You are on page 1of 15

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Salah satu faktor pendukung keberhasilan dalam menerapkan sistem


penambangan batubara yang baik adalah dengan memperhatikan aspek-aspek
teknis salah satunya adalah dalam merancang sistem penyaliran (mine
dewatering). Dalam merencanakan sistem penyaliran yang akan diterapkan pada
DTH 1 dan DTH 2 maka perlu dilakukan peninjauan kembali dengan
memperhaikan penambangan yang direncanakan atau kondisi topografi daerah
penelitian, luas daerah tangkapan hujan, curah hujan, intensitas curah hujan,
insensitas hujan, dimensi dan lokasi sistem penyaliran yang telah ada serta
spesifikasi pendukung seperti pipa dan pompa yang dipergunakan

4.1 Prosedur Penelitian

Dalam melakukan pengambilan data, penulis langsung terjun ke lapangan


dan melihat aktivitas yang ada secara langsung dengan tujuan mengamati dan
melihat proses kegiatan penambangan dan kondisi areal tambang.
Pengambilan data dilakukan untuk mencari informasi yang diperlukan
dalam memecahan masalah. Sumber data berasal dari penelitian langsung dan
tidak langsung di tempat penelitian.
Secara sistematis, data data yang diambil antara lain :
1. kondisi topografi daerah penelitian.
2. data curah hujan daerah penelitian selama 10 tahun terakhir.
3. data luas daerah tangkapan hujan (catchment area) daerah penelitian.

4.1.1 Data Curah Hujan

Data curah hujan pada daerah penelitian diperoleh dari hasil pengamatan
stasiun pencatat hujan terdekat selama 10 tahun terakhir (tahun 2006 - 2015).
Curah hujan sangat berpengaruh terhadap sistem penyaliran tambang karena besar
kecilnya curah hujan akan mempengaruhi jumlah air yang harus ditampung dalam
bukaan tambang.

33
4.1.2 Analisis Data Curah Hujan
Dalam penelitian ini pengolahan data curah hujan dilakukan untuk
mendapatkan besarnya nilai curah hujan rencana dan intensitas curah hujan dalam
satu jam. Hujan rencana ini ditentukan dari hasil analisis frekuensi data curah
hujan yang tersedia dengan menggunakan metode partial duration series, yaitu
dengan mengambil/mencatat curah hujan maksimum periode 2006 2015 dengan
mengabaikan waktu kejadian hujan. Berdasarkan hasil analisis data curah hujan
harian, diperoleh data curah hujan ratarata sebesar 113,16 mm/hari dengan curah
maksimum yaitu 150,90 mm/hari (Lampiran B).
4.1.3 Curah Hujan Rencana
Curah hujan rencana adalah hujan maksimum yang diprediksikan terjadi
selama umur sarana penyaliran tersebut. Analisis data curah hujan dilakukan
untuk mengetahui curah hujan rencana pada periode ulang tertentu. Data curah
hujan yang digunakan adalah data curah hujan harian pada tahun 2006-2015
(Lampiran A). Dari hasil perhitungan curah hujan berdasarkan metode Gumbel
maka didapatkan curah hujan rencana untuk periode ulang hujan 5 tahun yaitu
150,90 mm/hari (Lampiran B). Nilai curah hujan rencana berbeda untuk setiap
periode ulang, seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Curah Hujan Rencana


Periode Ulang (Tahun) 2 3 4 5 6
Nilai Yt 0,367 0,903 1,246 1,500 1,702
Reduced Variate Factor (K) -1,24 -0,24 0,46 1 1,46
Curah Hujan Rencana (mm/hari) 66,55 93,99 130,45 150,90 168,04

4.1.4 Resiko Hidrologi


Resiko hidrologi adalah kemungkinan suatu kejadian akan terjadi minimal
satu kali pada periode ulang tertentu Dari data yang diperoleh dari Departemen
Engineering and control, diketahui bahwa umur tambang adalah 8 tahun dan
periode ulang hujan yang digunakan 5 tahun, sehingga resiko hidrologi didapat
83,22% (Lampiran B).

