Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Abstrak
. Kasus maloklusi pada anak dari tahun ke tahun terus meningkat, sehingga program
pencegahan atau ortodonsi preventif sangat diperlukan. Perawatan maloklusi dalam tahap
pencegahan sangat diperlukan untuk memperhatikan kesehatan antara gigi, tulang dan otot
dalam fungsinya. Kebutuhan perawatan ortodonsi pada suatu populasi digambarkan dengan
alat ukur salah satunya Index of Orthodontic Treatment Need(IOTN). Untuk memengetahui
kebutuhan perawatan ortodonsi digunakan Indeks yang terdiri dari dua komponen yaitu
aesthetic component (AC) dan Dental Health Component (DHC). IOTN dihitung dengan cara
mengambil foto intraoral dari gigi pasien, kemudian hasilnya dicocokan dan dikategorikan
pada salah satu dari sepuluh grade pada komponen foto dari AC , setelah dicocokan
kemudian dilihat apakah ada openbite, overbite, overjet, crossbite, supernumary teeth, dan
hypodontia kemudian hasilnya dikategorikan pada salah satu dari lima grade yang terdapat
dalam DHC
.
PENDAHULUAN
Gigi merupakan investasi bagi kesehatan sepanjang hidup, peranannya cukup besar
dalam mempersiapkan zat makanan sebelum absorpsi nutrisi pada saluran pencernaan,
fungsi estetik dan bicara.Dalam ilmu kedokteran gigi, masalah maloklusi seperti ciri-ciri,
etiologi ataupun perawatannya dibahas lebih spesifik dibidang ortodonsi (Dewi, 2010).
Menurut World Health Organization (WHO) maloklusi adalah cacat atau gangguan
fungsional yang dapat menjadi hambatan bagi kesehatan fisik maupun emosional dari
masalah untuk pasien yaitu, deskriminasi sosial karena masalah penampilan dan estetik
wajah atau dento-fasial masalah dengan fungsi oral, termasuk adanya masalah dalam
dan berbicara, serta terjadi resiko lebih tinggi terhadap trauma, penyakit periodontal, dan
karies (Proffit,2007).
menjadi kurang baik atau mengganggu estetik, baik pada waktu menutup mulut,
berbicara, atau tertawa. Pada anak-anak, kelainan tersebut pada umumnya dapat
menimbulkan cacat muka, sehingga menurunkan daya tarik anak tersebut. Kadang-
Hal inilah yang dapat menimbulkan rasa rendah diri, yang selanjutnya akan
mempengaruhi proses pembentukan diri dengan cara menarik diri, pendiam, atau
pemalu. Untuk itu perawatan maloklusi perlu dilakukan dengan sedini mungkin.
Keadaan gigi seperti ini dapat mempengaruhi psikologis anak tersebut. Orang tua
Perkembangan oklusi dimulai dari periode gigi sulung. Gigi sulung pertama erupsi
pada usia 6-9 bulan dan lengkap pada usia 20-24 bulan. Kemudian, erupsi gigi permanen
pertama terjadi pada usia 6 tahun yang merupakan awal periode gigi campuran. Usia 11-
12 tahun merupakan akhir periode gigi campuran dimana pada usia ini oklusi gigi
permanen telah terjadi sehingga dapat dibuat pemeriksaan oklusal yang akurat. Faktor
herediter, trauma, kehilangan gigi sulung terlalu dini, kebiasaan makan, dan kebiasaan
buruk pada periode gigi sulung sampai gigi permanen dapat menyebabkan maloklusi
(Emmadita, 2011).
