You are on page 1of 10

ISSN 2301-7287

JurnalIlmuBudidayaTanaman
Volume 1, Nomor 2, Oktober 2012

EFEK DOLOMIT DAN SP-36 TERHADAP BINTIL AKAR, SERAPAN N DAN


HASIL KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) PADA TANAH KAMBISOL
Silahooy, Ch.

RESIDU PESTISIDA PRODUK SAYURAN SEGAR DI KOTA AMBON


Tuhumury; G.N.C., Leatemia, J. A., Rumthe, R.Y dan J.V Hasinu

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KETIMUN (Cucumis sativus L)


TERHADAP SISTEM PENGOLAHAN TANAH DAN JARAK TANAM
Hamzah, H., Kunu, P.J dan A. Rumakat

PENGARUH PUPUK KALIUM DAN FOSFAT TERHADAP KETERSEDIAAN


DAN SERAPAN FOSFAT TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.)
PADA TANAH BRUNIZEM
Kaya, E.

STUDI PEMUPUKAN FOSFAT TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH


JAGUNG (Zea mays L.) VARIETAS HULALIU
Lesilolo, M. K.

PERAN TANAMAN AROMATIK DALAM MENEKAN PERKEMBANGAN


HAMA Spodoptera litura PADA TANAMAN KUBIS
Patty, J.A.

KOMUNITAS GULMA PADA PERTANAMAN PALA (Myristica fragrans H)


BELUM MENGHASILKAN DAN MENGHASILKAN DI DESA HUTUMURI
KOTA AMBON
Palijama, W., Riry, J dan A. Y. Wattimena

PENGARUH EFFECTIVE INOCULANT PROMI DAN EM4 TERHADAP LAJU


DEKOMPOSISI DAN KUALITAS KOMPOS DARI SAMPAH KOTA AMBON
Manuputty, M.C., Jacob, A dan J.P. Haumahu

DAMPAK PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP ALIRAN


PERMUKAAN, ALIRAN BAWAH PERMUKAAN DAN ALIRAN DASAR DI
DAS BATUGAJAH KOTA AMBON
Soplanit, R dan Ch. Silahooy

KERUSAKAN TANAMAN PALA AKIBAT SERANGAN HAMA PENGGEREK


BATANG (Batocera hercules)
Umasangaji, A., Patty, J.A dan A. A. Rumakamar

Halaman Ambon, ISSN


Agrologia Vol. 1 No. 2
91 - 169 Oktober 2012 2301-7287
Palijama dkk, 2012. Komunitas Gulma pada Pertanaman Pala

KOMUNITAS GULMA PADA PERTANAMAN PALA (Myristica fragrans H)


BELUM MENGHASILKAN DAN MENGHASILKAN DI DESA HUTUMURI
KOTA AMBON

W. Palijama, J. Riry dan A.Y. Wattimena

Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Pattimura


Jl. Ir. M. Putuhena, Poka-Ambon
E-mail : johanriry@yahoo.com

ABSTRAK

Tanaman pala (Myristica fragrans H) merupakan tanaman asli Indonesia yang sudah terkenal sebagai tanaman
rempah. Namun, pada areal pertanaman pala sering ditemui kendala yang disebabkan oleh keberadaan tumbuhan
pengganggu. Gulma merupakan salah satu Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang menghambat
pertumbuhan, perkembangan dan produktivitas tanaman. Pengenalan jenis-jenis gulma dominan merupakan
langkah awal yang menentukan keberhasilan pengendalian gulma. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Hutumuri,
Kota Ambon dengan tujuan untuk mengetahui komposisi jenis gulma serta jenis gulma dominan pada pertanaman
pala menghasilkan dan belum menghasilkan. Proses pengumpulan data di lapangan dilakukan dengan menggunakan
metode survei. Hasil penelitian menunjukan pada stadium pertanaman belum menghasilkan ditemukan 18 jenis
gulma, sedangkan pada stadium pertanaman menghasilkan ditemukan 13 jenis gulma. Pada stadium tanaman
menghasilkan, jenis gulma dominan adalah gulma Selaginella plana Heron dengan SDR 57,80%. Pada stadium
tanaman belum menghasilkan jenis gulma dominana adalah gulma Selaginella plana Heron dengan SDR 44,42%.
Sedangkan gulma yang dominan adalah gulma tahunan daun lebar.

Kata Kunci: gulma, tanaman pala, menghasilkan, belum menghasilkan.

