Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
1.2 Manfaat Penulisan
1. Menambah wawasan mengenai diagnosis dan tatalaksana Intoksikasi Racun
yang benar dan tepat
2. Sebagai proses pembelajaran bagi mahasiswa yang menjalankan
Kepaniteraan Klinik Senior Departemen Ilmu Penyakit Dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
Toksikologi (berasal dari bahasa Yunani yaitu tokskos dan logos yang
merupakan studi mengenai perilaku dan efek yang merugikan dari suatu zat terhadap
suatu organisme/ makhuk hidup). Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari sumber,
sifat serta khasiat racun, gejala-gejala dan pengobatan pada keracunan, serta kelainan
yang didapatkan pada korban yang meninggal. 1
Keracunan adalah masuknya zat ke dalam tubuh yang dapat mengakibatkan
gangguan kesehatan bahkan dapat menyebabkan kematian. Semua zat dapat menjadi
racun bila diberikan dalam dosis yang tidak seharusnya. Menurut Ariens dkk. 1986,
toksikologi ialah ilmu pengetahuan mengenai kerja senywa kimia yang merugikan
tubuh organisme hidup. Sedangkan menurut Rand dan Petrocelli 1985, toksikologi
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang efek negatif atau efek racun dari
bahan-bhan kimia dan material lain hasil kegiatan manusia terhadap organisme,
termasuk bagaimana bahan-bahan tersebut masuk kedalam organisme.1
Dalam Toksikologi, dipelajari mengenai gejala, mekanisme, cara detoksifikasi
serta deteksi keracunan pada sistem biologis makhluk hidup. Toksikologi sangat
bermanfaat untuk memprediksi atau mengkasi akibat yang berkaitan dengan bahaya
toksik dari suatu zat terhadap manusia dan lingkungannya.1
3
Secara umum racun menurut wujudnya dibedakan menjadi 3 yaitu: Padat (Obat-
obatan dan makanan), cair (alkohol, bensin, minyak tanah, zat kimia, pestisida, bisa/
racun hewan), gas (CO). Berdasarkan tempat racun berada, dapat dibagi menjadi racun
yang terdapat dialam bebas, misalnya gas racun dialam, racun yang terdapat dirumah
tangga; misalnya detergen, disenfektan, insektisida, pembersih (cleaners). Racun yang
digunakan dalam pertanian, misalnya insektisida, herbisida, pestisida. Racun yang
digunakan dalam industri dan laboratorium, misalnya asam dan basa kuat, logam berat.
Racun yang terdapat dalam makanan, misalnya CN dalam singkong, toksin botulinus,
bahan pengawet, zat aditif serta racun dalam bentuk obat, isalnya hipnotik, sedatif, dll.
4
pusat, digitalis, oksalat terhadap jantung, CO terhadap hemoglobin darah. Terdapat pula
racun yang mempunyai efek lokal dan sistemik sekaligus misalnya asam karbol
menyebabkan erosi lambung dan sebagian yang diabsorbsi akan menimbulkan depresi
susunan sarap pusat. Tetra-etil yang masih terdapat dalam campuran bensin selain
mempunyai efek iritasi, jika diserap dapat menimbulkan hemolisis akut.
5
bahwa zat penyebab dieksresi lebih lama dari 24 jam, waktu paruhnya panjang,
sehingga terjadi akumulasi.
6
1. Cara masuk. Keracunan paling cepat terjadi jika masuknya racun secara inhalasi.
Cara masuk lain secara berturut-turut melalui intravena, intramuskular,
intraperitoneal, subkutan, peroral dan paling lambat ialah melalui kulit yang
sehat.
2. Umur. Orang tua dan anak-anak lebih sensitif misalnya pada barbiturat. Bayi
prematur lebih rentan terhadap obat oleh karena eksresi melalui ginjal belum
sempurna dan aktifitas mikrosom dalam hati belum cukup.
