You are on page 1of 7

1.

4 KEGIATAN USAHA BANK SYARIAH


1.4.1 Penghimpun Dana
1.4.1.1 Modal Inti
1.4.1.2 Simpanan dan Investasi
1.4.2 Penyalur Dana
1.4.2.1 Pembiayaan Berdasarkan Pola Jual Beli dengan Akad
Murabahah, Salam, atau Istishna
1.4.2.2 Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad
mudharabah atau musyarakah
a. Akad Mudharabah dalam pembiayaan adalah akad kerja
sama suatu usaha antara pihak pertama (malik, shahibul mal,
atau Bank Syariah) yang menyediakan seluruh modal dan
pihak ke dua (amil, mudharib, atau nasabah) yang bertindak
selaku pengelola dana dengan membagi keuntungan usaha
sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam akad,
sedangkan kerugian ditanggung sepenuhnya oleh bank
syariah kecuali jika pihak kedua melakukan kesalahan yang
disengaja, lalai atau menyalahi perjanjian. Landasan syariah
pembiayaan mudharabah adalah Fatwa DSN MUI No. 07/DSN-
MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah (Qiradh).
Fitur dan mekanisme akad pembiayaan
Mudharabah
1. Bank bertindak sebagai pemilik dana (shahibul mal)
yang menyediakan dana dengan fungsi sebagai
modal kerja, dan nasabah bertindak sebagai
pengelola dana (mudharib) dalam kegiatan
usahanya.
2. Bank memiliki hak dalam pengawasan dan
pembinaan usaha nasabah walaupun tidak ikut serta
dalam pengelolaan usaha nasabah, antara lain bank
dapat melakukan review dan meminta bukti-bukti
dari laporan hasil usaha nasabah berdasarkan bukti
pendukung yang dapat dipertanggung jawabkan.
3. Pembagian hasil usaha dari pengelolaan dana
dinyatakan dalam nisbah yang dispakati.
4. Nisbah bagi hasil yang disepakati tidak dapat diubah
sepanjang waktu investasi kecuali atas dasar
kesepakatan para pihak.
5. Jangka waktu pembiayaan atas dasar akad
mudharabah, pengembalian dana, dan pembagian
hasil usaha ditentukan berdasarkan kesepakatan
bank dan nasabah.
6. Pembiayan atas dasar akad mudharabah diberikan
dalam bentuk uang dan/atau barang, serta bukan
alam bentuk piutang atau tagihan.
7. Dalam hal pembiayaan atas dasar akad mudharabah
diberikan dalam bentuk uang harus dinyatakan
secara jelas jumlahnya.
8. Pembiayaan atas dasar akad mudharabah diberikan
dalam bentuk barang, maka barang tersebut harus
dinilai atas dasar harga pasar (net realizable value)
dan dinyatakan secara jelas jumlahnya.
9. Pengembalian pembiayaan atas dasar mudharabah
dilakukan dalam dua cara, yaitu secara angsuran
ataupun sekaligus pada akhir periode akhir, sesuai
dengan jangka waktu pembiayaan atas dasar akad
mudharabah.
10. Pembagian hasil usaha dilakukan atas dasar
laporan hasil usaha pengelola dana (mudharib)
dengan disertai bukti pendukung yang dapat
dipertanggungjawabkan.
11. Kerugian usaha nasabah mengelola dana
(mudharib) yang dapat ditanggung oleh bank selaku
pemilik dana (shahibul mal) adalah makimal sebesar
jumlah pembiayaaan yang diberikan (rasul mal).
Mudharabah Muqayyadah
Karakteristik mudharabah muqayyadah pada
dasarnya sama dengan persyaratan di atas.
Perbedaannya adalah terletak pada adanya pembatasan
penggunaan modal sesuai dengan permintaan pemilik
modal.