34
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Periode Ulang Hujan
Periode ulang Resiko hidrologi (Pr) Periode ulang Resiko hirologi (Pr)
(tahun) (%) (tahun) (%)
1 100 % 6 76.74
2 99,61 7 70.86
3 96,10 8 65.64
4 89,99 9 61.03
5 83,22 10 56.95

4.1.5 Intensitas Curah Hujan


Untuk menentukan besar debit air limpasan, maka perlu dilakukan
perhitungan mengenai intensitas curah hujan. Waktu konsentrasi atau waktu lama
hujan yang digunakan adalah selama satu jam. Intensitas curah hujan pada Pit
LTH selama selang waktu satu jam adalah 1 mm/jam (Lampiran C).

4.1.6 Intensitas Durasi Frekuensi (IDF)


Dalam proses pengalihragaman hujan menjadi aliran ada beberapa sifat
hujan yang penting untuk diperhatikan, antara lain adalah intensitas hujan (I),
lama waktu hujan (t), kedalaman hujan (d), frekuensi (f) dan luas daerah pengaruh
hujan (A) (Soemarto 1987). Komponen hujan dengan sifat-sifatnya ini dapat
dianalisis berupa hujan titik maupun hujan rata-rata yang meliputi luas daerah
tangkapan (Catchment Area)yang kecil sampai yang besar. Berikut adalah bentuk
kurva Intensitas Durasi Frekuensi :
450
400
350
300
PUH 2 PUH 3 PUH 4 PUH 5 PUH 6 PUH 7 PUH 8
250
Intensitas Hujan (mm/jam) 200
150
100
PUH 9 PUH 10 50
0
5 10 15 20 45 60 120 180 240 300
Durasi hujan (Jam)

35
Gambar 4.1 Kurva Intenstas Durasi Frekuensi (IDF)
Dari gambar kurva di atas menunjukkan bahwa setiap tahun frekuensi
hujan semakin meningkat dengan ditunjukkan oleh nilai intensitas curah hujan
semakin tinggi.
4.1.7 Debit Air Limpasan
Debit air limpasan adalah debit air hujan rencana dalam suatu daerah
tangkapan hujan yang diperkirakan akan masuk ke dalam lokasi tambang.
Perhitungan debit air limpasan menggunakan persamaan Rasional (Persamaan 8).
Debit air pada DTH 1 dan DTH 2 berturut-turut adalah 1,526 m3/dtk, 1,338 m3/dtk
(Lampiran D).

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Debit Air Limpasan


DTH C I (mm/jam) A (km2) Q (m3/dtk)
1 0.75 1,1 1,526 0,350
2 0.75 1,1 1,338 0,307

4.2 Saluran Penyaliran


Saluran air atau paritan pada penambangan berfungsi untuk menampung
limpasan air permukaan pada suatu daerah dan mengalirkannya ke tempat
penampungan air. Saluran air yang akan dibuat pada Pit LTH adalah saluran yang
berbentuk trapesium. Berikut adalah dimensi saluran air pada Pit LTH (Lampiran
E) :
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Dimensi Saluran Air
Salura
Q (m3/dtk) d (m) R (m) w (m) h (m) b (m) t (m) a (m)
n
DTH 1 0,350 0,7 0.5 0.15 0,3 0,3 1 0,3
DTH 2 0,307 0,7 0.5 0.15 0,3 0,3 1 0,3

4.3 Sump
Sump atau sumuran tambang merupakan tempat penampungan air dari
suatu area tambang agar air tersebut tidak tergenang di permukaan jalan. Sump
yang terdapat pada Pit LTA juga berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel
padatan atau lumpur yang terbawa bersama air hujan melalui saluran air.
Untuk sump yang berada pada DTH 1dan 2 sudah tidak layak lagi untuk
digunakan. Berikut adalah dimensi sump pada DTH 1 dan 2 :

36
Letak : DTH 1 dan 2
Panjang (p) : 25 m
Lebar (l) : 25 m
Tinggi (h) :3m
Luas (L) : 625m2
Volume (V) : 1250 m3, 1875 m3, 2500 m3, 3125 m3
Debit (Q) : DTH 1 : 6.321,6 m3/jam dan DTH 2 : 5.641,2 m3/jam