THE WEED COMMUNITY IN NON PRODUCING AND PRODUCING NUTMEG


(Myristica fragrans H) PLANTATIONS IN HUTUMURI VILLAGE, AMBON

ABSTRACT

Nutmeg (Myristica fragrans H) is native to Indonesia, which has been known as herbal plants. Its planting areas,
however, are often hindered by the presence of unwanted plants. Weeds are among the plant pest organisms (PPO),
which inhibit the growth, development and productivity of crops. Identification of dominant weed species is the
first step in determining the success of weed control. This research was conducted in Hutumury Village, Ambon,
with an aim to determine weed species composition and dominant weed species in producing and non producing
(juvenile) nutmeg plantations. The process of data collection in the field was undertaken by a survey method. The
results showed 18 weed species were found in the plantation of non producing phase and 13 weed species were
found in the plantation of producing phase. In the producing plantation, the dominant weed species was Selaginella
plana Heron with an SDR value of 57.80%. In the non producing plantation, the dominant weed was also
Selaginella plana Heron with an SDR value of 44.42%. The overall dominant weeds in the nutmeg plantations
belonged to the annual broad leaf weeds.

Keywords: weeds, nutmeg, producing, non producing.

PENDAHULUAN sehingga Indonesia merupakan produsen pala


terbesar di dunia (70 75%). Komoditas pala
Tanaman pala (Myristica fragrans H) Indonesia sebagian besar dihasilkan oleh
merupakan tanaman asli Indonesia yang perkebunan rakyat yaitu sekitar 98,84%.
sudah terkenal sebagai tanaman rempah, (Balai komoditi industry, Deptan, 2009).

134

Agrologia, Vol. 1, No. 2, Oktober 2012, Hal. 134-142

Daerah Maluku merupakan salah satu budidaya, dan alelopoli, karena gulma selalu
provinsi yang secara geografis merupakan bersifat monopoli atas air, hara, CO2, O2 dan
daerah kepulauan yang memiliki daratan yang sinar matahari (Riry, 2008). Secara umum
cukup luas dan cocok bagi pertanaian. Salah persaingan antara tanaman dan gulma dapat
satu sumber daya alam asal Maluku yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman budi-
memiliki potensi untuk dikembangkan adalah daya tertekan, menghambat kelancaran
sub sektor perkebunan. Maluku juga aktifitas pertanian, estetika lingkungan tidak
merupakan salah satu provinsi penghasil nyaman dan meningkatkan biaya pemeli-
rempah-rempah seperti pala dan cengkih. haraan (Tanasale, 2010).
Menurut Deinum, (1949) dalam Anonymous Kehadiran berbagai jenis gulma pada
(1974), Maluku merupakan pusat asal suatu daerah membentuk komunitas. Jenis
tanaman pala dengan keragaman yang tinggi. gulma dalam komunitas atau lebih, baru dapat
Tanaman pala ini memiliki beberapa dikatakan homogen, apabila indeks kesamaan
keuntungan, misalanya biji dan daging buah dari kedua komunitas lebih besar atau sama
dapat digunakan untuk bahan makanan, dengan 70%. Dengan demikian, jika dua
sedangkan fuli diolah menjadi minyak atsiri lahan memiliki indeks kesamaan kurang dari
(Wattimena, 2009). Menurut Andrew (1965) 70% dapat dikatakan bahwa dua lahan
dalam Anonymous (1974), minyak pala dari tersebut memiliki jenis-jenis gulma yang
hasil penyulingan merupakan bahan baku berbeda atau tidak homogeny (Sukman,
industri obat-obatan. Oleh sebab itu tanaman 2002). Tipe komunitas terjadi karena adanya
pala yang merupakan tanaman rempah- sifat yang berbeda dalam dominasi jenis,
rempah haruslah tetap dipelihara. komposisi jenis, struktur lapisan tajuk atau
Pada areal pertanaman pala sering juga bentuk pertumbuhan (Irwanto, 2007
ditemui kendala yang disebabkan oleh dalam Tanasale, 2010).
keberadaan Organisme Pengganggu Pengenalan jenis-jenis gulma dominan
Tanaman, khususnya gulma. Gulma merupa- merupakan langkah awal yang menentukan
kan salah satu Organisme Pengganggu keberhasilan pengendalian gulma. Penelitian
Tanaman (OPT) yang menghambat partum- tentang studi komunitas gulma pada areal
buhan, perkembangan dan produktivitas pertanaman pala di Desa Hutumuri sejauh
tanaman. Kehadiran gulma disekitar tanaman peneliti ketahui belum ada publikasinya. Oleh
budidaya tidak dapat dihindarkan, terutama karena itu penelitian tentang jenis-jenis gulma
jika lahan tersebut ditelantarkan. Menurut untuk menentukan kebijakan tindakan
Sastrautomo (1998), kehadiran gulma di suatu pengendalian gulma di pertanaman pala
areal pertanaman secara umum memberikan sangat diperlukan, sehingga dapat menjadi
pengaruh negatif terhadap tanaman, karena data dasar penentuan cara pengendalian
gulma memiliki daya kompetitif yang tinggi gulma secara tepat, pada areal pertanaman
sehingga memungkinkan terjadinya per- pala di Desa Hutumuri, Kota Ambon.
saingan cahaya, CO2, air, unsur hara, ruang Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah
tumbuh yang digunakan secara bersamaan. ada perbedaan antara komposisi jenis gulma
Selain itu gulma memiliki peranan lain yaitu pada tanaman pala belum menghasilkan
sebagai alelopati, alelomediasi dan alelopoli. dengan tanaman yang menghasilkan serta
Alelopati, karena gulma dapat mengeluarkan mengetahui jenis gulma dominan pada
bahan kimia untuk menekan bahkan tanaman pala yang belum menghasilkan dan
mematikan tumbuhan atau tanaman lain tanaman pala yang menghasilkan.
sedangkan alelomediasi, karena gulma
merupakan tempat tinggal bagi beberapa jenis
hama tertentu atau gulma sebagai
penghubung antara hama dengan tanaman
135