3. Kondisi tubuh. Penderita penyakit ginjal umumnya lebih mudah mengalami
keracunan. Pada penderita demam dan penyakit lambung absorbs jadi lebih
lambat.
4. Kebiasaan. Berpengaruh pada golongan alkohol dan morfin dikarenakan terjadi
toleransi pada orang yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi alkohol.
5. Idiosinkrasi dan alergi. Pada vitamin E, penisilin, streptomisin dan prokain.
Pengaruh langsung racun tergantung pada takaran, makin tingi takaran maka
akan makin cepat (kuat) keracunan. Konsentrasi berpengaruh pada racun yang
bersifat lokal, misalnya asam sulfat.
6. Waktu pemberian.
Gejala klinis akibat keracunan dapat bervariasi, hal ini tergantung dari
penyebabnya Contoh berbagai majam gangguan klinis dan penyebab keracunannya
dapat dilihat pada tabel
7
Penampilan secara Agitasi (amphetamine, cocaine, lysergic acid
Umum diethylamide,opiat withdrwal) Apathy, drowsiness, coma
(hypnotik, pelarut organik, lithium)
8
Pemutih/Klorine (Hipoklorit, klorin), Disinfektan (Kreosat,
Phenol, Tar), Formaldehyde (formaldehyde, methanol, Bawang
(Arsenik, Dimethylsulfoxide, Malation, Paration, Phospor
kuning), Asap (nikotin, carbonmonoksida), Pelarut organik
(diethyl eter, chloroform, dichloromethane), Kacang
(rodentisida)
9
4. Tingkat 4 : pasien dalam keadaan koma, tidak ada reaksi sedikit pun
terhadap rangsangan maksimal seperti diatas. Keadaan ini paling berat tetapi
prognosisnya tidak selalu buruk.
10
Untuk peranan laboratorium sangat diperlukan untuk diagnosis akhir dari
intoksikasi. Pemeriksaan analisis darah, urin dan muntahan pasien. Pemeriksaan
laboratorium ini tidak mudah, Karen obat di dalam tubuh mengalami perubahan
molekuler akibat proses biotransformasi. Specimen biologic dapat diperiksa secara
kualitatif dan kuantitatif. Pemeriksaan secara kualitatif dan semi kauntitatif saja sudah
cukup untuk mendiagnosis.
B. Breathing (Pernapasan)
Pada tindakan ini , pernapasan pasien perlu dijaga agar tetap baik. Bila
perlu, dilakukan pernapasan buatan. Pada orang yang keracunan udara yang
respirasinya dimungkinkan mengandung racun yang berbahaya (seperti asam
11
sianida) maka bantuan pernapasan harus dilakukan dengan menggunakan
kantong napas, paling tidak sipenolong harus bernapas berpaling dari pasein.
Pemberian oksigen murni terutama untuk orang yang menderita sianosis
(=pewarnaan kulit menjadi merah biru akibat kurangnya penjenuhan darah
dengan oksigen, yang paling mudah terlihat dari bibir dan kuku jari). Tetapi
pemberian oksigen murni tidak boeh lebih lama dari 6-8 jam. Karena dapat
terjadi udema paru-paru yang tokisk yang menyebabkan difusi O2 dan CO2
terhambat. Udema adalah penimbunan cairan secara patologik dalam ruang
khususnya dalam ruang interstitium (ruang interstitium = ruang yang
terdapat diantara kompleks parenkhim yang khas bagi organ tertentu,
mengandung jaringan ikat, pembuluh dan saraf). Udema paru-paru toksik
dapat disebabkan juga oleh gas yang merangsang seperi klor dan oleh zat
yang pada saat muntah masuk ke saluran napas. Gejala: terdapat rangsangan
ingin batuk, kesulitan bernapas, dan tidak tenang. Gambaran sempurna
udema adalah kadang terjadi tanpa keluhan, beberapa selang waktu
kemudian ditandai sianosis dan keluarnya busa warna coklat pada hidung
dan mulut. Akibat selanjutnya yang dapat terjadi adalah kematian. Apabila
terjadi hal ini segera diberi glukortikoid. Hal yang penting dilakukan adalah
istirahat total apabila keracuanan tampak ringan dan usahakan tubuh tetap
hangat. Jika dipastikan terjadi udema paru-paru maka: letakkan tubuh bagian
atas pada posisi yang tinggi, pemberian oksigen, menyedot sekret yang ada,
pemberian furosemida 60-200 mg iv., digitalis misal digoxin 0,25 iv, untuk
pencegahan infeksi dapat diberikan antibiotika golongan penisilin yang
berspektrum luas.
