Professional Documents
Culture Documents
Sri Maryatun
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sriwijaya
E-mail: tunce79@yahoo.com
Abstrak
Tujuan: Terapi kelompok terapeutik dapat membantu remaja memenuhi kebutuhan dan tugas perkembangan
secara positif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi kelompok terapeutik terhadap
kemampuan perkembangan kognitif, emosi, moral dan psikososial remaja di Panti Sosial Marsudi Putra
Dharma Pala Inderalaya Sumatera Selatan.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain quasi experimental pre-post test with control group.Total
sampel adalah 36 orang yang terpilih dengan menggunakan purposive sampling.
Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan perkembangan diri remaja dan
perbedaan secara bermakna pada kelompok intervensi setelah diberikan terapi kelompok terapeutik dengan p
value 0,010.
Simpulan: Rekomendasi penelitian adalah perlunya pemberian stimulus dan latihan pencapaian tugas
perkembangan remaja secara kontinyu dan holistik dalam bentuk kegiatan terapi kelompok terapeutik di
pelayanan komunitas.
Abstract
Aim: Therapeutic group therapy can help adolescent to get the needs and developmental tasks positively.
The purpose of this research is to know the influence of therapeutic group therapy on the ability adolescent
development of cognitive, psychosocial, moral and emotional at Social Institutions Marsudi Putra
DharmaPala in Inderalaya, South of Sumatra.
Method: This research used quasi experimental pre-post test with control group design.The sample totaled
36 people were selected using purposive sampling.
Result: The result showed that an increase in the ability of the adolescent development and differences in a
meaningful manner in a group of intervention after got therapeutic group therapy with p value 0.010.
Conclusion: Research recommendation is giving a stimulus and exercise to achieve a duty of adolescent
development continuously and holistic which is in the form of activities therapeutic group therapy in
community service.
Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 1 - Nomor 1, Juli 2014, ISSN No 2355 5459 12
PENDAHULUAN dari total jumlah penduduk tahun 2009.6
Meningkatnya jumlah remaja tersebut
Masa remaja dalah salah satu dari bagian memberikan indikasi negatif pada
perkembangan yang dialami oleh setiap meningkatnya kenakalan remaja. Tercatat
manusia.Masa remaja dimulai pada saat dalam satu hari terdapat sampai tiga
seorang individu memasuki usia 11-22 tahun.1 perkelahian dalam tiga tempat sekaligus.7
Masa remaja merupakan masa peralihan dari Selain perkelahian remaja, perilaku negatif
masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Hal lainnya adalah penyalahgunaan narkoba. Hasil
tersebut menempatkan remaja belum survai Badan Narkoba Nasional (BNN) Tahun
memperoleh status dewasa tapi tidak lagi 2001 menyatakan bahwa 97% pemakai
memiliki status kanak-kanak dipandang dari narkoba yang ada selama tahun 2009, 28%
segi sosial. Pada masa remaja, individu pelakunya adalah remaja usia 17-21 tahun.8
dihadapkan pada banyak perubahan seperti
perubahan kognitif emosional, moral dan Remaja yang gagal dan tidak dapat
psikososial. Perubahan secara emosi biasanya menyelesaikan pencapaian tugas
ditampilkan dengan respon emosi yang perkembangannya biasanya akan melakukan
meledak, labil, sulit dikendalikan, melawan, pelanggaran terhadap suatu aturan dan norma
memberontak, mudah sedih dan putus asa. kesusilaan. Adanya sifat pemberontak pada diri
Emosi yang tidak terkendali biasanya remaja muncul pada perilaku yang
disebabkan adanya konflik peran yang dialami menyebabkan resiko membahayakan dan
remaja.2 merugikan diri dan orang lain seperti perilaku
seks pra nikah, bolos sekolah, perkelahian,
Perubahan yang juga sering menimbulkan tawuran perampokan, penyalahgunaan
