Professional Documents
Culture Documents
JurnalIlmuBudidayaTanaman
Volume 1, Nomor 2, Oktober 2012
ABSTRAK
Tanaman pala (Myristica fragrans H) merupakan tanaman asli Indonesia yang sudah terkenal sebagai tanaman
rempah. Namun, pada areal pertanaman pala sering ditemui kendala yang disebabkan oleh keberadaan tumbuhan
pengganggu. Gulma merupakan salah satu Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang menghambat
pertumbuhan, perkembangan dan produktivitas tanaman. Pengenalan jenis-jenis gulma dominan merupakan
langkah awal yang menentukan keberhasilan pengendalian gulma. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Hutumuri,
Kota Ambon dengan tujuan untuk mengetahui komposisi jenis gulma serta jenis gulma dominan pada pertanaman
pala menghasilkan dan belum menghasilkan. Proses pengumpulan data di lapangan dilakukan dengan menggunakan
metode survei. Hasil penelitian menunjukan pada stadium pertanaman belum menghasilkan ditemukan 18 jenis
gulma, sedangkan pada stadium pertanaman menghasilkan ditemukan 13 jenis gulma. Pada stadium tanaman
menghasilkan, jenis gulma dominan adalah gulma Selaginella plana Heron dengan SDR 57,80%. Pada stadium
tanaman belum menghasilkan jenis gulma dominana adalah gulma Selaginella plana Heron dengan SDR 44,42%.
Sedangkan gulma yang dominan adalah gulma tahunan daun lebar.
ABSTRACT
Nutmeg (Myristica fragrans H) is native to Indonesia, which has been known as herbal plants. Its planting areas,
however, are often hindered by the presence of unwanted plants. Weeds are among the plant pest organisms (PPO),
which inhibit the growth, development and productivity of crops. Identification of dominant weed species is the
first step in determining the success of weed control. This research was conducted in Hutumury Village, Ambon,
with an aim to determine weed species composition and dominant weed species in producing and non producing
(juvenile) nutmeg plantations. The process of data collection in the field was undertaken by a survey method. The
results showed 18 weed species were found in the plantation of non producing phase and 13 weed species were
found in the plantation of producing phase. In the producing plantation, the dominant weed species was Selaginella
plana Heron with an SDR value of 57.80%. In the non producing plantation, the dominant weed was also
Selaginella plana Heron with an SDR value of 44.42%. The overall dominant weeds in the nutmeg plantations
belonged to the annual broad leaf weeds.
134
Daerah Maluku merupakan salah satu budidaya, dan alelopoli, karena gulma selalu
provinsi yang secara geografis merupakan bersifat monopoli atas air, hara, CO2, O2 dan
daerah kepulauan yang memiliki daratan yang sinar matahari (Riry, 2008). Secara umum
cukup luas dan cocok bagi pertanaian. Salah persaingan antara tanaman dan gulma dapat
satu sumber daya alam asal Maluku yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman budi-
memiliki potensi untuk dikembangkan adalah daya tertekan, menghambat kelancaran
sub sektor perkebunan. Maluku juga aktifitas pertanian, estetika lingkungan tidak
merupakan salah satu provinsi penghasil nyaman dan meningkatkan biaya pemeli-
rempah-rempah seperti pala dan cengkih. haraan (Tanasale, 2010).
Menurut Deinum, (1949) dalam Anonymous Kehadiran berbagai jenis gulma pada
(1974), Maluku merupakan pusat asal suatu daerah membentuk komunitas. Jenis
tanaman pala dengan keragaman yang tinggi. gulma dalam komunitas atau lebih, baru dapat
Tanaman pala ini memiliki beberapa dikatakan homogen, apabila indeks kesamaan
keuntungan, misalanya biji dan daging buah dari kedua komunitas lebih besar atau sama
dapat digunakan untuk bahan makanan, dengan 70%. Dengan demikian, jika dua
sedangkan fuli diolah menjadi minyak atsiri lahan memiliki indeks kesamaan kurang dari
(Wattimena, 2009). Menurut Andrew (1965) 70% dapat dikatakan bahwa dua lahan
dalam Anonymous (1974), minyak pala dari tersebut memiliki jenis-jenis gulma yang
hasil penyulingan merupakan bahan baku berbeda atau tidak homogeny (Sukman,
industri obat-obatan. Oleh sebab itu tanaman 2002). Tipe komunitas terjadi karena adanya
pala yang merupakan tanaman rempah- sifat yang berbeda dalam dominasi jenis,
rempah haruslah tetap dipelihara. komposisi jenis, struktur lapisan tajuk atau
Pada areal pertanaman pala sering juga bentuk pertumbuhan (Irwanto, 2007
ditemui kendala yang disebabkan oleh dalam Tanasale, 2010).
