You are on page 1of 7

Runa Wiranurrachman | 4251131401

Proses penuaan jaringan lunak rongga mulut

1. Mukosa,
Terjadi perubahan pada struktur, fungsi dan elastisitas jaringan mukosa mulut.
Gambaran klinis jaringan mukosa mulut lansia tidak berbeda jauh dengan
individu muda, tetapi riwayat adanya trauma, penyakit mukosa, kebiasaan
merokok, dan adanya gangguan pada kelenjar ludah dapat mengubh
gambran klinis
Gambaran histologis jaringan mukosa mulut yaitu trjadi penipisan epitel,
penurunan proliferasi seluler, hilangnya lemak dan elastisitas submukosa,
meningkatnya jaringan ikat fibrotik yang disertai perubahan degenerati
kolagen.
Perubahan struktural tersebut disertai dengan permukan yang halus,
kering, dan tampak tipis, seta hilangnya stippling dan elastisitas mukosa.
Perubahan tersebut meningkatkan predisposisi mukosa terhadap trauma dan
infeksi

2. Lidah
- Tonus lidah mengalami penurunan tapi ukurannya tidak berubah kecuali pada
orang yang
kehilangan giginya
- Papilla lidah berkurang demikian juga ukurannya. Diprediksi bahwa 65% taste
bud hilang pada umur
80 tahun.
-Tampak bercelah dan beralur atau ada pula yang tampak berambut
-Varikositas pada ventral lidah tampak jelas.
- Manifestasi yang sering terlihat adalah atrofi papil lidah dan terjadinya fisura-
fisura. Sehubungan dengan ini maka terjadi perubahan persepsi terhadap
pengecapan. Akibatnya orang tua sering mengeluh tentang kelainan yang
dirasakan terhadap rasa tertentu misalnya pahit dan asin. Dimensi lidah
biasanya membesar dan akibat kehilangan sebagian besar gigi, lidah
besentuhan dengan pipi waktu mengunyah, menelan dan berbicara.

3. Kelenjar Saliva
- Kecepatan aliran saliva rendah
- Biosintesis protein menurun karena sel-sel asinus mengalami atropi
sehingga jumlah protein saliva menurun
- Xerostomia, aliran saliva berkurang karena menurunya jumlah jaringan
asihan yang sebanding
dengan ductus dan connective tissue
Fungsi kelenjar saliva yang mengalami penurunan merupakan suatu
keadaaan normal pada proses penuaan manusia. Lansia mengeluarkan
jumlah saliva yang lebih sedikit pada keadaan istirahat, saat berbicara,
maupun saat makan. Keluhan berupa xerostomia atau mulut kering sering
ditemukan pada orang tua daripada orang muda yang disebabkan oleh
perubahan karena usia pada kelenjar itu sendiri.
Berdasarkan penelitian terjadinya degenerasi epitel saliva, atrofi,
hilangnya asini dan fibrosis terjadi dengan frekuensi dan keparahan yang
meningkat dengan meningkatnya usia. Secara umum dapat dikatakan bahwa
saliva nonstimulasi (istirahat) secara keseluruhan berkurang volumenya
pada usia tua.

4. Ligamen Periodontal
Perubahan pada ligamen periodontal yang berkaitan dengan lanjut usia yaitu
berkurangnya fibroblas dan strukturnya lebih irregular,
berkurangnya produksi matriks organik dan sisa sel epitel serta
meningkatnya jumlah serat elastis.
dalam referensi lain (Makalah Bagian Prostodonsia Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Padjadjaran Bandung 2009,dengan judul Respon Jaringan
terhadap Gigi Tiruan Lengkap pada Pasien Usia Lanjut,yang disusun
oleh drg. Lisda Damayanti, sp. Pros.) disebutkan adanya peningkatan
fibrosis dan menurunnya selularitas ligamen periodontal.

