Professional Documents
Culture Documents
DosenPengampu:
DisusunolehKelompok4 :
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nyeri didefinisikan sebagai pengalaman sensoris dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial dapat
menyebabkan kerusakan jaringan. (Setiohadi dkk, 2006).
Nyeri adalah tanda adanya penyakit atau kelainan dalam tubuh yang merupakan
bagian dari proses penyembuhan dan perlu dihilangkan atau diatasi jika nyeri telah
mengganggu aktifitas tubuh (Priyanto,2008). Gejala-gejala nyeri diantaranya yaitu sakit
menusuk, pusing, panas terbakar, menyengat, pedih, nyeri yang merambat, rasa nyeri
yang hilang timbul, dan berbeda tempat rasa nyeri. Gejala yang tidak spesifik meliputi
kecemasan, depresi, kelelahan, insomnia (gangguan pola tidur), rasa marah dan
ketakutan (Sukandar dkk, 2008).
Nyeri tersebut juga menggangu aktivitas sehingga membutuhkan manajemen
nyeri yang adekuat.Perlu pemahaman yang baik mengenai etiologi, patofisiologi, faktor
resiko dari pasien dan juga terapi farmakologi dan nonfarmakologi yang sesuai.
Salah satu jenis nyeri yang sering terjadi adalah Disminore. Disminore adalah
rasa sakit yang menyertai menstruasi sehingga dapat menimbulkan gangguan pekerjaan
sehari-hari. Derajat nyerinya bervariasi mencakup ringan (berlangsung beberapa saat dan
masih dapat meneruskan aktivitas sehari-hari), sedang (karena sakitnya diperlukan obat
untuk menghilangkan rasa sakit, tetapi masih dapat melakukan pekerjaannya), berat(rasa
nyerinya demikian beratnya sehingga memerlukan istirahat dan pengobatan untuk
menghilangkan rasa nyerinya) (Manuaba, 2008).
Disminore rasa sakit ketika haid yang biasanya baru timbul 2 atau 3 tahun
sesudah menarche dan umumnya hanya terjadi pada siklus haid yang disertai pelepasan
sel telur dan kadang juga pada siklus haid yang tidak disertai pengualaran sel telur
(anovulatory) terutama bila darah haid membeku didalam rahim (Jones, 2009).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan nyeri, nyeri lokal dan dismenore ?
2. Bagaimana cara memberikan swamedikasi dan penatalaksanaan dari nyeri, nyeri
lokal dan disminore?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang nyeri dan disminore.
2
2. Untuk mengetahui swamedikasi dan penatalaksanaan nyeri, nyeri lokal dan
dismenore.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Nyeri
a. Definisi Nyeri
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang
dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori
subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan
3
kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan.
Nyeri bersifat subjektif dan individual. Selain itu nyeri juga bersifat tidak
menyenangkan, sesuatu kekuatan yang mendominasi, dan bersifat tidak
berkesudahan. Stimulus nyeri dapat bersifat fisik dan atau mental, dan kerusakan
dapat terjadi pada jaringan aktual atau pada fungsi ego seseorang. Nyeri melelahkan
dan menuntut energi seseorang sehingga dapat mengganggu hubungan personal dan
mempengaruhi makna kehidupan. Nyeri tidak dapat diukur secara objektif, seperti
menggunakan sinar-X atau pemeriksaan darah. Walaupun tipe nyeri tertentu
menimbulkan gejala yang dapat diprediksi,sering kali perawat mengkaji nyeri dari
kata-kata, prilaku ataupun respons yang diberikan oleh pasien. Hanya pasien yang
tahu apakah terdapat nyeri dan seperti apa nyeri tersebut.
b. Faktor yang Mempengaruhi Respon Nyeri
1. Usia
Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon
nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah
patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam
nyeri yang dialami, karena mereka mengangnggap nyeri adalah hal alamiah yang
harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal
jika nyeri diperiksakan.
2. Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wnita tidak berbeda secara signifikan
dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya
3. Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap
nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah
akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka
tidak mengeluh jika ada nyeri.
4. Makna nyeri
Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang terhadap nyeri dan dan
bagaimana mengatasinya.
5. Perhatian
Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat
mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat
dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi
dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi, guided
imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri.
