You are on page 1of 5

PROBIOTIK dan MEDITERANNEAN DIET (MedDiet) pada KEGEMUKAN

Oleh : dr Nanny Djaja. MS. Sp GK

Latar Belakang
Sejumlah penelitian terkini mengungkap faktor yang menyebabkan obesitas
yang berasal dari triliunan mikroba dalam usus yang disebut sebagai mikrobiota usus.
Mikrobiota usus adalah populasi mikroba yang menetap di sepanjang saluran
pencernaan manusia.1 Ketidakseimbangan mikrobiota saluran cerna (disbiosis)
sebagai pemicu terjadinya kegemukan dan resitensi insulin. Ketidakseimbangan
mikrobiota saluran cerna tersebut adalah berkurangnya bakteri yang menguntungkan
dan meningkatnya bakteri patogen. Penderita obesitas mempunyai kecenderungan
mempunyai rasio Firmicutes/Bacteroidetes yang lebih tinggi daripada individu non-
obesitas.2 Pada penelitian pada penderita obesitas juga ditemukan penurunan
Lactobacillus / Leuconostoc / Pediococcus dan Bifidobacterium. 1 Atas dasar tersebut,
maka pemberian diet yang tepat dan probiotik dapat menyeimbangkan komposisi
mikrobiota usus sehingga dapat menurunkan berat badan.

Probiotik
Probiotik didefinisikan sebagai suplemen makanan atau minuman yang
mengandung mikroorganisme hidup yang dapat memberikan manfaat bagi kesehatan
tubuh. Bakteri probiotik yang paling banyak dikonsumsi adalah bakteri yang
memproduksi asam laktat seperti Lactobacillus dan Bifidobacterium. Mekanisme
probiotik meningkatkan fungsi kekebalan tubuh adalah dengan cara meningkatkan
integritas mukosa usus, meningkatkan produksi antibodi, bersifat antagonis pada
mikroorganisme patogen dan mengurangi energi harvest.

Diet Mediterania
Diet Mediterania merupakan suatu bentuk diet (pengaturan konsumsi makanan)
yang terdapat di Eropa bagian daerah Mediterania yang meliputi beberapa negara
seperti Yunani, Italia khususnya bagian selatan, Spanyol dan Prancis pada tahun
1960an. Diet ini dicirikan dengan konsumsi banyak sayur-sayuran dan buah-buahan,
roti gandum, kacang-kacangan, minyak zaitun (olive oil) sebagai sumber utama
lemak, konsumsi keju, yoghurt, ikan dalam jumlah rendah hingga sedang, telur
maksimal 4 kali seminggu, daging merah dalam jumlah rendah, dan wine dalam
jumlah rendah hingga sedang.3,4,5 Selain itu, pemrosesan makanan secara minimal
diterapkan dalam diet Mediterania agar kandungan serat, antioksidan, dan
mikronutrien lainnya tetap terjaga. Diet Mediterania dapat dirangkum dalam suatu
bentuk piramida makanan sebagai berikut.