Palijama dkk, 2012. Komunitas Gulma pada Pertanaman Pala

METODOLOGI dengan kertas koran yang telah diberi label


sesuai dengan petak pengamatan.
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Dikeringkan dalam oven sampai berat kering
Hutumuri, Kota Ambon, dengan meng- yang konstan. Teknik pengumpulan data
gunakan metode survey. Analisis vegetasi meliputi data : (1) Data kualitatif berupa daur
menggunakan metode kuadrat dengan petak hidup, penyebaran, periodisitas (stadium
sampel berukuran 1 x 1m. Distribusi petak pertumbuhan) dan vitalitas, (2) Data
sampel diambil masing-masing 10 pohon kuantitatif meliputi kerapatan, frekuensi
tanaman pala pada stadium tanaman yang kehadiran dan biomassa jenis gulma, (3)
belum menghasilkan (pada umur 5 tahun) Sebagai bahan pembanding, beberapa
dan 10 pohon tanaman pala pada stadium parameter diukur langsung di lapangan
tanaman menghasilkan (pada umur 10 seperti pH tanah dan kelembaban tanah,
tahun ), dan juga berdasarkan diameter batang intensitas cahaya dibawah dan di luar tajuk
dan diameter tajuk. Sehingga diperoleh 20 Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan
pohon tanaman pala sebagai sampel, setiap Tanaman Menghasilkan (TM).
pohon diambil dua titik yaitu timur dan barat. Analisis data : Data yang terkumpul
Gulma yang terdapat dalam petak kemudian dianalisis secara deskripsi
sampel dipotong dekat permukaan tanah, kuantitatif. Untuk menghitung kerapatan dan
dimasukan ke dalam kantong plastik, frekuensi serta dominasi gulma, maka
diidentifikasi jenisnya, kemudian dibungkus digunakan rumus sebagai berikut :

1. Kerapatan mutlak = jumlah individu gulma dalam satu spesies.


Kerapatan relatif = x 100%
2. Frekuensi mutlak = Jumlah petak sampel yang memuat jenis itu
Frekuensi relatif = x 100%
Biomassa mutlak = Bobot kering setiap spesies gulma
Biomassa relatif = x 100%