6. Ansietas
4
Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan
seseorang cemas.
7. Pengalaman masa lalu
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini
nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah
tidaknya seseorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam
mengatasi nyeri.
c. Klasifikasi Nyeri
Tipe nyeri dapat dikelompokkan berdasarkan waktu, tempat dan penyebabnya
(Kozier et al., 2010)
5
2. Menurut lokasi nyeri
Nyeri berdasarkan asal lokasi atau sumber nyeri dapat dibagi ke dalam:
a. Nyeri kutaneus
Nyeri yang berasal di kulit atau jaringan subkutan. Teriris kertas yang
menyebabkan nyeri tajam dengan sedikit rasa terbakar adalah sebuah contoh nyeri
kutaneus (Kozier, et al., 2010). Nyeri kutaneus dapat ditandai dengan onset
mendadak dan tajam atau kualitas tetap atau dengan onset lambat dan kualitas
seperti rasa terbakar, tergantung pada jenis serat saraf yang terlibat. Reseptor nyeri
kutaneus berakhir tepat di bawah kulit dan karena konsentrasi tinggi dari ujung
saraf, maka nyeri ini didefinisikan sebagai nyeri lokal dengan durasi pendek
(Black & Hawks, 2009).
b. Nyeri somatic profunda
Nyeri yang berasal dari ligamen, tendon, tulang, pembuluh darah dan saraf. Nyeri
somatik profunda menyebar dan cenderung berlangsung lebih lama dibandingkan
nyeri kutaneus. Keseleo pada pergelangan kaki adalah sebuah contoh nyeri
somatic profunda (Kozier, et al., 2010). Nyeri somatik merupakan hasil aktivasi
nosiseptors (reseptor sensorik) sensitif terhadap rangsangan zat atau bahan
berbahaya di cutaneus atau jaringan lebih dalam. Pengalaman nyeri terlokalisasi
yang digambarkan sebagai rasa yang konstan, sakit dan menggerogoti (Gililland,
2008).
c. Nyeri viseral
Nyeri yang berasal dari stimulasi reseptor nyeri di rongga abdomen, kranium dan
toraks. Nyeri viseral cenderung menyebar dan seringkali terasa seperti nyeri
somatik profunda, yaitu rasa terbakar, nyeri tumpul atau merasa tertekan. Nyeri
viseral seringkali disebabkan oleh peregangan jaringan, iskemia atau spasme otot
(Kozier et al., 2010). Nyeri viseral sangat sulit untuk dilokalisasi, dan beberapa
cedera pada jaringan visceral terlihat seperti nyeri alih atau referred pain, di mana
sensasi terlokalisir pada daerah yang tidak ada hubungannya dengan tempat
terjadinya cedera (Black & Hawks, 2009). Nyeri viseral adalah nyeri yang
dimediasi oleh nosiseptor. Nyeri yang digambarkan sebagai nyeri yang mendalam,
sakit dan kolik. Sulit untuk dilokalisasi dan sering dirasa pada daerah cutaneus,
yang mungkin lembut (Gililland, 2008).
3. Menurut tempat nyeri di rasakan
Nyeri berdasarkan tempat nyeri di rasakan dapat dibagi ke dalam:
a. Nyeri menjalar
6
Nyeri yang dirasakan di sumber nyeri dan meluas ke jaringan jaringan di
sekitarnya. Misalnya, nyeri jantung tidak hanya dapat dirasakan di dada tetapi
juga dirasakan di bahu kiri dan turun ke lengan (Kozier, et al., 2010).
b. Nyeri alih
Nyeri alih adalah nyeri yang di rasakan di satu bagian tubuh yang cukup jauh dari
jaringan yang menyebabkan nyeri. Misalnya, nyeri yang berasal dari sebuah
bagian visera abdomen dapat dirasakan di suatu area kulit yang jauh dari organ
yang menyebabkan nyeri (Kozier, et al., 2010). Nyeri alih adalah bentuk nyeri
viseral dan dirasakan di daerah yang jauh dari tempat stimulus. Itu terjadi ketika
serat saraf yang melayani area tubuh yang jauh dari tempat stimulus lewat di dekat
stimulus. Sensasi nyeri alih mungkin intens, dan mungkin ada sedikit atau tidak
ada rasa sakit pada titik stimulus berbahaya (Black & Hawks, 2009).