Kasus maloklusi pada anak dari tahun ke tahun terus meningkat, sehingga
dalam tahap pencegahan sangat diperlukan untuk memperhatikan kesehatan antara gigi,
tulang dan otot dalam fungsinya (Sakinah, 2008) .Jika anak masih dalam proses tumbuh
kembang, untuk memprediksi keadaan akhir proses tumbuh kembang wajah anak yang
indeks. Ternyata setiap indeks menilai ciri-ciri maloklusi tertentu yang berlainan
sehingga sampai saat ini belum ada metode penilaian yang seragam (Dewanto, 1993)
Maloklusi
Pengertian maloklusi
et.al.,2007)
yang terjadi pada bagian tubuh yang lain, tetapi karena variasi letak gigi mudah
evolusi yang diduga akibat meningkatnya variabilitas gen dalam populasi yang
bercampur dalam kelompok ras. Meningkatnya letak gigi yang berdesakan mungkin
disebabkan tidak adanya atrisi proksimal dan oklusal yang terjadi pada gigi (Rahardjo,
2009)
Etiologi maloklusi
disebabkan oleh faktor-faktor tertentu.Secara garis besar etiologi atau penyebab suatu
suatu maloklusi sukar ditentukan secara tepat etiologinya karena adanya berbagai
oklusi yang normal atau dapat pula diartikan sebagai suatu keadaan yang
menyimpang dari hubungan yang normal. Menurut Moyers penyebab maloklusi ada
a. Faktor keturunan, berupa sistem neuromuscular, tulang, gigi dan bagian lain
b. Gangguan pertumbuhan.
d. Keadaan fisik, seperti pencabutan gigi desidui yang terlalu dini, dan
keseimbangan makanan.
g. Malnutrisi.
IndeksOrtodonsi
dengan batas ambang yang jelas, tingkatan derajat DHC menunjukkan berapa besar
prioritas untuk perawatan, dengan perincian skor 1-2 tidak perlu perawatan/perawatan
overbite, openbite, crossbite, crowding, erupsi palatal yang terhalang, anomali palatal
penampilan gigi-geligi pasien melalui sebuah skala fotograf, dimana terdapat 10 poin
yang menunjukkan tingkatan penampilan gigi-geligi yang secara estetik terlihat paling
menarik dan 10 foto berwarna mewakili gigi-geligi yang secara estetik paling tidak
susunan normal dan oklusi. Indeks ini dibuat untuk mengukur efektivitas atau hasil
dari perawatan ortodonsi dibandingkan oklusi pada model sebelum perawatan dan
setelah perawatan. Indeks PAR mempunyai lima komponen (Dewanto, 1993), adalah
b. Oklusibukal.
c. Overjet.
d. Overbite.
Index of Complexity, Outcome and Need (ICON) ini bias dikatakan gabungan
dari indeks IOTN dan indeks PAR. Penilaian metode secara kuantitatif. ICON terdiri
b. Crossbite
d. Overbite
anterior spacing, largest anterior irregularity (mandibula dan maksila) dan hubungan
d. Diastema.
h. Overjetanterior mandibular.
i. Vertikal anterior openbite.
Ciri-ciri maloklusi yang dinilai dengan metode ini ialah letak gigi berjejal,
kelainan interdigitasi tonjol gigi posterior, overbite, overjet. Kriteria penilaian dengan
1 = letak gigi berjejal sama dengan lebar gigi insisivus satu kanan bawah.
2 = letak gigi berjejal sama dengan lebar gigi insisivus satu kanan bawah.
3 = letak gigi berjejal lebih besar dari lebar gigi insisivus satu kanan bawah.
OFI (2) di nilai pada interdigitasi tonjol gigi dilihat pada region gigi premolar
dan molar sebelah kanan dari arah bukal, dalam keadaan oklusi.
OFI (3) di nilai padaoverbite, ukuran panjang bagian insisal gigi insisivus
OFI (4) di nilai pada overjet, jarak dari tepi labio-insisal gigi insisivus atas ke
0 = 0-1,5 mm
1 = 1,5-3 mm
2 = 3 mm atau lebih
Skor total didapat dengan menjumlahkan skor keempat macam ciri utama
maloklusi tersebut di atas. Skor OFI setiap individu berkisar antara 0-9. OFI (1) = 3,
Penilaian dapat dilakukan dengan model gigi atau langsung dalam mulut.
