Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
mengetahui sifat dan karakteristik mineral magnetik penyusunnya yang dianalisa
menggunakan teknik VSM dan XRD, yang selanjutnya akan diolah menjadi
magnet ferit. Bahan ferit yang disintesis adalah Stronsium ferit, dengan
pertimbangan bahwa ferit jenis ini memiliki sifat magnetik yang baik serta bahan-
bahannya relatif terjangkau untuk diperoleh.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
2.2 Sifat Kemagnetan Bahan
Menurut sifatnya terhadap adanya pengaruh kemagnetan, bahan dapat
digolongkan menjadi 5 yaitu ; bahan diamagnetik, bahan paramagnetik, bahan
feromagnetik, bahan antiferomagnetik, dan bahan ferrimagnetik.
2.2.1 Bahan Diamagnetik
Bahan diamagnetik adalah bahan yang resultan medan magnet atomis
masing-masing atom atau molekulnya nol, tetapi orbit dan spinnya tidak nol [1].
Bahan diamagnetik tidak mempunyai momen dipol magnet permanen. Jika bahan
diamagnetik diberi medan magnet luar, maka elektron-elektron dalam atom akan
berubah gerakannya sedemikian hingga menghasilkan resultan medan magnet
atomis yang arahnya berlawanan. Bahan dapat bersifat magnet apabila susunan
atom dalam bahan tersebut mempunyai spin elektron yang tidak berpasangan.
Dalam bahan diamagnetik hampir semua spin elektron berpasangan. Akibatnya
bahan ini tidak menarik garis gaya. Permeabilitas bahan diamagnetik adalah
< 0 dan suseptibilitas magnetiknya Xm< 0 . Contoh bahan diamagnetik
yaitu bismut, perak, emas, tembaga dan seng.
2.2.2 Bahan Paramagnetik
Bahan Paramagnetik adalah bahan yang resultan medan magnet atomis
masing- masing molekulnya tidak nol, tetapi resultan medan magnet atomis total
seluruh atom/molekul dalam bahan nol [1] . Bahan ini jika diberi medan magnet
luar, maka elektron-elektronnya akan berusaha sedemikian rupa sehingga resultan
medan magnet atomisnya searah dengan medan magnet luar. Sifat ini
ditimbulkan oleh momen magnetik spin yang menjadi terarah oleh medan
magnet luar. Pada bahan ini, efek diamagnetik (efek timbulnya medan magnet
yang melawan medan magnet penyebabnya) dapat timbul, tetapi pengaruhnya
sangat kecil. Permeabilitas bahan diamagnetik adalah > 0 dan suseptibilitas
magnetiknya Xm> 0 . Contoh bahan paramagnetik yaitu alumunium,
magnesium, wolfram dan sebagainya.
4
(a) (b)
Gambar 2.1 Arah domain dalam bahan paramagnetik sebelum(a)
dan sesudah (b) diberi medan magnet luar.
2.2.3 Bahan Feromagnetik
Bahan ferromagnetik adalah bahan yang mempunyai resultan medan
atomis besar [1]. Hal ini terutama disebabkan oleh momen magnetik spin
elektron. Pada bahan ferromagnetik banyak spin elektron yang tidak berpasangan,
misalnya pada atom besi terdapat empat buah spin elektron yang tidak
berpasangan. Masing-masing spin elektron yang tidak berpasangan ini akan
memberikan medan magnetik, sehingga total medan magnetik yang dihasilkan
oleh suatu atom lebih besar. Medan magnet dari masing-masing atom dalam
bahan ferromagnetik sangat kuat, sehingga interaksi diantara atom-atom
tetangganya menyebabkan sebagian besar atom akan mensejajarkan diri
membentuk kelompok-kelompok. Kelompok atom yang mensejajarkan dirinya
dalam suatu daerah dinamakan domain. Bahan feromagnetik sebelum diberi
medan magnet luar mempunyai domain yang momen magnetiknya kuat, tetapi
momen magnetik ini mempunyai arah yang berbeda-beda dari satu domain ke
domain yang lain sehingga medan magnet yang dihasilkan tiap domain saling
meniadakan.