7
d. Patofisiologi Nyeri
1. Transduksi
Proses dimana stimulus noksius diubah ke impuls elektrikal pada ujung saraf. Suatu
stimuli kuat (noxion stimuli) seperti tekanan fisik kimia, suhu dirubah menjadi suatu
aktifitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf perifer (nerve ending) atau organ-
organ tubuh (reseptor meisneri, merkel, corpusculum paccini, golgi mazoni). Kerusakan
jaringan karena trauma baik trauma pembedahan atau trauma lainnya menyebabkan
sintesa prostaglandin, dimana prostaglandin inilah yang akan menyebabkan sensitisasi
dari reseptor-reseptor nosiseptif dan dikeluarkannya zat-zat mediator nyeri seperti
histamin, serotonin yang akan menimbulkan sensasi nyeri. Keadaan ini dikenal sebagai
sensitisasi perifer.
2. Transmisi
Proses penyaluran impuls melalui saraf sensori sebagai lanjutan proses transduksi
melalui serabut A-delta dan serabut C dari perifer ke medulla spinalis, dimana impuls
tersebut mengalami modulasi sebelum diteruskan ke thalamus oleh tractus
spinothalamicus dan sebagian ke traktus spinoretikularis. Traktus spinoretikularis
terutama membawa rangsangan dari organ-organ yang lebih dalam dan viseral serta
berhubungan dengan nyeri yang lebih difus dan melibatkan emosi. Selain itu juga
serabut-serabut saraf disini mempunyai sinaps interneuron dengan saraf-saraf berdiameter
besar dan bermielin. Selanjutnya impuls disalurkan ke thalamus dan somatosensoris di
cortex cerebri dan dirasakan sebagai persepsi nyeri.
3. Persepsi
Persepsi adalah saat klien menyadari rasa nyeri. Pada tahap ini individu akan berespon
terhadap adanya nyeri dengan memunculkan berbagai strategi perilaku kognitif untuk
mengurangi kompenen sensorik dan afektif nyeri. Persepsi terjadi ketika nyeri diakui,
didefinisikan, dan ditanggapi oleh individu mengalami rasa sakit. Di otak, masukan
8
nociceptive dirasakan sebagai nyeri. tidak ada satupun lokasi yang tepat di mana persepsi
nyeri ini terjadi, sebaliknya, persepsi nyeri melibatkan beberapa struktur di otak.
4. Modulasi
Proses perubahan transmisi nyeri yang terjadi disusunan saraf pusat (medulla spinalis
dan otak). Proses terjadinya interaksi antara sistem analgesik endogen yang dihasilkan
oleh tubuh kita dengan input nyeri yang masuk ke kornu posterior medulla spinalis
merupakan proses ascenden yang dikontrol oleh otak. Analgesik endogen (enkefalin,
endorphin, serotonin, noradrenalin) dapat menekan impuls nyeri pada kornu posterior
medulla spinalis. Dimana kornu posterior sebagai pintu dapat terbuka dan tertutup
untuk menyalurkan impuls nyeri untuk analgesik endogen tersebut.
e. Daerah Sendi yang Sering Diserang Nyeri Antara Lain :
1. Tangan
Pada daerah bagian belakang dan bagian sebelah dalam dari tulang-tulang jari
tangan, sering ditemukan adanya benjolan kecil dari bagian tulang yang terkena
(osteofit).
2. Lutut
Nyeri selalu bersifat lokal dan bisa didapati pengecilan (atrofi) karena pergerakan
menjadi berkurang dalam waktu yang cukup lama.Bisa terjadi kehilangan tulang
rawan yang tidak seimbang di daerah lutut yang menyebabkan sendi menjadi
tidak beres lagi.
3. Pinggul
Nyeri datang secara perlahan-lahan dan rasa nyerinya juga bertingkat. Sering
bersifat lokal pada daerah pinggul atau bagian dalam paha. Kadang-kadang rasa
nyeri bisa juga didapatkan pada daerah bokong, pangkal paha yang bahkan bisa
sampai ke daerah lutut. Rasa nyeri juga akan timbul kalau daerah sendi yang
terlibat digerakkan.