b. Akad musyarakah adalah akad kerja sama di antara dua pihak


atau lebih untuk suatu tertentu yang masing-masing pihak
memberikan porsi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan
akan dibagi sesuai dengan kesepakatan, sedangkan kerugian
ditanggung sesuai dengan porsi dana masing-masing.
Fitur dan mekanisme akad pembiayaan musyarakah
1. Bak dan nasabah masing-masing bertindak sebagai mitra
usaha dengan brsama-sama menyediakan dana dan/ atau
barang untuk membiayai suatu kegiatan usaha tertentu.
2. Nasabah bertindak sebagai pengelola usaha dan bank
sebagai mitra usaha dapat ikut serta dalam pengelolaan
usaha sesuai dengan tugas dan wewenangyang disepakati
seperti melakukan reviw, dan meminta bukti-bukti dari
laporan hasil usaha nasabah berdasarkan bukti pendukung
yang dapat dipertanggung jawabkan.
3. Pembagian hasil usaha dari pengelolaan dana dinyatakan
dalam nisbah yang dispakati.
4. Nisbah bagi hasil yang disepakati tidak dapat diubah
sepanjang waktu investasi kecuali atas dasar kesepakatan
para pihak.
5. Pembiayan atas dasar akad musyarakah diberikan dalam
bentuk uang dan/atau barang, serta bukan alam bentuk
piutang atau tagihan.
6. Dalam hal pembiayaan atas dasar akad mudharabah
diberikan dalam bentuk uang harus dinyatakan secara jelas
jumlahnya.
7. Dalam hal pembiayaan atas dasar akad mudharabah
diberikan dalam bentuk barang, maka barang tersebut
harus dinilai atas dasar harga pasar (net realizable value)
dan dinyatakan secara jelas jumlahnya.
8. Jangka waktu pembiayaan atas dasar akad musyarakah,
pengembalian dana, dan pembagian hasil usaha
ditentukan berdasarkan kesepakatan bank dan nasabah.
9. Pengembalian pembiayaan atas dasar musyarakah
dilakukan dalam dua cara, yaitu secara angsuran ataupun
sekaligus pada akhir periode akhir, sesuai dengan jangka
waktu pembiayaan atas dasar akad musyarakah.
10. Pembagian hasil usaha dilakukan atas dasar laporan
hasil usaha pengelola dana (mudharib) dengan disertai
bukti pendukung yang dapat dipertanggungjawabkan.
11. Bank dan nasabah dapat menanggung kerugian secara
proposional menurut porsi modal masing-masing.
1.4.2.3 Pembiayaan Berdasarkan Akad Qardh
Akad qardh adalah akad pinjaman dana kepada nasabah
dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan pokok
pinjaman yang diterimanya pada waktu yang telah disepakati baik
secara sekaligus maupun cicilan. Landasan syariah akad qardh
adalah Fatwa DSN MUI No.19/DSN-MUI/IV/2000 tentang Qardh.
Fitur dan Mekanisme Akad Qardh
1. Bank bertindak sebagai penyedia dana untuk memberikan
pinjaman (qardh) kepada nasabah berdasarkan kesepakatan.
2. Bank dilarang dengan alasan apa pun untuk meminta
pengembalian pinjaman melebihi dari jumlah nominal yang
sesuai akad.
3. Bank dilarang untuk membebankan biaya apa punatas
penyaluran pembiayaan atas dasar qardh, kecuali biaya
administrasi dalam batas kewajaran.
4. Pengembalian jumlah pembiayaan atas dasar qardh, harus
dilakukan oleh nasabah pada waktu yang telah disepakati.
5. Dalam hal nasabah digolongkan mampu namun tidak
mengembalikan sebagian atau seluruh kewajiban pada waktu
yang telah disepakati, maka bank dapat memberikan sanksi
sesuai syariah dalam rangka pembinaan nasabah.
1.4.2.4 Pembiayaan Penyewaan Barang Bergerak atau Tidak
Bergerak Kepada
Nasabah Berdasarkan Akad Ijarah atau Sewa Beli
dalam Bentuk Ijarah
Muntahiya Bittamlik.
a. Akad Ijarah adalah akad penyediaan dana dalam rangka
memindahkan hak guna atau manfaat dari suatu barang atau
jasa berdasarkan transaksi sewa, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Landasan syariah
akad ijarah adalah Fatwa DSN MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2000
tentang pembiayaan ijarah.

