You are on page 1of 6

A.

Fisiologi Menstruasi
1. Menstruasi
a. Definisi Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus
disertai pelepasan (deskuamasi) dari endometrium. Panjang siklus menstruasi
yang normal dan dianggap sebagai siklus menstruasi klasik selama 28 hari
(Prawirohardjo, 2005).
Menstruasi merupakan suatu siklus discarge fisiologik darah dan jaringan
mukosa melalui vagina dari uterus yang tidak hamil, dibawah kendali
hormonal dan berulang secara normal, biasanya interval sekitar empat
minggu, tanpa adanya kehamilan selama periode reproduktif (pubertas sampai
menopouse) pada wanita (Dorland, 2005).
b. Siklus Menstruasi
Siklus menstruasi merupakan periode menstruasi dihitung berdasarkan
jumlah hari tanggal mulainya menstruasi yang lalu sampai mulainya
menstruasi berikutnya. Siklus menstruasi dibagi menjadi 4 yaitu; polimenorea
apabila panjang siklus < 21 hari, normal apabila panjang siklus antara 21-35
hari, oligomenorea apabila panjang siklus antara 36-90 hari dan amenorea
apabila panjang siklus > 90 hari atau 3 bulan (Setyaningrum, 2008).
Siklus menstruasi merupakan rangkaian peristiwa yang secara
kompleks saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan di endometrium,
kelenjar hipotalamus dan hipofisis, serta ovarium. Siklus menstruasi
mempersiapkan uterus untuk kehamilan. Bila tidak terjadi kehamilan, maka
terjadi menstruasi. Usia wanita, status fisik dan emosi wanita, serta
lingkungan mempengaruhi pengaturan siklus menstruasi (Bobak,2005).
c. Mekanisme
Perubahan hormonal siklik mengawali dan mengatur fungsi ovarium
dan perubahan endometrium. Pusat penngendalian hormon reproduksi adalah
hipotalamus. Hormon pada hipotalamus gonadotropik realising hormone
(GnRH) yaitu follicle-stimulating hormone-realising hormone (FSHRH) dan
luteinizing hormone-stimulating hormone (LHRH). Kedua hormon ini akan
merangsang hipofisis anterior untuk mensekresi follicle-stimulating hormone
(FSH) dan luteinizing hormone (LH). Kedua hormon ini akan menyebabkan
produksi estrogen dan progesteron dari ovarium (Price, 2005).
Fluktuasi kadar estrogen dan progesteron yang terjadi selama siklus
ovarium menyebabkan perubahan yang mencolok pada uterus, inilah yang
mengakibatkan terjadinya siklus menstruasi (Sherwood, 2001).
d. Fisiologi menstruasi
Menstruasi normalnya terjadi setiap 21-35 hari (28 hari merupakan
siklus yang khas) dan berlangsung antara 2-7 hari. Selama menstruasi, sekitar
50% merupakan darah, sisanya terdiri dari fragmen jaringan endometrium dan
lendir (Gould, 2007). Endometrium disekresikan secara kimia untuk
mencegah pembekuan darah dan memudahkan aliran darah dari serviks ke
dalam saluran vagina. Darah yang hilang saat menstruasi sekitar 35-45 ml.