4. Kaki
Rasa nyeri akan timbul pada daerah sendi pangkal jari kaki, terutama kalau
memakai sepatu yang ujungnya sempit. Rasa nyeri selalu dirasakan pada waktu
bangun pagi hari, bila telapak kaki dipijakkan ketika hendak berdiri.
5. Leher dan punggung
Rasa nyeri disini terjadi karena adanya kelainan pada daerah bagian tulang rawan
tulang belakang, terutama di daerah bagian punggung. Rasa nyeri bersifat
setempat/lokal, disertai rasa kaku akibat tekanan. Rasa sakit juga bisa didapati
pada bagian ujung dari tulang belakang atau pada daerah bagian leher.
f. Respon Fisiologis terhadap Nyeri
Respon fisiologi terhadap nyeri terdiri atas dua stimulus, yaitu stimulus simpatik (nyeri
ringan, moderat, dan superficial) dan stimulus parasimpatik (nyeri berat dan dalam).
Stimulasi Simpatik
1. Dilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rate
9
2. Peningkatan heart rate
3. Vasokonstriksi perifer, peningkatan BP
4. Peningkatan nilai gula darah
5. Diaphoresis
6. Peningkatan kekuatan otot
7. Dilatasi pupil
8. Penurunan motilitas GI2)
Stimulus Parasimpatik
1. Muka pucat
2. Otot mengeras
3. Penurunan HR dan BP
4. Nafas cepat dan irreguler
5. Nausea dan vomitus
6. Kelelahan dan keletihan
g. Respon Tingkah Laku terhadap Nyeri
1. Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup:
2. Pernyataan verbal (mengaduh, menangis, sesak nafas, mendengkur)
3. Ekspresi wajah (meringis, menggeletukkan gigi, menggigit bibir)
4. Gerakan tubuh (gelisah, imobilisasi, ketegangan otot, peningkatan gerakan jari dan tangan)
5. Kontak dengan orang lain/interaksi sosial (menghindari percakapan,menghindari kontak
sosial, penurunan rentang perhatian, fokus pada aktivitas menghilangkan nyeri)
2. Nyeri Lokal
a. Definisi
Nyeri lokal adalah nyeri yang dirasakan setempat pada bagian dekat permukaan tubuh seperti
kulit, ototo, dan sendi.
b. Penyebab
Encok pada tulang, sendi, otot (fibrositis, non articular rheumatism) sering ditandai
dengan rasa yang timbul tiba-tiba dan kaku pada otot-otot daerah tengkuk, bahu,
pinggang dan bokong)
Memar karena trauma benda tumpul
Terkilir
3. Dismenore
a. Definisi
Dismenore merupakan nyeri pada perut bagian bawah ataupun pada pungung bagian
bawah akibat dari gerakan rahim yang meremas-remas (kontraksi) dalam usaha untuk
mengeluarkan lapisan dinding rahim yang terlepas (Faizah, 2000).
b. Klasifikasi Dismenore
Berdasarkan jenis nyeri, nyeri haid dapat dibagi menjadi 2 :
1. Nyeri Spasmodik
Nyeri spasmodik terasa di bagian bawah perut dan berawal sebelum masa haid atau
segera setelah masa haid mulai.
2. Nyeri Kongestif
Penderita dismenore kongestif yang biasanya akan tahu sejak berhari-hari sebelumnya
bahwa masa haidnya akan segera tiba. Gejalanya pegal, sakit pada buah dada, perut
kembung tidak menentu, beha terasa terlalu ketat, sakit kepala, sakit punggung, pegal
pada paha, merasa lelah atau sulit dipahami, mudah tersinggung, kehilangan
keseimbangan, menjadi ceroboh, terganggu tidur, atau muncul memar di paha dan lengan
10
atas yang berlangsung antara 2 atau 3 hari sampai kurang dari 2 minggu. Proses
menstruasi mungkin tidak terlalu menimbulkan nyeri jika sudah berlangsung. Bahkan
setelah hari pertama masa haid, orang yang menderita dismenore kongestif akan merasa
lebih baik.
Berdasarkan ada tidaknya kelainan:
1. Dismenore Primer
Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa di adanya kelainan pada alat-
alat genital yang nyata. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama- sama
dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa
kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyerinya adalah kejang berjangkit-
jangkit, biasanya terbatas pada perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar kedaerah
pinggang dan paha.
2. Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disertai kelainanan atomis genitalis
(Manuaba, 2001). Sedangkan menurut Hacker (2001) tanda tanda klinik dari dismenore
sekunder adalah endometriosis, radang pelvis, fibroid, adenomiosis, kista ovarium dan
kongesti pelvis. Umumnya, dismenore sekunder tidak terbatas pada haid, kurang
berhubungan dengan hari pertama haid, terjadi pada perempuan yang lebih tua (30-40 th)
dan dapat disertai dengan gejala yang lain (dispareunia, kemandulan dan perdarahan yang
abnormal) (Hermawan, 2012).
Berdasarkan Intensitas Nyerinya
1. Dysmenorrhea Ringan
yakni dysmenorrhea dengan rasa nyeri yang berlangsung beberapa saat sehingga perlu
istirahat sejenak untuk menghilangkan rasa nyeri, tanpa pemakaian obat-obatan.
2. Dysmenorrhea Sedang
yakni dysmenorrhea yang memerlukan obat untuk menghilangkan rasa nyeri tanpa perlu
meninggalkan aktivitas sehari-hari.
3. Dysmenorrhea Berat
yakni dysmenorrhea yang memerlukan istirahat sedemikian lama dengan akibat
meninggalkan aktivitas sehari-hari selama satu hari bahkan lebih.
c. Tanda dan Gejala
Dysmenorrhea dapat ditandai dengan gejala sebagai berikut:
1. Nyeri pada perut bagian bawah
2. Nyeri dirasakan sebagai kram yang timbul hilang atau sebagai nyeri tumpul yang terus
menerus ada.
3. Nyeri mulai timbul sesaat sesudah atau selama haid, mencapai puncaknya dalam waktu
24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang.
4. Dysmenorrhea juga sering disertai dengan sakit kepala, mual, sembelit, atau diare dan
sering berkemih, kadang sampai terjadi muntah.
4. Swamedikasi dan Penatalaksanaan Nyeri dan Desminore
a. Syarat obat swamedikasi
a. Obat harus aman kualitas dan efektif
b. Obat yang digunakan harus mempunyai indikasi, dosis, bentuk sediaan yang tepat
c. Obat yang diserahkan harus disertai informasi yang jelas dan lengkap.
11
b. Tujuan terapi
Tujuan penatalaksanaan nyeri adalah menghilangkan rasa nyeri yang
menyebabkan perasaan tidak nyaman pada pasien agar bisa menjalani aktivitas secara
normal dan mencapai kualitas hidup yang baik.
c. Sasaran terapi
Sasaran terapi adalah mengatasi rasa nyeri.
d. Strategi terapi
Terapi dapat dilakukan secara non-farmakologi dan farmakologi. Namun sebelum
dilakukan penatalaksanaan nyeri, perlu dilakukan penilaian terhadap keparahan
nyerinya. Nyeri sebaiknya dinilai, baik dalam keadaan berisirahat maupun
beraktivitas.penilaian tentang nyeri juga harus meliputi informasi tentang lokasi,
kualitas, intensitas, onset, durasi, dan frekuensi nyeri, dan tidak kalah pentingnya
adalah faktor-faktor yang memicu dan menghilangkan nyeri.
e. Kuantifikasi nyeri
12
f. Jenis-Jenis Obat Analgesik Pereda Nyeri dan Desminore
Analgetik adalah obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran. Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi
juga sering dikenal dengan istilah Analgetik/Analgetika /Analgesik Perifer. Analgetika
perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan
tidak bekerja sentral. Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau Obat Analgesik
Perifer ini cenderung mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa
berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan
tingkat kesadaran. Obat Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik Perifer ini juga
tidak mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan
penggunanaan Obat Analgetika jenis Analgetik Narkotik).
Nyeri dapat berarti perasaan emosional yang tidak nyaman dan berkaitan dengan
ancaman seperti kerusakan pada jaringan karena pada dasarnya rasa nyeri merupakan
suatu gejala, serta isyarat bahaya tentang adanya gangguan pada tubuh umumnya dan
jaringan khususnya. Meskipun terbilang ampuh, jenis obat ini umumnya dapat
menimbulkan ketergantungan pada pemakai.
