You are on page 1of 9

CRITICAL PERSPECTIVE ACCOUNTING

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah Teori Akuntansi

Oleh
Hadyan Luthfi S 145020300111028
Nur Kumala Sari 145020307111002
Medy Syari 145020307111055
Aldrin Johan 145020301111031

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
April 2017
Definisi Kritikal Perspektif
Kritikal perspektif sangat sulit diartikan. Fokus pendekatan pada penelitian ini adalah
tentang metode akuntansi tertentu yang seharusnya diterapkan daripada fokus terhadap peran
akuntansi yang mengkontrol sumber daya modal. Para peneliti yang disebut teori kritikal
akuntansi, kemudian mencari apa yang disoroti, melalui kritikal analisis, yang merupakan
kunci peran dari akuntansi dalam masyarakat. Perspektif tersebut menantang pandangan
bahwa akuntansi dapat dibangun menjadi sesuatu yang objektif dan netral, dan para peneliti
sering mencari bukti untuk mendukung pandangan ini.
Menurut Tony Tinker, akuntansi kritis adalah semua bentuk praktek sosial yang
evaluatif dan bertujuan untuk menimbulkan perubahan progresif dalam wilayah konseptual,
institusional, praktik, dan politik akuntansi. Unsur kunci dari definisi ini adalah gagasan
tentang praktek sosial. Praktek dalam penelitian akuntansi kritis umumnya dipahami untuk
merujuk pada asumsi bahwa terdapat dua arah hubungan antara teori dan praktek. namun
pada kenyataannya teori mempengaruhi praktik sosial, sementara praktek-praktek sosial
mempengaruhi teori. Salah satu implikasi dari hubungan antara teori dan praktek adalah
ketika kondisi sosial (praktek) mengalami perubahan maka teori perlu dilakukan perubahan.
Hal ini seharusnya tidak menjadi konsep baru. Implikasi lainnya adalah perkembangan teori
perspektif yang berbeda dapat membawa perubahan dalam praktek-praktek sosial dan
struktur masyarakat (seperti penyebaran kekayaan dan kekuasaan).
Perbedaan hubungan antara teori dan praktek adalah gagasan yang tidak tersirat dalam
hubungan dua arah tersebut. Sebelumnya cenderung mengandalkan hubungan satu arah
dimana baik teori menentukan praktek atau praktek menentukan teori. Perbedaan selanjutnya
adalah pada perubahan praktek. Ketika teori normatif berusaha untuk mengembangkan dan
menerapkan praktik akuntansi tertentu, fokus perubahan praktek diwujudkan di masyarakat
luas. Dapat disimpulkan bahwa peran teori dalam mengubah praktek-praktek sosial lebih
penting daripada peran praktek-praktek sosial yang mengubah teori. Tinker (2005, P: 101)
berpendapat bahwa pendekatan akuntansi kritis memerlukan sarjana khusus untuk penelitian
akuntansi kritis.

