You are on page 1of 17

Satuan Acara Penyuluhan

PERILAKU KEKERASAN PADA ANAK


Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Promosi Kesehatan pada Diploma IV Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

Dosen Pembimbing : Sutejo, S.Kep.Ns, M.Kep Sp.J

Di susun oleh:

Nissa Kurniasih
NIM. P07120214023

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

D-IV KEPERAWATAN

2015
Perilaku Kekerasan pada Anak

I. Pengkajian
A. Pendahuluan

Akhir-akhir ini, kekerasan pada anak semakin merajalela. Hampir setiap hari
dimedia masa mulai dari kekerasan ringan hingga kekerasan yang merenggut
nyawa anak tersebut. Fenomena-fenomena kekerasan yang terjadi mengundang
keprihatinan dari banyak pihak terutama komnas HAM. Kekerasan memiliki
dampak negative secara psikologis terhadap anak yang menjadi korban kekerasan
dari orang tuanya.

Kekerasan pada anak tentu memberikan dampak-dampak serius kepada perilaku


anak dimasa yang akan datang. Kekerasan pada anak merupakan masalah serius
yang seharusnya mendapatkan perhatian bagi masyarakat karena akan memberikan
pengaruh yang cukup signifikan terhadap lingkungan sekitar mereka. Sebagian
besar perilaku agresif yang timbul dalam diri seorang remaja disebabkan oleh
masalalu mereka yang tidak terima dengan apa yang telah terjadi.

Pada kabupaten dan provinsi tertentu, studi yang ada menunjukkan indikasi yang
jelas bahwa banyak anak di negara ini mengalami kekerasan. Dalam sebuah survei
tahun 2009 di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Aceh, Papua, dan Jawa Tengah
proporsi anak yang mengalami kekerasan dalam berbagai bentuk usia 10 sampai 18
tahun dilaporkan sangat tinggi. Sementara itu, Survey Kelompok Indikator Berlapis
(MICS) tahun 2011, yang dilakukan di tiga kabupaten di Provinsi Papua,
menunjukkan antara 67 hingga 79 persen anak di bawah usia 15 telah dihukum
secara fisik, dengan 24-31 persen yang bahkan terkena hukuman fisik yang berat.
Dalam banyak kasus, mereka yang seharusnya bertanggung jawab untuk
melindungi anak-anak, yaitu orang tua, para pengasuh, guru, dll malah menjadi
pelaku kekerasan tersebut. Di Indonesia, menurut data dari KPAI ( Komisi
Perlindungan Anak Indonesia ) dan Dirjen KSA ( Kesejahteraan Sosial Anak ) pada
tahun 2011 kekerasan pada anak mencapai 2.178 kasus, 2012 ada 3.512 kasus, 2013
ada 4.311 kasus, dan tahun 2014 tercatat ada 5.066 kasus. Kekerasan seksual anak
22,9%, kekerasan keluarga dan pengasuhan 16,7%, kekerasan berhadapan hukum
15,9%, kekerasan pendidikan 9%, dan 35,5% kekerasan lainnya.
A. Faktor Predisposisi
1. Riwayat Kesehatan
Dusun Kenayan di Desa Suko Makmur dengan jumlah penduduk 60 kk.
Tingkat perilaku kekerasan pada anak meningkat dalam 6 bulan terakhir.
Berdasarkan pernyataan dari masyarakat, ada dua keluarga yang mempunyai
anak sebelum menikah. Sekitar 20% orang tua tidak mengobatkan anaknya
ketika sakit. Satu diantara duabelas anak perempuan mengalami perdarahan
di kemaluan sebelum pubertas. Kebersihan diri anak-anak pun juga sangat
rendah.
2. Kondisi Fisik
Warga di Dusun Kenayan, Desa Suko Makmur pada umumnya bekerja di luar
kota dari pagi hingga larut malam dan membiarkan anaknya di rumah tanpa
adanya pengasuh. Dalam pengkajian ditemukan hampir 20% tubuh anak
terdapat bekas luka memar dan gigitan. Berdasarkan informasi yang diperoleh
dari Kepala Dusun didapati data sekitar 10% warga mengalami perceraian,
pernah ada orangtua yang menumpahkan air panas di kaki anaknya, dan juga
orang tua yang memukul kaki anaknya hingga sekarang anak mengalami
kelumpuhan kaki.Satu dari empat anak dalam kelompok bermain menarik diri
saat bertemu orang dewasa.
3. Kesiapan Belajar
Masyarakat Dusun Kenayan Desa Suko Makmur umumnya bersedia
berkumpul untuk keperluan menerima penyuluhan kesehatan pada malam
hari sesudah magrib. Warga Dusun Kenayan Desa Suko Makmur tertarik
ingin mengetahui lebih dalam tentang apa itu perilaku kekerasan pada anak ,
jenis perlakuan salah pada anak, faktor terjadinya perlakuan salah pada anak,
serta efek samping dari perilaku kekerasan pada anak yang belum pernah
diadakan sebelumnya. Ketua Dusun dan warga sangat antusias dengan
diadakannya acara penyuluhan ini, mereka mempunyai inisiatif untuk
bertanya mengenai masalah seputar perilaku kekerasan pada anak .
4. Motivasi Belajar
Masyarakat Dusun Kenayan Desa Suko Makmur pada umumnya mempunyai
motivasi untuk ikut berkumpul dan menerima informasi tentang hal hal
yang berhubungan dengan kesehatan, terutama berkaitan dengan masalah
yang mereka alami seperti perilaku kekerasan pada anak .
5. Kemampuan Membaca
Lima puluh persen dari warga Dusun Kenayan Desa Suko Makmur lulusan
SMA/SMK, mereka mampu mengenal huruf, membaca dan menulis dengan
baik. Tiga puluh persen warga lulusan SMP, 10% lulusan perguruan tinggi,
dan 10% warganya lulusan SD. Sembilan puluh persen warga Dusun
Kenayan, Desa Suko Makmur mengerti dan memahami Bahasa Indonesia
dengan baik dan benar. Ketika diberikan bahan bacaan seperti leaflet tentang
perilaku kekerasan pada anak , masyarakat mampu memahami sebagian besar
isi dari leaflet dan dapat menjelaskan inti dari leaflet tersebut.