Menurut Sadler dkk (2007), hilangnya 20-60 ml masih diterima, namun
kerugian yang melebihi 80 ml dapat menyebabkan anemia yang akan
membutuhkan pengobatan. Sherman dan Korenman (1975) menemukan
variasi bahwa dalam kehilangan darah terjadi ketika perempuan mengalami
anovulatori siklus berikutnya di mana periodenya sering ringan. Meskipun
memiliki fisiologi yang sama, tidak ada dua perempuan memiliki siklus
menstruasi yang sama. Ada banyak penyebab variasi dalam siklus menstruasi
dari onset menstruasi (menarche), untuk penghentian saat menopause. Siklus
menstruasi dikendalikan oleh kelompok hormon, terutama estrogen dan
progesteron. Mereka dilepaskan siklis dari indung telur selama masa
reproduksi di bawah kendali dari dua hipofisis anterior hormon gonadotropin,
Follicle-stimulating hormone (FSH) dan Lutenizing hormon (LH). Di bawah
pengaruh hormon ini, perubahan terjadi pada endometrium dinding rahim di
seluruh siklus menstruasi (Jenkins et al, 2007). Menstruasi dianggap mulai
pada hari 1 dari siklus berikut yang selama periode sekitar 5 hari, superfisial
lapisan dinding rahim, endometrium, secara bertahap meninggalkan gudang
basal lapisan bawah (Everett, 2004). Dari hari ke 5 sampai hari ke-14 yang
khas 28-hari siklus (dikenal sebagai proliferasi fase), di bawah pengaruh
estrogen yang meningkat, folikel berkembang, sel-sel dalam lapisan basal
mulai bertambah banyak untuk penebalan progresif dan meningkatkan
vaskularisasi dari lapisan endometrium
yang baru. Ovulasi biasanya terjadi pada titik tengah dari suatu 28-hari siklus,
atau 14 hari sebelum onset menstruasi terlepas dari panjang siklus (Everett,
2004). Fase berikutnya ini dikenal sebagai fase sekresi estrogen dimana terus
mempromosikan pengembangan endometrium. Progesteron juga dilepaskan
untuk membantu mempersiapkan endometrium untuk menerima sel telur yang
akan dibuahi. Jika tidak terjadi kehamilan, korpus luteum berdegenerasi dan
pengurangan pasokan estrogen secara tiba-tiba ini mendorong mulainya
menstruasi (Jenkins et al, 2007). Meskipun memiliki fisiologis yang hampir
sama, namun variasi yang sangat besar dapat terjadi antara naik dan turunnya
siklus menstruasi.
1) Siklus Ovarium
a) Fase Folikuler
Siklus diawali dengan hari pertama menstruasi, atau terlepasnya
endometrium. FSH merangsang pertumbuhan beberapa folikel primordial
dalam ovarium. Satu folikel berkembang menjadi folikel deGraf. Folikel
terdiri dari sebuah ovum dengan dua lapisan sel yang mengelilinginya.
Lapisan dalam yaitu sel granulosa mensintesis progesteron selama paruh
pertama siklus menstruasi, dan bekerja sebagai prekusor pada sintesis
estrogen oleh lapisan sel teka interna yang mengelilinginya. Kadar estrogen
yang meningkat menyebabkan pelepasan LHRH dari hipotalamus (Price,
2005).
b) Fase Luteal
Kadar estrogen yang tinggi akan menghambat produksi FSH.
Kemudian kadar estrogen mulai menurun. Setelah oosit terlepas dari folikel
deGraf, lapisan granulosa menjadi banyak mengandung pembuluh darah dan
berubah menjadi korpus luteum yang berwarna kuning pada ovarium. Korpus
luteum terus mensekresi sejumlah kecil estrogen dan progesteron yang makin
lama semakin meningkat (Price, 2005).
2) Siklus Endometrium
Siklus menstruasi endometrium terdiri dari 4 fase, yaitu:
a) Fase Menstruasi
Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai
perdarahan. Hanya stratum basale yang tinggal utuh. Darah menstruasi
mengandung darah vena dan arteri dengan sel-sel darah merah dalam
hemolisis atau aglutinasi, sel-sel epitel dan stroma yang mengalami
disintegrasi dan otolisis, dan sekret dari uterus, serviks, dan kelenjar-kelenjar
vulva. Fase ini berlangsung 3-4 hari.
b) Fase Proliferasi
Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang
berlangsung sejak hari ke-lima hingga ovulasi, misalnya hari ke-10 siklus 24
hari, hari ke-14 siklus 28 hari, atau hari ke-18 sikus 32 hari. Permukaan
endometrium secara lengkap akan kembali normal dalam empat hari atau
menjelang perdarahan berhenti. Sejak saat ini, terjadi penebalan 8 sampai 10
kali lipat, yang berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi bergantung dari
stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium (Bobak, 2005).
c) Fase Sekresi
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari
sebelum periode menstruasi berikutnya. Setelah ovulasi, diproduksi lebih
banyak progesteron sehingga terlihat endometrium yang edematosa, vaskular,
dan fungsional. Pada akhir sekresi, endometrium sekretorius yang matang
dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus.
