You are on page 1of 13

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU MATERIAL 1

Topik : Recovery From Deformation Material Cetak Alginat


Kelompok : A10
Tgl. Pratikum : Senin, 3 April 2017
Pembimbing : Dr. Intan Nirwana, drg., Mkes

Penyusun:
1. Salsalia Siska Azizah ( 021611133045 )
2. Intan Savina Noer A ( 021611133046 )
3. Anisa Nur Afifah ( 021611133047 )
4. Tata Prasantat M ( 021611133048 )

DEPARTEMEN MATERIAL KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2017
1. TUJUAN

a. Mahasiswa mampu memanipulasi material cetak alginate dengan benar.

b. Mahasiswa mampu melakukan uji recovery from deformation material cetak


alginate dengan benar.

2. METODE PRAKTIKUM
2.1. Alat dan Bahan
Alat:
a. Mangkuk karet
b. Spatula
c. Ring besar dan kecil
d. Lempeng kaca besar dan kecil
e. Waterbath
f. Alat uji recovery from deformation
Bahan:
a. Bubuk alginat: 1 sendok takar alginat tipe normal set
b. Air: 1 bagian takaran gelas ukur alginat

Gambar 1. Alat dan Bahan Recorvery from Deformation


2.2. Cara Kerja
2.2.1. Menentukan setting time alginate
Mengambil data dari praktikum setting time material cetak alginate
2.2.2. Pembuatan sampel
a. Sebelum praktikum dimulai alat dan bahan dipersiapka terlebih dahulu.
b. Ring besar diletakan diatas lempeng kaca besar.
c. Menuangkan air sebanyak 8,5 ml dalam mangkuk karet, kemudian dimasukkan
bubuk alginat sebanyak 3,25 gr, diaduk dengan cara memutar dan menekan spatula
pada dinding mangkuk karet dengan cara memutar mangkok karet secara perlahan.
Diaduk sampai menjadi adonan halus selama 30 detik (sesuai aturan pabrik).
d. Ring besar diisi dengan adonan alginate setinggi ring.
e. Ring kecil diletakkan ke dalam ring besar sampai dasar ring kecil menyentuh
lempeng kaca. Alginate akan naik ke permukaan ring
bahkan keluar dari ring. Permukaan alginat diratakan dan ditunggu 30 detik.
f. Lempeng kaca kecil ditekankan pada permukaan atas ring untuk mengeluarkan
kelebihan adonan dan dilakukan fiksi.
g. Ring dan lempeng kaca dimasukkan ke dalam waterbath suhu 37C selama
waktu setting time yang telah ditentukan (sesuai langka a).
h. Sampel dikeluarkan dari waterbath.
i. Sampe dikeluarkan dari ring.

2.2.3. Pengukuran recovery from deformation

a. Sampel alginate diletakkan di atas meja alat deformasi. Permukaan atas sampel
alginate ditutup dengan lempeng kaca kecil .
b. Melakukan uji recovery from deformation, dengan cara:
- Lama setting time +45 detik : jarum indicator diturukan sampai berkontak dengan
lempeng kaca.
- Lama setting +55 detik : jarum indicator dibaca. Nilai indicator dicatat sebagai
nilai A, kemudian jarum diangkat lagi.
- Lama setting time +60 detik : sampel ditekan dengan menurunkan tuas sebanyak
4 mm (4 putaran jarum besar dial indicator) dalam waktu detik. Penekan dilakukan
selama 5 detik, kemudian tuas dilepas kembali.
- Lama setting time + 90 detik : jarum indicator diturunkan sampai berkontak
dengan lempeng kac diatas sampel.
- Lama setting time +100 detik : jarum indicator dibaca dan dicatat nilai yang
Percobaan ke terbaca sebagai nilai B
Data
1 2 3 3. HASIL PRAKTIKUM
A 7,17 7,08 5,34
B 7,11 7,02 5,19 Dalam percobaan ini
Presentase 97 % 99,7 % 99,5% digunnakan rasio W:P air
Recorvery dan bubuk alginat sebesar
From 8,5 ml : 3,25 gram.
Deformatio Recovery from Deformasi
n material cetak alginate
dihitug dalam % dengan rumus :
100 (1 ( A-B ) )
Panjang ring (mm)

4. TINJAUAN PUSTAKA
Alginat berasal dari rumput laut tertentu yang berwarna coklat (algae) yang
bisa menghasilkan suatu ekstrak lendir yang disebut algin. Substansi alami ini
kemudian diidentifikasi sebagai suatu polimer linier dengan berbagai kelompok asam
karboksil dan dinamakan asam anhydro--d-mannuronic (disebut juga asam alginik).
Asam alginik serta kebanyakan garam anorganik tidak larut dalam air, tetapi garam
yang diperoleh dengan natrium, kalium, ammonium larut dalam air.