Wawasan Pendukung Akuntansi


Secara eksplisit bahwa semua penelitian dalam ilmu-ilmu sosial bergantung pada
subjektivitas dari interpretasi para peneliti yang terlibat di dalamnya. Dalam penelitian
akuntansi kritis, para peneliti dalam bidang akuntansi kritis (ahli teori akuntansi) berusaha
untuk melihat hal yang pokok, melalui analisis kritis, yang berperan utama dalam akuntansi
perspektif sosial. Seperti yang dinyatakan oleh Hopper at al. (1995) bahwa dalam
mengkomunikasikan realita akuntan secara keberlanjutan (secara simultan) membangunnya
(Hines, 1988) dan akuntansi adalah praktik sosial dalam perjuangan politik, dan praktik pasar
yang dikendalikan oleh keseimbangan pasar yang efisien.
Pandangan ini juga didukung oleh Baker dan Bettner (1997), menyatakan bahwa
esensi akuntansi dapat ditangkap dengan pemahaman dari dampak individu, organisasi, dan
masyarakat. Oleh karena itu sangat penting dalam penelitian akuntansi untuk mengadopsi
kritikal perspektif.
Banyak dari kritikal peneliti memandang akuntansi sebagai perintah legitimasi
kapitalis. Mereka menekankan bahwa sistem akuntansi dibangun dan dikelilingi oleh perintah
sosial yang terselubung. Penggambaran peran dari akuntansi dalam masyarakat kapitalis,
Tinker, Merino, dan Neimark (1982, p.178) menjelaskan bahwa teori ini adalah hubungan
sosial dari kapitalisme yang membedakannya dengan sistem sosial yang lain.
Gray, Owen dan Adams (1996) menyatakan, perhatian yang besar dari kritikal atau
radikal teori ini adalah distribusi dari kekayaan, kekuatan (power) dari suatu perusahaan,
bahasa ekonomi bisnis, dan lainnya adalah secara fundamental cacat dan tidak lebih dari
struktur radikal yang berubah dari harapan kehidupan manusia dan lainnya. Sosial, ekonomi,
dan sistem politik dianggap mempersulit secara fundamental.
Penelitian Akuntansi Kritis Versus Penelitian Akuntansi Sosial dan Lingkungan
Kritikal perspektif yang diadopsi oleh banyak peneliti akuntansi kritis didasarkan pada
Teori Ekonomi Politik. Penelitian akuntansi kritis cenderung didasarkan pada Teori Ekonomi
Politik Klasik. Ekonomi politik yang didefinisikan oleh Gray, Owen dan Adams (1996)
sebagai sosial, politik, dan kerangka ekonomi di mana kehidupan manusia berada. Pada
pandangan ini sosial, politik, dan ekonomi adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, dan
isu ekonomi tidak dapat diinvestigasi keberadaanya dalam pertimbangan mengenai politik,
sosial dan kerangka institusi pada aktivitas ekonomi berada. Seperti Guthrie dan paker (1990)
yang menyatakan bahwa perspektif ekonomi politik dapat dipahami dalam laporan akuntansi
sebagai dokumen sosial, politik, dan ekonomi. Laporan akuntansi berfungsi sebagai alat
untuk membangun, mempertahankan dan melegitimasi pengaturan ekonomi dan politik,
lembaga-lembaga dan tema ideologis yang berkontribusi terhadap kepentingan organisasi itu
sendiri.
Gray, Owen dan Adams (1996) dan lain-lain membagi Teori ekonomi politik menjadi
dua yaitu klasik dan borjuis. Perspektif ekonomi politik borjuis tidak mengeksplorasi
ketidakadilan struktural, kepentingan pihak tertentu, perjuangan golongan tertentu. Banyak
teori kritis menganggap bahwa penelitian hanya menerima sifat yang ada dan struktur
masyarakat tanpa adanya tantangan secara efektif yang mendukung masyarakat (Hopper dan
Powell, 1985). Dengan menerima berbagai konsep pada masyarakat sehingga mengabaikan
perjuangan dan ketidakadilan dalam masyarakat (Puxty, 1991). Peneliti kritis terkemuka
seperti Tinker, Puxty, Lehman, Hopper dan Cooper perlu untuk menantang karya peneliti
aliran ekonomi politik, seperti Gray, Owen, Maunders, Mathews dan Parker. Seseorang yang
telah mempromosikan kebutuhan organisasi menjadi lebih bertanggung jawab atas kinerja
sosial dan lingkungannya.
Sementara kebanyakan dari kita, menganggap semakin besar pengungkapan dari
informasi social responsibility akan tampak suatu langkah yang tepat, dan teori kritikal
beragumen bahwa usaha tersebut sia-sia kecuali hal tersebut didasari dengan perubahan
struktur masyarakat. Mereka beragumen bahwa pengungkapan CSR hanya dilakukan karena