B. Faktor Pemungkin
Masyarakat Dusun Kenayan Desa Suko Makmur memiliki potensi yang
sangat mungkin untuk maju karena masyarakat sangat antusias jika diadakan
acara penyuluhan kesehatan seperti ini, mereka menyadari akan pentingnya
pengetahuan kesehatan terutama berkaitan dengan pendidikan kesehatan pada
anak. Di desa Suko Makmur juga terdapat Puskesmas Pembantu yang
menyediakan tempat untuk konsultasi masalah kesehatan warga Desa Suko
Makmur.

C. Faktor Penguat
Ketua Dusun Kenayan dan para Petugas Puskesmas pembantu
menunjukkan perilaku kesehatan yang dapat ditiru dan dijadikan contoh yang
baik untuk berperilaku sehat oleh masyarakat Dusun Kenayan Desa Suko
Makmur tersebut.

Analisa Data Masalah Penyebab


DO : Kurang pengetahuan kurang paparan informasi
Duapuluh persen tentang perilaku kekerasan
orangtua tidak pada anak
mengobatkan anaknya
ketika sakit
Satu dari duabelas anak
perempuan mengalami
perdarahan di kemaluan
sebelum pubertas
Terlihat bersihan diri
anak yang kurang
Terdapat bekas memar
dan gigitan di tubuh
anak
Terlihat satu dari empat
anak menarik diri saat
bertemu orang dewasa

DS :
Masyarakat menyatakan
pernah ada orang tua
yang menumpahkan air
panas di kaki anaknya.
Masyarakat mengatakan
ada orang tua yang
memukul kaki anaknya
sampai mengalami
kelumpuhan.

