Professional Documents
Culture Documents
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
SOD tergolong enzim yang stabil karena setiap subunit tergabung oleh
ikatan non-kovalen dan terangkai oleh rantai disulfida (Fridovich,1986). Enzim
ini berperan sangat penting pada system pertahanan antioksidan (Mates et
al,1999) dimana dalam meningkatkan efektivitas antioksidan, enzim tersebut juga
membutuhkan tingkatan nutrient mineralnya seperti Tembaga (Cu), Seng (Zn) dan
Mangan (Mn) (Kartikawati,1999; Tuminah,2000; West dan Prohaska,2004).
Dalam peningkatan nutrient material tersebut diharapkan mampu memberikan
aktivitas SOD yang mungkin penting dalam pengobatan patologi yang bergantung
pada kekebalan.
1. Radikal bebas dari dalam tubuh karena proses enzimatik dalam tubuh,
hasil samping dari proses oksidasi atau pembakaran sel pada proses
respirasi, pencernaan, metabolism yang diproduksi dari mitokondria,
membrane plasma, lisosom, reticulum endoplasma, inti sel.
2. Radikal bebas dari dalam tubuh karena proses non enzimatik dalam
tubuh, reaksi oksigen dengan senyawa organik dengan cara ionisasi dan
radiasi. Contohnya proses inflamasi dan iskemia.
3. Radikal bebas dari luar tubuh, contohnya: asap rokok, asap kendaraan,
kopi, olah raga berlebih, alcohol, obat, bahan racun, radiasi sinar matahari.
Reactive species diklasifikasikan menjadi reactive oxygen species dan
reactive nitrogen species. Reactive oxygen species dibagi menjadi O2
centered radical, seperti Superoxide anion O .- 2, Hidoksil radikal OH. ,
Alkoksil radikal RO. , Peroksil radikal ROO dan O2 centered non radical,
seperti hidrogen peroksida H2O2, singlet oksigen 1O2. Reactive nitrogen
species, seperti nitric oxide NO. , nitrit dioxide NO. 2, peroxyntrit OONO-
. Molekul yang memiliki satu atau dua elektron yang tidak berpasangan
disebut radikal bebas, ketika dua radikal bebas saling berpasangan akan
terbentuk non radikal.
1. DNA
2. Lipid
3. Protein
4. Sinyal transduksi
Respon inflamasi
2. Mn SOD
3. Fe SOD
BAB III
PEMBAHASAN
Di bawah kondisi normal, ROS dihilangkan dari sel dengan tindakan SOD,
katalase, atau glutathione (OSH) peroksidase. Kerusakan utama sel berasal dari
perubahan makromolekul yang diinduksi ROS seperti asam lemak politak jenuh
dalam lipid membran, protein essnsial, dan DNA. Di samping itu, tekanan
oksidatif dan ROS telah diimplikasikan dalam keadaan suatu penyakit seperti
Alzheimer, Parkinson, kanker, dan penuaan.
III.1 Superoksida
Radikal bebas dalam tubuh dihasilkan dari proses metabolisme. Molekul
ini memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pas orbital
terluarnya. Radikal bebas memiliki reaktivitas tinggi terhadap molekul sehingga
memiliki daya perusak yang tinggi terhadap substansi biologis, seperti protein,
liprotein, DNA, karbohidrat, dan asam lemak (Matthews, 2013)
Radikal bebas dapat berasal dari proses biokimia di dalam dan di luar sel,
selain itu juga dihasilkan oleh sel fagosit pada berbagai proses inflamasi. Dalam
proses biokimia, radikal bebas dibentuk secara terus menerus melalui proses
fosforilasi oksidatif pada respirasi sel. Salah satu radikal bebas endogen yang
terdapat di dalam tubuh adalah superoksida (O2-) (Matthew, 2013)
Superoksida merupakan spesies hasil penambahan satu elektron pada O 2.
Radikal superoksida di dalam tubuh dihasilkan melalui proses enzimatik maupun
non-enzimatik, misalnya pada proses transpor elektron di dalam mitokondria,
reaksi hidroksilasi pada retikulum endoplasma, reaksi oksidasi xanthin,
autooksidasi katekolamin yang semuanya merupakan proses biokimia yang
penting untuk kelangsungan proses fisiologi tubuh (Matthew, 2013).
SOD pertama kali ditemukan pada tahun 1969 oleh J. McCord dan I.
Fridovich. Pada manusia, terdapat tiga bentuk isozim SOD, yakni SOD yang
terletak di sitoplasma, mitokondria, dan ekstrasel. Berdasarkan kofaktor (logam),
SOD dibedakan menjadi 3 tipe utama, yaitu mengikat logam tembaga dan seng
(CuZnSOD), mengikat logam besi atau mangan (FeSOD dan MnSOD), dan
mengikat logam Ni (NiSOD). Bentuk isozim SOD pada sitoplasma dan cairan
ekstrasel memiliki inti logam Cu dan Zn, sedangkan isozim SOD pada
mitokondria memiliki inti Mn (wikipedia, id)
Gambar 6. SOD pada lapisan membran mitokondria
Mangan yang berada di sisi aktif melakukan transfer satu elektron antara
dua radikal bebas superoksida (O 2-). Sejumlah residu yang termasuk ke dalam
kelompok MnSOD sangat penting untuk fungsi katalitik. Aktivitas MnSOD
menurun pada pH alkali. Penelitian dasar mekanisme MnSOD katalisis telah
dijelaskan dari studi kinetik. Reaksi enzimatik oleh MnSOD terdiri dari reaksi
biomolekuler dengan siklus katalitik yang melibatkan dua setengah-reaksi yang
berbeda, dimana dalam reaksi oksidasi, substrat (O 2-) dioksidasi menjadi O2 dan
dalam reaksi reduksi, O2- diubah menjadi H2O2 (Luo, 2001).
Pada reaksi tersebut, FeSOD juga memiliki mekanisme peroksidatif yang paralel
dimana terjadi pengurangan Fe3 + SOD oleh H2O2 yang lebih cepat dari pada
reaksi yang sesuai dari H2O2 dengan Fe2 + SOD. Hal ini dikarenakan adanya
reaksi besi bebas Hidrogen peroksida yang menyebabkan reaksi Fenton. Aktivitas
yang besar pada FeSODs telah melibatkan redox tuning dan perubahan geometri
dan dinamika penghambatan dengan berbagai anion seperti Azide.
Struktur NiSOD mengandung lipatan, rakitan dan tempat aktif yang unik
diantara SODs. NiSOD membentuk bundel 4-helix dengan ikatan yang
berhubung ke dalam struktur homoheksamerika bola dengan diameter luar Sekitar
60 dan rongga dalam 20 dalam.
Gambar 11. Struktur NiSOD
Pada redoks nikel yang aktif rincian mekanismenya masih harus terurai,
sebagian besar karena kompleksitas membuat nikel redoks aktif dengan
Superoksida.
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
4.1.1 Superoksida dismutase merupakan suatu metalloenzymes yang mengandung
atom tembaga, seng atau besi yang dibentuk dalam sitosol dan yang mengandung
mangan dibentuk didalam matrik mitokondria yang berfungsi sebagai antioksidan
untuk menangkal radikal bebas.
4.1.2 SOD berperan sebagai penangkap radikal superoksida. SOD mengkatalisis
reduksi anion superoksida menjadi hidrogen peroksida.