5. Gingiva
- Terjadinya penambahan papilla jaringan ikat dan menurunnya keratinisasi
epitel.
Keratinisasi epitel gingiva yang menipis dan berkurang terjadi berkaitan
dengan usia. Keadaan ini berarti permeabilitas terhadap antigen bakteri
meningkat, resistensi terhadap trauma fungsional berkurang, atau keduanya.
Karena itulah, perubahan tersebut dapat mempengaruhi hasil perawatan
periodontal jangka panjang.
- Pergerakkan dent gingival junction ke apical meluas ke Cemento Enamel
Junction.
Migrasi epitel junction ke arah permukaan akar dapat disebabkan oleh erupsi
gigi melewati gingiva sebagai usaha untuk mengatur kontak oklusal dengan
gigi lawannya (erupsi pasif) akibat hilangnya permukaan gigi karena atrisi.
Hal ini kemudian berkaitan dengan resesi gingiva. Resesi gingiva yang terjadi
pada lanjut usia bukanlah merupakan proses fisiologis yang pasti, namun
merupakan akibat kumulatif dari inflamasi atau trauma yang terjadi pada
periodontal (seperti menyikat gigi yang terlalu keras).

Proses penuaan jaringan keras rongga mulut

Penuaan tulang alveolar


Terjadinya resorpsi dari processus alveolaris terutama setelah
pencabutan gigi sehingga tinggi wajah berkurang, pipi dan
labium oris tidak terdukung, wajah menjadi keriput
Terjadi resorpsi pada caput mandibula, fossa glenoidales yang
akan membatasi ruang gerak membuka dan menutup
mandibular
Degenerasi tulang alveolar menyebabkan gigi geligi tampak
lebih panjang. Masa tulang (baik pada tulang alveolar atau sendi
rahang ) menurun akibat menurunya asupan kalsium dan
hilangnya mineral tulang. Massa tulang dewasa mencapai
puncaknya sekitar 35 tahun. Kemudian massa tulang menurun
sejalan dengan usia, dengan hilangnya tulang kortikal maupun
tulang trebekular.
Tulang alveolar juga mengalami remodeling. Resorbsi rahang
atas menyebabkan dasar sinus tipis.
Dalam suatu kelompok orang berusia 65 tahun atau yang lebih
tua, menunjukkan adanya kehilangan perlekatan dan tulang
alveolar yang lebih berat dibandingkan orang yang lebih muda.
Gambaran klinis ini kemungkinan terjadi akibat efek dari
akumulasi plak dalam jangka waktu yang lama. Faktanya,
penelitian klinis menyimpulkan bahwa penuaan kronologis tidak
selalu menyebabkan terjadinya kehilangan perlekatan ataupun
penurunan penyangga tulang alveolar.

Dampak penuaan jaringan mulut terhadap rongga mulut


Secara umum :

Fungsi pengecapan berkurang : terjadi karena taste buds berkurang.


Penuaan mengakibatkan kehilangan kontak oklusal akan menganggu
kestabilan lengkung gigi sehingga menganggu fungsi kunyah.
Epitel mukosa mudah terkelupas dan jaringan ikat di bawahnya
sembuh lambat. Atropi jaringan ikat menyebabkan elastisitas menurun
sehingga menyulitkan pembuatan protesa yang baik.
Secara klinis, mukosa mulut memperlihatkan kondisi yang menjadi
lebih pucat, tipis kering, dengan proses penyembuhan yang melambat.
Hal ini menyebabkan mukosa mulut lebih mudah mengalami iritasi
terhadap tekanan ataupun gesekan, yang diperparah dengan
berkurangnya aliran saliva (Silverman 1965).

Perubahan Ukuran Lengkung Rahang.


Kebanyakan proses penuaan disertai dengan perubahan-perubahan
osteoporosis pada tulangnya. Penelitian pada inklinasi aksial gigi pada
tengkorak manusia yang kemudian diikuti oleh hilangnya gigi, merupakan
salah satu pertimbangan dari awal berkurangnya tinggi tulang alveolar
(Boucher, 1982).
Umumnya gigi-gigi rahang atas arahnya ke bawah dan keluar, maka
pengurangan tulangnya pada umumnya juga terjadi ke arah atas dan
dalam. Karena itu lempeng kortikalis tulang bagian luar lebih tipis
daripada bagian dalam. Resorbsi bagian luar lempeng kortikalis tulang
berjalan lebih banyak dan lebih cepat. Dengan demikian, lengkung
maksila akan berkurang menjadi lebih kecil dalam seluruh dimensi dan
juga permukaan landasan gigi menjadi berkurang.
Pada rahang bawah, inklinasi gigi anterior umumnya ke atas dan ke depan
dari bidang oklusal, sedangkan gigi-gigi posterior lebih vertikal atau
sedikit miring ke arah lingual. Permukaan luar lempeng kortikalis tulang
lebih tebal dari permukaan lingual, kecuali pada daerah molar, juga tepi
bawah mandibula merupakan lapisan kortikalis yang paling tebal.
Sehingga arah tanggul gigitan pada mandibula terlihat lebih ke lingual
dan ke bawah pada daerah anterior dan ke bukal pada daerah posterior.
Resorbsi pada tulang alveolar mandibula terjadi ke arah bawah
dan belakang, kemudian ke depan. Terjadi perubahan-perubahan pada
otot sekitar mulut, hubungan jarak antara mandibula dan maksila serta
perubahan ruangan dari posisi mandibula dan maksila.

