Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
1. Andy Kurniawan Eko Saputro
2. Aan Nurhasanah 14. Liza Azizah Tusyadiah
3. Ade Sudarsono 15. Novi Yusliani
4. Ade Teti Suhaeti 16. Nani Carnani
5. Deasy Andiyanti 17. Pipit Agustika
6. Dewi Nurmaya 18. Pipin Vinalia
7. Eni Rohayati 19. Rini Abriyani
8. Engkus Kusliah 20. Rika Hernawati
9. Endin Wahyudin 21. Sujana
10. Heriyana 22. Sri Hastuti Meilani
11. Iis Indra Yuniasih 23. Sumarno
12. Jaja Sutarja 24. Tatang
13. Jajang Suteja 25. Ujang Haerudin
27
28
Disusun Oleh :
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Adapun tujuan penulisan laporan ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam
Cirebon.
menyadari banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, untuk itu penulis
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Dalam penyusunan
laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak,
oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih
5. Supriatin, S.Kep, Ners, selaku Ketua Program Studi Peofesi Ners STIKes
Cirebon.
8. Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
pada penulis mendapat balasan dengan limpahan berkat dan anugrah dari Allah SWT.
Amin...
Penulis
32
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL........................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... vi
DAFTAR TABEL
Setelah Dimasak
3.20 Distribusi Keluarga Berdasarkan Kebiasaan Menggantung 40
Pakaian
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang
optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan upaya dari seluruh potensi
bangsa baik masyarakat, swasta maupun pemerintah pusat dan daerah. Pembangunan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
kesadaran yang tinggi yang mengutamakan upaya promotif dan preventif. (Depkes
RI, 2006)
komunitas.
38
yang berfokus kepada kebutuhan dasar komunitas, yang berkaitan dengan kebiasaan
atau pola perilaku masyarakat yang tidak sehat, ketidakmampuan masyarakat untuk
prevensi atau pencegahan yaitu : prevensi primer yang pelaksanaan difokuskan pada
keperawatan komunitas merupakan hal yang teramat penting disusun oleh perawat.
terutama sekali faktor masyarakat itu sendiri, karena pada hakekatnya masyarakatlah
yang memiliki rencana tersebut, dan perawat sebaiknya hanyalah sebagai fasilitator
Tidak hanya perencanaan tentunya ners harus mampu pula memastikan bahwa
rencana tersebut merupakan upaya yang paling maksimal, artinya ners tidak saja
dituntut berperan dilevel pelaksana dimasyarakat saja (grassroat), namun pula harus
melakukan lobi, negosiasi, serta advokasi terhadap apa yang telah direncanakan
untuk dapat diwujudkan. Hal ini akan memaksa ners untuk mampu bekerja sama
dengan berbagai pihak baik dari kalangan birokrat pemerintahan, lembaga swadaya
masyarakat, maupun kalangan bisnis. Oleh karena itu penting dilakukan pendekatan
strategi yang mantap dengan memanfaatkan berbagai data primer, sekunder dan
merasa perlu untuk praktek keperawatan komunitas, yang dilaksanakan dari tanggal
08 Oktober 2013 s.d 02 Nopember 2013 di Desa Bakung Lor Kecamatan Jamblang
Kabupaten Cirebon. Sebagai out put dari praktek keperawatan komunitas tersebut
BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
41
dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah
ibu hamil, kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia,
kelompok masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya.
kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada
individu, keluarga, kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses
komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta masyarakat.
yang mereka lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat
dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses transfer materi/teori dari
seseorang ke orang lain dan bukan pula seperangkat prosedur. Akan tetapi,
perubahan tersebut terjadi adanya kesadaran dari dalam diri individu, kelompok
derajat kesehatan; baik fisik, mental dan sosialnya, sehingga produktif secara
3. Kerjasama (Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan masyarakat
jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman bagi lingkungan
masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat dibutuhkan dalam upaya
cepat.