Fitur dan Mekanisme Ijarah


1. Bank bertindak sebagai penyedia dana dalam kegiatan
transaksi ijarah dengan nasabah.
2. Bank wajib menyediakan dana untuk merealisasikan
penyediaan objek sewa yang dipesan nasabah.
3. Pengembalian atas penyediaan dana bank dapat dilakukan
baik dengan angsuran maupun sekaligus.
4. Pengembalian atas penyediaa dana bank tidak dapat
dilakukan dalam bentuk piutang maupun dalam bentuk
pembebasan utang.
b. Akad ijarah muntahiya bittamlik adalah akad penyediaan dana
dalam rangka memindahkan hak guna atau manfaat dari suatu
barang atau jasa berdasarkantransaksi sewa dengan opsi
pemindahan kepemilikan barang. Landasan syariah ijarah
muntahiya bittamlik adalah Fatwa DSN MUI No.
27/DSN_MUI/III/2002 tentang Ijarah Muntahiya Bittamalik.
Fitur dan Mekanisme Ijarah Muntahiya Bittamlik
Bertindak sebagai pemberi janji (waad) antara lain untuk
memberikan opsi pengalihan hak penguasaan objek sewa kepada
nasabah sesuai kesepakatan. Perpindahan objek sewa dapat
diperlakukan sebagai hadiah, atau penjualan sebelum akad
berakhir sebesar harga yang sebanding dengan sisa cicilan sewa,
atau penjualan pada akhir masa sewa dengan pembayaran
tertentu yang disepakati pada awal akad, atau penjualan secara
bertahap sebesar harga tertentu yang disepakati dalam akad.
1.4.2.4 Pengambil alihan Utang Berdasarkan Akad Hawalah
Akad hawalah adalah akad pengalihan utang dari pihak yang
berutang kepada pihak lain yang wajib menanggung atau
membayar. Landasan syariah hawalah adalah Fatwa DSN MUI No.
12/DSN-MUI/IV/2007 tentang Hawala Bil Ujrah.
Dalam praktik perbankan syariah fasilitas hiwalah lazimnya
untuk membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat
melanjutkan produksinya. Untuk mengantisipasi resiko kerugian
yang akan timbul, bank perlu melakukan penelitian atas
kemampuan pihak yang berutang dan kebenaran transaksi antara
yang memindahkan piutang dengan yang berutang.
1.4.2.4 Pembiayaan Multijasa
Pembiayaan multijasa adalah pembiayaan yang diberikan
bank syariah dalm bentuk sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah
dan kafalah. Landasan syariah pembiayaan multijasa ini adalah
Fatwa DSNMUI No.44/DSN-MUI/VII/2004 tentang Pembiayaan
Multijasa.
Fitur dan mekanisme pembiayaan multijasa atas dasar
akad ijarah
1. Bank bertindak sebagai penyedia dana dalam kegiatan
transaksi ijarah dengan nasabah.
2. Bank wajib menyediakan dana untuk merealisasikan
penyediaan objek sewa yang dipesan nasabah.
3. Pengembalian atas penyediaan dana bank dapat dilakukan
baik dengan angsuran maupun sekaligus.
4. Pengembalian atas penyediaa dana bank tidak dapat
dilakukan dalam bentuk piutang maupun dalam bentuk
pembebasan utang.
Fitur dan mekanisme pembiayaan multijasa atas dasar
akad kafalah
1. Bank bertindak sebagai pemberi jaminan atas pemenuhan
kewajiban nasabah terhadap pihak ketiga.
2. Objek penjamin harus:
Merupakan kewajiban pihak/orang yang meminta
jaminan.
Jelas nilai, jumlah dan spesifikasinya
Tidak bertentangan dengan syariah (tidak diharamkan)
3. Bank dapat memperoleh imbalan atau fee yang disepakati di
awal serta dinyatakan dalam jumlah nominal yang tetap.

1.4.3 Jasa Keuangan Perbankan


Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dan
penyaluran dana, bank syariah juga dapat menawarkan jasa
keuangan perbankan. Jasa keuangan bank syariah , antar lain Letter
of Credit (L/C) Impor syariah, Bank Garansi Syariah, dan Penukaran
Valuta Asing (Sharf).