3. Summed Domination Ratio (SDR) =

Untuk membandingkan dua komunitas koefisien komunitas (C) lebih besar dari 75%
vegetasi gulma, maka digunakan rumus yang maka komunitas gulma antara dua fase yang
dikembangkan oleh Tjitrosoedirjo (1997) dibandingkan tidak berbeda nyata atau cukup
dalam Tanasale (2010) yaitu : seragam. Dengan demikian di kedua fase
tanaman ini, cara pengendalian gulma yang
C= x 100%
dianjurkan sama, dan apabila nilai koefisien
(C) kurang dari 75% maka komunitas gulma
Keterangan : dikedua fase tanaman tersebut juga berbeda,
C : Coefisien comunitas gulma berarti cara pengendalian gulma yang
2W : Jumlah SDR terendah untuk jenis dari dianjurkan untuk kedua fase tanaman juga
masing-masing komunitas berbeda.
a : jumlah SDR semua jenis gulma pada Untuk menghitung sekapan cahaya,
komunitas A digunakan rumus : SC = (A-B)/A x 100%
b : jumlah SDR semua jenis gulma pada Keterangan :
komunitas B A = Intensitas cahaya di luar tajuk tanaman
B = Intensitas cahaya dibawah tajuk tanaman
Berdasarkan nilai C antara stadium-
stadium yang dibandingkan, maka bila nilai
136

Agrologia, Vol. 1, No. 2, Oktober 2012, Hal. 134-142

Jadi cahaya yang diteruskan (CT) ke stadium tanaman belum menghasilkan


permukaan tanah yang akan mempengaruhi (TBM).
pertumbuhan gulma dihitung menggunakan Tabel 2. Merupakan Tabel nilai SDR
rumus : pada kedua stadium tanaman menghasilkan
CT = 100% - SC (TM) dan stadium tanaman belum
menghasilkan (TBM). Tabel ini menunjukkan
HASIL DAN PEMBAHASAN bahwa pada stadium tanaman menghasilkan
terdapat 13 jenis gulma yang dikelompokan
Komposisi dan Morfologi Gulma
atas 12 gulma daun lebar (broad leaf) dan
Hasil pengamatan gulma di Dusung satu jenis dari golongan rerumputan
Dati Laleang desa Hutumuri menunjukkan (grasses). Pada stadium tanaman belum
bahwa, terdapat 13 jenis gulma dari 12 suku menghasilkan terdapat 18 jenis gulma yang
pada stadium tanaman menghasilkan (TM) dikelompokan atas 17 gulma daun lebar dan
dan 18 jenis gulma dari 16 suku untuk satu jenis gulma rerumputan.

Tabel 2. Nilai SDR Tanaman Pala di Daerah Penelitian Stadium Tanaman Menghasilkan dan
Tanaman Belum Menghasilkan.

Nilai SDR
No Nama Suku / Nama Jenis gulma
TM (%) TBM (%)
Gulma Daun Lebar
ACANTHACEAE
1 Rostellularia sundana 4.97 7.23
ASTERACEAE
2 Chromolaena odorata 0 1.75
3 Erechtites valerianifolia 0 0.43
ARECACEAE
4 Licuala grandis 2.73 0
COMMELINACEAE
5 Commelina difusa 0 2.34
EUPHORBIACEAE
6 Macaranga peltata 0.49 1.02
MORACEAE
7 Ficus septic 0 1.90
MELASTOMATACEAE
8 Clidemia hirta 11.73 7.61
LOMARIOPSIDACEAE
9 Neprolepis exaltata 2.08 8.12
10 Neprolepis biserrata 3.60 5.02
PANDANACEAE
11 Pandanus vandermerschii 2.72 0
PIPERACEAE
12 Piper bettle 8.38 8.02
POLYPODIACEAE
13 Phymatosorus scolopendria 1.06 1.76
RUBICEAE

137

Palijama dkk, 2012. Komunitas Gulma pada Pertanaman Pala

14 Boreria laevis 0 0.89


SELAGILLACEAE
15 Selaginella plana Heron 57.80 44.42
SPARRMANNIACEAE
16 Triumfetta rhomboidea 1.31 1.02
THELYPTERIDACEAE
17 Cylosorus aridus 2.40 2.20
VERBENACEAE
18 stachytarpheta jamaicensis 0 4.30
ZINGIBERACEEAE
19 Costus speciosus 0 8.02
Rerumputan
POACEAE
20 Axonopus compressus 0.69 0.54
Total 99.96 106.58

Berdasarkan jumlah nilai dominansi (SDR) Nilai koofisien komunitas


maka pada stadium tanaman menghasilkan
(TM), yang memiliki nilai SDR tertinggi Dari komunitas gulma pada stadium
adalah gulma jenis Selaginella plana Heron tanaman menghasilkan dan stadium tanaman
57,80% dari suku Selagillaceae. Tumbuhan belum menghasilkan antara dua komunitas
ini dinyatakan sebagai gulma dominan. dengan menggunakan metode yang
Urutan kedua gulma Clidemia hirta 11,73% dikembangkan oleh Tjitrosoedirjo (1997)
dari suku Melastomataceae. Urutan ketiga dalam Tanasale (2010) dapat dilihat pada
gulma Piper betlle 8,38% dari suku Tabel 3.
Piperaceae.