Untuk mengurangi atau meredakan rasa sakit atau nyeri tersebut maka banyak
digunakan obat-obat analgetik (seperti parasetamol, asam mefenamat dan antalgin)
yang bekerja dengan memblokir pelepasan mediator nyeri sehingga reseptor nyeri
tidak menerima rangsang nyeri.
Terdapat perbedaan mencolok antara analgetika dengan anastetika umum yaitu
meskipun sama-sama berfungsi sebagai zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa
nyeri namun, analgetika bekerja tanpa menghilangkan kesadaraan. Nyeri sendiri
terjadi akibat rangsangan mekanis, kimiawi, atau fisis yang memicu pelepasan
mediator nyeri. Intensitas rangsangan terendah saat seseorang merasakan nyeri
dinamakan ambang nyeri (Tjay, 2002).
13
Analgetika yang bekerja perifer atau kecil memiliki kerja antipiretik dan juga
komponen kerja antiflogistika dengan pengecualian turunan asetilanilida (Anonim,
2005). Nyeri ringan dapat ditangani dengan obat perifer (parasetamol, asetosal,
mefenamat atau aminofenazon).
a) Analgesik opioid/ analgesik narkotika, analgesik opioid merupakan kelompok
obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau morfin. Golongan obat ini
terutama di gunakan untuk meredakan rasa nyeri. Tetapi semua analgesik opioid
menimbulkan adiksi/ ketergantungan, maka usaha untuk mendapatkan analgesik
yang ideal masih tetap di teruskan dengan tujuan mendapatkan analgesik yang
sama kuat dengan morfin tanpa bahaya adiksi.
Ada 3 golongan obat ini yaitu :
1) Obat yang berasal dari opium-morfin
2) Senyawa semisintetik morfin
3) Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin
b) Analgesik lainnya, seperti golongan salisilat seperti aspirin, golongan para amino
fenol seperti paracetamol, dan golongan lainnya seperti ibu profen, asam
mefenamat, neprolsen dan banyak lagi.Biasanya obat yang digunakan untuk
menghilangkan rasa nyeri biasanya terdiri dari tiga komponen, yaitu :
1) Analgetik (menghilangkan rasa nyeri)
2) Antipiretik (menurunkan demam)
3) Anti-inflamasi (mengurangi proses peradangan)
Sebagaian analgesik misalnya untuk mengurangi rasa nyeri yaitu:
(a) Paracetamol
Paracetamol yang di jual dengan berbagai nama dagang, beberapa di antaranya
adalah sanmol, pamol, fasidol, panadol, itramol dan lain-lain. Perlu di ingat
bila gejala hanya demam, tidak di benarkan menggunakan paracetamol yang di
campur dengan bahan aktif lainnya, misalnya pilek, batuk dan sebagainya.
Tambahan bahan itu selain tidak ada gunanya, juga menjadikan obat lebih
mahal, belum lagi jika menimbulkan efek samping.Sebagai analgesik,
paracetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena dapat
menbimbulkan nefropati analgesik.
(b) Neuralgin
Meringankan rasa nyeri pada sakit kepala, sakit kepala migrain, nyeri otot,
sakit gigi dan nyeri haid.
(c) Ibuprofen
Ibu profen bersifat analgesik dengan daya anti inflamasiyang tidak terlalu
kuat. Efek samping analgesiknya sama dengan aspirin.
(d) Asam Mefenamat
14
Obat ini dikenal masyarakat sebagai ponstan dan dipiron, kedua obat ini tidak
di benarkan di beloi di toko obat atau apotek tanpa resep dari dokter. Asam
mefenamat di gunakan sebgai analgesik pada nyeri, asam mefenamat sangat
kuat terikat pada protein plasma, sehingga interaksi dengan obat anti koagulan
harus di perhatikan.
(e) Tramadol
Tramadol adalah senyawa sintetik yang berefek seperti morfin, tramadol di
gunakan untuk sakit yang menegah hingga parah.
(f) Fentanyl
Fentany termasuk golongan obat analgesik narkotioka, analgesik narkotika
digunakan sebagai penghilang rasa nyeri. Fentanyl bekerja di dalam sistem
saraf pusat untuk menghilangkan rasa sakit.