4.4 Perencanaan Pembuatan Sump pada DTH 1 dan DTH 2

Setelah melihat kondisi sump yang terdapat pada DTH 1 dan 2, dimana
sump tersebut sudah terlihat kurang efisien melihat volume air yang terdapat pada
sump hampir terisi penuh maka perlu adanya pembuatan sump yang ideal dan
dapat menampung debit air hujan maksimum karena pada Daerah Tangkapan
Hujan 1 dan 2 ini memiliki cakupan daerah yang cukup luas. Sump yang akan
direncanakan berbentuk persegi panjang dengan bentuk dimensi yang ditentukan
berdasarkan perhitungan besar debit air hujan dan disesuaikan dengan spesifikasi
alat yang digunakan untuk menggali (Lampiran F).
Berikut adalah dimensi sump disertai dengan gambar rancangannya :
1. Hasil perhitungan untuk dimensi sumuran (sump), dengan total volume
limpasan untuk DTH 1 sebesar 34.905,6 m3/hari, dengan kapasitas pompa
yang digunakan adalah 576 m3/jam atau (11.520 m3/hari), hasilnya adalah
sebagai berikut :
a. Vsump - Vpompa (34.905,6 11.520) adalah 23.385 m3/hari.
b. Panjang permukaan sumuran = 71m
c. Lebar permukaan sumuran = 71 m
d. Panjang dasar sumuran = 65 m
e. Lebar dasar sumuran = 65 m
f. Kedalaman =5m
(luas permukaan sumuran+luas dasar sumuran)
Volume= kedalaman
2
Maka ukuran volume sump optimal dari rumus tersebut yang akan dibuat
untuk menampung air yang masuk ke lokasi penambangan adalah 23.165 m3.

37
2. Hasil perhitungan untuk dimensi sumuran (sump), dengan total volume
limpasan untuk DTH 2 sebesar 29.721,6 m3/hari, pada kapasitas aktual
pompa 350 m3/jam atau (576 m3/hari), hasilnya adalah sebagai berikut
a. Vsump - Vpompa (29.721,6 11.520) adalah 18.201,6 m3/hari.
b. Panjang permukaan sumuran = 63 m
c. Lebar permukaan sumuran = 63 m
d. Panjang dasar sumuran = 57 m
e. Lebar dasar sumuran = 57 m
f. Kedalaman =5m
(luas permukaan sumuran+luas dasar sumuran)
Volume= kedalaman
2

Maka ukuran volume sump optimal dari rumus tersebut yang akan dibuat
untuk menampung air yang masuk ke lokasi penambangan adalah 18.045 m3.
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada lampiran E perhitungan dimensi sumuran
(sump).

4.5 Perhitungan Pompa dan Jumlah Pompa


Sebelum menentukan jumlah pompa terlebih dahulu harus diperhitungkan
total head atau kerugian kerugian yang timbul pada saat pemompaan, seperti
perbedaan elevasi tempat penampungan dengan tempat pembuangan, kecepatan
air dalam pipa, sambungan sambungan, kekasaran pipa, dan debit air yang akan
dipompa.
4.5.1 Daerah Tangkapan Hujan (DTH) 1
Berdasarkan data kemajuan penambangan diketahui kedalaman sisi isap
pompa adalah -7,22 meter dan ketinggian sisi keluaran adalah 27 meter, Jumlah
belokan 2, sudut belokan 600 dengan panjang pipa 285 meter Dalam perhitungan
julang total pompa dengan tipe CF 48 H, diketahui spesifikasi pompa
mempunyai debit maksimum yang dapat dilakukan sebesar 130 l/s (0,13 m 3/s
_469 m3/jam) dan maksimum julang total adalah 120 m. pipa penyaluran air yang
digunakan adalah pipa polyethylene tipe PN 10 PE 100. dengan diameter dalam
pipa sebesar 8 inch (200 mm). Katup isap yang digunakan berdiameter 200 mm
dengan menggunakan saringan. Nilai koefisien kekasaran pipa adalah 140 mm
dan koefisien kerugian katup isap adalah 10,16 (tabel G.4 ).

38
a. SDR =17 (Lampiran Tabel G.3 SDR Pipa HDPE)

Out diameter (OD)


b. Ketebalan Dinding Pipa=
SDR

200
=11,76 mm
17

c. Maka, untuk menghitung inside diameter sebuah pipa.