II. Diagnosa keperawatan


Kurang pengetahuan tentang perilaku kekerasan pada anak berhubungan dengan
kurang paparan informasi.

III. Perencanaan
Berdasarkan diagnosa diatas yaitu tentang kurang pengetahuan tentang perilaku
kekerasan pada anak berhubungan dengan kurang terpapar informasi, maka akan
dilakukan penyuluhan kesehatan tentang perilaku kekerasan pada anak . Satuan
acara penyuluhan terlampir.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Perilaku Kekerasan pada Anak

1. Topik : Perilaku Kekerasan pada Anak


2. Sasaran
a. Sasaran Program : Kesehatan Anak
b. Sasaran Penyuluhan : Masyarakat Dusun Kenayan Desa Suko Makmur
khususnya orang tua dari anak berusia 0-12 tahun.
3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah diberi pendidikan kesehatan selama 1 x 45 menit diharapkan
masyarakat mampu memahami tentang perilaku kekerasan pada anak .
b. Tujuan Khusus
Setelah diberi penyuluhan perilaku kekerasan pada anak , diharapkan
masyarakat dapat:
1) Menjelaskan pengertian perilaku kekerasan pada anak .
2) Menjelaskan jenis perlakuan salah pada anak menurut sifatnya.
3) Menjelaskan faktor terjadinya perlakuan salah pada anak.
4) Menyebutkan dampak dari perilaku kekerasan pada anak .
5) Mengidentifikasi tanda dan gejala dari perilaku kekerasan pada anak
6) Menerapkan cara pencegahan perilaku kekerasan pada anak
4. Materi
a. Pengertian Perilaku kekerasan pada anak
b. Jenis-jenis perlakuan salah pada anak
c. Faktor-faktor terjadinya perlakuan salah pada anak
d. Dampak dari perilaku perilaku kekerasan pada anak
e. Tanda dan gejala pada perilaku kekerasan pada anak
f. Cara pencegahan perilaku kekerasan pada anak

5. Metode
Ceramah, diskusi dan tanya jawab

6. Media
a. Microsoft Power Point (PPT) atau slide tentang perilaku kekerasan pada anak
b. Leaflet Stop Perilaku Kekerasan terhadap Anak
c. Video : adegan kekerasan pada anak dan Stop Perilaku Kekerasan pada Anak (
iklan layanan kesehatan )

7. Alat
a. Meja 2 buah
b. Kursi 40 buah
c. LCD
d. Rol kabel listrik
e. Microphone
f. Sound system
g. Laptop

8. Alokasi Waktu
Hari, tanggal : Kamis, 03 Desember 2015
Jam : 18:00 18:45 WIB

Tahap Pembicara Peserta Waktu


1. Mengucapkan salam 1. Membalas salam 5 menit
2. Memperkenalkan diri 2. Memperhatikan
Pembukaan 3. Apersepsi materi 3. Mendengarkan dan
menanggapi

30 menit
1. Pengertian Perilaku
Memperhatikan
kekerasan pada
anak
2. Jenis-jenis
perlakuan salah
pada anak
3. Faktor-faktor
terjadinya perlakuan
Penyampaian salah pada anak
4. Tanda dan gejala
materi
pada perilaku
kekerasan pada
anak
5. Efek samping dari
perilaku kekerasan
pada anak
6. Cara pencegahan
perilaku kekerasan
pada anak

Penutup 1. Memberi kesempatan 1. Bertanya 10 menit


2. Mendengarkan
kepada peserta untuk
3. Menjawab salam
bertanya
2. Menyimpulkan kembali
materi yang disajikan
3. Evaluasi dan
pembagian leaflet
4. Memberi salam

9. Setting dan Tempat


a. Tempat : Gedung Serbaguna Dusun Kenayan Desa Suko Makmur
b.