Waktu yang diperlukan untuk menilai hanya kurang lebih 1- 2 menit bagi setiap
individu.
Skor 1 - 3 = maloklusi ringan = ada sedikit variasi dari oklusi ideal yang tidak perlu
dirawat.
(1) Rotasi 45
Pada metode penilaian ini gigi geligi dibagi menjadi 6 segmen yaitu segmen
depan atas, kanan atas, kiri atas, depan bawah, kanan bawah, dan kiri bawah. Skor
tiap segmen didapat dengan menjumlahkan skor tiap segmen. Jadi untuk 32 gigi skor
Mal I berkisar antara 0-64. Tetapi dalam praktek hanya sedikit individu yang skornya
Alat ukur yang dipakai adalah penggaris plastik kecil dengan ukuran 1 x 4
inci, ujung penggaris miring 45 derajat, dan diatas ujung yang lain diberi tanda garis
HLD indeks disusun dengan maksud untuk diajukan sebagai cara penilaian
yang obyektif bagi epidemiologi maloklusi. Ciri-ciri maloklusi yang dinilai pada
metode ini ialah meliputi 9 macam ciri maloklusi di mana 2 di antaranya merupakan
ciri khas yang dapat menentukan adanya cacat muka. Macam ciri maloklusi yang
1. Celah langit.
3. Overjet.
4. Overbite.
5. Protrusimandibula.
6. Openbite.
8. Crowding anterior.
9. Penyimpangan labio-lingual.+
yang dicatat dan diskor terdaftar dalam HMAR sebagai berikut (Dewanto, 1993):
2) Kelainan hubungan gigi kedua rahang dalam keadaan oklusi(Inter arch deviation)
Penilaian dapat dilakukan pada model gigi atau dalam mulut. Di samping
pengisian HMAR juga dilakukan pencatatan pada lembar SOAR (Supplementary Oral
Assessment Record). Jika penilaian dilakukan dalam mulut, sebelum mencatat ciri-ciri
didasarkan atas konsep bahwa maloklusi itu tidak merupakan suatu keadaan yang
sederhana tetapi lebih merupakan suatu seri kelainan yang berbeda-beda walapun satu
Cara menilai dan memberi skor ciri-ciri maloklusi dengan TPI sebagai berikut
5) Posterior cross-bite
6) Tooth displacement
10. Occlusal Index (OI)
Pada metode ini ada 9 ciri khas oklusi yang dinilai yaitu :
3. Overbite.
4. Overjet.
ini mempunyai dua komponen yaitu DHC (Dental Health Component) dan AC
(Aesthetic Component). Skor akhir didapat dari rerata DHC dan AC (Rahardjo, 2012).
fungsi dan kesehatan gigi dalam jangka panjang.Gambaran gejala maloklusi yang
paling parah dicatat dan dikategorikan pada salah satu dari lima grade yang
misalnya terdapat gigi berdesakan disertai overjet dan overbite yang besar, tetapi pada
indeks ini hanya satu gambaran maloklusi yang terparah saja yang dicatat sehingga
tidak ada efek kumulatif. Terdapat alternatif untuk memilih salah satu dari keadaan
a. Overjet adalah jarak antara tepi insisal gigi insisif rahang atas dengan permukaan
labial dari gigi insisif rahang bawah yang diukur secara horizontal. Pada DHC,
b. Overbite adalah jarak antara tepi insisal rahang atas terhadap tepi insisal rahang
bawah yang diukur secara vertikal, yang ditandai dengan sub divisi f
c. Cross bite merupakan hubungan yang abnormal dalam arah labiolingual atau
bukolingual yang melibatkan satu gigi atau lebih terhadap satu gigi atau lebih
d. Open bite adalah tidak adanya kontak vertikal antara gigi di rahang atas dengan
e. Reverse overjet adalah jarak antara tepi insisal gigi insisif rahang atas dengan gigi
insisif rahang bawah jika insisif rahang atas oklusi dengan permukaan lingual
g. Supernumerary teeth adalah kelebihan gigi di dalam deretan lengkung gigi, yang
2. Hypodontia dengan implikasi restorasi (lebih dari 1 kehilangan gigi pada kuadran)
4. Overjet lebih dari 3,5 mm dengan gangguan pengunyahan dan kesulitan bicara
5. Defek atau celah bibir dan palatum dan anomali kraniofasial lainnya
Kelas 4 (Butuh)