berikut :
itu perawata yang bekerja di sekolah dapat memberikan perawatan untuk peserta
didik pada kasus penyakit akut yang bukan kasus kedaruratan misalnya penyakit
influensa, batu dll. Perawat juga dapat memberikan rujukan pada peserta didik
bertujuan untuk :
45
pendidikan kesehatan.
kunjungan rumah, hospice care, home care dll. Perawat yang bekerja di rumah
Terdapat sejumlah tempat lain dimana perawat juga dapat bekerja dan
1. Posyandu
46
Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan posyandu. Secara
b. KB
c. Imunisasi
d. Peningkatan gizi
e. Penanggulangan diare
f. Sanitasi dasar
lengkap pada waktu dan tempat yang sama. Posyandu dipandang sangat
untuk mengurangi dampak dari krisis ekonomi terhadap penurunan status gizi
dan kesehatan ibu dan anak. Kegiatan ini juga bertujuan untuk meningkatkan
meningkatkan status gizi serta kesehatan ibu dan anak melalui peningkatan
hidup sehat
e. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan pada penduduk
1) Meja I
a. Pendaftaran
b. Pencacatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan PUS (Pasangan
Usia Subur)
2) Meja II
3) Meja III
Pengisian KMS
4) Meja IV
b. Penyuluhan kesehatan
c. Pelayanan PMT, oralit, Vit. A, Tablet zat besi, Pil ulangan, Kondom
5) Meja V
a. Pemberian iminisasi
48
b. Pemeriksaan Kehamilan
materi dasar dari KMS baita dan ibu hamil. Keberhasilan Posyandu
dilapangan yang kita temukan dari meja 1 sampai meja 5 dilakukan oleh
kesehatannya berperan aktif. Pendidikan dan pelatihan kader selama ini hanya
dalam kegiatan Posyandu. Keadaan seperti ini masih perlu perhatian khusus
Model adalah sebuah gambaran deskriptif dari sebuah praktik yang bermutu
yang mewakili sesuatu yang nyata atau gambaran yang mendekati kenyataan dari
konsep. Model praktik keperawatan didasarkan pada isi dari sebuah teori dan konsep
Salah satu model keperawatan kesehatan komunitas yaitu Model Health Care
System (Betty Neuman, 1972). Model konsep ini merupakan model konsep yang
stress dengan cara memperkuat garis pertahanan diri, baik yang bersifat fleksibel,
normal, maupun resisten dengan sasaran pelayanan adalah komunitas. (Mubarak &
Chayatin, 2009)
keperawatan yang terdiri dari yang terdiri dari klien, lingkungan, kesehatan dan
keperawatan.Asumsi Betty Neuman tentang empat konsep utama yang terkait dengan
dari harmoni dan merupakan suatu kesatuan dari variabel yang utuh, yaitu:
keperawatan komunitas, yaitu aspek fisik atau fisiologis, aspek psikologis, aspek
Sehat menurut Neuman adalah suatu keseimbangan bio, psiko, cultural dan
spiritual pada tiga garis pertahanan klien, yaitu garis pertahanan fleksibel, normal
harapan baik. Keadaan ini sering kali sangat membantu dalam penyembuhan
sakit medisnya
8. Seriously ill, yaitu benar-benar sakit, baik secara psikologis, medis dan sosial.
Kesehatan Utama
Keperawatan komunitas adalah suatu dalam keperawatan yang merupakan
masyarakat dalam melakukan upaya promotif dan perventif dengan tidak melupakan
menjadi sasaran dari keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari individu dan
51
(1972 dalam Anderson, 2006) untuk melihat masalah pasien, model komunitas
telah diganti namanya menjadi model komunitas sebagai mitra, untuk menekankan
1. Tingkat individu
rumah dan perlu kepuskesmas, penderita resiko tinggi seperti penderita penyakit
demam darah dan diare. Kemudian individu yang memerlukan pengawasan dan
perawatan berkelanjutan seperti ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita.