1.4.3.1 Letter of Credit (L/C) Impor Syariah


Letter of Credit (L/C) Impor Syariah adalah surat pernyataan
akan membayar kepada pengekspor (beneficiary) yang diterbitkan
oleh bank (issuing bank) atas permintaan importir dengan
pemenuhan persyaratan tertentu (Uniform Customs and Practice for
Documentary Credits/UCP). Akad yang digunakan adalah akad
wakalah bil ujrah dan kafalah.
Akad wakalah merupakan pelimpahan kekuasaan oleh satu
pihak kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan.
Wakalh bil ujrah adalah akad wakalh dengan memberikan
imbalan/fee/ujrah kepada wakil. Akad wakalah bil ujrah dapat
dilakukan dengan atau tanpa disertai dengan qardh atau
mudharabah atau hawalah. Sedangkan akad kafalah adalah
transaksi penjaminan yang diberikan oleh penanggung kepada
pihak ketiga atau yang tertanggung untuk memenuhi kewajiban
pihak kedua.
Fitur dan mekanisme Letter of Credit (L/C) Impor Syariah
1. Bank dapat bertindak sebagai wakil dan pemberi jaminan atas
pemenuhan kewajiban importir terhadap pengekspor dalam
melakukan pembayaran (akad wakalah bil ujrah dan kafalah).
2. Objek penjaminan harus:
Merupakan kewajiban importir
Jelas nilai dan spesifikasinya, antara lain mata uang yang
digunakan dan waktu pembayaran.
Tidak bertentangan dengan syariah (tidak diharamkan).
3. Bank dapat memperoleh imbalan/fee/ujrah yang disepakati
diawal serta dinyatakan dalam jumlah nominal yang tetap, bukan
dalam bentuk persentase.
4. Importir harus memiliki dana pada bank sebesar harga
pembayaran barang yang diimpor (akad wakalah bil ujrah).
5. Bila importir tidak memiliki dana cukup pada bank iuntuk
pembayaran harga baranag yang diimpor maka:
Bank dapat memberikan dana talangan (qardh) kepada
importir untuk pelunasan pembayaran barang impor (akad
wakalah bil ujrah dan qardh).
Bank dapat bertindak sebagai shahibul mal yang
menyerahkan modal kepada importir sebesar harga barang
yang diimpor (akad wakalah bil ujrah dan mudharabah).
6. Bila importir tidak memiliki dana cukup pada bank untuk
pembayaran harga barang yang diimpor dan pembayaran belum
dilakukan, maka:
Utang kepada pengekspor dialihkan oleh importir menjadi
utag kepada bank dengan minta bank membayar kepada
pengekspor senilai barang yang diimpor (akad wakalah bil
ujrah dan hawalah).
1.4.3.1 Bank Garansi Syariah
Bank garansi adalah jaminan yang diberikan oleh bank kepada
pihak ketiga penerima jaminan atas pemenuhan kewajiban tertentu
nasabah bank selaku pihak yang dijamin kepada pihak ketiga
dimaksud. Akad yang digunakan adalah akad kafalah yaiyu
transaksi penjaminan yang diberikan oleh penanggung kepada
pihak ketiga atau yang tertanggung untuk memenuhi kewajiban
pihak kedua. Landasan hukumnya adalah Fatwa DSN MUI No.
11/DSN-MUI/IV/2000 tentang Kafalah.
Fitur dan Mekanisme Bank Garansi Syariah
1. Bank bertindak sebagai pemberi jaminan atas pemenuhan
kewajiban nasabah terhadap pihak ketiga.
2. Kotrak (akad) jaminan memuat kesepakatan antara pihak bank
dan pihak kedua yang dijamin dan dilengkapi dengan persaksian
pihak penerima jaminan.
3. Objek penjamin harus:
Merupakan kewajiban pihak/orang yang meminta jaminan.
Jelas nilai, jumlah dan spesifikasinya termasuk jangka
waktu pejamiinan.
Tidak bertentangan dengan syariah (tidak diharamkan)
4. Bank dapat memperoleh imbalan atau fee yang disepakati di
awal serta dinyatakan dalam jumlah nominal yang tetap.
5. Bank dapat meminta jaminan berupa cash collateral atau bentuk
jaminan lainnya atas nilai penjaminan.
6. Dalam hal nasabah tidak dapat memenuhi kewajiban kepada
pihak ketiga, maka bank melakukan pemenuhan kewajiban
nasabah kepada pihak ketiga dengan memberikan dana talangan
sebagai pembiayaan atas dasar akad qardh yang harus
diselesaikan oleh nasabah.

You might also like