Professional Documents
Culture Documents
Di susun oleh:
Nissa Kurniasih
NIM. P07120214023
D-IV KEPERAWATAN
2015
Perilaku Kekerasan pada Anak
I. Pengkajian
A. Pendahuluan
Akhir-akhir ini, kekerasan pada anak semakin merajalela. Hampir setiap hari
dimedia masa mulai dari kekerasan ringan hingga kekerasan yang merenggut
nyawa anak tersebut. Fenomena-fenomena kekerasan yang terjadi mengundang
keprihatinan dari banyak pihak terutama komnas HAM. Kekerasan memiliki
dampak negative secara psikologis terhadap anak yang menjadi korban kekerasan
dari orang tuanya.
Pada kabupaten dan provinsi tertentu, studi yang ada menunjukkan indikasi yang
jelas bahwa banyak anak di negara ini mengalami kekerasan. Dalam sebuah survei
tahun 2009 di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Aceh, Papua, dan Jawa Tengah
proporsi anak yang mengalami kekerasan dalam berbagai bentuk usia 10 sampai 18
tahun dilaporkan sangat tinggi. Sementara itu, Survey Kelompok Indikator Berlapis
(MICS) tahun 2011, yang dilakukan di tiga kabupaten di Provinsi Papua,
menunjukkan antara 67 hingga 79 persen anak di bawah usia 15 telah dihukum
secara fisik, dengan 24-31 persen yang bahkan terkena hukuman fisik yang berat.
Dalam banyak kasus, mereka yang seharusnya bertanggung jawab untuk
melindungi anak-anak, yaitu orang tua, para pengasuh, guru, dll malah menjadi
pelaku kekerasan tersebut. Di Indonesia, menurut data dari KPAI ( Komisi
Perlindungan Anak Indonesia ) dan Dirjen KSA ( Kesejahteraan Sosial Anak ) pada
tahun 2011 kekerasan pada anak mencapai 2.178 kasus, 2012 ada 3.512 kasus, 2013
ada 4.311 kasus, dan tahun 2014 tercatat ada 5.066 kasus. Kekerasan seksual anak
22,9%, kekerasan keluarga dan pengasuhan 16,7%, kekerasan berhadapan hukum
15,9%, kekerasan pendidikan 9%, dan 35,5% kekerasan lainnya.
A. Faktor Predisposisi
1. Riwayat Kesehatan
Dusun Kenayan di Desa Suko Makmur dengan jumlah penduduk 60 kk.
Tingkat perilaku kekerasan pada anak meningkat dalam 6 bulan terakhir.
Berdasarkan pernyataan dari masyarakat, ada dua keluarga yang mempunyai
anak sebelum menikah. Sekitar 20% orang tua tidak mengobatkan anaknya
ketika sakit. Satu diantara duabelas anak perempuan mengalami perdarahan
di kemaluan sebelum pubertas. Kebersihan diri anak-anak pun juga sangat
rendah.
2. Kondisi Fisik
Warga di Dusun Kenayan, Desa Suko Makmur pada umumnya bekerja di luar
kota dari pagi hingga larut malam dan membiarkan anaknya di rumah tanpa
adanya pengasuh. Dalam pengkajian ditemukan hampir 20% tubuh anak
terdapat bekas luka memar dan gigitan. Berdasarkan informasi yang diperoleh
dari Kepala Dusun didapati data sekitar 10% warga mengalami perceraian,
pernah ada orangtua yang menumpahkan air panas di kaki anaknya, dan juga
orang tua yang memukul kaki anaknya hingga sekarang anak mengalami
kelumpuhan kaki.Satu dari empat anak dalam kelompok bermain menarik diri
saat bertemu orang dewasa.
3. Kesiapan Belajar
Masyarakat Dusun Kenayan Desa Suko Makmur umumnya bersedia
berkumpul untuk keperluan menerima penyuluhan kesehatan pada malam
hari sesudah magrib. Warga Dusun Kenayan Desa Suko Makmur tertarik
ingin mengetahui lebih dalam tentang apa itu perilaku kekerasan pada anak ,
jenis perlakuan salah pada anak, faktor terjadinya perlakuan salah pada anak,
serta efek samping dari perilaku kekerasan pada anak yang belum pernah
diadakan sebelumnya. Ketua Dusun dan warga sangat antusias dengan
diadakannya acara penyuluhan ini, mereka mempunyai inisiatif untuk
bertanya mengenai masalah seputar perilaku kekerasan pada anak .