2. Tingkat keluarga
dengan sosial ekonomi rendah dan keluarga yang anggota keluarganya menderita
penyakit menular dan kronis. Hal ini dikarenakan keluarga merupakan unit utama
3. Tingkat komunitas
Keperawatan kesehatan komunitas di tingkat masyarakat dilakukan dalam
lingkup kecil sampai dengan lingkup yang luas didalam suatu wilayah kerja
dan sebagainya.
Asuhan keperawatan komunitas diberikan dengan memandang komunitas
sebagai klien dengan strategi intervensi keperawatan komunitas yang mencakup tiga
aspek yaitu primer, sekunder dan tertier melalui proses individu dan kelompok
dengan kerja sama lintas sektoral dan lintas program. Pelayanan yang diberikan oleh
keperawatan komunitas mencakup kesehatan komunitas yang luas dan berfokus pada
yaitu memberikan imunisasi pada bayi, anak balita dan ibu hamil, penyuluhan gizi
2. Pencegahan sekunder
3. Pencegahan tertier
stadium dini dan rehabilitasi pada orang yang mengalami kecacatan agar dapat
(Mubarak, 2009) :
2. Pengorganisasian masyarakat
1. Tahap persiapan
2. Tahap pengorganisasian
dan masyarakat.
pendidikan kesehatan.
5. Tahap koordinasi
6. Tahap akhir
Suverpisi bertahap dan diakhiri dengan evaluasi dan pemberian umpan balik
kerja selanjutnya.
merupakan gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu
sosial yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat baik yang sehat
bersama tim kesehatan lainnya untuk dapat mengenal masalah kesehatan dan
dan melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi.
dilakukan melalui beberapa fase yang tercakup dalam proses keperawatan komunitas
(Mubarak, 2005) :
1. Pengkajian
kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok
1) Pengumpulan data
Hal yang perlu dikaji pada komunitas atau kelompok antara lain :
a. Inti (Core) meliputi : Data demografi kelompok atau komunitas yang terdiri
atas usia yang beresiko, pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, agama, nilai-
terjamin
Kualiti dan kebijakan pemerintah terkait kesehatan, apakah cukup
gangguan penyakit
Sistem ekonomi, tingkat sosial ekonomi masyarakat secara keseluruhan,
2) Jenis data
Jenis data secara umum dapat diperoleh dari data subjektif dan data
a. Data subjektif
Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan
b. Data objektif
pengukuran.
c. Sumber data
Data primer
Data sekunder
record.
4) Pengelolaan data
c. Tabulasi data
d. Interpretasi data
5) Analisa data
kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah
masalah kesehatan.
7) Prioritas Masalah
59
Abraham H Maslow :
2. Diagnosa keperawatan
yang nyata dan yang mungkin terjadi. Diagnosa ditegakkan berdasarkan tingkat
rekreasi komunitas terhadap stresor yang ada. Selanjutnya dirumuskan dalam tiga
komponen, yaitu problem/masalah (P), etiology atau penyebab (E), dan symptom
seharusnya terjadi.
Symptom : tanda atau gejala yang tampak menunjang masalah yang terjadi.