Tabel 3. Nilai koofisien komunitas (C) antara stadium TM dan TBM

Dua Faktor Koofisien komunitas (%)


Stadium : TM TBM 73,60

Berdasarkan nilai koofisien yang Selaginella plana Heron termasuk


diperoleh C TM-TBM sebesar 73,60%. dalam ordo Selaginellales, famili
Ternyata komunitas gulma antara stadium Selaginellaceae. Gulma S. plana Heron ini
TM dan TBM berbeda nyata, karena nilai C dapat ditemui pada stadium tanaman belum
75%. Maka cara pengendalian gulma yang menghasilkan dan stadium tanaman meng-
dianjurkan untuk kedua fase tanaman juga hasilkan. Akan tetapi nilai SDR tertinggi
berbeda. dapat dijumpai pada areal pertanaman pala
pada stadium tanaman menghasilkan (57,80)
Gulma Dominan Pada Areal Pertanaman dibandingkan pada stadium tanaman belum
Pala Pada Stadium Tanaman menghasilkan nilai SDRnya (44,42).
Menghasilkan dan Belum Menghasilkan. Pada stadium tanaman menghasilkan
yang mempunyai tajuk tanaman lebat,
1. Selaginellaceae menyebabkan cahaya matahari yang sampai
ke permukaan tanah sedikit, sehingga
Selaginella plana Heron
kelembaban tanah tinggi. Dibandingkan
dengan stadium tanaman belum menghasilkan
138

Agrologia, Vol. 1, No. 2, Oktober 2012, Hal. 134-142

yang mempunyai tajuk tanaman kurang lebat, 3. Piperaceae


menyebabkan cahaya matahari yang sampai
ke permukaan tanah banyak, sehingga Piper betle
kelembaban tanah rendah. Piper betle ini termasuk ordo
Gulma S. plana Heron ini, selain Piperales, famili Piperaceae (Suku Sirih-
mampu tumbuh dan menyukai tempat sirihan). Gulma ini tumbuh asli di Malaysia
ternaungi dan agak lembab, gulma ini juga tengah dan timur, dan diperbanyak dengan
berkembang biak dengan spora, sehingga cara stek. Gulma P. betle ini dijumpai di
memungkinkan gulma ini untuk dapat kedua stadium tanaman, baik tanaman
berkembang biak dengan cepat. menghasilkan maupun tanaman belum
menghasilkan. Berdasarkan nilai SDR
2. Melastomataceae tertinggi, dijumpai pada stadium tanaman
Clidemia hirta menghasilkan dengan nilai SDRnya (8,38),
Clidemia hirta termasuk dalam ordo dibandingkan pada stadium tanaman belum
Myrtales, famili Melastomataceae. C. hirta menghasilkan nilai SDRnya (8,02). Hal ini
merupakan gulma perdu tahunan, gulma yang mengindikasikan bahwa pada fase meng-
tangguh dengan perakarannya yang kuat dan hasilkan, gulma P. betle lebih mampu
batangnya yang keras. Tumbuhan ini sering beradaptasi pada kondisi ternaungi dengan
dijumpai di tepi hutan, semak belukar, di tepi tingkat kelembaban tanah yang tinggi. Gulma
jurang, daerah terbuka dan terganggu seperti ini tergolong jenis golongan daun lebar yang
pinggir jalan, padang rumput dan perkebunan. cenderung tumbuh dengan habitat agak
Berdasarkan nilai SDR, pada stadium ternaungi dan ternaungi, selain itu merupakan
tanaman menghasilkan mempunyai nilai SDR tumbuhan C4 yang tidak tahan terhadap
tertinggi (11,73) dibandingkan dengan intensitas cahaya yang tinggi.
tanaman belum menghasilkan nilai SDRnya Pada daerah penelitian, rata-rata curah
(7,61). hujan per tahun adalah 4409,77 mm
Gulma C. hirta ini lebih banyak merupakan salah satu syarat tumbuh yang
ditemukan pada stadium tanaman meng- baik untuk pertumbuhan dan perkembangan
hasilkan, karena pada stadium tanaman gulma ini, sehingga gulma ini termasuk
menghasilkan ini tajuk tanaman lebat, dalam gulma dominan yang mendominasi
sehingga sinar matahari yang mengenai areal pertanaman pala. Berdasarkan hasil
permukaan tanah sedikit dan menyebabkan pengamatan, gulma ini ditemukan pada
kelembaban tanah tinggi. Selain itu juga ketinggian 100-160 m dpl.
gulma C.hirta ini merupakan golongan gulma
berdaun lebar yang cenderung tumbuh 4. Lomariopsidaceae
dengan habitat agak ternaungi. Neprolepis exaltata
Kondisi pH tanah, kelembaban tanah Neprolepis exaltata termasuk ordo
serta intensitas cahaya sangat mendukung Polypodiales, famili Lomariopsidaceae.
gulma daun lebar ini untuk dapat tumbuh Tumbuhan ini berasal dari daerah tropis dan
dengan cepat dan mendominasi areal di klasifikasikan dalam filum Pteridophyta.
pertanaman pala. Hal ini sejalan dengan Gulma ini dijumpai di kedua stadium
Madubun (1999) dalam Tanasale (2010) yang tanaman, baik tanaman menghasilkan
menyatakan bahwa gulma daun lebar lebih maupun tanaman belum menghasilkan.
banyak menyerap unsur N dan lebih banyak Berdasarkan nilai SDR tertinggi, dijumpai
menggunakan air sehingga pertumbuhannya pada stadium tanaman belum menghasilkan
lebih cepat. dengan nilai SDRnya (8,12), sedangkan pada
stadium tanaman menghasilkan nilai SDRnya
(2,08).
139