Alginat merupakan material cetak elastik hidrokoloid yang cukup populer dan
banyak digunakan dalam kedokteran gigi. Sebagai material cetak yang banyak
digunakan, alginat cukup mudah dalam manipulasi, nyaman bagi pasien, cukup
elastis, harganya terjangkau, tidak mengiritasi, dan tidak toksik bagi jaringan.
Meskipun alginat banyak memiliki kelebihan, alginat jarang digunakan untuk
pembuatan mahkota dan jembatan karena kurang detail dan mudah sobek. (McCabe
and Walls, 2008, hal. 161).
Apababila terjadi reaksi kimia pada bahan cetak alginat maka alginat akan
berubah dari fase sol menjadi fase gel. Setelah proses gelasi selesai, alginat tidak akan
dapat kembali menjadi sol dan oleh karena itu alginat termasuk pada material cetak
hidrokoloid irreversibel.(Sakaguchi, 2012, hal 280)
Kegunaan material cetak hidrokoloid irreversible termasuk alginat adalah
untuk pembuatan sendok cetak perorangan, proses pencetakan pembuatan model
studi, pembuatan piranti ortodonsi lepasan, dan gigi tiruan lepasan. (Yuliati et al,
2014)

Bahan cetak alginat mengandung sodium alginate, kalsium sulfat, sodium


fosfat, diatomaceous earth, oksida seng, potassium titanium fluor. 1 Menurut
ANSIADA Spesification No.18 (ISO 1563 [1992]) komposisi alginat dan fungsinya
dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 1. Komposisi Bubuk Alginat dan Fungsinya
Pabrik menambahkan glikol organik pada bubuk alginat guna untuk
mengurangi debu. Diatomaceous earth atau bahan yang mengandung silika halus
dalam alginat digunakan sebagai filler karena partikel ini dapat menyebabkan iritasi
pada pernafasan maka inhalasi debu harus diminalisir dengan penambahan glikol
organik. Cetakan harus diberi desinfektan dengan disemprot setelah dilepas dari
mulut dan sebelum bahan pengecoran dituangkan.
(Sakaguchi, 2012, hal 282-283)

W/p ratio bubuk dan air yang akan digunakan pada proses manipulasi harus
ditakar terlebih dahulu. Dalam penentuan takaran bubuk alginat dapat digunakan
sedok ukur dan gelas ukur digunakan untuk mengukur volume air. Alternatif lain
yang digunakan yaitu menyediakan bubuk alginat dalam saset kecil untuk satu kali
pakai. Setelah jumlah bubuk dan volume air sudah disiapkan, keduanya dicampurkan
pada mangkuk plastik dan diaduk dengan menggunakan spatula. Pengadukan dengan
cepat diperlukan untuk pencampuran yang menyeluruh dan konsistensi alginat yang
bertektur creamy sehingga ada retensi yang bagus antar bahan cetak dan sendok
centak. (McCabe, 2008, hal 158-159)
a. Reaksi setting

Pada pencampuran dan pengadukan bubuk alginat dengan air, terbentuk sol alginat
dan membutuhkan reaksi kimia untuk berubah menjadi gel (gelasi). Sodium fosfat
yang terdapat dalam bubuk larut dalam air sedangkan gipsum hanya larut sedikit
(kelarutan sekitar 0,2%).
Sodium alginat bereaksi dengan ion kalsium yang berasal dari pelarutan
gipsum untuk membentuk kalsium alginat

Penggantian gugus sodium monovalen dengan kalsium divalen menghasilkan ikatan


silang pada rantai-rantai alginat serta konversi material dari bentuk sol k bentuk gel.
Pada saat terjadi reaksi seting dan derajat ikatan silang meningkat, maka gel
mengeluarkan sifat-sifat elastik.