3. Perencanaan/ Intervensi
4. Pelaksanaan/Implementasi
bekerjasama dengan angoota tim kesehatan lain dalam hal melibatkan pihak
b. Mempertahankan kondisi yang seimbang dalam hal ini perilaku hidup sehat
penyakit
komunitas
5. Penilaian/Evaluasi
sebagai berikut :
BAB III
kegiatan Survey Mawas Diri (SMD) pada sampel dari populasi penduduk Desa
N
n =
1 + N (d2)
62
Keterangan :
N = Besarnya populasi
n = Besar sampel
d = Tingkat kepercayaan
Maka jumlah sampel pada Survey Mawas Diri (SMD) di Desa Bakunglor
= 330 KK
Tabel 3.1 Distribusi Proporsi Sampel Pada Setiap Dusun Di Desa Bakunglor
Kecamatan Jamblang Kabupaten Cirebon
Dusun N Rumus n
n dusun 330
Gempol 576 98
populasi
n dusun
Jatimulya 664 330 112
populasi
n dusun
Sidapurna 267 330 45
populasi
n dusun
Jatisura 264 330 45
populasi
n dusun
Jatiwaluya 176 330 30
populasi
Jumlah 1947 330
Hasil Survey Mawas Diri (SMD) yang telah dilaksanakan pada tanggal
11 Oktober 2013 sampai dengan tanggal 16 Oktober 2013 dengan cara pendataan
1. Dimensi Lokasi
a. Batasan Komunitas
Bakungkidul
c. Gambaran Geografis
e. Lingkungan Buatan
2. Dimensi Populasi
a. Ukuran
terdiri laki-laki 3.202 jiwa dan perempuan 3.103 jiwa. Sedangkan jumlah
kepala keluarga (KK) adalah 1947 KK dan jumlah pasangan usia subur
(PUS) berdasarkan hasil survey mawas diri (SMD) sebanyak 261 pasang.
b. Kepadatan
c. Komposisi Penduduk
dibawah ini
dan masyarakat.
d. Pertumbuhan Penduduk
Kelahiran pada satu tahun terakhir ada 11 bayi lahir hidup, sedangkan
kematian bayi tidak ada, baik infant mortality rate maupun maternal
mortality rate tidak ada. Kematian balita (3-5 tahun) 1 orang pada periode 6
e. Budaya Penduduk
tidak ada perbedaan budaya maupun kebiasaan, sehingga tidak ada konflik
f. Mobilitas Penduduk
1) Jenis Kependudukan
jam 21.00 WIB sudah tidur malam dan bangun pagi jam 04.00WIB.
67
keluarga Pra-sejahtera.
6. PT 26 2,42
7. Tidak Sekolah 98 9,12
Jumlah 1075 100
bekerja sebagai petani. Dari hasil wawancara didapat data bahwa petani
bekerja jam 06.00 dan pulang jam 18.00. Dilihat dari jam kerja para petani
69
hampir seharian penuh (12 jam) bekerja di sawah atau ladang, maka
kemungkinan terjadi kelelahan akibat kerja dan hal ini akan menurunkan
kerja menurun.
a. Sistem Kesehatan
3. Hipertensi 9 13,04
4. Carries Dentist 7 10,14
5. Myalgian 7 10,14
6. Diare 4 5,79
7. Katarak 4 5,79
8. Dermatitis 3 4,35
9. Gastritis 2 2,89
10. Kecacingan 2 2,89
Jumlah 69 100
Sumber : Data primer pendataan Oktober 2013
Terdapat 261 Pasangan Usia Subur (PUS), 260 orang (99,62%) dalam
saat ini sakit yaitu : 6 balita (75%) ISPA dan 2 balita (25%) diare.
71
Terdapat 119 anak usia pra sekolah dan sekolah, 24 orang (20,17%)
kondisi anak saat ini sakit, yaitu : ISPA 10 orang (41,7%), carries 7
ada.
Terdapat 671 usia dewasa, 10 orang (1,5 %) kondisi saat ini sakit,
Terdapat 101 usia lansia, 28 orang (27,7%) kondisi lansia saat ini
tentang posbindu.
a) Pemukiman
Penduduk
b) Kondisi Rumah
c) Ventilasi Rumah
d) Pencahayaan Rumah
e) Jamban Keluarga
nyamuk.
h) Pengolahan Sampah
4. Sistem Keluarga
a. Type Keluarga
Tabel 3.24 Distribusi Kebiasaan Anak Memakai Alas Kaki Saat Bermain
bersih.