permasalahan adalah perubahan sosial dimana narkotika dan alkohol. 9
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Usia pada Kelompok Intervensi dan Kontrol
di Panti Sosial Marsudi Putra Dharmapala (PSMPD)
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Kemampuan Perkembangan Remaja Sebelum Terapi Kelompok
Terapeutik Pada Kelompok Intervensi dan Kontrol di Panti Sosial
Marsudi Putra Dharmapala (PSMD)
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Kemampuan Perkembangan Remaja Sesudah Terapi Kelompok
Terapeutik Pada Kelompok Intervensi dan Kontrol di Panti Sosial
Marsudi Putra Dharmapala (PSMD)
Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 1 - Nomor 1, Juli 2014, ISSN No 2355 5459 15
Tabel 4
Analisis Perkembangan Remaja Antara Sebelum dan Setelah Terapi Kelompok Terapeutik
Pada Kelompok Intervensi di Panti Sosial Marsudi Putra Dharmapala (PSMPD)
Tabel 5
Analisis Perkembangan Remaja Antara Sebelum dan Setelah Terapi Kelompok Terapeutik
Pada Kelompok Kontrol di Panti Sosial Marsudi Putra Dharmapala (PSMPD)
Tabel 6
Analisis Kemampuan Perkembangan Diri Remaja Setelah Terapi Kelompok Terapeutik
Antara Kelompok Intervensi dengan Kontrol di Panti Sosial Marsudi Putra Dharmapala
(PSMPD)
Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 1 - Nomor 1, Juli 2014, ISSN No 2355 5459 16
pola berpikir secara konkrit menjadi formal Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat
operasional. Pemikiran formal operasional Wood, yang menyatakan terapi kelompok
meliputi kemampuan untuk berpikir abstrak, terapeutik dapat memberi kesempatan remaja
berpikir hipotesis, menggunakan perspektif mengekspresikan emosi atau masalah perilaku
masa depan dalam melihat suatu situasi, dan saling memberikan umpan balik terhadap
berkembangnya kemampuan membuat perilaku yang menyenangkan maupun tidak
keputusan, mampu menghubungkan ide, menyenangkan, belajar menghormati orang
pemikiran atau konsep, menganalisis dan lain, memberi kesempatan remaja
menyelesaikan masalah yang dihadapinya.14 15
menampilkan perilaku baru. Melalui terapi
kelompok terapeutik, remaja belajar
Kemampuan perkembangan kognitif mengasihi, menyayangi sehingga mencegah
mengalami peningkatan dikarenakan remaja bawaan temperamental.12 Hal itu sesuai dengan
dilatih untuk menyesaikan persoalan kasus penelitian Lee16 yang memperoleh data bahwa
seputar permasalahan yang dihadapi remaja. terapi kelompok yang dilakukan sebanyak 6
Terapi kelompok terapeutik yang dilakukan sesi dengan lama 60 menit per sesi pada remaja
peneliti pada sesi stimulasi perkembangan dengan masalah perilaku menunjukkan
kognitif diberikan selama dua sesi yaitu penurunan sikap agresif dan impulsif
memberikan pemahaman kognitif, pertanyaan dibanding dengan kelompok kontrol.
kasus yang harus diselesaikan remaja dan
memberikan permainan untuk menstimulusi Kemampuan perkembangan emosi remaja
daya pikir, kemampuan bertanya, dan mengalami peningkatan karena responden
menyelesaikan masalah. mampu beradaptasi dengan lingkungan baru,
mampu memberikan perhatian, bantuan pada
Pengaruh Terapi Kelompok Terapeutik teman lain, mampu mengendalikan diri, dan
terhadap Kemampuan Perkembangan tidak meminta secara paksa terhadap
Emosi pemenuhan kebutuhannya. Melalui terapi
kelompok terapeutik yang diikutinya, remaja
Hasil penelitian ini menunjukkan kemampuan
diberikan stimulasi dengan melatih mereka
perkembangan emosi remaja ada perbedaan
untuk terbiasa menyesuaikan diri dengan
yang bermakna antara sebelum dengan setelah
lingkungan baru, perhatian pada teman lain
dilakukan terapi kelompok terapeutik pada
saat berpendapat, memberikan kesempatan
kelompok intervensi dengan p value 0,031
mengekspresikan perasaan, mengendalikan
sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada
emosi bila ada perbedaan pendapat, serta
perbedaan yang bermakna dengan p value
menilai kelebihan dan kekurangan diri.