Resorbsi Linggir Alveolar


Tulang akan mengalami resorbsi dimana atropi selalu berlebihan. Resorbsi
yang berlebihan dari tulang alveolar mandibula menyebabkan foramen
mentale mendekati puncak linggir alveolar. Puncak tulang alveolar yang
mengalami resorbsi berbentuk konkaf atau datar dengan akhir seperti
ujung pisau. Resorbsi berlebihan pada puncak tulang alveolar
mengakibatkan bentuk linggir yang datar akibat hilangnya lapisan
kortikalis tulang. Resorbsi linggir yang berlebihan dan berkelanjutan
merupakan masalah karena menyebabkan fungsi gigi tiruan lengkap
kurang baik dan terjadinya ketidakseimbangan oklusi.
Berkurangnya fungsi pengecapan juga cenderung menambah masalah
pada pemakaian gigi tiruan (Barnes).
Pengurangan aliran saliva akan mengganggu retensi gigi tiruan, karena
mengurangi ikatan adhesi saliva diantara dasar gigi tiruan dan jaringan
lunak dan menyebabkan iritasi mukosa. Keadaan ini menyebabkan
kemampuan pemakaian gigi tiruan berkurang sehingga kemampuan
mengunyah berkurang, kecekatan gigi tiruan berkurang, kepekaan pasien
terhadap gesekan-gesekan dari gigi tiruan bertambah (Boucher 1982).

Pengaruh penuaan terhadap sendi TMJ


Perubahan pada sendi Temporo Madibular Junction sering terjadi pada
usia 30-50 tahun. Penelitian tentang otot-otot penutupan mulut
menunjukkan perpanjangan fase konstraksi sejalan dengan usia, yang
menunjukkan perubahan umum dari otot atau hilangnya serabut otot
untuk gerakan mandibula berkaitan dengan pertambahan usia.
Reduksi lebih lanjut pada ketebalan otot rahang ditemukan pada orang
tidak bergigi dibanding yang masih bergigi. Perubahan ini terjadi
akibat dari proses degenerasi sehingga melemahnya otot-otot
mengunyah yang mengakibatkan sukar membuka mulut secara lebar.
Maka pengaruh yang akan terjadi pada TMJ :
Pengaruh pengurangan jumlah gigi akibat penaan, terutama di gigi
posterior telah diindikasikan sebagai penyabab gangguan TMJ. Hal ini
karena condilust mandibula akan mencari posisi yang nyaman pada
saat menutup mulut. Inilah yang memicu perubahan letak condilust
pada fossa glenoid dan menyebabkan kelainan pada TMJ
Akibat penuaan jmengakibatkan kontraksi otot bertambah panjang
saat menutup mulut. Hal ini menyebabkan kerja sendi lebih kompleks
Penuaan mengakibatkan remodeling.

Pengaruh proses penuaan terhadap system stomatognatik


System Stomatognatik
Kombinasi struktur cavum oris yang terlibat dalam proses bicara,
pengecapan, mastikasi dan
penelanan. Terdiri dari :
a. Gigi
b. Rahang
c. Otot pengunyahan
d. Persyarafan
e. TMJ

Secara umum pada system stomatognatik:


- Penuaan mengakibatkan kehilangan kontak oklusal akan mengganggu
kestabilan lengkung gigi
sehingga mengacaukan fungsi kunyah
- Pada proses bicara, huruf konsonan dibentuk oleh pemutusan aliran udara
di atas larink. Pemutusan ini dapat dilakukan oleh salhsatunya karena gigi
sehingga jika gigi sudah tanggal, pembentukan huruf konsonan terganggu,
dan menghambat proses bicara
- Produk bicara juga dipengaruhi oleh otot pengunyahan

You might also like