Piramida diet Mediterania7

Dari piramida tersebut dibagian teratas adalah konsumsi daging dalam jumlah
terbatas. Daging tidak mengandung serat dan hanya mengandung sedikit antioksidan.
Daging yang dimaksudkan di sini termasuk daging sapi, babi, dan kambing yang
dikonsumsi dalam jumlah rendah. Kemudian dibaris kedua terdapat produk-produk
hewani seperti ayam, telur, keju dan yoghurt yang dikonsumsi 0 hingga 4 kali dalam
seminggu. Di tangga ketiga dari piramida yaitu makanan laut khususnya ikan.
Konsumsi ikan dan makanan laut lainnya dianjurkan minimal 2 kali dalam
seminggu6. Dalam ikan diketahui terkandung asam lemak tak jenuh jamak atau
PUFA. PUFA ini berguna meningkatkan proteksi terhadap hipertensi17. Tentunya hal
ini bermanfaat mengurangi faktor risiko dari PJK.
Sedangkan pada tangga keempat dapat dilihat ada sayur-sayuran, buah-buahan,
kacang-kacangan, roti gandum dan berbagai bumbu dapur serta minyak zaitun.
Dalam minyak zaitun terkandung asam lemak tak jenuh tunggal atau MUFA serta
sebagai sumber antioksidan yaitu vitamin E. Minyak zaitun memberikan efek positif
bagi kesehatan termasuk mengurangi risiko PJK7 sebab MUFA yang terkandung
dalam minyak zaitun dapat meningkatkan kolesterol HDL serta menurunkan
kolesterol LDL yang menjadi salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner. Sayur
dan buah kaya akan serat dan vitamin serta mineral yang memberikan perlindungan
terhadap proses oksidatif. Kacang-kacangan mengandung flavonoid, isoflavonoid,
fitosterol yang dapat mengurangi lipid plasma.
Terakhir pada dasar piramida terlihat gambar orang sedang beraktivitas.
Aktivitas fisik juga merupakan salah satu hal penting dari diet Mediterania. Sebuah
penelitian dalam The New England Journal of Medicine juga menyatakan bahwa
MedDiet dan diet rendah karbohidrat dapat menurunkan berat badan dengan efektif
yakni sebesar 4.4 kg dan 4.7 kg bila dibandingkan dengan diet rendah lemak yang
berhasil menurunkan berat badan sebesar 2.9 kg.8 Bukti ini menyebabkan MedDiet
dapat dipakai sebagai pilihan untuk mengurangi berat badan pada penderita obesitas
karena MedDiet juga menunjukkan kontrol glikemik yang baik.
Selain Probiotik (Mega Acidophylus) dan menjalani MedDiet, supplemen
yang dapat membantu menurunkan berat badan adalah Garcinia Cambodia
(membantu mengurangi keinginan makan, Chitosan (mengikat lemak makanan di
dalam saluran pencernaan), Psyllium seed Husk (serat makanan membantu
memberikan rasa kenyang), Senna (tumbuhan laxative ringan sd sedang), Green tea
ekstrak (antioksidan dan membantu mengurangi lemak tubuh), Sunflower Oil
(Conjugated Linoleic acid/CLA) membantu mengurangi lemak tubuh, Buffer C (1000
mg) membantu meningkatkan metabolisme lemak, L Carnitine (membantu
transporter lemak ke dalam sel mitokondria untuk pembakaran energi). Coenzim Q-
10 untuk membantu meningkatkan energi seluler, dsb

DAFTAR PUSTAKA

1. DiBaise JK, Zhang H, Crowell MD, Krajmalnik-Brown R, Decker A, Rittman


BE. 2008. Gut microbiota and its possible relationship with obesity. In: Mayo Clin
Proc 83(4): 460-469.
2. Cani PD, Amar J, Iglesias MA. 2007. Metabolic endotoxemia initiates obesity
and insulin resistance. In: Diabetes 56(7): 1761-1772.
3. Elizabeth N dan Barunwald E. A Tale of Coronary Artery Disease and Myocardial
Infarction. The New England Journal of Medicine. 2012; 366: 54-63.
http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJMra1112570. [26 Juni 2012].
4..Logan K et al. Symposium on Dietary management of disease: Evidence for the
use of the Mediterranean diet in patients with CHD. Proceeding of the Nutrition
Society.2009;69:45-60.
http://journals.cambridge.org/download.php?file=%2FPNS%2FPNS69_01%2FS
0029665109991856a.pdf&code=f97c3096438aa0f0535dff80e4f96db5.[18Maret
2012].
5. Willett C et al. Mediterranean diet pyramid: a cultural model for healthy eating.
The American Journal of Clinical Nutrition. 1995; 61(suppl): 1402-1406.
http://www.ajcn.org/content/61/6/1402S.full.pdf. [18 Maret 2012].
6. Ortega RM. Importance of functional foods in the Mediterranean diet. Public
Health Nutrition. 2006; 9(8A): 1136-1140.
http://journals.cambridge.org/download.php?file=%2FPHN%2FPHN9_8A%2FS
1368980007668530a.pdf&code=e76cf13a2db3636eead73b8e039e5e6c. [19
Maret 2012].
7. Defoort C. et al. The Medi-RIVAGE study: reduction of cardiovascular disease
risk factors after a 3-mo intervention with a Mediterranean-type diet or a low-fat
diet. The American Journal of Clinical Nutrition. 2005; 82: 964-971.
http://www.ajcn.org/content/82/5/964.full.pdf. [12 Maret 2012].
8. Schwarzfuchs D, Henkin Y, Shahar DR, Witkow S, Greenberg I, Golan R, et al.
Weight Loss with a Low-Carbohydrate, Mediterranean, or Low-Fat Diet. The New
England Journal of Medicine. 2008 Jul 17;359(3):22941.

You might also like