keberadaan Organisme Pengganggu Pengenalan jenis-jenis gulma dominan
Tanaman, khususnya gulma. Gulma merupa- merupakan langkah awal yang menentukan
kan salah satu Organisme Pengganggu keberhasilan pengendalian gulma. Penelitian
Tanaman (OPT) yang menghambat partum- tentang studi komunitas gulma pada areal
buhan, perkembangan dan produktivitas pertanaman pala di Desa Hutumuri sejauh
tanaman. Kehadiran gulma disekitar tanaman peneliti ketahui belum ada publikasinya. Oleh
budidaya tidak dapat dihindarkan, terutama karena itu penelitian tentang jenis-jenis gulma
jika lahan tersebut ditelantarkan. Menurut untuk menentukan kebijakan tindakan
Sastrautomo (1998), kehadiran gulma di suatu pengendalian gulma di pertanaman pala
areal pertanaman secara umum memberikan sangat diperlukan, sehingga dapat menjadi
pengaruh negatif terhadap tanaman, karena data dasar penentuan cara pengendalian
gulma memiliki daya kompetitif yang tinggi gulma secara tepat, pada areal pertanaman
sehingga memungkinkan terjadinya per- pala di Desa Hutumuri, Kota Ambon.
saingan cahaya, CO2, air, unsur hara, ruang Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah
tumbuh yang digunakan secara bersamaan. ada perbedaan antara komposisi jenis gulma
Selain itu gulma memiliki peranan lain yaitu pada tanaman pala belum menghasilkan
sebagai alelopati, alelomediasi dan alelopoli. dengan tanaman yang menghasilkan serta
Alelopati, karena gulma dapat mengeluarkan mengetahui jenis gulma dominan pada
bahan kimia untuk menekan bahkan tanaman pala yang belum menghasilkan dan
mematikan tumbuhan atau tanaman lain tanaman pala yang menghasilkan.
sedangkan alelomediasi, karena gulma
merupakan tempat tinggal bagi beberapa jenis
hama tertentu atau gulma sebagai
penghubung antara hama dengan tanaman
135
Untuk membandingkan dua komunitas koefisien komunitas (C) lebih besar dari 75%
vegetasi gulma, maka digunakan rumus yang maka komunitas gulma antara dua fase yang
dikembangkan oleh Tjitrosoedirjo (1997) dibandingkan tidak berbeda nyata atau cukup
dalam Tanasale (2010) yaitu : seragam. Dengan demikian di kedua fase
tanaman ini, cara pengendalian gulma yang
C= x 100%
dianjurkan sama, dan apabila nilai koefisien
(C) kurang dari 75% maka komunitas gulma
Keterangan : dikedua fase tanaman tersebut juga berbeda,
C : Coefisien comunitas gulma berarti cara pengendalian gulma yang
2W : Jumlah SDR terendah untuk jenis dari dianjurkan untuk kedua fase tanaman juga
masing-masing komunitas berbeda.
a : jumlah SDR semua jenis gulma pada Untuk menghitung sekapan cahaya,
komunitas A digunakan rumus : SC = (A-B)/A x 100%
b : jumlah SDR semua jenis gulma pada Keterangan :
komunitas B A = Intensitas cahaya di luar tajuk tanaman
B = Intensitas cahaya dibawah tajuk tanaman
Berdasarkan nilai C antara stadium-
stadium yang dibandingkan, maka bila nilai
136
Tabel 2. Nilai SDR Tanaman Pala di Daerah Penelitian Stadium Tanaman Menghasilkan dan
Tanaman Belum Menghasilkan.