Endometrium menjadi kaya darah dan sekresi kelenjar, tempat yang sesuai
untuk melindungi dan memberi nutrisi ovum yang dibuahi (Bobak, 2005).
d) Fase Iskemi
Implantasi (nidasi) ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7-10 hari setelah
ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan atau implantasi korpus luteum
(badan kuning yang mensekresi estrogen dan progesteron) menyusut. Seiring
penurunan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi
spasme. Selama fase iskemi, suplai darah ke endometrium fungsional berhenti
dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional berpisah dari lapisan basal dan
perdarahan menstruasi dimulai, menandai hari pertama siklus berikutnya
(Bobak, 2005).
e. Gangguan menstruasi
Gangguan menstruasi dan siklusnya khususnya dalam masa reproduksi
dapat digolongkan sebagai berikut:
1) Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada
menstruasi:
a) Hipermenore atau menorragia
b) Hipomenore
2) Kelainan siklus:
a) Polimenorea
b) Oligomenorea
c) Amenorea
3) Perdarahan diluar menstruasi:
a) Metorragia
4) Gangguan lain yang ada hubungannya dengan menstruasi:
a) Premenstrual tension (ketegangan pra menstruasi)
b) Mastodinia
c) Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi)
d) Dismenore
(Prawirohardjo, 2005).
f. Lama Menstruasi
Lama menstruasi didefinisikan sebagai Jumlah hari yang diperlukan
dari mulai mengeluarkan darah menstruasi sampai perdarahan berhenti dalam
1 siklus menstruasi. Lama menstruasi dibedakan menjadi 3 yaitu hipomenorea
apabila lama menstruasi < 2 hari, normal apabila lama menstruasi antara 2-8
hari, dan hipermenorea (menorrhagia) apabila lama menstruasi > 8 hari
(Setyaningrum, 2008).
Menorrhagia adalah masalah umum di antara wanita usia reproduksi.
Sekitar 30% wanita melaporkan mendapatkan menstruasi yang berat dan
setiap tahun sekitar 5% wanita mencari perawatan medis untuk menstruasi
dengan perdarahan berlebihan. Pada sekitar 50% kasus, tidak ada
organicpathology ditentukan, dan pendarahan uterus disfungsional
didiagnosis. Baru-baru ini perdarahan, yang mendasari gangguan, terutama
penyakit von willebrand dan gangguan fungsi trombosit, telah ditemukan
untuk menjadi prevalensi pada wanita dengan menorrhagia. Menorrhagia
terjadi selama masa remaja dan perimenopause diduga terkait dengan
anovulasi atau, pada masa perimenopause, juga menyebabkan anatomi,
sebagai mioma submukosa rahim (Saidi, 2005).
Menorrhagia adalah perdarahan lebih dari 7 hari atau lebih dari 80ml
perdarahan menstruasi. Penyebab terjadinya pendarahan meliputi
ketidakseimbangan hormon, khususnya antara estrogen dan progesteron,
infeksi panggul, rahim fibroid, infeksi dan rahim malignancies,
ketidakseimbangan prostaglandin, cedera, dilatators, alat kontrasepsi (IUD),
masalah homeostatis, endometriosis, hipotiroidisme, dan defisiensi besi
(Sheinfeld, 2007). Menurut Evatt (2002), Prevalensi menorrhagia pada wanita
sehat adalah antara 9% dan 14%. Penyebab menorrhagia meliputi spektrum
yang luas, penyakit yang mungkin ginekologi, sistemik, atau iatrogenik.
Namun, penyebab menorrhagia diidentifikasi dalam waktu kurang dari 50%
dari wanita dengan menstruasi yang berlebihan perdarahan.

You might also like