Keterangan :

: penyuluh : layar LCD

: sasaran : Laptop

10. Evaluasi

No. Aspek Waktu Metode Instrumen Evaluator

1 Kognitif Segera setelah Tanya jawab Daftar Penyuluh


penyuluhan. pertanyaan

2 Afektif Segera setelah Wawancara Daftar Penyuluh


penyuluhan. pertanyaan

Daftar Pertanyaan

a. Aspek Kognitif
1) Apakah yang dimaksud dengan perilaku kekerasan pada anak ?
2) Sebutkan jenis perlakuan salah pada anak menurut sifatnya !
3) Sebutkan faktor terjadinya perlakuan salah pada anak !
4) Sebutkan tanda dan gejala pada perilaku kekerasan pada anak
5) Sebutkan efek samping dari perilaku kekerasan pada anak !
6) Jelaskan cara pencegahan perilaku kekerasan pada anak !
b. Aspek Afektif:
1) Apakah kalian setuju dengan penyuluhan ini?
2) Apa yang akan kalian lakukan setelah penyuluhan ini?
3) Apa yang memotivasi kalian melakukan hal tersebut?
Yogyakarta, 03 Desember 2015

Nissa Kurniasih
MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Perilaku kekerasan pada anak


Menurut Sutanto (2006), kekerasan anak adalah perlakuan orang dewasa/anak
yang lebih tua dengan menggunakan kekuasaan/otoritasnya terhadap anak yang tak
berdaya yang seharusnya menjadi tanggung jawab/pengasuhnya, yang berakibat
penderitaan, kesengsaraan, cacat atau kematian. Kekerasan anak lebih bersifat
sebagai bentuk penganiayaan fisik dengan terdapatnya tanda atau luka pada tubuh
sang anak.
Perilaku kekerasan pada anak adalah tindakan yang mempengaruhi
perkembangan anak sehingga tidak optimal lagi (David Gill, 1973).
Sementara menurut U.S Departement of Health, Education and
Wolfare memberikan definisi Perilaku kekerasan pada anak sebagai kekerasan fisik
atau mental, kekerasan seksual dan penelantaran terhadap anak dibawah usia 18
tahun yang dilakukan oleh orang yang seharusnya bertanggung jawab terhadap
kesejahteraan anak, sehingga keselamatan dan kesejahteraan anak terancam.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Perilaku kekerasan pada anak adalah
penganiayaan, penelantaran dan eksploitasi terhadap anak, dimana ini adalah hasil
dari perilaku manusia yang keliru terhadap anak