C. Circulation (Peredaran darah)
Pada tindakan ini, penting dipertahankan tekanan darah dan nadi pasien
dalam batas normal. Bila perlu, berikan cairan infus normal salin, dektrosa,
atau ringer laktat. Pada kondisi jantung berhenti ditandai dengan hilangnya
pulsa karotid, berhentinya pernapsan, pucat seperti mayat (kulit sianotik abu-
abu), pingsan, pupil dilatasi dan tidak bereaksi maka harus dilakukan
massage jantng dari luar untuk mendapatkan sirkulasi minimum dan
mengektifkan kembali jantung. Jika jantung berhenti tanpa sebab jelas, dapat
diberi 0,3 -0,5 mg adrenalin (intra vena atau intracardiac), defibrilasi
12
eksterna dengan 100 400 watt perdetik, disertai lidocain 100 mg injeksi
bolus yang diikuti infus tetes pada hasil terapi yang dicapai.
13
kuat sehingga dapat mempermudah pembersihan, dapat diberikan
beberapa tetes larutan anastesi lokal. Jika terdapat air kapur masuk ke
mata, hal ini dapat menyebabkan pengeruhan kornea tau penimbunan
calsium pada permukaan mata. Penanganan hal ini dilakukan dengan
pemberian Natrium edetan (dinatrium EDTA 0.35 sampai 1,85%).
Larutan ini akan membuat endapan kalsium menjadi larut. Larutan lain
yang kadang-kadang juga digunakan adalah amonium tartrat netral
10%. Apabila mata terkena gas air mata mengakibatkan terjadainya
rangsangan yang intensif pada konjungtiva, menimbulkan nyeri
menusuk pada mata sehingga terbentuk air mata yang banyak. Pada
mata yang hanya terpejan sedikit gas air mata, maka pembentukan air
mata adalah merupakan pertolongan yang dapat memulihkan mata
dengan sendirinya. Tetapi pada kasus yang berat, maka mata sebaiknya
dibilas dengan air atau lebih baik menggunakan larutan natriun hidrogen
karbonat 2% dalam waktu cukup lama. Jika rasa sakit tetap dirasakan
maka perlu digunakan anastesi lokal dengan dibawah pengawasan
dokter. Pada konsentrasi yang tinggi, gas air mata dapat menyebabkan
terjadinya kerusakan selaput lendir paru-paru dan bahkan kemungkinan
dapat terjadi udema paru-paru.
14
tersebut dalam bentuk terdisosiasi. Penetralan lambung yang asam oleh
magnesium hidroksida pada keracunan basa akan meningkatkan kerja
adsorben. Pada suasana yang basa, akan membuat basa organik tetap
dalam bentuk senyawanya dan tidak terdisosisi. Disamping itu dengan
adanya peningkatan pH akan meningkatkan pengendapan ion logam
berat. Sidat adsorbs dari karbon aktif tidak akan terpengaruh dengan
keberadaan magnesium oksida atau laksansia garam (magnesium sulfat
dan natrium sulfat.) Kadang tanin juga ditambahkan, dengan komposisi
karbon aktif: magnesium oksida: tannin = 2 :1: 1. Kombinasi ini dikenal
denga antidote universal. Tanin berfungsi untuk mengndapkan zat
tertentu yang berasal dari tanaman terutama alkaloid. Pemakaian karbon
aktif ini tidak mempengaruhi pembilasan lambung. Tetapi jika
direncanakanakan dilakukannya pembilasan lambung maka sebaiknya
cairan yang diberikan bersama karbon aktif dibatasi. Hal ini untuk
mencegah masuknya racun dari lambung ke usus. Jika racun bersifat
korosif (asam atau basa kuat) maka pemberian protein (seperti susu)
sangat bermanfaat karena dapat menetralisasi, mengadsorbsi, dan
meringankan keluhan.
