You are on page 1of 9

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BUDAYA TEGUR SAPA DI LINGKUNGAN MAHASISWA FAKULTAS


PERTANIAN

Disusun Oleh:

Hilman Hasyim Firdaus 155040201111094


Bayu Firdaus Muslim 155040201111178
Dinda Anastasia K. 155040207111047
Aufar Charis Utomo 155040207111070

Kelas: N
Kelompok: 2

Dosen Pengampu : Anas Budiharjo Djojongulomo, MA.,CPIF

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia dan kebudayaan tidak bisa dipisahkan, karena kebudayaan
merupakan suatu jalinan yang saling berhubungan. Kebudayaan tidak akan ada
tanpa adanya manusia, dan tidak ada satu manusia pun di dunia ini yang tidak
mempunyai kebudayaan. Kebudayaan akan terus berkembang, tidak akan berhenti
selama masih ada kehidupan manusia. Setiap manusia memiliki kebudayaan khas
yang ada pada manusia baik tindakan akan menonjolkan gambaran kebudayaan
manusia tersebut.
Kebudayaan Islam adalah hasil olah akal, budi, cipta, rasa, karsa, dan karya
manusia yang berlandaskan pada nilai-nilai tauhid. Islam sangat menghargai akal
manusia untuk berkiprah dan berkembang. Hasil olah akal,budi,rasa,dan karsa
yang telah terseleksi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal
berkembang menjadi sebuah peradaban. Dalam perkembangannya perlu
dibimbing oleh wahyu dan aturan-aturan yang mengikat agar tidak terperangkap
pada ambisi yang bersumber pada nafsu hewani, sehingga akan merugikan dirinya
sendiri.
Pengembangan budaya dalam kontets akademik menjadi titik temu antara
upaya pembinaan karakter dengan peningkatan kualitas sebagai hasil dari proses
pendidikan tinggi. Karakter merupakan bagian integral dari budaya akademik,
mengingat karakter diperlukan dan berpotensi dikembangkan dari setiap aktivitas
akademik. Penggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi akan membawa dampak
mendatang ditandai dengan semakin dekatnya jarak dan hubungan serta
komunikasi antar mahasiswa dan budaya umat mahasiswa. Mahasiswa
digambarkan tampak sebagai satu kesatuan sistem yang saling memiliki
ketergantungan antar satu dengan yang lainnya. Dalam suasana semacam itu
tetntunya umat manusia membutuhkan adanya aturan-aturan, nilai-nilai, dan
norma-norma serta pedoman dan pegangan hidup yang diterima oleh bangsa
Pendidikan tinggi (Universitas), pada dasarnya merupakan ladang tempat
lahirnya kader-kader intelektual. Sehingga disinilah nilai-nilai positif seperti jujur,
cerdas, peduli, tangguh, tanggung jawab, religius dan nilai positif lainnya bisa
ditanamkan, terinternalisasi, dan menjadi sebuah budaya dalam upaya
membangun tradisi intelektual. Namun, menjadi sebuah ironi ketika mahasiswa
yang dibanggakan oleh bangsa tidak memiliki jiwa interaksi dan rasa kepribadian
yang kurang terhadap seseorang. Hal ini diperlukan demi terciptanya kebudayaan
mahasiswa yang aman dan damai diantara manusia sehingga terbentuk saling
interaksi dan memiliki kepribadian, saling menegur, dan tolong menolong dalam
mewujudkan kebudayaan islam terutama bagi para mahasiswa FP UB dalam
perilaku yang dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penulisan makalah ini rumusan masalah yang akan di


kaji diantaranya:
1. Bagaimana karakteristik kebudayaan mahasiswa FP UB?
2. Apa saja faktor pembentuk kebudayaan mahasiswa FP UB?
3. Bagaimana penerapan dan mengatasi masalah kebudayaan
yang baik dalam berbagai bidang kehidupan baik secara
umum maupun lingkum mahasiswa FP UB?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini ialah, agar mahasiswa