4. Motivasi Belajar
Masyarakat Dusun Kenayan Desa Suko Makmur pada umumnya mempunyai
motivasi untuk ikut berkumpul dan menerima informasi tentang hal hal
yang berhubungan dengan kesehatan, terutama berkaitan dengan masalah
yang mereka alami seperti perilaku kekerasan pada anak .
5. Kemampuan Membaca
Lima puluh persen dari warga Dusun Kenayan Desa Suko Makmur lulusan
SMA/SMK, mereka mampu mengenal huruf, membaca dan menulis dengan
baik. Tiga puluh persen warga lulusan SMP, 10% lulusan perguruan tinggi,
dan 10% warganya lulusan SD. Sembilan puluh persen warga Dusun
Kenayan, Desa Suko Makmur mengerti dan memahami Bahasa Indonesia
dengan baik dan benar. Ketika diberikan bahan bacaan seperti leaflet tentang
perilaku kekerasan pada anak , masyarakat mampu memahami sebagian besar
isi dari leaflet dan dapat menjelaskan inti dari leaflet tersebut.
B. Faktor Pemungkin
Masyarakat Dusun Kenayan Desa Suko Makmur memiliki potensi yang
sangat mungkin untuk maju karena masyarakat sangat antusias jika diadakan
acara penyuluhan kesehatan seperti ini, mereka menyadari akan pentingnya
pengetahuan kesehatan terutama berkaitan dengan pendidikan kesehatan pada
anak. Di desa Suko Makmur juga terdapat Puskesmas Pembantu yang
menyediakan tempat untuk konsultasi masalah kesehatan warga Desa Suko
Makmur.
C. Faktor Penguat
Ketua Dusun Kenayan dan para Petugas Puskesmas pembantu
menunjukkan perilaku kesehatan yang dapat ditiru dan dijadikan contoh yang
baik untuk berperilaku sehat oleh masyarakat Dusun Kenayan Desa Suko
Makmur tersebut.
DS :
Masyarakat menyatakan
pernah ada orang tua
yang menumpahkan air
panas di kaki anaknya.
Masyarakat mengatakan
ada orang tua yang
memukul kaki anaknya
sampai mengalami
kelumpuhan.
III. Perencanaan
Berdasarkan diagnosa diatas yaitu tentang kurang pengetahuan tentang perilaku
kekerasan pada anak berhubungan dengan kurang terpapar informasi, maka akan
dilakukan penyuluhan kesehatan tentang perilaku kekerasan pada anak . Satuan
acara penyuluhan terlampir.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
5. Metode
Ceramah, diskusi dan tanya jawab
6. Media
a. Microsoft Power Point (PPT) atau slide tentang perilaku kekerasan pada anak
b. Leaflet Stop Perilaku Kekerasan terhadap Anak
c. Video : adegan kekerasan pada anak dan Stop Perilaku Kekerasan pada Anak (
iklan layanan kesehatan )
7. Alat
a. Meja 2 buah
b. Kursi 40 buah
c. LCD
d. Rol kabel listrik
e. Microphone
f. Sound system
g. Laptop
8. Alokasi Waktu
Hari, tanggal : Kamis, 03 Desember 2015
Jam : 18:00 18:45 WIB
30 menit
1. Pengertian Perilaku
Memperhatikan
kekerasan pada
anak
2. Jenis-jenis
perlakuan salah
pada anak
3. Faktor-faktor
terjadinya perlakuan
Penyampaian salah pada anak
4. Tanda dan gejala
materi
pada perilaku
kekerasan pada
anak
5. Efek samping dari
perilaku kekerasan
pada anak
6. Cara pencegahan
perilaku kekerasan
pada anak
Keterangan :
: sasaran : Laptop
10. Evaluasi
Daftar Pertanyaan
a. Aspek Kognitif
1) Apakah yang dimaksud dengan perilaku kekerasan pada anak ?
2) Sebutkan jenis perlakuan salah pada anak menurut sifatnya !
3) Sebutkan faktor terjadinya perlakuan salah pada anak !
4) Sebutkan tanda dan gejala pada perilaku kekerasan pada anak
5) Sebutkan efek samping dari perilaku kekerasan pada anak !
6) Jelaskan cara pencegahan perilaku kekerasan pada anak !
b. Aspek Afektif:
1) Apakah kalian setuju dengan penyuluhan ini?