0,331. Artinya terapi kelompok terapeutik
berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan Pengaruh Terapi Kelompok Terapeutik
perkembangan emosi remaja seperti terhadap Kemampuan Perkembangan
meningkatnya kemampuan penyesuaian diri Psikososial
dalam situasi baru, meningkatnya perhatian
pada orang lain, mampu mengendalikan Hasil penelitian menunjukkan terdapat
keinginan, dan mengontrol kemarahan. perbedaan yang bermakna pada kemampuan
Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 1 - Nomor 1, Juli 2014, ISSN No 2355 5459 17
perkembangan psikososial antara sebelum setelah dilakukan terapi kelompok terapeutik
dengan setelah dilakukan terapi kelompok disebabkan remaja dalam kegiatan tersebut
terapeutik pada kelompok intervensi dengan p dilatih untuk terbiasa berinteraksi, berdiskusi,
value 0,033.Terapi kelompok terapeutik yang dan bekerjasama dengan semua anggota
diberikan pada remaja dapat meningkatkan kelompok baik yang sejenis maupun lawan
kemampuan perkembangan psikososial remaja. jenis. Mereka diharuskan untuk saling bertanya,
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat menjawab, dan memberikan penilaian antar
Wood yang menyatakan bahwa terapi mereka melalui permainan, sehingga mereka
kelompok remaja dapat menciptakan suatu dengan perasaan senang saling bertukar
hubungan yang sehat, terutama dengan teman pengalaman dan berpendapat terkait
sebaya sehingga pada akhirnya dapat perkembangannya.
meningkatkan kesadaran diri remaja ke masa
depan, menciptakan keseimbangan dalam Pengaruh Terapi Kelompok Terapeutik
keluarga, mengutamakan sifat terbuka satu terhadap Kemampuan Perkembangan
sama lain, memberikan kasih sayang melalui Moral
hubungan antara anggota keluarga sehingga
Perkembangan moral adalah perubahan
dapat mencegah konflik, konfrontasi, dan sifat
kemampuan untuk menunjukkan sikap yang
temperamental.15
sesuai dengan aturan, norma dan nilai-nilai
yang berlaku dalam suatu wilayah tertentu
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan
yang mengatur dan membuat manusia menjadi
pendapat Chaffin6 yang menyatakan bahwa
leih bermartabat dan dihargai.Hasil enelitian
intervensi kelompok sangat berhasil dilakukan
ini menunjukkan terdapat perbedan bermakna
pada remaja karena remaja lebih siap
dalam perkembangan moral antara sebelum
menerima pendapat dari teman sebaya
dengan setelah dilakukan terapi kelompok
daripada dari orang dewasa, kelompok
terapeutik pada kelompok yang mendapat
bermanfaat membantu interaksi antar teman
terapi kelompok terapeutik dengan p value
sebaya yang mengutamakan pentingnya
0,027 sedangkan pada kelompok yang tidak
hubungan. Menurut Glodich dan Alen,
mendapatkan intervensi menunjukkan tidak
hubungan antar teman sebaya merupakan hal
ada perbedaan adanya kemampuan
utama dalam membantu proses interaksi dan
perkembangan moral dengan p value 0,10.
mendapatkan pengakuan identitas.
Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 1 - Nomor 1, Juli 2014, ISSN No 2355 5459 19
adolescence. (http://www.psych.neu.edu). sepanjang rentang kehidupan edisi 5
10. Suratno. (2012). (www.sumeks.com/2012 (terjemahan). Surabaya: PT. Gelora
diperoleh 12 April 2012). Aksara Pratama Erlangga.
11. Baron,V.B. (2006). Mental healthnursing 16. Johson, B.S. (1995).Child, adolescence,
In Adults The nurse-patient journey. and family psychiatric nursing.
(2nd ed). Philadephia: W.B. Saunders Philadelphia:J.B Lippincott Company.
Company. 17. Lee, R. (2003). Ego identity status
12. Wood, D. (2009). Group therapy and self monitoring behaviorin
Therapeutics for adolescents: Clinical adolescents.
paper. http://www.mental-health diperoleh 18. Chaffin, Chase, M.E. (2001). Identity
17 Maret 2011) development and body image
13. Johson, C.R., & Whiecher, E. (2002). dissatisfaction. Stout: University of
Contemporary psychiatric mental health Wisconsin.
nursing and psychotherapy. New (http://www.uwstout.edu/lib/thesis/2001/2
Jersey: Pearson Prentice Hall. 001chasem.pdf diperoleh 5 februari 2010)
14. Bahari, K. (2010). Pengaruh terapi 19. Glodich dan Allen. (2006). The functions
kelompok terapeutik terhadap identitas of identity scale: revisions, validation and
diri remaja di Malang. Tesis: tidak model testing. San Francisco, California.
dipublikasikan. 20. Zelaskowski. (2009). Adolescence
15. Hurlock, E. B. (1999). Psikologi mental health promotion trainers guide on
perkembangan suatu pendekatan enhancement of self-confidence. New Delhi.
Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 1 - Nomor 1, Juli 2014, ISSN No 2355 5459 20