diatur, dan tidak menantang bagi penyedia informasi. Tanpa pertimbangan dari keberadaan
lingkungan sosial politik hasil yang diberikan akan tidak sempurna dan tidak lengkap.
Berkaca pada beberapa pandangan teori kritis tentang kekurangan akuntansi sosial dan
lingkungan penelitian, Owen, Gray dan Bebbington (1997) menyatakan bahwa pada awal
kritik terhadap gerakan akuntansi sosial berasal dari seorang sosialis yang mengadopsi
perspektif Marxis. Tinker et al. (1991) dan Puxty (1986, 1991) menyatakan bahwa
masyarakat ditandai dengan konflik sosial. Tinker et al.(1991) menyatakan bahwa gerakan
akuntansi sosial gagal untuk memeriksa kontradiksi dasar dan antinomies dari sistem sosial
dalam penyelidikan dan tidak relevan dan secara implisit mengadopsi sikap 'Quietisme
politic' yang hanya menguntungkan golongan kapitalis. Puxty (1986) menyarankan
ketidakrelevanan akuntansi sosial, mencatat bahwa kritik yang lebih radikal dari masyarakat
kapitalis telah lebih peduli dengan isu-isu yang lebih luas dari akuntansi dan akuntan.
Akuntansi dianggap mempertahankan struktur sosial tertentu. Pengenalan bentuk
baru akuntansi (misalnya, metode eksperimental yang berkaitan dengan akuntansi untuk
biaya sosial) hanya akan membantu mempertahankan sistem sosial. Berkaca pada
persepsi teori kritis dari penelitian yang sedang berlangsung yang dilakukan untuk
meneliti bagaimana memperhitungkan implikasi sosial dan lingkungan bisnis, Gray,
Owen dan Adams (1996) menyatakan bahwa beberapa teori kritis menganggap bahwa
penelitian tersebut bertujuan untuk memecahkan masalah krisis lingkungan.
Meskipun pembahasan di atas menunjukkan perbedaan pendapat yang cukup besar dari
beberapa peneliti akuntansi kritis terhadap penelitian akuntansi sosial dan lingkungan, dalam
beberapa tahun terakhir, beberapa peneliti akuntansi sosial dan lingkungan telah melakukan
upaya-upaya untuk mengatasi masalah yang diungkapkan oleh para peneliti akuntansi kritis.
Sebagai contoh, Bailey, Harte dan Sugden (2000), Lehman (1999, 2001), O'Dwyer (2005)
dan Unerman dan Bennett (2004) merupakan beberapa studi penelitian akuntansi sosial dan
lingkungan yang telah menyinggung isu-isu dan implikasi kekuasaan diferensial antara
organisasi dan berbagai kelompok pemangku kepentingan dalam hubungan akuntabilitas.
Teori kritikal memberikan argumen yang mengarahkan untuk penciptaan iklim
perubahan di struktur sosial. Namun, teori kritikal tidak memberikan solusi terhadap masalah
yang mereka utarakan. Teori Kritikal tidak memberikan arahan bagaimana memahami suatu
permasalahan agar dapat terpecahkan.
Dampak Dari Penelitian Akuntansi Kritis Terhadap Praktek Sosial
Kritikal perspektif didasarkan pada perspektif ekonomi politik klasik dan secara
eksplisit menganggap konflik struktural, ketidakadilan dan peran negara di pusat analisis.
Dengan mengadopsi penelitian perspektif yang didasarkan pada Teori Ekonomi Politik
Klasik, peneliti akuntansi kritis dapat menyoroti isu-isu tertentu yang mungkin tidak
ditangani.
Kesejahteraan sosial kemungkinan akan ditingkatkan jika praktik akuntansi diakui
secara konsisten yaitu hasil strategis praktik akuntansi secara konsisten mendukung
kepentingan tertentu dalam masyarakat dan merugikan orang lain. Oleh karena itu, kami
berpendapat bahwa praktek akuntansi sudah ada dan secara implisit ada di kerangka kerja
konseptual untuk praktik akuntansi. Sebuah ekonomi politik akuntansi menekankan
infrastruktur, hubungan mendasar antara golongan-golongan dalam masyarakat. Ekonomi
politik akuntansi mengakui lingkungan kelembagaan yang mendukung sistem pelaporan
perusahaan dan pelajaran untuk pengawasan kritis isu-isu diambil untuk diberikan dalam
penelitian akuntansi saat ini.
Sementara sejumlah besar penelitian kritis dipengaruhi oleh karya filsuf seperti Karl
Marx, sebagian penelitian akuntansi kritis didasarkan pada kritik Marxis murni kapitalisme.
Sebagai contoh, referensi yang dibuat oleh Owen, Gray dan Bebbington (1997) yang
menyatakan bahwa para peneliti kritis diidentifikasi sebagai 'ekologi yang mendalam' dan