(g) Obat yang lain adalah kombinasi antara AINS dan relaksan otot
(antispasmodik). Yang banyak digunakan adalah kombinasi antara parasetamol
dan hyoscine-N-butylbromide (Gitas Plus, Scopamin Plus, Scopma Plus).
Parasetamol akan mengurangi rasa nyeri sedangkan hyoscine-N-butylbromide
akan merelaksasi otot. Obat lain yang cukup terkenal adalah Feminax, yang
mengandung parasetamol dan ekstrak hiosiami. Nyeri haid akan mereda
dengan cepat.
c) Pengobatan hormonal
Sangat efektif untuk mengatasi dismenore dan sekaligus akan
membuat siklus haid teratur. Progestin dapat juga dipakai untuk
pengobatan dismenore, misalnya medroksi progesteron asetat (MPA) 5
mg atau didrogestron 2x10 mg mulai haid hari ke-5 sampai 25. Bila
penggunaan obat tersebut gagal mengatasi nyeri haid sebaiknya
dipertimbangkan untuk mencari penyebab dismenore sekunder
( Sarwono,2011). Gonadotropin-Releasing Hormone Agonists dan
Androgen, efek penurunan estrogen yang dimilik obat ini menyebabkan
atrofi dari endometrium dan penurunan kadar prostaglandin
(J.O.Schorge,2008). Pil KB juga dapat digunakan untuk mengurangi nyeri
haid, karena obat ini akan menipiskan lapisan rahim dan mengurangi
pelepasan prostaglandin. Dengan demikian rasa nyeri dapat menjadi lebih
ringan.
g. Terapi non-farmakologi
a. Nyeri dan nyeri lokal dapat diatasi dengan cara antara lain :
Pijat (massage)
Kompress atau penyinaran hangat
Istirahat yang cukup
15
Meminum jamu herbal
Olahraga yang teratur
h. Terapi obat non Oral :
Ada beberapa obat yang biasa diberikan secara topikal di kulit seperti
metilsalisilat, nikotinat, kamfer, mentol atau enzim. Adapun obat-obat topikal ini
berkhasiat meredakan nyeri karena counterirritantnya dan efek meningkatnya
peredaran darah setempat. Pereda nyeri ini dapat berupa salep (balsem), krim, cairan
(obat gosok) ataupun berupa plester (koyo).
16
Enzim heparinoid dan hialurodinase bermanfaat untuk mengobati memar, terkilir
dan pegal otot. Kedua zat ini diabsorpsi kulit dan kemudian meningkatkan
pembuangan eksudat dari daerah yang bengkak itu.
17
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Nyeri didefinisikan sebagai pengalaman sensoris dan emosional yang tidak
menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial dapat
menyebabkan kerusakan jaringan (Setiohadi dkk, 2006).
Nyeri lokal adalah nyeri setempat seperti dikulit, otot, dan sendi. Dimana, nyeri
yang terjadi disebabkan karena encok pada tulang sendi, memar terkena benda tumpul
dan terkilir ( Azis,dkk., 2004).
Tujuan penatalaksanaan nyeri adalah menghilangkan rasa nyeri yang menyebabkan
perasaan tidak nyaman pada pasien agar bisa menjalani aktivitas secara normal dan mencapai
kualitas hidup yang baik, maka diberikan terapi analgesik, contohnya : paracetamol,
neuralgin, ibuprofen, asam mefenamat, tramadol. Terapi non farmakologi untuk nyeri dan
nyeri lokal adalah Pijat (massage), Kompress atau penyinaran hangat, Istirahat yang cukup,
Meminum jamu herbal.
DAFTAR PUSTAKA
18
Anonim, 2006, Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Athritis Rematik,
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, DepKes RI.
Azis, S., Supardi,S., dan Herman, M.J., 2004, Kembali Sehat dengan Obat, Pustaka
Populer Obor, Jakarta.
Cole, E.B., 2002, Pain Management : Classifying, Understanding and Treating Pain,
Hospital Physician, 23-30.
Fields, H.L., dan martin, J.B., 1999, Harrison :Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam,
Penerjemah Ahmad H.Asdie, Penerbit EGC.
Ikawati, Z., 2011, Farmakoterapi Penyakit Sistem Syaraf Pusat, Bursa Ilmu,
Yogyakarta.
19