2) Apa yang akan kalian lakukan setelah penyuluhan ini?
3) Apa yang memotivasi kalian melakukan hal tersebut?
Yogyakarta, 03 Desember 2015
Nissa Kurniasih
MATERI PENYULUHAN
B. Klasifikasi
1. Kekerasan Emosional
Perlakuan yang dilakukan oleh orang tua seperti menolak anak, meneror,
mengabaikan anak, atau mengisolasi anak. Hal tersebut akan membuat anak
merasa dirinya tidak dicintai, atau merasa buruk atau tidak bernilai. Hal ini akan
menyebabkan kerusakan mental fisik, sosial, mental dan emosional anak.
- Indikator fisik kelainan bicara, gangguan pertumbuhan fisik dan
perkembangan.
- Indikator perilaku kelainan keiasaan (menghisap, mengigit, atau memukul-
mukul)
2. Kekerasan Fisik
Cedera yang dialami oleh seorang anak bukan karena kecelakaan atau
tindakan yang dapat menyebabkan cedera serius pada anak, atau dapat juga
diartikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh pengasuh sehingga mencederai
anak. Biasanya berupa luka memar, luka bakar atau cedera di kepala atau lengan.
- Indikator fisik luka memar, gigitan manusia, patah tulang, rambut yang
tercabut, cakaran
- Indikator perilaku waspada saat bertemu degan orang dewasa, berperilaku
ekstrem seerti agresif atau menyendiri, takut pada orang tua, takut untuk
pulang ke rumah, menipu, berbohong, mencuri.
3. Penelantaran
Kegagalan orang tua untuk memberikan kebutuhan yang sesuai bagi
anak, seperti tidak memberikan rumah yang aman, makanan, pakaian,
pengobatan, atau meninggalkan anak sendirian atau dengan seseorang yang tidak
dapat merawatnya .
- Indikator fisik kelaparan, kebersihan diri yang rendah, selalu mengantuk,
kurangnya perhatian, masalah kesehatan yang tidak ditangani.
- Indikator kebiasaan Meminta atau mencuri makanan, sering tidur,
kurangnya perhatian pada masalah kesehatan, masalah kesehatan yang tidak
ditangani, pakaian yang kurang memadai (pada musim dingin), ditinggalkan.
4. Kekerasan Seksual
Termasuk menggunakan anak untuk tindakan sexual, mengambil gambar
pornografi anak-anak, atau aktifitas sexual lainnya kepada anak.
- Indikator fisik kesulitan untuk berjalan atau duduk, adanya noda atau darah
di baju dalam, nyeri atau gatal di area genital, memar atau perdarahan di area
genital/ rektal, berpenyakit kelamin.
- Indikator kebiasaan pengetahuan tentang seksual atau sentuhan seksual
yang tidak sesuai dengan usia, perubahan pada penampilan, kurang bergaul
dengan teman sebaya, tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan fisik,
berperilaku permisif/ berperilaku yang menggairahkan, penurunan keinginan
untuk sekolah, gangguan tidur, perilaku regressif (misal: ngompol)
5. Penganiayaan psikologis
Yang termasuk dalam kategori ini meliputi trauma psikologik yang dapat
menganggu kehidupan sehari-hari seperti ketakutan, ansietas, depresi, isolasi,
tidak adanya respons dan agresi yang kuat.
6. Pengetahuan
Pengabaian disengaja, tetapi dapat juga karena ketidaktahuan atupun
akibat kesulitan ekonomi. Yang termasuk dalam kategori ini meliputi:
- Pengabaian nutrisi atau dengan sengaja kurang memberikan makanan,
paling sering dilakukan pada bayi yang berat badan rendah. Gagal tumbuh,
yaitu suatu kegagalan dalam pemenuhan masukan kalori serta kebutuhan
emosi anak yang cukup.
- Pengabaian medis bagi anak penderita suatu penyakit akut atau kronik
sehingga mengakibatkan memburuknya keadaan, bahkan kematian.
- Pengabaian pendidikan anak setelah mencapai usia sekolah, dengan tidak
menyekolahkannya.
- Pengabaian emosional, dimana orangtua kurang perhatian terhadap anaknya.
- Pengabagian keamanan anak. Anak kurang pengawasan sehingga
menyebabkan anak mengalami risiko tinggi terhadap fisik dan jiwanya.