5. Sistem Kesejahteraan
Kegiatan gotong royong antar warga desa Bakunglor masih kuat, seperti
6. Sistem Ekonomi
pertanian padi. Hal ini sesuai dengan sumberdaya alam utama yang dimiliki
oleh desa bakunglor adalah lahan pesawahan yang subur, disamping padi hasil
pertanian lainya yang menjadi andalan desa bakunglor adalah jambu biji.
tingkat penghasilan > Rp. 1000.000, hal ini menunjukan bahwa dari segi
ekonomi sudah dapat dikatakan cukup memadai dan ini merupakan kekuatan
7. Sistem Politik
bidang non formal seperti bidang agama, misalnya imam dan bilal di
8. Sistem Rekreasi
seperti pada saat tahun baru dan pada hari raya idul fitri.sesekali.
Desa Bakunglor tidak mempunyai sarana/tempat rekreasi, untuk rekreasi
dan lain-lain. Satu-satunya sarana hiburan bagi keluarga pada waktu luang
9. Sistem Komunikasi
sebaliknya.
setiap malam minggu jam 18.00 WIB. Selain itu juga selalu
peringatan tahun baru islam, maulid nabi, isra miraj, dan lain-
lain.
2. Interpretasi Data
3. Prioritas Masalah
Percepatan penyelesaian
Kesadaran Masyarakat
Motivasi Masyarakat
8.
11.
10.
9.
6.
7.
Masalah Kesehatan
Pembenaran
Mempengaruhi Penyelesaian
12.
13.
14.
4.
5.
Tidak Terselesaikan
17. B 18. B 19. B 20. B 21. B 22. B
obot 5 obot 10 obot 5 obot 7 obot 8 obot 8
28. K 29. K 30. K 31. K 32. K 33. K
Masalah
riteria : riteria : riteria : riteria : riteria : riteria :
39. Ti 40. Ti 41. Ti 42. Ti 43. Ti 44. Ti
nggi 3 nggi 3 nggi 3 nggi 3 nggi 3 nggi 3
50. S 51. S 52. S 53. S 54. S 55. S
edang 2 edang 2 edang 2 edang 2 edang 2 edang 2
61. R 62. R 63. R 64. R 65. R 66. R
endah 1 endah 1 endah 1 endah 1 endah 1 endah 1
70. 71. Resiko terjadinya 80. Masyarakat
1 penyakit yang disebabkan oleh menyadari namun
78.
karena sanitasi lingkungan yang 72. 3, 73. 3, 74. 3, 75. 2, 77. 2, 79. membutuhkan biaya
76. 8 22,
kurang baik 3 3 3 3 6 II dan waktu yang lama
8
karena masalahnya
yang kompleks
81. 82. Resiko tinggi 83. 5 84. 3, 85. 5 86. 4, 87. 8 88. 5, 89. 90. 91. Masyarakat
2 terjadinya peningkatan angka 3 6 3 31, I menyadari & masalah
85
berikut :
1. Resiko tinggi terjadinya peningkatan angka kejadian penyakit degeneratif pada
katarak
78,22% lansia tidak tahu tentang Posbindu
2. Resiko terjadinya penyakit yang disebabkan oleh karena sanitasi lingkungan
mengenai dampak yang di timbulkan dari sanitasi lingkungan yang kurang baik,
3.16
- Mengadaka - Mengada - Masyarakat 3.65
- Sampai akhir n pelatihan kader kan pelatihan dan tokoh
Nopember 2013 posbindu kader Posbindu masyarakat hadir
tidak terjadi - Sosialisasi 3.23 pada pelatihan kader
peningkatan masalah lansia 3.24 posbindu
penyakit pada masyarakat , 3.25 - Minimal 50%
degeneratif pada tokoh masyarakat, - Kerjasam lansia hadir dalam
lansia puskesmas a dengan tokoh pendidikan kesehatan
3.17 - Sosialisasi masyarakat dan dan latihan fisik pada
3.18 jenis kegiatan : puskesmas lansia
- Perkumpul jenis, persiapan, untuk - Lansia mau
an lansia yang dan bentuk pelaksanaan mengikuti latihan
telah terbentuk partisipasi yang pendidikan dan mau
mampu menjadi diharapkan kesehatan pada mempraktekkannya
wadah - Kerjasama lansia tentang : dirumah
pemantauan lintas program Hipertensi, - Tokoh
kesehatan Lansia dan lintas sektoral Rematik dan masyarakat,
- Lansia bila diperlukan Katarak : Puskesmas,
mampu pengertian, mendukung adanya