Palijama dkk, 2012. Komunitas Gulma pada Pertanaman Pala

Hal ini mengindikasikan bahwa gulma sehingga pH tanah akan menjadi lebih rendah
ini lebih menyukai tempat yang terbuka dari dari stadium tanaman belum menghasilkan.
pada tempat yang ternaungi, karena pada Pada stadium tanaman belum menghasilkan
stadium tanaman belum menghasilkan ini dengan ketinggian tempat 100 m dpl dan
mempunyai tajuk tanaman kurang lebat, memiliki topografi landai sampai berbukit,
dibandingkan dengan stadium tanaman memungkinkan bila terjadi curah hujan yang
menghasilkan yang mempunyai tajuk yang tinggi, maka basa-basa yang ada pada
lebat. Tajuk tanaman yang kurang lebat, permukaan tanah hanya mengalami sedikit
cahaya yang diteruskan ke permukaan tanah pencucian oleh limpasan air hujan, sehingga
banyak, maka fotosintesis berlangsung pH tanah relatif lebih tinggi dari stadium
dengan baik sehingga vegetasi gulma akan tanaman menghasilkan.
meningkat dibandingkan dengan tajuk Kelembaban tanah juga merupakan
tanaman yang lebat. salah satu faktor yang mempengaruhi
Semakin lebat tajuk tanaman, akan keragaman komunitas gulma. Pada stadium
menghambat cahaya yang diteruskan ke tanaman menghasilkan kelembaban tanah
permukaan tanah, sehingga akan mengganggu (53,2) sedangkan pada stadium tanaman
proses fotosintesis di daun gulma tidak dapat belum menghasilkan, kelembaban tanah
berjalan dengan baik, sehingga hasil (37,4).
fotosintat/asimilat yang akan diedarkan dalam Kelembaban tanah yang tinggi
tubuh gulma menjadi terhambat, sehingga menyebabkan lebih banyak gulma golongan
pertumbuhan gulma N. exaltata ini akan daun lebar, dari pada gulma rerumputan,
terganggu dan mengakibatkan vegetasi gulma karena gulma golongan daun lebar lebih
berkurang. banyak menggunakan air sehingga
pertumbuhannya lebih cepat. Pada daerah
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi penelitian gulma jenis rerumputan hanya
Keragaman Komunitas ditemukan satu spesies baik pada stadium
tanaman menghasilkan maupun pada stadium
Banyak faktor yang mempengaruhi
tanaman belum menghasilkan.
keragaman komunitas gulma yaitu
Dalam keadaan air dan hara telah
diantaranya pH tanah, kelembaban tanah dan
cukup untuk pertumbuhan maka faktor
intensitas cahaya. pH tanah merupakan salah
pembatas berikutnya adalah cahaya matahari.
satu faktor yang mempengaruhi keragaman
Menurut Herper (1977) dalam Riry (2008),
komunitas gulma. Pada tanaman meng-
tumbuhan yang berjalur C4 lebih efisien
hasilkan (TM) pH tanah (5,4) sedangkan pada
menggunakan air, suhu dan sinar sehingga
stadium tanaman belum menghasilkan pH
lebih kuat bersaing untuk memperoleh cahaya
tanah (6,2). pH tanah pada kedua stadium
pada keadaan cuaca mendung. Pada stadium
tanaman ini adalah pH tanah masam.
tanaman menghasilkan yang mempunyai
Sedangkan kemiringan lereng pada stadium
tajuk tanaman yang lebat, cahaya yang
tanaman menghasilkan yaitu > 30% dan pada
dteruskan sampai ke permukaan tanah lebih
stadium tanaman belum menghasilkan
sedikit, maka vegetasi gulma yang ada
terdapat pada kemiringan lereng antara 8
dibawah pertanaman pala juga sedikit,
30%. Pada tanaman menghasilkan dengan
sebaliknya pada stadium tanaman belum
ketinggian tempat 160 m dpl dan juga
menghasilkan yang mempunyai tajuk
memiliki topografi yang agak curam,
tanaman kurang lebat, cahaya yang diteruskan
sehingga bila terjadi curah hujan yang tinggi,
sampai ke permukaan tanah lebih banyak,
maka terjadi pelindihan (leaching) basa-basa
sehingga vegetasi gulma yang ada dibawah
oleh aliran air hujan. Dengan demikian basa-
pertanaman pala juga banyak.
basa yang berada pada permukaan tanah akan
Berdasarkan morfologi gulma, maka
ikut tercuci bersama curah hujan tersebut,
gulma yang dominan pada penelitian ini baik
140