15
Menetralkan atau menginaktivasi racun secara kimia menjadi bentuk
yang kurang/tidak toksik, yaitu dengan membentuk garam yang sukar
larut atau perubahan menjadi senyawa yang tidak berkhasiat atau tidak
toksik.
Penetralan racun yang bersifat asam dapat dinetralkan dengan susu atau
antasida, dan Basa dapat dinetralkan dengan asam encer (seperti dengan
3 sendok makan cuka dapur dalam segelas air).
16
natrium klorida maka dapat terjadi hipernatriemia dengan udema otak.
Pada kasus ini, maka harus segera dilakukan pembilasan lambung.
Keracunan pada anak-anak dapat diberikan Sirup Ipecacuanhae. Pada
orang yang pingsang tidak boleh diberikan zat yang merangsang muntah
karena dapat menyebakan bahaya aspirasi. Selain itu juga tidak boleh
diberikan kepada orang yang keracunan detergen, hidrokarbon (seperti
bensin) atau hidrokarbon terhalogenasi ( Carbon tetraklorida), atau
asam/ basa / obat yang melumpuhkan pusat muntah (seperti sedativa).
Tindakan merangsang muntah pada kasus keracunan, seringkali masih
menimbulkan pertanyaan. Misal pemakaian sirup ipecacuanhae baru
efektif bekerja15 30 menit setelah pemberian. Selama waktu tersebut
maka racun dapat masuk ke usus sehingga penggunaan emetika tidak
bermanfaat. Usaha merangsang muntah dapat memperlambat
penggunaan adsorbensia, yang sering lebih efektif dalam
penanggulangan keracunan. Dan pada pasien penggunaan adsorbensia
lebih menyenangkan. Selain itu karbon aktif adapat mengadsorbsi zat
emetika sehingga zat tersebut menjadi tidak efektif.
D.3. Eliminasi
Pada tindakan ini, dilakukan pembersihan racun dimana diperkirakan racun
telah beredar dalam darah, dengan cara antara lain: peningkatan ekskresi
kedalam urin dengan cara diuresis dan pengubahan pH urin dan hemodialisa.
Zat lipofil yang umumnya termasuk asam dan basa lemah, bila dalam bentuk
tak terionisasi dapat melewati sawar lipid tanpa kesulitan sehingga dapat
masuk kedalam organ organ penting seperti otak. Pada ginjal, setelah
racun melewati proses ultrafiltrasi maka 90 % elektrolit dan air akan
17
direabsorbsi dari urin, sehingga racun akan dipekatkan kurang lebih 10 kali
konsentrasi dalam plasma. Dari jumlah ini, yang tidak terikat pada protein
plasma tergantung dari jumlah racun yang pada urin. Selanjutnya racun
dapat berdifusi kembali kedalam plasma melalui membran lipid epitel.
Sehingga hampir 90% racun dalam urin dapat diabsorbsi kembali. Jadi hanya
sekitar 10% saja yang benar-benar keluar bersama urin. Jika proses
reabsorbsi pasif dapat dikurangi maka laju ekskresi dapat ditingkatkan
sehingga waktu paruh akan turun. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan
mengubah pH urin yaitu: membasakan urin / meningkatkat pH urin
sehingga memperbesar ionisasi asam organik lemah, atau mengasamkan urin
/ menurunkan pH urin yang akan menaikkan ionisasi basa organik lemah.