memanfaatkan penyebab, dan pendidikan kesehatan
fasilitas faktor yang pada lansia
pelayanan yang mempengaruhi - Puskesmas
ada nya, tanda dan berperan aktif dalam
- Lansia gejala, upaya follow up case dan
tidak mengeluh pencegahan pembinaan keluarga
kondisi patologis dan - Keluarga
kecuali yang penanganannya memberikan
berkaitan dengan Pentingnya perhatian dan
proses menua latihan fisik membantu lansia
fisiologis bagi lansia : dalam pemenuhan
3.19 Pengertian, kebutuhan dasarnya
88
3.77
-Penyegaran dan - Mengada - Kader 3.130
- Sampai akhir pelatihan kader kan penyegaran mengerti apa yang
Nopember 2013 kesehatan dan pelatihan disampaikan oleh
tidak terjadi kader kesehatan pemberi materi
tentang PHBS
penyakit akibat tentang PHBS - Seluruh Kader
sanitasi tatanan rumah tatanan rumah hadir pada kegiatan
lingkungan yang tangga tangga dan pelatihan kader
kurang baik STBM 3.125
seperti ISPA & -Sosialisasi 3.81 3.126
diare. kegiatan : 3.82 3.127
3.78 3.80 Jenis, - Kerja 3.128
3.79 persiapan, dan sama dengan - Masyarakat
- Adanya bentuk tokoh yang diundang dapat
peningkatan partisipasi yang masyarakat, hadir dalam
pengetahuan diharapkan Puskesmas pendidikan kesehatan
masyarakat untuk - Masyarakat
tentang sanitasi - Kerja sama lintas pelaksanaan mengatakan bahwa ia
lingkungan yang program dan pendidikan mampu dan akan
memenuhi syarat lintas sektoral kesehatan berusaha untuk
kesehatan tentang sanitasi menata lingkungan
- Masyaraka lingkungan yang yang sesuai dengan
t mampu sehat serta kesehatan
meningkatkan dampak negatif - Tidak terjadi
pengetahuan dari kondisi peningkatan angka
tentang PHBS lingkungan yang kejadian ISPA
tatanan rumah tidak sehat bagi ataupun diare
tangga kesehatan - Puskesmas
- Masyaraka 3.83 berperan aktif dalam
t mampu - Bina follow up case dan
mempertahankan keluarga dan pembinaan keluarga
pola hidup sehat follow up case 3.129
90
3.138
Mensosialisasikan pada kepala desa Negosiasi ke Puskesmas
3.139 dan tokoh masyarakat tentang Wangunharja tentang
masalah kesehatan pada lansia hasil akan dilaksanakanya
3.140
dari hasil MMD dan sekaligus kegiatan pelatihan kader
3.141 musyawarah untuk mengatasi Posbindu, pemantauan
masalah dengan hasil kesepakatan kesehatan dan konseling
3.142 mengadakan pelatihan kader pada lansia
posbindu, pemantauan kesehatan
3.143 lansia dan konseling pada lansia 3.156
3.157
3.144
3.150
3.145
3.151 Melaksanakan pelatihan
kader posbindu tentang
3.146
3.152 proses menua dan
3.147 penyakit degeneratif
3.153
bertempat di Balai Desa
3.148
3.154 Bakunglor jam 09.00 WIB
Mengadakan kegiatan
pemeriksaan kesehatan
dan konseling pada lansia
bertempat di Balai Desa
Bakunglor jam 11.00 WIB
3.184
3.185
3.186
93
3.187
3.188 BAB IV
3.189 PEMBAHASAN
3.190
3.191 Pembahasan dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT, yaitu identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi suatu perusahaan atau orgainisasi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength)
dan peluang (opportunity), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threat). Analisis SWOT
membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan. (Rangkuti, 2002)
3.192 Berdasarkan hasil kegiatan PKMD di Desa Bakunglor Kecamatan Jamblang Kabupaten Cirebon, maka analisis SWOT nya
3.234
3.235 Kegiatan Pokok 3.236 Jenis Kegiatan
No.