dapat mengetahui dan memahami tentang kebudayaan, faktor
pembentuk kebudayaan, serta memberi gambaran penerapan
kebudayaan yang baik dan perlu diterapkan dalam FP UB dalam
aktivitas.
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil data yang didapatkan melalui kuisioner yang telah disebarkan ke
masyarakat civitas fakultas pertanian maka didapatkan hasil respon dari
pertanyaan pertama yang menyatakan Apakah kalian sering memakirkan motor
di lingkungan Fakultas Pertanian? para responsive menjawab sekitar 60% civitas
Fakultas Pertanian tidak sering memakirkan kendaraan bermotor karena jarak
kosan mereka yang cukup dekat dengan kampus, sedangkan 40% menyatakan
sering membawa motor karena jarak kosan mereka yang cukup jauh.
Dari pertanyaan kedua mengenai Apakah ketika melewati tukang parkir
kalian melakukan tegur sapa? para renponsif menjawab sekitar 70% menjawab
iya dengan beralasan yang merupakan bagian dari sopan santun, namun sekitar
30% para rensponsif tidak melakukan tegur sapa dengan alasan tukang parkir
tersebut kadang suka menggoda para mahasiswi yang parkir dan terkadang tukang
parkir tersebut tidak ada di tempat jaganya sehingga tidak ada interaksi tegur sapa.
Dari pertanyaan ketiga mengenai Seberapa sering kalian bertegur sapa
dengan tukang parkir? para responsif menjawab sekitar 75% sering bertegur sapa
dengan tukang parkir dan sisanya 25% tidak pernah melakukan tegur sapa dengan
alasan yang sama seperti pertanyaan kedua.
Dari pertanyaan keempat mengenai seberapa sering kalian bertemu dengan
tukang bersih-bersih? para responsif menjawab sekitar 95% menjawab sering
bertemu dengan tukang bersih-bersih dengan beralasan tukang bersih-bersih
tersebut selalu ada disekitar fakultas pertanian guna menjaga kebersihan dan
sisanya 5% menjawab tidak sering bertemu dengan tukang bersih-bersih tersebut
dengan alasan tidak pernah memperhatikan sekitar sehingga tidak sering melihat
penjaga kebersihan di fakultas pertanian.
Dari pertanyaan kelima mengenai Berapa kali kalian bertegur sapa dengan
tukang bersih-bersih? para responsif menjawab sekitar 50% menjawab sering
bertegur sapa dengan tukang bersih-bersih dengan alasan sering bertemu dijalan
saat sedang bersih-bersih di daerah fakultas pertanian dan merupakan bagian dari
sopan santun. Sedangkan sebagian 50% menjawab tidak pernah karena beralasan
tidak mau mengganggu mereka yang sedang bekerja.
Dari pertanyaan keenam mengenai Apakah jika ada pembersih gedung
kalian melakukan tegur sapa ? para responsif menjawab sekitar 50% iya dan 50%
tidak. Karena beberapa responsif yang mayoritas perempuan, mereka bermainset
takut dikira ada maksud tertentu.
Dari pertanyaam ke tujuh tentang Seberapa sering kalian bertemu dengan
dosen di jalan? dari responden menjawab 25% tidak pernah 75% cukup sering.
Dari jawaban yang tidak pernah berasalan karena mereka selesai kuliah langsung
pulang tidak melulu berada di lingkungan fakultas. Dari responden yang
menjawab cukup sering mereka beralasan karena mereka sering lalu lalang di
lingkungan fakultas.
Dari pertanyaan ke delapan Berapa kali kalian bertegur sapa dengan dosen ?
beberapa responden menjawab dengan sering. Karena responden beralasan ingin
dikenal oleh dosen yang mereka sapa. Karena dengan dikenalnya mereka bisa jadi
nilai mata kuliah jadi semakin bagus.
Dari pertanyaan ke sembilan Apakah jika ada dosen yang bertemu kalian di
tengah jalan kalian melakukan tegur sapa ? responden menjawab tidak pernah
karena mereka sangat jarang dapat bertemu dosen dosen tersebut di jalan.
Responden beralasan karena kesibukan masing masing sehingga jarang bisa
bertemu dengan dosen di jalan.
Dari hasil yang di dapat beberapa responden jika yang sudah sering
melakukan tegur sapa dengan siapa saja dari pertanyaan quisioner dapat dikatakan
mereka telah menerapkan hadist

2560 5727 )
Tidak halal bagi seseorang apabila ia memutuskan hubungan dengan
saudaranya sesama muslim melebihi tiga hari, keduanya saling bertemu namun
saling mengacuhkan satu sama lain dan yang terbaik dari keduanya adalah yang
memulai menegur dengan mengucapkan Salam. (Hadits Riwayat AI Bukhari,
no. 5727 dan Muslim, no. 2560).
Dengan menegur sapa di antara sesama muslim kita sudah menerapkan agar
menjaga silaturahmi dengan sesama muslim, apalagi jika kita mengenal dengan
sesama muslim tersebut kita wajib melakukan tegur sapa dan jangan lebih dari 3
hari, karena jika lebih bisa memutuskan tali silahturahmi, sedangkan memutuskan
tali silaturahmi itu hukumnya haram. Dengan menjalin silaturahmi yang baik kita
bisa mendapatkan rido Allah. Karena dengan kita mengunjungi rumah rumah
saudara kita dengan niatan silaturahmi maka pengunjung tersebut dapat ridho
Allah SWT yang melimpah.

Solusi

Jika dari beberapa responden yang kurang bisa menerapkan budaya tegur
sapa dengan sesama muslim coba renungkan dari hadist di atas. Karena dari era
modern seperti ini kita membutuhkan koneksi yang luas, karena dengan koneksi
yang luas tersebut kita bisa mempermudah dari aspek perkerjaan, dan lain-lain.
Karena kita manusia merupakan makhluk sosial kita sebagai umat Islam yang
baik, sebaiknya bisa menjaga silaturahmi antar sesama.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan hasil survey yang kami lakukan maka dapat


disimpulkan bahwa budaya adalah sikap dan pola perilaku yang merupakan
kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat
tertentu. Adapun faktor pembentuk budaya adalah lingkungan sekitar, manusia itu
sendiri dengan pola pikinya, dan keyakinan atau kepercayaan terhadap sesuatu.
Selain itu, untuk menjaga agar tali persaudaraan tetap utuh maka silaturahmi harus
tetap dijaga dengan saling bertegur sapa di jalan atau di manapun ketika satu sama
lain bertemu, karena menurut hadist yang terbaik dari keduanya adalah yang
memulai pertama menegur salam.

3.2 Saran

Pada zaman modern seperti saat ini budaya tegur sapa semakin tidak terlihat
antar manusia, untuk itu diharapkan budaya tegur sapa harus dilestarikan dengan
contoh kecil ketika antar manusia bertemu di jalan harus saling memberi
senyuman dan memberi salam.
LAMPIRAN

Gambar 1. Mahasiswa sedang mengisi kuisioner


DAFTAR PUSTAKA

Hadits Riwayat AI Bukhari, no. 5727 dan Muslim, no. 2560

Munajjed, Mohammad Al . Islam Quetion and Answer. Diakses 23 Mei 2017.


https://islamqa.info/id/21878

You might also like