Nilai SDR
No Nama Suku / Nama Jenis gulma
TM (%) TBM (%)
Gulma Daun Lebar
ACANTHACEAE
1 Rostellularia sundana 4.97 7.23
ASTERACEAE
2 Chromolaena odorata 0 1.75
3 Erechtites valerianifolia 0 0.43
ARECACEAE
4 Licuala grandis 2.73 0
COMMELINACEAE
5 Commelina difusa 0 2.34
EUPHORBIACEAE
6 Macaranga peltata 0.49 1.02
MORACEAE
7 Ficus septic 0 1.90
MELASTOMATACEAE
8 Clidemia hirta 11.73 7.61
LOMARIOPSIDACEAE
9 Neprolepis exaltata 2.08 8.12
10 Neprolepis biserrata 3.60 5.02
PANDANACEAE
11 Pandanus vandermerschii 2.72 0
PIPERACEAE
12 Piper bettle 8.38 8.02
POLYPODIACEAE
13 Phymatosorus scolopendria 1.06 1.76
RUBICEAE
137
Hal ini mengindikasikan bahwa gulma sehingga pH tanah akan menjadi lebih rendah
ini lebih menyukai tempat yang terbuka dari dari stadium tanaman belum menghasilkan.
pada tempat yang ternaungi, karena pada Pada stadium tanaman belum menghasilkan
stadium tanaman belum menghasilkan ini dengan ketinggian tempat 100 m dpl dan
mempunyai tajuk tanaman kurang lebat, memiliki topografi landai sampai berbukit,
dibandingkan dengan stadium tanaman memungkinkan bila terjadi curah hujan yang
menghasilkan yang mempunyai tajuk yang tinggi, maka basa-basa yang ada pada
lebat. Tajuk tanaman yang kurang lebat, permukaan tanah hanya mengalami sedikit
cahaya yang diteruskan ke permukaan tanah pencucian oleh limpasan air hujan, sehingga
banyak, maka fotosintesis berlangsung pH tanah relatif lebih tinggi dari stadium
dengan baik sehingga vegetasi gulma akan tanaman menghasilkan.
meningkat dibandingkan dengan tajuk Kelembaban tanah juga merupakan
tanaman yang lebat. salah satu faktor yang mempengaruhi
Semakin lebat tajuk tanaman, akan keragaman komunitas gulma. Pada stadium
menghambat cahaya yang diteruskan ke tanaman menghasilkan kelembaban tanah
permukaan tanah, sehingga akan mengganggu (53,2) sedangkan pada stadium tanaman
proses fotosintesis di daun gulma tidak dapat belum menghasilkan, kelembaban tanah
berjalan dengan baik, sehingga hasil (37,4).
fotosintat/asimilat yang akan diedarkan dalam Kelembaban tanah yang tinggi
tubuh gulma menjadi terhambat, sehingga menyebabkan lebih banyak gulma golongan
pertumbuhan gulma N. exaltata ini akan daun lebar, dari pada gulma rerumputan,
terganggu dan mengakibatkan vegetasi gulma karena gulma golongan daun lebar lebih
berkurang. banyak menggunakan air sehingga
pertumbuhannya lebih cepat. Pada daerah
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi penelitian gulma jenis rerumputan hanya
Keragaman Komunitas ditemukan satu spesies baik pada stadium
tanaman menghasilkan maupun pada stadium
Banyak faktor yang mempengaruhi
tanaman belum menghasilkan.
keragaman komunitas gulma yaitu
Dalam keadaan air dan hara telah
diantaranya pH tanah, kelembaban tanah dan
cukup untuk pertumbuhan maka faktor
intensitas cahaya. pH tanah merupakan salah
pembatas berikutnya adalah cahaya matahari.