Zat organik yang terionisasi, tidak akan dibsorbsi kembali. Maka kecepatan
ekskresi dalam urin akan meningkat. Dengan melihat nilai kecepatan
absorbsi maka akan diketahui apakah pengubahan pH urin akan bermanfaat,.
- hemodialisa
Pengertian proses hemodialisa dalam hal ini adalah terjadinya difusi pasif
racun dari plasma kedalam cairan dilisis melalui sebuah membran.
Tindakan ini dilakukan pada keracunan dengan koma yang dalam, hipotensi
berat, kelainan asam basa dan elektrolit, penyakit ginjal berat, penyakit
jantung, penyakit paru, penyakit hati, dan pada kehamilan. Umumnya
dilakukan pada keracunan pada dosis letal dari bahan alcohol,
18
barbiturat,karbamat, paracetamol, aspirin, amfetamin, logam berat dan
striknin.
Pelaksanaan tindakan ini cukup merepotkan dan mahal, tetapi tindakan ini
harus dilakukan pada kasus keracunan berat seperti pada keracuanan zat
nefrotoksik kuat (misal : raksa (II florida). Zat nefrotoksik dapat
menimbulkan kerusakan ginjal yang parah sehingga eliminasi ginjal akan
sangat berkurang. Langkah ini berlaku pada racun yang dapat melewati
membran dilisis. Pada umumnya pada zat yang mengalami ultraflitrasi oleh
ginjal. Berikut ini adalah zat yang perlu dilakukan dilisis jika kadar pada
plasma melampaui konsentrasi berikut ini, antara lain untuk: metanol (50
mg/100 ml plasma), fenobarbital (20 mg/ 100 ml plasma), dan asam salisilat
(90 mg / 100 ml plasma). Untuk zat yang eliminasinya cepat sehingga waktu
paruh dalam plasma lebih singkat atau kurang lebih sama dengan dengan
yang digunakan pada dilisis, tentu tidak perlu menggunakan proses ini.
Antidotum spesifik1,2,3,6
Antidot untuk melawan efek racun yang telah masuk kedalam organ target. Tidak semua
racun mempunyai antidot yang spesifik. Berikut ini merupakan antidotum spesifik yang
dapat digunakan untuk meringankan gejala intoksikasi.
Tabel 2.8.1 Antidotum spesifik
19
NO. ANTIDOTUM INDIKASI CARA KERJA DOSIS
6. Dimercaprol Keracunan As, Cu, Kelasi logam 2,5-5 mg/kg i.v tiap 4
Pb, atau Hg jam untuk 2 hari
kemudian 2,5 mg 2x/hari
dan diteruskan 1x/hari
20
NO. ANTIDOTUM INDIKASI CARA KERJA DOSIS
21
NO. ANTIDOTUM INDIKASI CARA KERJA DOSIS
Insektisida
Organofosfat Mengembalikan Atropinisasi (SA 2 mg
aktivitas AChE i.v, diulang tiap 5-10
(malation, paration, (monitoring aktivitas menit sampai
diazinon, abate) AChE dalam eritrosit atropinisasi penuh
dan plasma), (muka merah,
simtomatik hipersalivasi
berkurang, mata
midriasis, takikardi)
Pralidoksim (p.r.n)
1000 mg i.v dalam 5
menit
Dekontaminasi racun
dari kulit dan
22
membrana mukosa
Diazepam atau
fenobarbital
(manusia:???)
23
hepar (gugus sulfhidril)
Rodentisida
Warfarin Mengembalikan vitamin K1, 50 mg i.m
penjendalan darah atau 3x50 mg per oral
Fumigant
Sianida Mencegah metHb-emia Na-tiosulfat 25% 50
dan mengeliminasi mL i.v. dalam 10
racun menit
Na-nitrit 3% 10 mL
i.v. dalam 3 menit
Methyl bromide Obat-obat yang
mengembalikan
aktivitas sulfhidril
BAB III
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. II
Umur : 29 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Bukit Tandang
No MR : 135057
Pekerjaan : Berladang
Tanggal Masuk : 27 September 2016
24
Ruangan : Interna Wanita
2. Anamnesa
1. Keluhan Utama:
Pasien meminum racun rumput 1 jam sebelum masuk rumah sakit.