'feminis radikal'. Menurut Gray, Owen dan Adams (1996) bahwa inti dari pandangan ini
adalah bahwa hal yang mendasar mengenai keberadaan sistem ekonomi (dan sosial) kita
adalah sebuah kutukan. Diletakkan pada sistem yang paling sederhana dan tidak
merenungkan trade-off antara, misalnya, habitat spesies terancam dan kepentingan ekonomi.
Untuk seorang ahli ekologi bahwa trade-off bisa memiliki bentuk pembenaran moral.
Pandangan seperti itu merupakan tantangan bagi setiap aspek kehidupan manusia, terutama di
negara-negara barat yang maju.
Menurut Hofstede (1984) bahwa maskulinitas merupakan preferensi dalam masyarakat
untuk berprestasi, kepahlawanan, ketegasan, dan keberhasilan material. Sedangkan feminitas
merupakan preferensi untuk hubungan, kesederhanaan, merawat yang lemah, dan kualitas
hidup. Para peneliti yang bekerja dengan literatur feminis berdebat untuk kebutuhan
akuntansi yang kurang 'maskulin' dan lebih 'feminin' dalam orientasi. Menurut Reiter (1995)
bahwa teori feminis memiliki banyak suara dan volume besar terhadap kritik feminis yang
diterbitkan. Pada akhir 1980-an sarjana akuntansi mulai mendalami gagasan bahwa teori
feminis dapat digunakan untuk kritik akuntansi. Teori ekonomi cenderung menghargai
karakteristik yang terkait dengan stereotip maskulin seperti abstraksi, pikiran, efisiensi,
keseimbangan, rasionalitas, mengejar keuntungan sendiri, dan otonomi.
Cooper dan Sherer (1984) menyatakan bahwa pendekatan penting akuntansi harus
dianalisa secara kritis. Jadi jika masalah utama dalam akuntansi diidentifikasi, maka kritikal
perspektif akan menyarankan refleksi dari orientasi masyarakat untuk mengubah praktik
akuntansi yang membutuhkan kesadaran sosial dan perubahan sosial.
Sebuah tinjauan literatur akademik akan menunjukkan bahwa sejumlah teori kritis telah
dikritik dan telah diadopsi sebagai dasar teoritis Teori Akuntansi Positif. Teori Akuntansi
Positif fokus pada konflik antar kelompok kuat dalam masyarakat (misalnya, pemilik,
manajer, debtholders) dan tidak menganggap konflik antara kelompok-kelompok yang kuat
dan pihak-pihak yang kurang memiliki kemampuan. Banyak teori kritis juga telah sangat
kritis terhadap sikap anti-regulasi yang dianjurkan oleh Teori Akuntansi Positif karena sikap
tersebut lebih memajukan kepentingan mereka yang memiliki kekuasaan atau kekayaan
(misalnya, pemilik perusahaan). Karena kurangnya regulasi memungkinkan dimilikinya
kekuatan dan kekayaan modal tanpa hambatan oleh apa pun kecuali kekuatan pasar
beroperasi untuk kepentingan bisnis yang kuat) sementara merusak kepentingan mereka yang
mungkin membutuhkan beberapa bentuk perlindungan peraturan, teori Kritis juga
berpendapat bahwa dalam menilai kegunaan informasi akuntansi, kita perlu melihat reaksi
pasar modal (harga saham), respon pasar modal yang didorong oleh orang-orang bermodal.
Peran Negara dalam mendukung keberadaan struktur sosial
Para peneliti dengan kritikal perspektif melihat bahwa negara (pemerintah) sebagai
alat untuk mendukung pemilik modal dan juga sistem kapitalis. Dalam perspektif ini
pemerintah akan mengambil beberapa tindakan dari waktu ke waktu untuk meningkatkan
legitimasi dari sistem sosial, walaupun ini akan memperlihatkan bahwa pemerintah memiliki
kepentingan di atas kerugian suatu instansi, pemerintah dapat menekan suatu aturan
pengungkapan pada suatu perusahaan. Untuk mengambil keputusan, individu maupun
kelompok harus memiliki akses informasi. Batasan arus informasi atau ketersediaan jenis
informasi yang spesifik, dapat menghambat kemampuan untuk memilih informasi. Oleh
karena itu, batasan ketersediaan informasi menjadi salah satu strategi yang dipilih untuk
menjaga organisasi dan struktur sosial. Puxty (1986, p.87) mendukung pandangan bahwa
informasi keuangan diatur oleh badan pemerintah sosial dimana terdapat hubungan
kepentingan dari kelompok kekuasaan yang dominan di dalam masyarakat. Oleh karena itu
pemerintah tidak beroperasi pada kepentingan publik, tapi lebih pada kelompok yang sudah
kaya.
Pemerintah dipandang sebagai alat untuk mendukung pemilik modal dan juga sistem kapitalis
secara keseluruhan dimana :