(a) (b)
Gambar 2.2 Arah domain-domain dalam bahan ferromagnetik sebelum
(a) dan sesudah (b) diberi medan magnet luar [13].
5
Setelah seluruh domain terarahkan, penambahan medan magnet luar tidak
memberi pengaruh apa-apa karena tidak ada lagi domain yang disearahkan.
Keadaan in dinamakan jenuh atau keadaan saturasi. Permeabilitas bahan
feromagnetik adalah > 0, dan suseptibilitas bahan feromagnetik adalah
Xm >0 . Contoh bahan feromagnetik dalah besi, baja, besi silikon, dan lain-
lain.
2.2.4 Bahan Antiferomagnetik
Jenis ini memiliki arah domain yang berlawanan arah dan sama pada kedua
arah. Arah domain magnet tersebut berasal dari jenis atom sama pada suatu
kristal. Contohnya MnO, MnS, dan FeS. Pada unsur dapat ditemui pada unsur
cromium, tipe ini memiliki arah domain yang menuju dua arah dan saling
berkebalikan. Jenis ini memiliki temperature curie yang rendah sekitar 37C
untuk menjadi paramagnetik.
6
2.3 Kurva Histerisis
Untuk bahan ferromagnetik magnetisasi bahan M tidaklah berbanding
lurus dengan intensitas magnet H. Hal ini tampak dari kenyataan bahwa harga
suseptibilitas magnetik m bergantung dari harga intensitas magnet H. Bentuk
umum kurva medan magnet B sebagai fungsi intensitas magnet H terlihat
pada gambar 2 kurva B(H) seperti ini disebut kurva induksi normal.
mempunyai harga Br 0. Jadi apabila arus pada toroida dimatikan (I=0) maka
7
dalam bahan masih tersimpan fluks induksi. Harga Br ini disebut dengan induksi
remanen atau remanensi bahan.
Pada gambar 2.6 tampak bahwa setelah mencapai nol harga intensitas
magnet H dibuat negatif (dengan membalik arus lilitan), kurva B(H) akan
memotong sumbu pada harga Hc. Intensitas Hc inilah yang diperlukan untuk
membuat rapat fluks B=0 atau menghilangkan fluks dalam bahan. Intensitas
magnet Hc ini disebut koersivitas bahan. Bila selanjutnya harga diperbesar pada
harga negatif sampai mencapai saturasi dan dikembalikan melalui nol, berbalik
arah dan terus diperbesar pada harga H positif hingga saturasi kembali,
maka kurva B(H) akan membentuk satu lintasan tertutup yang disebut kurva
histeresis. Bahan yang mempunyai koersivitas tinggi kemagnetannya tidak mudah
hilang Bahan seperti itu baik untuk membuat magnet permanen.
2.4 Magnet keramik
Keramik adalah bahan-bahan yang tersusun dari senyawa anorganik bukan
logam yang pengolahannya melalui perlakuan dengan temperatur tinggi.
Kegunaannya adalah untuk dibuat berbagai keperluan desain teknis khususnya
dibidang kelistrikan, elektronika, mekanik dengan memanfaatkan magnet
keramik sebagai magnet permanen, dimana material ini dapat menghasilkan
8
medan magnet tanpa harus diberi arus listrik yang mengalir dalam sebuah
kumparan atau solenoida untuk mempertahankan medan magnet yang
dimilikinya. Disamping itu, magnet permanen juga dapat memberikan medan
yang konstan tanpa mengeluarkan daya yang kontinyu. Bahan keramik yang
bersifat magnetik umumnya merupakan golongan ferit, yang merupakan oksida
yang disusun oleh hematit (-Fe2O3) sebagai komponen utama. Bahan ini
menunjukkan induksi magnetik spontan meskipun medan magnet dihilangkan.
Material ferit juga dikenal sebagai magnet keramik, bahan itu tidak lain adalah
oksida besi yang disebut ferit besi (ferrous ferrite) dengan rumus kimia MO.
(Fe2O3)6, dimana M adalah Ba, Sr atau Pb.
9
(
a) (b) ( c)
(d)
Gambar 2.8 (a) Magnet loudspeaker keramik, (b) dan (c) Motor listrik kecil
(d) Taconite iron core [7]
Massa mineralmagnetik
MM= x 100 % ...........................................