ID = OD - (2 x Ketebalan dinding pipa)
= 200 - (2 x 11,76)
= 176,48 = 176 mm
1. Kecepatan aliran air dalam pipa
(Q)
V
A

469
V 1
4
d 2

469
V 1
4
3,14 0,176 2

V = 19.287,585 m3/jam

V = 5,36 m3/detik

2. Julang (Head) statis


H sh 2 h1

h s 5,7 8

hs = 13,7 meter

3. Julang Head kecepatan

39
V2

2 g
Hv =

5,36 2

2 9,8
=

= 1,466 meter

4. Head gesekan
10,666 x Q1,85
Hf =( C 1,85 x D4,85
XL )
Dimana :
C = Koefisien
Q = laju aliran (m3/s)
D = Diameter Pipa (m)
L = Panjang pipa (m)

Panjang (L) pipa 500 meter :


10,666 x Q1,85
Hf = (
C 1,85 x D4,85
XL )
(Sumber: Sularso,2000: 30-31)
10,666 x 0,131,85
Hf =(1401,85 x 0,176 4,85
X 190 )
Hf = 22,72
5. Julang (Head) belokan
V2
H fS K
2 g

Sebelumnya dicari sudut belokan lengkung pipa dengan rumus :


Kemiringan lereng = Beda tinggi/jarak pemompaan x 360
= 13,7 m/190m x 360
= 25,96
R = jari-jari lengkung belokan (m)

40
D
R
tan 12

0,176
R
tan 12 60

R = 0.30

Maka nilai koefisien belokan adalah


0,176
3, 5
25,96 0,5

K 0,131 1,847 x
2 0,30 90


K 0,131 1,847 0,014
3, 5
x 0,537 0, 5

K = 0,084 meter
V2
H fS K
2g
Jadi,

5,36 2
Hfs 0,084
2 x9,8

= 0,12

Sehingga, total untuk 1 belokkan adalah 0,12

6. Julang (Head) katup isap


Untuk kerugian katup isap dengan saringan, diameter 200 dan pada debit 130
m3/s, nilai f = 10,16

V2
Hi f
2 g

5,36 2
Hi 10,16 x
2 9,8

41
Hi = 14,89 meter

Dengan demikian julang(head) total pada pemompaan dengan debit 468 m3/jam
adalah
H H s Hv H f Hfs H i

H 13,7 1,466 22,72 0,12 14,89

H = 53,216 meter = 53 m

4.5.2 Daerah Tangkapan Hujan (DTH) 2


Berdasarkan data kemajuan penambangan diketahui kedalaman sisi isap
pompa adalah -7,22 meter dan ketinggian sisi keluaran adalah 27 meter, Jumlah
belokan 2, sudut belokan 600 dengan panjang pipa 285 meter Dalam perhitungan
julang total pompa dengan tipe CF 48 H, diketahui spesifikasi pompa
mempunyai debit maksimum yang dapat dilakukan sebesar 130 l/s (0,13 m 3/s
_469 m3/jam) dan maksimum julang total adalah 120 m. pipa penyaluran air yang
digunakan adalah pipa polyethylene tipe PN 10 PE 100. dengan diameter dalam
pipa sebesar 8 inch (200 mm). Katup isap yang digunakan berdiameter 200 mm
dengan menggunakan saringan. Nilai koefisien kekasaran pipa adalah 140 mm
dan koefisien kerugian katup isap adalah 10,16 (tabel G.4 ).
Dalam contoh perhitungan ini dilakukan untuk debit 200 l/s (0,20 m 3/s_ 720
m3/jam). Dengan cara yang sama dilakukan juga perhitungan untuk nilai debit
yang lainnya
SDR =17 (Lampiran Tabel G.3 SDR I.1 Pipa HDPE)

Out diameter (OD)


a. Ketebalan Dinding Pipa=
SDR

200
=11,76 mm
17

b. Maka, untuk menghitung inside diameter sebuah pipa.