Pemerintah akan mengambil tindakan untuk meningkatkan legitimasi sistem sosial.


Pemerintah dapat menekan suatu aturan pengungkapan pada suatu perusahaan
Pemerintah dapat membatasi arus informasi, atau ketersediaan jenis informasi yang
spesifik, hal ini dilakukan sebagai sarana untuk menjaga organisasi tertentu dan
struktur sosial
Pemerintah tidak beroperasi untuk kepentingan umum, tetapi dalam kepentingan
'kaya' kelompok
Korporasi biasanya melobi terhadap regulasi yang dapat meningkatkan akuntabilitas
mereka kepada masyarakat.

PERAN PENELITIAN AKUNTANSI

Kebanyakan para peneliti akuntansi dipandang sebagai penyedia hasil penelitian dan
perspektif yang membantu untuk melegitimasi dan mengurusi ideologi politik tertentu.

Konsisten dengan pengembangan PAT, di akhir tahun 1970an peneliti akuntansi


menyoroti konsekuensi dari regulasi akuntansi, perspektif ini menyatakan bahwa regulasi
akuntansi dapat menimbulkan implikasi ekonomi yang tidak diinginkan, oleh sebab itu dalam
pembuatan regulasi akuntansi diperlukan kehati-hatian dalam membuat pertimbangan
sebelum persyaratan baru ditetapkan.

(Selto dan Neumann, 1981) Studi menggunakan ECA (Economic Consequences


Analysis) lebih mengevaluasi konsekuensi laporan akuntansi terhadap perilaku dan
kepentingan dari pemegang saham, dan manajer perusahaan. studi ini memberikan nilai
implisit bahwa kepentingan pemegang saham dan manajer menjadi kepentingan yang utama.
Sedangkan bagi pengguna lainnya seperti pemerintah, konsumen, karyawan, dan pembayar
pajak itu semua diabaikan.