Massa total pasir besi
(2.1)
10
Vibrating sampel magnetometer merupakan perangkat yang bekerja untuk
menganalisis sifat kemagnetan suatu bahan. Alat ini ditemukan oleh Simon
Foner pada tahun 1955 di Laboratorium Lincoln MIT.
3. Pick-up coil
4. Sensor hall
5. Sensor kapasitas
11
Gambar 2.10 Prinsip kerja vibrating sampel magnetometer (VSM).
Sinar-x ditemukan pertama kali oleh Wilhelm Conrad Rontgen pada tahun
1895. Karena pada saat itu asalnya tidak diketahui maka disebut sinar-x . Sinar-x
digunakan untuk tujuan pemeriksaan yang tidak merusak pada material
maupun manusia. Disamping itu, sinar -x dapat juga digunakan untuk
menghasilkan pola difraksi tertentu yang dapat digunakan dalam
analisis kualitatif dan kuantitatif material. Pada waktu suatu material dikenai
sinar-x, maka intensitas sinar yang ditransmisikan lebih rendah dari
intensitas sinar datang. Hal ini disebabkan adanya penyerapan oleh
material dan juga penghamburan oleh atom-atom dalam material tersebut.
Berkas sinar -x yang dihamburkan tersebut ada yang saling menghilangkan
karena fasanya berbeda dan ada juga yang saling menguatkan karena
fasanya sama. Berkas sinar -x yang saling menguatkan itulah yang disebut
12
sebagai berkas difraksi. Hukum Bragg merupakan perumusan matematika
tentang persyaratan yang harus dipenuhi agar berkas sinar -x yang
dihamburkan tersebut merupakan berkas difraksi. Sinar -x dihasilkan dari
tumbukan antara elektron kecepatan 3 tinggi dengan logam target. Dari
prinsip dasar ini, maka dibuatlah berbagai jenis alat yang memanfaatkan
prinsip dari hukum Bragg ini. XRD atau x-ray diffraction merupakan salah
satu alat yang memanfaatkan prinsip tersebut dengan menggunakan metoda
karakterisasi material yang paling tua dan paling sering digunakan hingga
sekarang. Teknik ini digunakan untuk mengidentifikasi fasa kristalin dalam
material dengan cara menentukan parameter struktur kisi serta untuk
mendapatkan ukuran partikel.
13
1. XRD terdiri dari tiga bagian utama, yaitu tabung sinar-x, tempat
objek yang diteliti, dan detektor sinar-x .
14
BAB III
PEMBAHASAN
Gambar 3.1 skema ekstraksi bahan magnet dari pasir besi [3]
Pasir besi dari hasil pemisahan inilah yang disebut dengan sampel penelitian.
Sampel ini kemudian ditimbang kembali untuk melihat berapa persentase mineral
magnetik dari pasir besi. Selanjutnya setiap sampel dicampurkan dengan silicon
glass sealant agar posisi mineral magnetik di dalam pasir besi tetap atau tidak
berubah. Komposisi campurannya adalah 1 g sampel dengan 6 g sicon glass
sealant. Sampel yang telah dicampur dimasukkan kedalam kontainer dan diberi
lilin mainan (malam) agar posisi sampel tidak berubah [4]. Untuk penelitian
dalam jumlah yang banyak biasanya digunakan irond sand separator untuk
memisahkan fraksi magnetik dengan non-magnetik. Perbedaaan kedua metode
15
tersebut hanya terletak pada skala kuantitas. Setelah semua perlakuan tersebut
kemudian dianalisis jenis mineralnya dengan metode difraksi sinar X. Nilai
suseptibilitas yang didapat merupakan nilai suseptibilitas hasil pengukuran dari
alat dan belum merupakan nilai suseptibilitas yang sebenarnya.