B. Klasifikasi
1. Kekerasan Emosional
Perlakuan yang dilakukan oleh orang tua seperti menolak anak, meneror,
mengabaikan anak, atau mengisolasi anak. Hal tersebut akan membuat anak
merasa dirinya tidak dicintai, atau merasa buruk atau tidak bernilai. Hal ini akan
menyebabkan kerusakan mental fisik, sosial, mental dan emosional anak.
- Indikator fisik kelainan bicara, gangguan pertumbuhan fisik dan
perkembangan.
- Indikator perilaku kelainan keiasaan (menghisap, mengigit, atau memukul-
mukul)
2. Kekerasan Fisik
Cedera yang dialami oleh seorang anak bukan karena kecelakaan atau
tindakan yang dapat menyebabkan cedera serius pada anak, atau dapat juga
diartikan sebagai tindakan yang dilakukan oleh pengasuh sehingga mencederai
anak. Biasanya berupa luka memar, luka bakar atau cedera di kepala atau lengan.
- Indikator fisik luka memar, gigitan manusia, patah tulang, rambut yang
tercabut, cakaran
- Indikator perilaku waspada saat bertemu degan orang dewasa, berperilaku
ekstrem seerti agresif atau menyendiri, takut pada orang tua, takut untuk
pulang ke rumah, menipu, berbohong, mencuri.
3. Penelantaran
Kegagalan orang tua untuk memberikan kebutuhan yang sesuai bagi
anak, seperti tidak memberikan rumah yang aman, makanan, pakaian,
pengobatan, atau meninggalkan anak sendirian atau dengan seseorang yang tidak
dapat merawatnya .
- Indikator fisik kelaparan, kebersihan diri yang rendah, selalu mengantuk,
kurangnya perhatian, masalah kesehatan yang tidak ditangani.
- Indikator kebiasaan Meminta atau mencuri makanan, sering tidur,
kurangnya perhatian pada masalah kesehatan, masalah kesehatan yang tidak
ditangani, pakaian yang kurang memadai (pada musim dingin), ditinggalkan.
4. Kekerasan Seksual
Termasuk menggunakan anak untuk tindakan sexual, mengambil gambar
pornografi anak-anak, atau aktifitas sexual lainnya kepada anak.
- Indikator fisik kesulitan untuk berjalan atau duduk, adanya noda atau darah
di baju dalam, nyeri atau gatal di area genital, memar atau perdarahan di area
genital/ rektal, berpenyakit kelamin.
- Indikator kebiasaan pengetahuan tentang seksual atau sentuhan seksual
yang tidak sesuai dengan usia, perubahan pada penampilan, kurang bergaul
dengan teman sebaya, tidak mau berpartisipasi dalam kegiatan fisik,
berperilaku permisif/ berperilaku yang menggairahkan, penurunan keinginan
untuk sekolah, gangguan tidur, perilaku regressif (misal: ngompol)
5. Penganiayaan psikologis
Yang termasuk dalam kategori ini meliputi trauma psikologik yang dapat
menganggu kehidupan sehari-hari seperti ketakutan, ansietas, depresi, isolasi,
tidak adanya respons dan agresi yang kuat.
6. Pengetahuan
Pengabaian disengaja, tetapi dapat juga karena ketidaktahuan atupun
akibat kesulitan ekonomi. Yang termasuk dalam kategori ini meliputi:
- Pengabaian nutrisi atau dengan sengaja kurang memberikan makanan,
paling sering dilakukan pada bayi yang berat badan rendah. Gagal tumbuh,
yaitu suatu kegagalan dalam pemenuhan masukan kalori serta kebutuhan
emosi anak yang cukup.
- Pengabaian medis bagi anak penderita suatu penyakit akut atau kronik
sehingga mengakibatkan memburuknya keadaan, bahkan kematian.
- Pengabaian pendidikan anak setelah mencapai usia sekolah, dengan tidak
menyekolahkannya.
- Pengabaian emosional, dimana orangtua kurang perhatian terhadap anaknya.
- Pengabagian keamanan anak. Anak kurang pengawasan sehingga
menyebabkan anak mengalami risiko tinggi terhadap fisik dan jiwanya.
7. Sindroma munchausen
Sindroma munchausen merupakan permintaan pengobatan terhadap
penyakit yang dibuat dengan pemberian keterangan medis palsu oleh orang tua,
yang menyebabkan anak banyak mendapat pemeriksaan/prosedur rumah sakit.

C. Faktor-faktor
Perlakuan salah terhadap anak bersifat multidimensional, tetapi ada 3 faktor
penting yang berperan dalam terjadinya perlakuan salah pada anak, yaitu:

1. Karakteristik orangtua dan keluarga


Faktor-faktor yang banyak terjadi dalam keluarga dengan perilaku kekerasan
pada anak antara lain:
a. Para orangtua juga penderita perlakuan salah pada masa kanak-kanak.
b. Orangtua yang agresif dan impulsif.
c. Keluarga dengan hanya satu orangtua.
d. Orangtua yang dipaksa menikah saat belasan tahun sebelum siap secara
emosional dan ekonomi.
e. Perkawinan yang saling mencederai pasangan dalam perselisihan.
f. Tidak mempunyai pekerjaan.
g. Jumlah anak yang banyak.
h. Adanya konflik dengan hukum.
i. Ketergantungan obat, alkohol, atau sakit jiwa.
j. Kondisi lingkungan yang terlalu padat.
k. Keluarga yang baru pindah ke suatu tempat yang baru dan tidak mendapat
dukungan dari sanak keluarga serta kawan-kawan.
2. Karakteristik anak yang mngalami perlakuan salah
Beberapa faktor anak yang berisiko tinggi untuk perlakuan salah adalah:
a. Anak yang tidak diinginkan.
b. Anak yang lahir prematur, terutama yang mengalami komplikasi neonatal,
berakibat adanya keterikatan bayi dan orangtua yang membutuhkan
perawatan yang berkepanjangan.
c. Anak dengan retardasi mental, orangtua merasa malu.
d. Anak dengan malformasi, anak mungkin ditolak.
e. Anak dengan kelainan tingkah laku seperti hiperaktif mungkin terlihat
nakal.
f. Anak normal, tetapi diasuh oleh pengasuh karena orangtua bekerja.
g. Beban dari lingkungan: Lingkungan hidup dapat meningkatkan beban
terhadap perawatan anak.
Penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa penyiksaan anak
dilakukan oleh orang tua dari banyak etnis, letak geografis, agama, tingkat
pendidikan, pekerjaan dan social ekonomi. Kelompok masyarakat yang hidup
dalam kemiskinan meningkatkan laporan penyiksaan fisik terhadap anak-anak.
Hal ini mungkin disebabkan karena:
- Peningkatan krisis di tempat tinggal mereka (contoh: tidak bekerja atau hidup
yang berdesakan).
- Akses yang terbatas ke pusat ekonomi dan sosial saat masa-masa krisis.
- Peningkatan jumlah kekerasan di tempat tinggal mereka.
- Hubungan antara kemiskinan dengan faktor resiko seperti remaja dan orang
tua tunggal (single parent).

D. Tanda dan Gejala


Tanda fisik yang bisa dijumpai pada physical abuse :
1. Cidera Kulit
Cidera kulit adalah tanda-tanda penganiayaan anak yang paling umum dan paling
mudah dikenali. Bekas gigitan manusia tampak sebagai daerah lonjong dengan
bekas gigi, tanda hisapan atau tanda dorongan lidah. Memar multiple atau memar
pada tempat-tempat yang tidak terjangkau menunjukkan bahwa anak itu telah
mengalami penganiayaan. Memar yang ada dalam berbagai tahap penyembuhan
menunjukkan adanya trauma yang terjadi berulang kali. Memar berbentuk objek
yang dapat dikenali umumnya bukan suatu kebetulan.
2. Kerontokan Rambut Traumatik
Kerontokan rambut traumatik terjadi ketika rambut anak ditarik, atau dipakai
untuk menyeret atau menyentak anak. Akibatnya pada kulit kepala dapat
memecahkan pembuluh darah di bawah kulit. Adanya akumulasi darah dapat
membantu membedakan antara kerontokan rambut akibat penganiayaan atau non-
penganiayaan.
3. Jatuh
Jika seorang anak dilaporkan mengalami kejatuhan biasa, namun yang tampak
adalah cidera yang tidak biasa, maka ketidaksesuaian riwayat dengan trauma yang
dialami tersebut menimbulkan kecurigaan adanya penganiayaan terhadap anak.

4. Cidera Eksternal pada Kepala, Muka dan Mulut


Luka, perdarahan, kemerahan atau pembengkakan pada kanal telinga luar, bibir
pecah-pecah, gigi yang goyang atau patah, laserasi pada lidah dan kedua mata biru
tanpa trauma pada hidung, semuanya dapat mengindikasikan adanya
penganiayaan.