25
Riwayat TB (-)
5. Riwayat psikososial
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga, memiliki 3 orang anak. Malam
sebelum pasien meminum racun rumput tersebut pasien bertengkar dengan
suaminya dan pasien sempat menangis dan marah-marah dan kemudian
menbentur-benturkan kepalanya ke dinding.
6. Riwayat kebiasaan:
Pasien memiliki kebiasaan meminum kopi dan teh pada pagi dan malam
hari. Pasien biasa merokok setengah bungkus perhari dan bisa lebih apabila
sedang ada masalalah dan fikiran sedang kacau.
3. Pemeriksaan Fisik
1. Vital sign
Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : composmetis coperatif
Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 85x kali/menit
Nafas : 92x kali/ menit
0
Suhu : 36,8 C
2. Pemeriksaan fisik khusus
Kepala :
Bentuk bulat, ukuran normochepal, rambut hitam, rambut kuat tidak mudah
dicabut.
Mata :
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor.
Telinga:
Bentuk dan ukuran dalam batas normal
Hidung:
Bentuk dan ukuran dalam batas normal, sekret tidak ada
Mulut :
Sekitar bibir terdapat lebam dan luka lecet di pinggir bibir
Lidah tampak memerah
Gigi pada M1,2,3 atas dan bawah tampak caries
Leher :
JVP (5-2 mmH2O), tidak ada pembesaran KGB submandibula, sepanjang m.
Sternocleidomastoideus, supra dan infra clavicula.
Jantung dan pembuluh darah:
- Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : ictus cordis teraba jari di RIC 6 linea mid clavicula sistrra
- Perkusi :
Batas kanan jantung : RIC 4 linea sternalis dextra
Batas atas jantung : RIC 2 linea sternalis sinistra
26
Batas pinggang jantung : RIC 4 linea parasternalis sinistra
Batas kiri jantung : RIC 6 linea mid clavicularis sinistra
- Auskultasi : Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Paru-paru:
- Inspeksi : Simetris pada keadan stasis dan dinamis
- Palpasi : fremitus kiri dan kanan sama
- Perkusi : sonor
- Auskultasi : vesikuler, Rh-/-, wh -/-
Abdomen:
- Inspeksi : normal, tidak ada sikatrik, distensi(-)
- Palpasi : nyeri tekan (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Normal
- Perkusi : Timpani
- Auskultasi : Bising usus (+)
Anggota gerak : Edema (-), Sianosis (-), akral hangat.
5. Diagnosa Kerja
Intoksikasi Gromokson
6. Diagnosa Banding
Aspirasi Pneumonia
7. Terapi
IVFD Rl 8 jam/kolf
IVFD RL : DS % 2:2 6 jam/kolf
Oksigen 2 3 liter
Ranitidin 2 x 1 (Inj IV)
Cefotaxim 2 x 1 (Inj IV)
Dexametason 2 x 1 ( Inj IV)
Injeksi Lasix 1 x 1 ( Inj IV)
27
Metil Prednisolon 2 x 62,5 (Inj IV)
Sulkrafat Syrp 4 x cl
Bicnat 3 x 1
8. Follow Up
Hari/ Subject Objective Assesment Anjuran
tanggal
NGT x cl
Bicnat 3 x 1
-Observasi
-Bed Rest
Kamis/ -Nyeri di -KU : Sedang -Intoksikasi -IVFD RL : DS
29 Sept tenggorokan Gromoxone % 2:2 6 jam/kolf
-Kes : CMC -Ranitidin 2 x 1
2016
-Bibir Terasa (Inj IV)
-TD:90/60
kering dan -Cefotaxim 2 x 1
mmHg
pecah (Inj IV)
-Dexametason 2
-Nadi : 85 x/i
- NGT di lepas x 1 ( Inj IV)
-Nafas:18x/i -Injeksi Lasix 1 x
-BAK (+) 1 ( Inj IV)
0
-Suhu :36,5 C -Metil
BAB (+)
Prednisolon 2 x
28
- Sakit kepala 62,5 (Inj IV)
Sulkrafat Syrp 4
x cl
Bicnat 3 x 1
-Sakit pada
daerah ulu
hati.