satu faktor yang mempengaruhi keragaman
Menurut Herper (1977) dalam Riry (2008),
komunitas gulma. Pada tanaman meng-
tumbuhan yang berjalur C4 lebih efisien
hasilkan (TM) pH tanah (5,4) sedangkan pada
menggunakan air, suhu dan sinar sehingga
stadium tanaman belum menghasilkan pH
lebih kuat bersaing untuk memperoleh cahaya
tanah (6,2). pH tanah pada kedua stadium
pada keadaan cuaca mendung. Pada stadium
tanaman ini adalah pH tanah masam.
tanaman menghasilkan yang mempunyai
Sedangkan kemiringan lereng pada stadium
tajuk tanaman yang lebat, cahaya yang
tanaman menghasilkan yaitu > 30% dan pada
dteruskan sampai ke permukaan tanah lebih
stadium tanaman belum menghasilkan
sedikit, maka vegetasi gulma yang ada
terdapat pada kemiringan lereng antara 8
dibawah pertanaman pala juga sedikit,
30%. Pada tanaman menghasilkan dengan
sebaliknya pada stadium tanaman belum
ketinggian tempat 160 m dpl dan juga
menghasilkan yang mempunyai tajuk
memiliki topografi yang agak curam,
tanaman kurang lebat, cahaya yang diteruskan
sehingga bila terjadi curah hujan yang tinggi,
sampai ke permukaan tanah lebih banyak,
maka terjadi pelindihan (leaching) basa-basa
sehingga vegetasi gulma yang ada dibawah
oleh aliran air hujan. Dengan demikian basa-
pertanaman pala juga banyak.
basa yang berada pada permukaan tanah akan
Berdasarkan morfologi gulma, maka
ikut tercuci bersama curah hujan tersebut,
gulma yang dominan pada penelitian ini baik
140
141
KESIMPULAN
Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. PT
Komposisi jenis-jenis gulma dan jenis Melton Putra. Jakarta.
gulma dominan pada pertanaman pala di
Dusung Dati Laleang Desa Hutumuri adalah Riry, J. 2008. Mengenal Gulma dan
sebagai berikut : Pengelolaannya di Indonesia. Bogor :
1. Jumlah jenis gulma pada stadium tanaman CV Dsainku Advertising.
belum menghasilkan ditemukan 18 jenis
gulma, sedangkan pada stadium tanaman Sastroutomo, S. 1988. Ekologi Gulma.
menghasilkan ditemukan 13 jenis gulma. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
2. Pada stadium tanaman menghasilkan,
jenis gulma dominan adalah gulma Smith. 1992. Distribusi, Status, Tingkat
Selaginella plana Heron dengan SDR Penyebaran dan pengelolaan Clidemia
57,80%. Pada stadium tanaman belum di Hawai.
menghasilkan jenis gulma dominan http://pages.bangor.ac.uk/~afs101/
adalah gulma Selaginella plana Heron iwpt/web-sp5.htm. [16/11/2012].
dengan SDR 44,42%. Sedangkan gulma
yang dominan adalah gulma tahunan daun Sukman, Y. 2002. Gulma dan Teknik
lebar. Pengendaliannya.: PT Raja Grafindo
3. Pada stadium tanaman menghasilkan Persada. Jakarta
memiliki pH tanah lebih rendah (5,4),
kelembaban tanah lebih tinggi (53,2 dan Tanasale, V. 2010. Komunitas Gulma Pada
cahaya yang diteruskan (CT) lebih rendah Pertanaman Gandaria Belum
dibandingkan pada stadium tanaman Menghasilkan dan Menghasilkan Pada
belum menghasilkan dengan pH tanah Keringgian Tempat Yang Berbeda.
(6,2), kelembaban tanah (37,4), dan [Tesis] UGM, Yogyakarta.
cahaya yang diteruskan (CT) lebih tinggi.
Wattimena, A, Y. 2009. Kajian Aspek
DAFTAR PUSTAKA Budidaya Tanaman Pala (Myristica
Fragrans Houtt) di Provinsi Maluku.
Anonim. 1974. Pedoman Tehnik Budidaya [Tesis] UGM, Yogyakarta.
Pala. Direktorat Jenderal Perkebunan.
Jakarta : 56
142