7. Sindroma munchausen
Sindroma munchausen merupakan permintaan pengobatan terhadap
penyakit yang dibuat dengan pemberian keterangan medis palsu oleh orang tua,
yang menyebabkan anak banyak mendapat pemeriksaan/prosedur rumah sakit.
C. Faktor-faktor
Perlakuan salah terhadap anak bersifat multidimensional, tetapi ada 3 faktor
penting yang berperan dalam terjadinya perlakuan salah pada anak, yaitu:
Menurut Child Welfare Information Gateway (2006) tanda dan gejala yang
sering dijumpai pada physical abuse adalah :
a. Anak :
1) Menunjukkan adanya perubahan yang mendadak di dalam perilaku atau
prestasi sekolah
2) Belum atau tidak menerima bantuan baik secara fisik maupun
permasalahan medis yang seharusnya diberikan oleh orang tua
3) Selalu dalam kewaspadaan seolah-olah bersiap mengahadapi sesuatu
yang tidak menyenangkan/mengancamnya akan terjadi
4) Menuntut yang berlebihan, pasif, menarik diri
5) Datang ke sekolah dan aktifitas lain lebih awal dan pulang terlambat
(seperti ingin pergi dari rumah).
b. Orang tua :
1) Pengawasan orang tua yang kurang, menunjukkan perhatian yang sedikit
pada anak
2) Menyangkal keberadaan anak dan menyalahkan anak baik tentang
permasalahan di sekolah maupun di rumah
3) Meminta pada guru atau pejabat di sekolah untuk menggunakan
kekerasan fisik dalam menegakkan disiplin pada anak yang berbuat
nakal/jahat
4) Selalu melihat anak tidak baik, tidak berharga atau membebani
5) Menuntut tingkatan fisik serta pencapaian akademis yang tidak mungkin
dicapai oleh anak.
c. Orang tua dan anak :
1) Jarang bersentuhan atau saling berpandangan
2) Memandang hubungan antara orang tua dan anak sebagai hal negatif
seluruhnya
3) Mengatakan tidak suka satu sama lain.
E. Dampak
Berikut ini adalah dampak-dampak yang ditimbulkan kekerasan terhadap anak
(perilaku kekerasan pada anak ), antara lain;
1. Dampak kekerasan fisik, anak yang mendapat perlakuan kejam dari orang
tuanya akan menjadi sangat agresif, dan setelah menjadi orang tua akan berlaku
kejam kepada anak-anaknya.
2. Dampak kekerasan psikis. Unicef (1986) mengemukakan, anak yang sering
dimarahi orang tuanya, apalagi diikuti dengan penyiksaan, cenderung meniru
perilaku buruk (coping mechanism) seperti bulimia nervosa (memuntahkan
makanan kembali), penyimpangan pola makan, anorexia (takut gemuk),
kecanduan alkohol dan obat-obatan, dan memiliki dorongan bunuh diri.
3. Dampak kekerasan seksual. Menurut Mulyadi (Sinar Harapan, 2003) diantara
korban yang masih merasa dendam terhadap pelaku, takut menikah, merasa
rendah diri, dan trauma akibat eksploitasi seksual, meski kini mereka sudah
dewasa atau bahkan sudah menikah.
4. Dampak penelantaran anak ; menyebabkan berkembangnya perasaan tidak
aman, gagal mengembangkan perilaku akrab, dan selanjutnya akan mengalami
masalah penyesuaian diri pada masa yang akan datang.
5. Dampak yang lainnya (dalam Sitohang, 2004) adalah kelalaian dalam
mendapatkan pengobatan menyebabkan kegagalan dalam merawat anak
dengan baik. Kelalaian dalam pendidikan, meliputi kegagalan dalam mendidik
anak mampu berinteraksi dengan lingkungannya gagal menyekolahkan atau
menyuruh anak mencari nafkah untuk keluarga sehingga anak terpaksa putus
sekolah.
e. Laporkan.
Jika anda melihat kekerasan pada anak dilingkungan Anda, beri pengertian
kalau tidak bisa segera laporkan. Dengan begitu Anda sudah membantu
mencegah kekarasan pada anak.
a. Aktiflah dikomunitas social
Jika Anda aktif dikomunitas sosial tentu akan menambah wawasan Anda
bagaimana cara mendidik dan memahami anak kita, agar kita lebih mengerti
dan sabar menghadapi segala hal yang dilakukan anak kita tanpa adanya
kekerasan.