Sodium fosfat berperan penting dalam pengotrolan karakteristik setting


material alginat. Sodium fosfat bereaksi cepat dengan ion kalsium menghasilkan
kalsium tidak larut

3Ca2+ + 2Na3PO4 Ca3(PO4)2 + 6Na+


Reaksi ini mengganggu suplai ion kalsium yang dibutuhkan untuk
pembentukan ikatan silang rantai-rantai alginat yang lengkap sehingga
memperpanjang working time material. Jika semua sodium fosfat telah bereaksi, ion
kalsium menjdi tersedia untuk bereaksi dengan sodium alginat, reaksi setting dimulai
dan viskositas material meningkat dengan cepat. (McCabe & Walls. 2008 : 158)

b. Working Time

Working time adalah total waktu dari awal pencampuran sampai dengan
alginat dalam mulut penderita dan masih bisa mengalir. Working time untuk
material cetak alginat Tipe fast-set memiliki working time 1,25 sampai 2 menit,
sedangkan working time material cetak alginat tipe reguler-set biasanya 3 menit,
tetapi mungkin selama 4,5menit. (Sakaguci & Powers, 2012 : 283).
c. Setting Time
Setting time adalah total waktu dari awal pencampuran sampai dengan
material cetak menjadi cukup kuat untuk menahan deformasi permanen. Setting
time berkisar dari 1 sampai 5 menit. ANSI / ADA (American National Standards
Institute /American Dental Association) spesifikasi No.18 (ISO [International
Organizationfor Standardization] 1563) mensyaratkan bahwa minimal nilai yang
ditetapkan oleh pabrik setidaknya 15 detik lebih lama dari waktu kerja yang
dinyatakan. Memperpanjang setting time lebih baik mengurangi suhu air yang
digunakan waktu pencampuran idengan mengurangi proporsi bubuk. mengurangi
rasio bubuk ke air akan menyebabkan kekuatan dan akurasi alginat tersebut
berkurang. (Sakaguci & Powers, 2012 : 283-284).

d. Elastic recovery
Kekuatan terhadap tekanan dan sobekanakan meningkat seiring dengan
meningkatnya nilai deformasi. Tekanan hingga sebesar 10% adalah nilai yang
umum untuk alginat ketika dilepas dari undercut. Sebenarnya besarnya tergantung
pada sejauh mana lebar dari undercut dan ruang antara sendok cetak dan gigi.
Spesifikasi ANSI / ADA mensyaratkan bahwa elastic recovery lebih dari 95 %
ketika bahan ditekan 20 % selama 5 detik pada saat itulah biasanya waktu yang
tepat untuk pelepasan dari mulut. Deformasi permanen lebih rendah (elastic
recovery tinggi) terjadi ketika :

a. Persentase tekanan lebih rendah.


b. Cetakan berada di bawah tekanan dengan waktu yang lebih singkat.
c. Waktu recovery lebih lama, yaitu sekitar 8 menit ke atas setelah pelepasan
beban.
Secara klinis, faktor-faktor ini dijadikan persyaratan tentang jumlah alginat yang
diperlukan antara tray dan gigi, penyimpanan alginat yang sesuai di dalam tray
dan kecepatan pengeluaran cetakan dari mulut. Biasanya, prosedur diikuti untuk
mensterilkan cetakan dan menghasilkan model gipsum dengan waktu yang cukup
untuk setiap recovery yang mungkin terjadi. (Sakaguci & Powers, 2012 : 284).
e. Stabilitas dimensi

Perubahan dimensi gel dapat terjadi karena adanya proses sineresis,


penguapan, dan imbibisi. Penguapan dan pengerutan yang berkaitan dengan
sineresis terjadi bila hasil cetakan terkena udara pada temperatur ruangan.
Sebaliknya, pengembangan akibat imbibisi akan terjadi bila cetakan direndam
dalam air. Jadi sebaiknya hasil cetakan tidak boleh terlalu lama dibiarkan di
udara. Perubahan panas juga menyebabkan perubahan dimensi. Untuk alginat,
hasil cetakan akan mengkerut karena perbedaan panas antara temperatur rongga
mulut (37C) dan temperatur ruangan (23). Bahkan perubahan temperatur yang
kecil pun dapat menyebabkan hasil cetakan mengalami ekspansi dan distorsi.
(Anusavice, 2012, Hal.174-175).
Kelebihan
1. Setelah materiaal cetak alginat mengeras, meterial bersifat fleksibel dan cukup
elastis sehingga dapat melalui under-cut.
2. Material ini mampu mendapatkan gambaran jaringan lunak tanpa memberikan
tekanan (mukostatik) (McCabe & Walls. 2008 : 159-160 )
Kekurangan
1. alginat jarang digunakan untuk pembuatan mahkota dan jembatan karena
kurang detail dan mudah sobek. (McCabe & Walls. 2008 : 161)