Contohnya kondisi anti regulasi dan EMH pada tahun 1970an dan 1980an yang sesuai
dengan pandangan pemerintahan pada masa tersebut.
Meningkatnya PAT sesuai atau konsisten terhadap pandangan politik pada masa
tersebut.
Meningkatnya penelitian tentang konsekuensi ekonomi sepertinya didorong oleh
keinginan dari perusahaan-perusahaan besar yang ingin mencoba merubah system
pelaporan.
Membuat perusahaan pendukung mengurangi regulasi.

Peran Praktik Akuntansi Dalam Mendukung Keberadaan Struktur Sosial


Seperti yang kita ketahui, atribut dari karakteristik kualitatif yakni objektifitas,
netralitas, dan representasi sebenarnya, adalah variasi kerangka kerja konseptual dan telah
dipandang serta diakui dunia sebagai ideal pelaporan keuangan dimana hal tersebut
menjadi pedoman bagi akuntan. Tetapi pandangan perspektif lain dilakukan oleh beberapa
peneliti dari kritikal perspektif dimana dalam akuntansi, jauh dari praktik yang
mendukung dan memberikan karasteristik kenetralan atau ketidakbiasan penyajian yang
menggaris bawahi fakta ekonomi, yang kenyataannya mendukung pemeliharaan posisi
kekuasaan dalam beberapa sektor komunitas (seperti kekuasaan saat ini, dan kekayaan
yang ada padanya). Teori kritis tersebut melihat perbedaan peran bagi kerangka kerja
konseptual, sebuah peran yang melibatkan legitimasi profesi akuntan serta laporan
keuangan yang dibuat oleh entitas pelaporan. Teori legitimasi ini dilandasi oleh kontrak
sosial yang diimplikasikan masyarakat dengan institusi sosial, dimana hal ini dianggap
penting bagi perusahaan karena legitimasi masyarakat terhadap perusahaan merupakan
faktor yang strategis dalam perkembangan perusahaan di masa depan.
Hines (1998) berargumen bahwa akuntan dipandang dengan menekankan pandangan
mereka sendiri pada karakteristik performa yang penting dan membutuhkan pengamatan
ekstra (contohnya laba). Akuntan juga memutuskan manakah atribut kinerja organisasi
yang tidak penting, dan tidak layak bagi pengukuran dan pengungkapan. Melalui praktik
akuntansi, pengamatan akan diarahkan pada pengukuran tertentu yang lebih ditekankan
oleh akuntan dan sebagai gantinya pengukuran tersebut akan menjadi definisi yang
membedakan organisasi yang baik dari organisasi yang buruk. Hines juga berargumen
bahwa dalam mengkomunikasikan realita, akuntan secara simultan membangun realita
tersebut.
Beberapa pihak yang awalnya tidak mempertimbangkan akuntansi seperti para
pencetus teori kritikal, ada beberapa hal yang akan membingungkan. Bagaimana bisa
akuntan memiliki kekuatan? Para profesi akuntan digambarkan sebagai sesuatu yang
objektif dan netral. Dalam kenyataannya akuntan memiliki reputasi yang lemah. Tapi kita
meyakini kritikal teori, kelemahan ini merupakan bagian yang mungkin tersembunyi dari
kekuatan sosial. Seperti yang dikemukakan oleh Carpenter dan Feroz (1992, p.168)
bahwa sistem akuntansi mungkin dipandang dengan artian legitimasi dari struktur sosial
saat ini dan politik organisasi. Hopwood (1983) lebih jauh lagi menyatakan bahwa
peraturan memaksa akuntansi menjadi bagian yang tampak lemah, tidak diperhatikan, dan
bersifat rutinitas dari prosedur akuntansi dan menghasilkan aura objektifitas dan
pengesahan dalam pandangan pengguna laporan akuntansi. Jauh dari kelemahan dan
rutinitas, akuntansi dan akuntan dapat menyingkirkan konflik sosial.

You might also like