada bukti kualitas tinggi yang lebih
meyakinkan dan didasarkan pada pengalaman klinis dan bukti sirkumstansial.
Klasifikasi Miastenia gravis
Berbagai pengelompokan autoimun dari miastenia gravis berespon secara berbeda terhadap
pengobatan. Sehingga sebelum memutuskan terapi, setiap pasien miastenia gravis harus
dikelompokkan ke dalam klasifikasi tertentu. Klasifikasi berdasarkan pengamatan awal setiap
pasien:
1. Onset MG awal: usia saat onset <50 tahun. Thymic hyperplasia
2. Onset MG akhir: usia saat onset >50 tahun. Atrofi Thymus.
3. Thymoma- terkait MG
4. MG dengan antibodi anti-MuSK
5. Okular MG: gejala hanya muncul di otot periokular
6. MG tanpa reseptor AChR dan antibody MuSK,
Kelompok MG tanpa antibody yang dapat dideteksi merupakan heterogen. Beberapa dari
pasien tersebut memiliki afinitas antibody AChR yang rendah yang tidak dapat dideteksi
dengan tes biasa dan kadang-kadang juga dapat disertai dengan hyperplasia thymus.

You might also like