Agrologia, Vol. 1, No. 2, Oktober 2012, Hal. 134-142

pada stadium TM maupun TBM adalah Rumusan Pengendalian Gulma


gulma golongan berdaun lebar dengan siklus Dalam pengusahaan pertanaman pala,
hidup tahunan. disarankan pengendalian gulma bertujuan
untuk menekan kerugian dan gangguan yang
Kajian Keragaman dan Dominansi gulma ditimbulkan gulma hingga sekecil mungkin
dengan Kebijakan Pengendalian agar pertumbuhan dan produksi pertanaman
Keragaman komunitas vegetasi gulma pala tidak terganggu. Pada daerah penelitian
untuk setiap fase tanaman relatif berbeda, tidak pernah dilakukan pengendalian gulma
berdasarkan hasil pengamatan di lapangan untuk itu disarankan agar pengendalian gulma
ditemukan gulma berdaun lebar 12 jenis dan dapat diterapkan pada daerah penelitian
satu jenis gulma rerumputan (stadium TM) antara lain :
sedangkan 17 jenis gulma daun lebar dan satu a. Pengendalian Mekanis.
jenis gulma rerumputan (stadium TBM). Secara mekanis disarankan teknik
Sesuai dengan hasil perhitungan nilai pengendalian di tanaman pala adalah
koofisien komunitas gulma maka tindakan membabat dengan menggunakan sabit
pengendalian yang dilakukan untuk kedua atau alat yang serupa, mencabut dan
stadium tanaman juga berbeda. Selain itu membersihkan gulma dengan tangan.
gulma yang mendominasi areal pertanaman b. Pengendalian Kultur Teknis.
pala baik pada stadium TBM maupun TM Pengendalian gulma dengan mulsa yaitu
adalah jenis gulma daun lebar dengan siklus daun-daun pala yang sudah kering pada
hidup tahunan. pertanaman pala dibiarkan di permukaan
Adanya keragaman dan dominansi tanah yang ditumbuhi gulma. Dengan
gulma pada pertanaman pala tersebut tertutupnya permukaan tanah tersebut
memberi petunjuk bahwa pengendalian gulma gulma tidak akan mendapatkan sinar
perlu diperhatikan dari segi pertimbangan matahari yang cukup, sehingga per-
aspek ekonomi dan ekologisnya. Dalam tumbuhannya akan terhambat.
pengusahaan tanaman pala, saran pengen- c. Pengendalian Biologi.
dalian gulma harus ditunjukan untuk Pengendalian secara biologi dapat dilaku-
meminimalisir kerugian dan gangguan yang kan dengan menggunakan jasad hidup
ditimbulkan oleh gulma sehingga sekecil tertentu, untuk menekan pertumbuhan
mungkin agar pertumbuhan dan produksi gulma. Sebagai contoh pengendalian
tanaman tidak terganggu. Dengan mem- biologi untuk gulma Clidemia hirta,
perhatikan jenis-jenis gulma, aspek ling- menggunakan hama Thrips (Smith, 1992).
kungan, biaya, tenaga kerja serta keuntungan d. Pengendalian Kimiawi.
dan kerugian yang ditimbulkan oleh Herbisida yang dapat dipakai untuk
pengendalian-pengendalian gulma. Maka menekan pertumbuhan gulma adalah
perlu diterapkannya suatu pengendalian herbisida 2.4 D, dan Glifosat. Kedua jenis
gulma yaitu pengendalian gulma terpadu. herbisida ini termasuk dalam herbisida
Gulma tertentu yang penting untuk sistemik, sedangkan berdasarkan selek-
dikendalikan pada stadium tanaman meng- tivitas herbisida, jenis 2.4 D merupakan
hasilkan maupun stadium tanaman belum herbisida selektif yang dapat mematikan
menghasilkan adalah Selaginella plana jenis gulma berdaun lebar, sedangkan
Heron, Clidemia hirta, Piper betle, jenis glifosat merupakan jenis herbisida
Neprolepis exaltata. Gulma-gulma ini perlu nonselektif yang dapat memetikan semua
dikendalikan karena populasinya yang cukup jenis gulma.
besar maka efek persaingannya besar.