5. PEMBAHASAN

Saat dicetakkan ke dalam rongga mulut pasien, material cetak harus memiliki
sifat elastis terutama untuk mencetak daerah undercut. Bentuk gigi yang tidak
beraturan dan cenderung membesar pada bagian atas membuat cetakan menjadi tidak
dapat dikeluarkan apabila material cetak yang digunakan tidak memiliki sifat elastis.
Maka itu, material cetak harus mampu kembali ke bentuk semula agar sesuai dengan
keadaan rongga mulut pasien. Itulah mengapa recovery from deformation merupakan
syarat penting yang harus dimiliki oleh material cetak. Percobaan kali ini yaitu
bertujuan untuk mengetahui kemampuan material cetak alginat dalam pengembalian
bentuk setelah pemberian tekanan. Dalam uji tersebut, material alginat akan diberi
tekanan seperti yang akan terjadi pada mulut pasien dan kemudian mengamati
kemampuan alginat untuk kembali ke bentuk semula.

Pada hasil praktikum, didapatkan hasil percobaan recovery from deformation


dari percobaan pertama hingga percobaan ketiga berturut-turut yaitu sebesar 97%,
99.7%, dan 99.25% dengan nilai rata-rata sebesar 98.68%. Hasil yang terbesar yaitu
pada percobaan kedua sebesar 99.7% dengan deformasi permanen terkecil yaitu
0.3%. Sedangkan hasil yang terkecil yaitu pada percobaan pertama sebesar 97%
dengan deformasi permanen terbesar yaitu 3%.

Dengan melihat semua hasil praktikum yang telah dilakukan, nilai recovery
from deformation di atas 95% dan membuktikan bahwa manipulasi yang dilakukan
sudah memenuhi syarat spesifikasi American National Standart / American Dental
Association (ADA) no 18-1992.

Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi recovery from


deformation :
1. Komposisi alginat

Penambahan bahan-bahan tertentu dapat mempengaruhi besarnya


recovery from deformation. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa
penambahan bahan-bahan seperti sari pati beras atau polisakarida daun
cincau dapat memperbesar recovery from deformation alginat.

2. Lama penyimpanan

Semakin lama alginat disimpan dalam suhu ruang semakin berkurang


juga kemampuan recovery from deformation dari alginat meskipun tidak
terlalu signifikan seperti dapat dilihat pada tabel 1 (Sunarintyas and
Irnawati 2009).

Tabel 1. Pengaruh lama penyimpanan terhadap recovery from deformation


alginat merek Tulip (TU) dan Aroma Fine (AF).

3. Gelation Time
Bila alginat larut air dicampur dengan air, bahan tersebut akan
membentuk sol. Proses gelasi merupakan reaksi khas sol-gel yang dapat
digambarkan secara sederhana sebagai reaksi alginat larut air dengan kalsium
sulfat dan pembentukan gel kalsium alginat yang tidak larut air (Annusavice,
2012 : p.105). Sedangkan gelation time merupakan waktu sejak awal
pencampuran hingg terjadi gelasi. Waktu ini diukur sejak awal pencampuran
sampai material tidak lengket ketika disentuh dengan jari.

Gelation time menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi recovery


from deformation karena gelation time berlangsung dengan cepat sehingga
tidak menyediakan cukup waktu kerja.

4. Working Time

Alginat tipe regular set mempunyai working time selama dua hingga
tiga menit, sedangkan alginat tipe fast set mempunya working time selama
1,25 hingga 2 menit (menurut ADA no.18, setting minimum sebesar 1,25
menit). Dalam percobaan recovery from deformation ini, working time perlu
diperhatikan karena kita harus tahu secara benar time management baik dalam
pengadukan, penempatan ke dalam ring, pemanasan dalam waterbath,
pengukuran pada alat deformasi, sehingga didapatkan hasil pengukuran uji
recovery from deformation yang akurat.

5. Kecepatan saat melepas cetakan.

Semakin cepat waktu pelepasan cetakan dari dalam rongga mulut,


semakin besar pula kemampuan material cetak alginat untuk dapat kembali
ke keadaan semula.
DAFTAR PUSTAKA

Anusavice KJ. 2012. Phillips Science of Dental Material. 12th ed. W.B Saunders,
st.Louis Missouri. Pp. 174-175
McCabe JF, and Walls AWG. 2008. Applied Dental Materials, 9th ed. Blackwell
Publishing L.td., Australia. Pp.158, 159-160, 161
Ronald L. Sakaguchi , and John M.Powers.2012, Craigs Restorative Dental
Materials, 13th ed. Mosby, Michigan. Pp.280-283, 283-284
Yuliati et al, 2014. Buku Ajar Ilmu Material Kedokteran Gigi I. Surabaya: Airlangga
University Press. pp. 76

You might also like