29
ANALISA KASUS
Seorang pasien wanita umur 29 tahun masuk ke IGD RSUD Solok pada tanggal
27 September 2016, dengan kaluhan utama yaitu meminum racun rumput 1 jam
sebelum masuk ke rumah sakit. Racun rumput yang di minum pasien adalah jenis
gromoxone jumlah yang di minum oleh pasien sekitar 3 (tiga) tenggak minum, seingat
pasien cairan yang diminum oleh pasien berwarna biru. Racun rumput tersebut di beli
sendiri oleh pasien didekat rumah pasien. Pada malam hari sebelum kejadian pasien
bertengkar oleh suaminya. Pasien masuk ke IGD dengan keadaan tidak sadarkan diri,
dan ketika sadar pasien mengalami pusing yang hebat, pandangan kabur dan perasaan
mual dan nyeri perut. Kemudian pasien muntah dalam jumlah yang cukup banyak
ketika di sedot cairan lambung di IGD dan di berikan susu. Seingat pasien muntahan
pasien berwarna kebiruan, pasien juga mengalami nyeri pada tenggorokan, dan sangat
sakit pada saat pasien menelan. Sebelumnya pasien belum pernah
mengalami/melakukan kejadian yang sama. Pada pemeriksaan fisik pasien di temukan
tekanan darah pasien 110/80, Nadi 85x/i, Nafas 92x/i, dan suhu 36,8C. Pada
pemeriksaan darah rutin yang di lakukan Hemoglobin 14,3 gr/dl, hematokrit 37,8 %,
Leukosit 10.430 L, Trombosit 351.000 L, Ureum 24,3 mg/dl, Creatinin 0,78 mg/dl,
Ad random 86%. Di tegakkan Diagnosis pada pasien yaitu dengan Intoksikasi
Gromoxon.
30
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Intoksikasi merupakan masuknya zat yang dapat membahayakan kesehatan tubuh
bahkan dapat membawa kepada kematian. Menurut jenis wujudnya dapat dikelompokan
menjadi padat, cair dan gas. menurut waktunya dibedakan menjadi intoksikasi akut dan
intoksikasi kronik. Untuk penanganan pasien intoksikasi harus mengutamakan prinsip
airway, breathing dan sirkulasi. Kemudian setelah kebutuhan dasarnya terpenuhi
barulah pengelolaan untuk racun yang tertelan. Untuk mengeluarkan racun yang masuk
ke tubuh atau menguranginya dilakukan berbagai cara, seperti contohnya untuk racun
yang tertelan dapat di tangani dengan 3 cara seperti penanganan untuk membuat pasien
muntah, memasang pipa untuk bilas lambung, memberikan obat pencahar, dan
memberikan bubuk charcoal untuk membantu proses penyerapan racun. Untuk
penanganan lain dapat dilakukan diuresis paksa, exchange transfusion, dialysis
peritoneal dan hemodialisis.
3.2 Saran
Perlu dilakukan penanganan yang maksimal untuk mengatasi pasien dengan
intoksikasi sehingga nyawa pasien dapat terselamatkan. Pengetahuan akan berbagai
macam antidote harus dikuasai dokter umum sehingga dapat dengan mudah untuk
mengatasi kasus intoksikasi di masyarakat umum.
31
DAFTAR PUSTAKA
32