141

Palijama dkk, 2012. Komunitas Gulma pada Pertanaman Pala

KESIMPULAN
Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. PT
Komposisi jenis-jenis gulma dan jenis Melton Putra. Jakarta.
gulma dominan pada pertanaman pala di
Dusung Dati Laleang Desa Hutumuri adalah Riry, J. 2008. Mengenal Gulma dan
sebagai berikut : Pengelolaannya di Indonesia. Bogor :
1. Jumlah jenis gulma pada stadium tanaman CV Dsainku Advertising.
belum menghasilkan ditemukan 18 jenis
gulma, sedangkan pada stadium tanaman Sastroutomo, S. 1988. Ekologi Gulma.
menghasilkan ditemukan 13 jenis gulma. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
2. Pada stadium tanaman menghasilkan,
jenis gulma dominan adalah gulma Smith. 1992. Distribusi, Status, Tingkat
Selaginella plana Heron dengan SDR Penyebaran dan pengelolaan Clidemia
57,80%. Pada stadium tanaman belum di Hawai.
menghasilkan jenis gulma dominan http://pages.bangor.ac.uk/~afs101/
adalah gulma Selaginella plana Heron iwpt/web-sp5.htm. [16/11/2012].
dengan SDR 44,42%. Sedangkan gulma
yang dominan adalah gulma tahunan daun Sukman, Y. 2002. Gulma dan Teknik
lebar. Pengendaliannya.: PT Raja Grafindo
3. Pada stadium tanaman menghasilkan Persada. Jakarta
memiliki pH tanah lebih rendah (5,4),
kelembaban tanah lebih tinggi (53,2 dan Tanasale, V. 2010. Komunitas Gulma Pada
cahaya yang diteruskan (CT) lebih rendah Pertanaman Gandaria Belum
dibandingkan pada stadium tanaman Menghasilkan dan Menghasilkan Pada
belum menghasilkan dengan pH tanah Keringgian Tempat Yang Berbeda.
(6,2), kelembaban tanah (37,4), dan [Tesis] UGM, Yogyakarta.
cahaya yang diteruskan (CT) lebih tinggi.
Wattimena, A, Y. 2009. Kajian Aspek
DAFTAR PUSTAKA Budidaya Tanaman Pala (Myristica
Fragrans Houtt) di Provinsi Maluku.
Anonim. 1974. Pedoman Tehnik Budidaya [Tesis] UGM, Yogyakarta.
Pala. Direktorat Jenderal Perkebunan.
Jakarta : 56

Balai Komodity Industry, Deptan. 2009.


Budidaya Tanaman Pala.
http://balitri.litbang.deptan.go.id/datab
ase/BUDIDAYA%20PALA.pdf.
[16/03/2012].

142

You might also like