You are on page 1of 6

Step 7

1. Bagaimana mekanisme ventolin inhaler (ranny)

reseptor beta2-adrenergik agonis bertindak sebagai otot polos ampuh relaksan dan obat penting
untuk menghilangkan asma akut bronkokonstriksi. Selain itu,mampu untuk menghambat
pelepasan inflamasi mediator di leukosit dan saluran napas, seperti histamin dan leukotrien dari
sel mast] dan karena itu mungkin memainkan peran dalam menekan inflamasi asma akut. Beta 2-
adrenergik reseptor agonis merangsang aktivitas intraseluler dari adenilat siklase mengakibatkan
peningkatan produksi monofosfat adenosin (cAMP). SiklikAMP berperan dalam banyak jenis sel
yang terlibat di patofisiologi asma. Menyebabkan terjadinya penekanan aktivitas kekebalan dan
inflamasi sel dan mengarah ke relaksasi akut saluran napas halus otot.

Juergens, U. R., M. Strober., H. Libertus ., W. Dalath., A. Gillisen. 2004. DIFFERENT MECHANISMS


OF ACTION OF BETA2-ADRENERGIC RECEPTOR AGONISTS: A COMPARISON OF REPROTEROL,
FENOTEROL AND SALBUTAMOL ON MONOCYTE CYCLIC-AMP AND LEUKOTRIENE B4 PRODUCTION
IN VITRO . germany : Departement of Pneumology, Medical Outpatient Clinic, Bonn University
Hospital

2. Apa gejala penyait asma (desi)

DEPARTEMEN KESEHATAN RI. 2007. PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYAKIT ASMA. DIREKTORAT BINA FARMASI
KOMUNITAS DAN KLINIK DITJEN BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI
3. Bagaimana tatalaksana terapi asma (karin)

Rengganis, Iris. 2008. Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronkial. Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta
4. Bagaimana etiologi dan patofisiologi asma (fitri)

DEPARTEMEN KESEHATAN RI. 2007. PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYAKIT ASMA. DIREKTORAT BINA FARMASI
KOMUNITAS DAN KLINIK DITJEN BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI

5. Apa saja klasifikasi penyakit asma (siti)


Rengganis, Iris. 2008. Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronkial. Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta

6. Bagaimana cara mendiagnosis asma (nur)


DEPARTEMEN KESEHATAN RI. 2007. PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYAKIT ASMA. DIREKTORAT BINA FARMASI
KOMUNITAS DAN KLINIK DITJEN BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI

7. Apa faktor resiko dari asma (ana)

Rengganis, Iris. 2008. Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronkial. Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta

8. Bagaimana cara monitoring penyakit asma (bagus)


Evaluasi kontrol dalam 2-6 minggu (tergantung derajat berat awal atau
kontrol). PFM digunakan pada penderita 6 tahun. Bila hasil spirometri
menunjukkan kontrol buruk dibanding tanda kontrol lainnya,
pertimbangkan obstruksi yang menetap dan nilai ukuran lainnya. Bila
obstruksi yang menetap tidak menerangkan kontrol yang kurang,
lakukan step up, karena FEV yang buruk merupakan prediktor
eksaserbasi. Bila riwayat eksaserbasi menunjukkan kontrol buruk, nilai
derajat gangguan paru dan pertimbangkan stepup, penanganan
eksaserbasi dan menggunakan kortikosteroid/KS oral terutama untuk
penderita dengan riwayat eksaserbasi berat. Bila kontrol asma tidak
didapat dengan cara tersebut, evaluasi kepatuhan pasien terhadap
penggunaan obat, teknik inhalasi, kontrol lingkungan (pajanan baru)
dan penanganan komorbid. Bila asma sudah terkontrol, pemantauan
seterusnya adalah penting agar kontrol asma dapat dipertahankan
serta menentukan tahap dan dosis obat terendah. Pendekatan
bertahap (stepping up dan stepping down) dianjurkan untuk
memperoleh dan mempertahankan
Kontrol asma. Pendekatan pengobatan bertahap menggabungkan
kelima komponen yang diperlukan dalam penanganan asma. Jenis,
jumlah dan jadwal obat ditentukan oleh
Ambang berat asma atau kontrol asma. Pengobatan ditingkatkan
(stepping up)bila diperlukan, dan diturunkan (stepping down) bila
mungkin. Oleh karena asma adalah penyakit kronis, asma persisten
dapat dikontrol terbaik dengan pemberian obat pengontrol jangka lama
untuk menekan inflamasi setiap hari. Kortikosteroid inhalasi merupakan
obat anti-inflamasi yang efektif untuk semua usia pada semua tahap
perawatan asma persisten. Seleksi terapi alternatif berdasarkan atas
pertimbangan pengobatan yang efektif untuk penderita (gangguan,
risiko atau keduanya) dan riwayat
penderita mengenai respons sebelumnya (sensitivitas dan respons
terhadap berbagai obat asma dapat berbeda di antara penderita) serta
kesediaan dan kemampuan penderita ataupun keluarga untuk
menggunakan obat-obatan. Bila asma sudah terkontrol, pemantauan
adalah esensial, oleh karena asma dapat berbeda dengan waktu.
Stepping up mungkin diperlukan, atau bila mungkin stepping down,
identifikasi obat minimal diperlukan dalam mempertahankan kontrol
asma.

Rengganis, Iris. 2008. Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronkial. Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta

9. Bagaimana manisfetasi klinik dari penyakit asma (memi)


DEPARTEMEN KESEHATAN RI. 2007. PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYAKIT ASMA. DIREKTORAT BINA FARMASI
KOMUNITAS DAN KLINIK DITJEN BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI

10.Bagaimana tanda tanda vital


ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI

DEPARTEMEN KESEHATAN RI. 2007. PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYAKIT ASMA. DIREKTORAT BINA FARMASI
KOMUNITAS DAN KLINIK DITJEN BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI

You might also like