5. Cidera Termal Disengaja atau Diketahui Sebabnya


Luka bakar terculap, dengan garis batas jelas, luka bakar sirkuler kecil-kecil dan
banyak dalam berbagai tahap penyembuhan, luka bakar setrikaan, luka bakar
daerah popok dan luka bakar tali semuanya memberikan kesan adanya tindakan
jahat yang disengaja.

6. Sindroma Bayi Terguncang


Guncangan pada bayi menimbulkan cidera ekslersi deselersi pada otak,
menyebabkan regangan dan pecahnya pembuluh darah. Hal ini dapat
menimbulkan cidera berat pada system saraf pusat, tanpa perlu bukti-bukti cidera
eksternal.

7. Fraktur dan Dislokasi yang Tidak Dapat Dijelaskan


Fraktur Iga Posterior dalam berbagai tahap penyembuhan, fraktur spiral atau
dislokasi karena terpelintirnya ekstremitas merupakan bukti cidera pada anak yang
tidak terjadi secara kebetulan.

Menurut Child Welfare Information Gateway (2006) tanda dan gejala yang
sering dijumpai pada physical abuse adalah :
a. Anak :
1) Menunjukkan adanya perubahan yang mendadak di dalam perilaku atau
prestasi sekolah
2) Belum atau tidak menerima bantuan baik secara fisik maupun
permasalahan medis yang seharusnya diberikan oleh orang tua
3) Selalu dalam kewaspadaan seolah-olah bersiap mengahadapi sesuatu
yang tidak menyenangkan/mengancamnya akan terjadi
4) Menuntut yang berlebihan, pasif, menarik diri
5) Datang ke sekolah dan aktifitas lain lebih awal dan pulang terlambat
(seperti ingin pergi dari rumah).
b. Orang tua :
1) Pengawasan orang tua yang kurang, menunjukkan perhatian yang sedikit
pada anak
2) Menyangkal keberadaan anak dan menyalahkan anak baik tentang
permasalahan di sekolah maupun di rumah
3) Meminta pada guru atau pejabat di sekolah untuk menggunakan
kekerasan fisik dalam menegakkan disiplin pada anak yang berbuat
nakal/jahat
4) Selalu melihat anak tidak baik, tidak berharga atau membebani
5) Menuntut tingkatan fisik serta pencapaian akademis yang tidak mungkin
dicapai oleh anak.
c. Orang tua dan anak :
1) Jarang bersentuhan atau saling berpandangan
2) Memandang hubungan antara orang tua dan anak sebagai hal negatif
seluruhnya
3) Mengatakan tidak suka satu sama lain.

E. Dampak
Berikut ini adalah dampak-dampak yang ditimbulkan kekerasan terhadap anak
(perilaku kekerasan pada anak ), antara lain;
1. Dampak kekerasan fisik, anak yang mendapat perlakuan kejam dari orang
tuanya akan menjadi sangat agresif, dan setelah menjadi orang tua akan berlaku
kejam kepada anak-anaknya.
2. Dampak kekerasan psikis. Unicef (1986) mengemukakan, anak yang sering
dimarahi orang tuanya, apalagi diikuti dengan penyiksaan, cenderung meniru
perilaku buruk (coping mechanism) seperti bulimia nervosa (memuntahkan
makanan kembali), penyimpangan pola makan, anorexia (takut gemuk),
kecanduan alkohol dan obat-obatan, dan memiliki dorongan bunuh diri.
3. Dampak kekerasan seksual. Menurut Mulyadi (Sinar Harapan, 2003) diantara
korban yang masih merasa dendam terhadap pelaku, takut menikah, merasa
rendah diri, dan trauma akibat eksploitasi seksual, meski kini mereka sudah
dewasa atau bahkan sudah menikah.
4. Dampak penelantaran anak ; menyebabkan berkembangnya perasaan tidak
aman, gagal mengembangkan perilaku akrab, dan selanjutnya akan mengalami
masalah penyesuaian diri pada masa yang akan datang.
5. Dampak yang lainnya (dalam Sitohang, 2004) adalah kelalaian dalam
mendapatkan pengobatan menyebabkan kegagalan dalam merawat anak
dengan baik. Kelalaian dalam pendidikan, meliputi kegagalan dalam mendidik
anak mampu berinteraksi dengan lingkungannya gagal menyekolahkan atau
menyuruh anak mencari nafkah untuk keluarga sehingga anak terpaksa putus
sekolah.

