Professional Documents
Culture Documents
Latar Belakang
1 Sumber otoritas (kewenangan) adalah tradisi, wahyu (Tuhan), kualitas pribadi, peraturan
perundang-undangan, dan hal yang bersifat instrumental. Mahmud Arif, Pendidikan Islam
Transformatif, (Yogyakarta: LKiS, 2008), hlm. 148.
ini memuat pesan-pesan moral atau hikmah. Dengan demikian, pesan-pesan
moral ini sama dalam semua agama.2 Otororitas atau kedaulatan Tuhan hanya
dapat diperoleh ketika umat manusia dilibatkan dalam kehidupan.
Pernyataan al-Quran bahwa manusia diciptakan sebagai khalifah atau wakil
Tuhan di muka bumi (Q. S. al-Baqarah [2]: 30) sangat sesuai dengan
keharusan manusia dilibatkan dalam menerjemahkan kedaulatan Tuhan
tersebut. Pelibatan ini menunjukkan bahwa kedaulatan Tuhan dan kedaulatan
manusia tidak bertentangan karena kedaulatan manusia merupakan
perpanjangan dari kedaulatan Tuhan.3
3 Bernad Lewis, dkk., Islam Liberalisme Demokrasi, ( Jakarta: Paramadina, 2002), hlm. 28.
permasalahan ini penyelesaiannya menggunakan jalan tahkim (arbitrase)
yang biasa dipakai pada zaman jahiliyah. Jalan damai ini oleh segolongan
tentara Ali tidak disetujui karena kelihatannya mereka telah dekat
memperoleh kemenangan dalam peperangan. Tidak puas dengan keadaan
ini, mereka tinggalkan barisan Ali dan membentuk kekuatan sendiri yang
kemudian dikenal dengan nama kaum Khawarij. Nama Khawarij berasal dari
kata kharaja, yaitu keluar, yang dalam kasus ini berarti keluar dari barisan Ali
bin Abi Thalib, khalifah ke 4.4
Yang dimaksud dengan ahsana pada ayat di atas, adalah semua perbuatan
Tuhan adalah baik. Dengan demikian, perbuatan manusia bukanlah
perbuatan Tuhan, karena perbuatan manusia terdapat perbuatan jahat. Dalil
ini di kemukakan untuk mempertegas bahwa manusia akan mendapat
balasan atas perbuatannya. Sekiranya perbuatan manusia adalah perbuatan
Tuhan, balasan dari Tuhan tidak ada artinya. Disamping argumentasi
naqliah di atas, aliran Mu'tazilah mengemukakan argumentasi berikut ini.
Kalau Allah menciptakan perbuatan manusia, sedangkan manusia sendiri
tidak mempunyai perbuatan, bat Allah taklif syar'i. Hal ini karena syariat
adalah ungkapan perintah dan larangan yang
merupakan tahap pemenuhan tidak terlepas dari kemampuan, kebebasan,
dan pilihan. Kalau manusia tidak bebas untuk melakukan perbuatannya.
Runtuhlah teori pahala dan hukuman yang muncul dari konsep faham al-
wa'dwaal-wa'id (janji dan ancaman). Hal ini karena perbuatan itu menjadi
tidak dapat di sandarkan kepadanya secara mutlak sehingga bersekuensi
pujian atau celaan. Kalau manusia tidak mempunyai kebebasan dan
pilihan, pengutusan para nabi tidak ada gunanya sama sekali. Bukankah
tujuan pengutusan itu adalah dakwa dan dakwa harus di barengi kebebasan
pilihan?
Aliran Mutazilah
disimpulkan dalam satu hal, yaitu kewajiban berbuat baik bagi manusia,
dalam istilah Arab berbuat baik dan terbaik bagi manusai disebut ash-
shalahwa al-aslah. Term ini dalam golongan teologi Islam dikenal dengan
term Mutazilah dan yang dimaksud adalah kewajiban Tuhan berbuat baik
bahkan yang terbaik bagi manusia, hal ini memang merupakan suatu
Aliran Asyariah
baik dan terbaik bagi manusia hal ini sama seperti apa yang dikatakan oleh
aliran Mutazilah hal ini ditegaskan oleh Al-Ghazali ketika mengatakan bahwa
Tuhan tidak berkewajiban berbuat baik dan terbaik bagi manusia dan
perbuatan Tuhan bersifat tidak wajib (jaiz) dan tidak satupun darinya memiliki
dalam Al-Quran dan Hadits, dengan kata lain yang diancam akan mendapat
hukuman bukanlah semua orang, tetapi sebagian orang yang menelan harta
anak yatim piatu dan dengan interprestasi demikianlah Al-Asyari mengatasi
Referensi
Hasbi, A. Kahar Muzakari. 1994. Ilmu Kalam II. Bandung: CV. Maju Raya.
Hitti, Philip K. 2008. The History of Arabs. Terjemahan dari The History of Arabs;
From The Earliest Times to The Present Oleh R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi
Slamet Riyadi. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.
Hodgson, Marshall G. S. 2002. The Venture of Islam: Iman dan Sejarah dalam
Peradaban Dunia (The Venture of Islam: Conscience and History in a
World Civilization). Penerj.: Mulyadhi Kartanegara Jakarta: Paramadina.
Misrawi, Zuhairi. 2010. Al-Quran Kitab Toleransi: Tafsir Tematik Islam Rahmatan
Lil Alamin. Jakarta: Pustaka Oasis.
Muzani, Syaiful (Ed.). 1995. Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran Prof. Dr. Harun
Nasution. Bandung: Mizan.
Nawawi, Rifat Syauqi. 2002. Rasionalitas Tafsir Muhammad Abduh: Kajian Masalah
Akidah dan Ibadah. Jakarta: Paramadina.
Shihab, M. Quraish. 2003. Wawasan Al-Quran. Bandung: Mizan. 2010. Tafsir al-
Mishbah. Jakarta: Lentera Hati.
Hamka. 1984. Tafsir Al-Azhar. Jakarta. Pustaka Panjimas