3.237 3.238 Meningkatkan derajat kesehatan 1. Melakukan advokasi ke Program
1. lansia Kesehatan Lansia Puskesmas
Wangunharja untuk mengaktifkan
kegiatan Posbindu
2. Meningkatkan pelatihan bagi kader
Posbindu
3. Memanfaatkan sarana yang ada di
masyarakat, seperti majelis talim
60
3.243
3.244
3.245
3.246
3.247
3.248
3.249
61
3.250
3.251 BAB V
3.253
3.254 Setelah melaksanakan asuhan keperawatan komunitas secara langsung selama 4 minggu dapatlah
3.255
5.1 Kesimpulan
1. Tidaklah mudah untuk melaksanakan pengkajian komunitas dan rumusan diagnosa keperawatan sebab
diagnosa keperawatan adalah gambaran kebutuhan komunitas bukan ners yang mewakilinya.
2. Ternyata tidaklah gampang menyusun perencanaan keperawatan komunitas sebab kita harus memperhatikan
3. Dalam pelaksanaannya/implementasi keperawatan ternyata tidaklah mudah sebab banyak pihak dan pihak
yang harus digerakkan agar tercipta kegiatan yang terintegrai untuk mencapai tujuan.
62
4. Walaupun tingkat pendidikan warga masyarakat desa Bakunglor mayoritas SD ternyata antusiasnya terhadap
kesehatan cukup baik yang mereka butuhkan adalah fasilisator, motivator dan koordinator dalam masalah
kesehatan.
5. Masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang berhasil diidentifikasi di Desa Bakunglor tidaklah mudah
3.256
3.257
5.2 Saran
1. Untuk memudahkan pengkajian komunitas sebaiknya bentuk dahulu sukarelawan untuk membantu pengkajian
2. Agar tercapainya rencana yang ditetapkan dibutuhkan keahlian yang sama untuknya negosiasi, lobi dan
advokasi pada semua level baik grassroot maupun decision maker, dan ini membutuhkan seni dalam
berkomunikasi.
3. Untuk menindaklanjuti permasalah di Desa Bakunglor perlu follow up dari fihak puskesmas Wangunharja.
63
4. Sebaiknya program kesling yang ada di Puskesmas Wangunharja turun ke Desa Bakunglor dan desa-desa lainya
3.258
3.259
3.260
3.261
3.262
3.263
3.264
3.265
3.266
3.267
3.268
3.269
3.270
64
3.273
3.274 Agus Sutarna. Buku Pedoman Kepemilikan Komunitas. Bandung : PSIK FK Unpad. 2003.
3.275
3.276 Depkes RI. Pedoman Kerja Puskesmas Jilid IV. Jakarta : Depkes
RI. 1992.
3.277
3.278 Dainur. Materi-Materi Pokok Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Widya Medika. 1995.
3.279
3.280 Freddy Rangkuti. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. 2002.
3.281
3.283
3.284 Knollmueler. Buku Saku Keperawatan Komunitas Kesehatan Rumah. Jakarta : EGC. 1988.
3.285
65
3.287
3.288
3.289
3.290
3.291
3.292
3.293
3.294
3.295
3.296
3.297
3.298