Dari hasil uji XRD dapat ditentukan suseptibilitas dari mineral magnetik
tersebut. Klasifikasi mineral magnetik menurut selang nilai suseptibilitasnya yaitu
terdiri dari hematit ( F e 2 O3 ) dengan rentang nilai 10 x 108 m3 /kg s/d
760 x 108 m3 /kg, magnetit ( F e 3 O 4 ) dengan rentang nilai 2 x 104 m3 /kg
s/d 14 x 104 m3 /kg,dan maghemit ( F e2 O 3 ) dengan rentang nilai 4 x
104 m3 /kg s/d 5 x 104 m3 /kg [10]. Dengan menggunakan perangkat VSM
(vibrating sample magnetometer ) dapat diketahui sifat atau karakteristik dari
mineral magnetik yang terdapat di dalam pasir besi. Berdasarkan sifat
kemagnetannya yaitu diamagnetic, paramagnetic, ferromagnetik,
antiferomagnetik. Bahan dengan sifat diamagnetik mempunyai kerentanan
magnetic (k) negative dan sangat kecil, bahan dengan sifat paramagnetik
16
mempunyai nilai kerentanan magnetic (k) positif dan kecil dari 1 dimana nilai k
juga bergantung pada temperature, sedangkan bahan bersifat ferromagnetic dan
antiferomagnetik mempunyai nilai k yang positif dan lebih besar dari bahan
paramagnetik. Pada penelitian terdahulu Bilalodin melaporkan hasil perhitungan
nilai suseptibilitas magnetik dari pasir besi Pantai Logending Kabupaten
6 3
Kebumen diperoleh 0,28 x 10 m /kg. Nilai suseptibilitas tersebut termasuk
dalam rentang nilai hematit ( F e 2 O3 ). Dari hasil karakterisasi sampel
menggunakan VSM telah diperoleh kurva histerisis hubungan medan magnet
(tesla) versus magnetisasi (emu/gram), seperti ditunjukan pada gambar berikut:
Gambar 3.2 Karakteristik kurva histeresis pasir besi Pantai Logending [3]
Dari nilai suseptibilitas menunjukkan bahwa mineral magnetik pasir besi dari
Pantai Logending termasuk dalam kategori paramagnetik karena memiliki nilai
supsetibilitas yang lebih kecil dari 1.
o
proses oksidasi pada temperatur 800 C dan Stronsium Karbonat (SrCO3)
berstandar proanalis produk merck yang dijual bebas di pasaran. Stronsium Ferit
17
dibentuk dengan metode serbuk, artinya bahan baku yang digunakan berupa
serbuk. Mineral hematit dari pasir besi dicampurkan dengan stronsium karbonat
dengan perbandingan tertentu (blending). Pencampuran dilakukan dengan
menggiling secara basah, hal ini dikarenakan untuk menghindari penempelan
dan memadatnya bahan pada dinding dan bola-bola penggiling yang bisa
menyebabkan proses penggilingan tidak efektif. Proses ini dilakukan selama 6
jam dalam Ball milling ditambah alkohol dengan massa 60 % dari bahan padatan
yang digiling. Hasil penggilingan diendapkan dan dikeringkan. Pengeringan
o
dilakukan dengan menggunakan oven pada temperatur 110 C selama 1 jam,
hal ini bertujuan untuk menghilangkan alkohol yang masih ada. Sampel yang
telah kering kemudian disaring 400 mesh. Tahap berikutnya adalah kalsinasi.
Kalsinasi dimaksudkan untuk memulai proses pembentukan ferit :
MO + nFe2O3 MO.nFe2O3
o
Kalsinasi dilakukan pada temperatur 1200 C selama 3 jam, sebelum mencapai
o o
temperatur 1200 C, lebih dahulu ditahan pada temperatur 800 C selama 0,5
jam. Hasil dari kalsinasi digerus dengan mortar. Tahap selanjutnya adalah
0
sintering dengan suhu 1250 C selama 1 jam Sebagai tahap finishing, sampel
hasil sintering dipoles dengan cara diamplas dengan amplas 800 cc dan 1000
cc.
18
nilai energi produk maksimum (BH)maks. Untuk melihat kualitas hasil
penelitian, data hasil karakterisasi struktur mikroskopis dan sifat kemagnetan
Stronsium Ferit dibandingkan dengan data karakteristik Stronsium Ferit produk
komersial.
Pasir Besi
Stronsium Karakterisasi
Ferit
19
BAB IV
KESIMPULAN
20
21