42
ID = OD - (2 x Ketebalan dinding pipa)
= 315- (2 x 18,53 )
= 277,94 = 278 mm
1. Kecepatan aliran air dalam pipa
(Q)
V
A

469
V 1
4
d 2

469
V 1
4
3,14 0,176 2

V = 19.287,585 m3/jam

V = 5,36 m3/detik

2. Julang (Head) statis


H sh 2 h1

h s 5,7 27

hs = 32,7 meter

3. Julang Head kecepatan


V2

2 g
Hv =

5,362

2 9,8
=

= 1,466 meter

43
4. Head gesekan
10,666 x Q1,85
Hf =( )
C 1,85 x D4,85
XL

Dimana :
C = Koefisien
Q = laju aliran (m3/s)
D = Diameter Pipa (m)
L = Panjang pipa (m)

Panjang (L) pipa 190 meter :


10,666 x Q1,85
Hf = (C 1,85 x D4,85
XL)
(Sumber: Sularso,2000: 30-31)
10,666 x 0,131,85
Hf =( )
1401,85 x 0,176 4,85
X 285

Hf = 34,22
5. Julang (Head) belokan
V2
H fS K
2g

Sebelumnya dicari sudut belokan lengkung pipa dengan rumus :


Kemiringan lereng = Beda tinggi/jarak pemompaan x 360
= 32,7 m/285 m x 360
= 41,3
R = jari-jari lengkung belokan (m)
D
R
tan 12

0,176
R
tan 12 60

R = 0.30

44
Maka nilai koefisien belokan adalah
0,176
3, 5
41,3 0,5

K 0,131 1,847 x
2 0,30 90


K 0,131 1,847 0,014 x 0,68
K = 0,11 meter
V2
H fS K
2g
Jadi,
5,36 2
Hfs 0,11
2 x 9,8

= 0,16

Sehingga, total untuk 1 belokkan adalah 0,16

7. Julang (Head) katup isap


Untuk kerugian katup isap dengan saringan, diameter 200 dan pada debit 130
m3/s, nilai f = 10,16

V2
Hi f
2g

5,36 2
Hi 10,16 x
2 9,8

Hi = 14,89 meter

Dengan demikian julang(head) total pada pemompaan dengan debit 720 m3/jam
adalah
H H s Hv H f Hfs H i

H 32,7 1,466 34,22 0,16 14,89

45
H = 83,44 meter = 83 m

4.5.3 Perhitungan Jumlah Pompa


a. Diketahui DTH 1:
Debit Air yang masuk = 0,404 m3/detik
Dalam satu hari = 0,404 m3/detik x 3600 detik x 24
= 34.905,6 m3/jam

Q total
jumlah pompa=
Q pompa

34.905,6 m3 / jam
jumlah pompa=
0,13 m3 /detik 3600 detik 20 jam

Jumlah pompa = 3,73 pompa = 4 pompa

b. Diketahui DTH 2:
Debit Air yang masuk = 0,344 m3/detik
Dalam satu hari =0,344 m3/detik x 3600 detik x 24
= 29.721,6 m3/jam

Q total
jumlah pompa=
Q pompa

29.721,6 m3 / jam
jumlah pompa= 3
0,13 m /detik 3600 detik 20 jam

Jumlah pompa = 3,18 pompa = 3 pompa

4.6 Kolam Pengendapan (Settling Pond)


Air yang mengalir didaerah tambang sudah pasti akan mengandung
lumpur, oleh karena itu diperlukan usaha untuk peningkatan kualitas dari air
tersebut dengan cara menurunkan tingkat kekeruhan airnya. Karena air yang akan
dikeluarkan dari daerah tambang kearah sungai akan melewati daerah pemukiman
masyarakat setempat, dan sebagian dari warga banyak yang menggunakan air
sungai tersebut sebagai sarana kebutuhan hidup mereka. Dan usaha untuk
menurunkan kekeruhan air tersebut adalah dengan cara mengendapkannya di

46
kolam pengendapan (settling pond). Settling pond yang direncanakan berjumlah
dua buah, dimana dari setiap kolam pengendapan menampung debit air dari
sumuran yang berada pada DTH 1 dan 2 serta memiliki dimensi yang sama.

Dari hasil perhitungan persen padatan pada DTH 1 adalah 0,008% dan

persen air 99,992 %, dengan volume padatan yang masuk 0,000032 m3/detik,

DTH 2 adalah 0,008% dan persen air 99,992 %, dengan volume padatan yang

masuk 0,000027 m3/detik. Direncanakan memiliki 4 kompartemen masing-

masing kompartemen dengan ukuran dimensinya 20 m x 17,5 m x 5 m, nantinya


tiap kompartemen akan difungsikan untuk menampung volume lumpur dengan
persentase padatan yang berbeda-beda (Lampiran H).

47

You might also like