2. Peningkatan overjet lebih dari 6mm tetapi kurang dari atau sama dengan 9mm.
3. Overjet lebih dari 1mm tetapi kurang dari 3,5mm dengan keluhan gangguan
4. Gigitan silang anterior atau posterior diskrepansi lebih besar dari 2mm diantara
5. Gigitan silang posterior dengan tidak adanya fungsi kontak oklusal dalam satu
7. Ekstrim lateral atau anterior open bite lebih besar dari 4mm.
Kelas 3 ( Sedang)
1. Peningkatan overjet lebih besar dari 3,5mm tetapi kurang dari atau sama dengan
2. Overjet lebih besar dari 1mm tetapi kurang dari atau sama dengan 3,5mm.
3. Gigitan silang anterior atau posterior lebih besar dari 1mm tetapi kurang dari atau
sama dengan 1mm diskrepansi diantara retrusi titik kontak dan posisi intercucpal.
4. Pergeseran titik kontak lebih besar dari 2mm tetapi kurang dari atau sama dengan
4mm.
5. Lateral atau anterior open bite lebih besar dari 2mm tetapi kurang dari atau sama
dengan 4mm.
6. Deep overbite complete pada gingiva atau jaringan palatal tetapi tanpa trauma.
Kelas 2 (Ringan)
1. Peningkatan overjet lebih besar dari 3,5mm tetapi kurang dari atau sama dengan
2. Overjet lebih besar dari 0mm tetapi kurang dari atau sama dengan 1mm.
3. Gigitan silang anterior atau posterior kurang dari atau sama dengan 1mm
4. Pergeseran titik kontak lebih besar dari 1mm tetapi kurang dari atau sama dengan
2mm.
5. Anterior atau posterior open bite lebih besar dari 1mm tetapi kurang dari atau
6. Peningkatan overbite lebih besar dari atau sama dengan 3,5mm tanpa kontak
gingival.
1. Ekstrim minor maloklusi termasuk pergeseran titik kontak kurang dari 1mm.
Aesthetic Component.
yang mungkin berdampak pada kondisi psikososial pasien. AC terdiri dari satu set
foto standar yang disusun berdasarkan grade dari 1 sampai 10.Grade satu berarti
dalam keadaan oklusi dan dibandingkan dengan foto yang ada dilihat dari aspek
DAFTAR PUSTAKA
Dewanto H., 1993, Aspek-aspek Epidemiologi Maloklusi, Ed. Ke-1, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Dewi O. 2010, Analisi Hubungan Maloklusi dengan Kualitas Hidup Remaja SMU Kota
Medan 2007, Tesis, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, Sumatera
Utara.
Hagg U, McGrath C, Zhang M. 2007, 25 Maret 2013, Quality of life and orthodontic treatment
need related to occlusal indices. [ Dental Bulletin], [serial online]. Available:URL,
http://www.fmshk.org/database/articles/03db02.pdf.
Nofrizal N. 2012, Persepsi Estetika Dental Antara Orang Awam dengan Ortodonsis
Berdasarkan Aesthetic Component dari IOTN, Tesis, Universitas Indonesia, Jakarta.
Proffit W.R., 2007, Contemporary Orthodontics, 4th ed., Mosby Inc, Canada.
Shaw WC., Richmond S., 1995, The us of occlusal indices : a European perspective, Am
J OrthodDentofacialOrthop, hal. 107.
Welbury R. R., 2001, Pediatric Dentistry, 2nd., Oxford University Press, New York, hlm.
299