F. Solusi untuk mencegah Perilaku kekerasan pada anak


1. Untuk Orang Tua dan Pengasuh:

a. Berpikirlah sebelum bertindak


Kita sebagai orang tua tentu harus bisa berpikir dengan jernih pada saat anak
kita melakukan kesalahan, hukuman apa yang mungkin bisa mendidik anak
agar tidak melakukan kesalahan lagi tanpa harus disertai dengan kekerasan.
b. Minta pendapat orang lain
Pada saat kita emosi sebaiknya kita menhindar dulu dari anak kita dan
mintalah pendapat pada teman atau saudara kita bagaimana sebaiknya kita
bersikap atau perbanyaklah membaca tentang tahap kembang tumbuh anak
agar kita bisa memaklumi yang dilakukan oleh anak kita.
c. Luangkan waktu untuk istirahat
Menjadi orang tua memang tidak mudah, oleh sebab itu jika Anda merasa
emosi Anda tidak stabil maka istirahatlah. Dengan begitu Anda bisa berpikir
dengan jernih dan tidak melampiaskannya pada anak sehingga kekerasa bisa
di cegah.
d. Awasi Permainan anak
Di zaman yang sudah canggih ini tentu anak akan dengan mudah
mendapatkan games atau permainan, perhatikan permainan apa yang mereka
mainkan. Jangan biarkan anak-anak melakukan permainan yang cenderung
pada kekerasan karena hal itu akan tersimpan dimemori anak dan jika emosi
anak tidak stabil maka ia akan melakukan seperti apa yang mereka lihat.

e. Laporkan.
Jika anda melihat kekerasan pada anak dilingkungan Anda, beri pengertian
kalau tidak bisa segera laporkan. Dengan begitu Anda sudah membantu
mencegah kekarasan pada anak.
a. Aktiflah dikomunitas social
Jika Anda aktif dikomunitas sosial tentu akan menambah wawasan Anda
bagaimana cara mendidik dan memahami anak kita, agar kita lebih mengerti
dan sabar menghadapi segala hal yang dilakukan anak kita tanpa adanya
kekerasan.

2. Untuk Teman dan Tetangga:


a. Aktiflah di komunitas Anda dan kenalilah tetangga Anda. Tawarkan uluran
tangan untuk mengurus anak-anak akan sangat membantu orang tua lepas dari
ketegangan.
b. Menjadi relawan pencegahan kekerasan anak
c. Ikut serta mempromosikan serta mengembangkan layanan kebutuhan anak
dan keluarga di komunitas Anda, baik di lingkungan rumah, gereja atau
lainnya.
d. Laporkan jika Anda melihat kekerasan pada anak atau pengabaian anak.
e. Jika Anda punya memiliki alasan mempercayai bahwa anak telah mengalami
kekerasan, laporkanlah kepada polisi atau bisa juga menghubungi hotline
service KPAI (021-31901556) atau Komnas PA (021-87791818).
DAFTAR PUSTAKA

Hidayatullah, Achmad. Makalah Kekerasan Pada Anak. 14 Mei 2011.


https://www.scribd.com/doc/267998943/Makalah-Keperawatan-Anak-Child-Abuse

Hero, Boboho. Askep Anak dengan Child Abuse. 16 Mei 2013.


https://www.scribd.com/doc/141852652/Askep-Anak-Dengan-Child-Abuse

Abu Huraerah.2006. Kekerasan Terhadap Anak. Jakarta :Penerbit Nuansa

You might also like