You are on page 1of 9

BAB VI

PEMBAHASAN

Puskesmas merupakan unit pelaksanan teknis kesehatan di bawah


supervisi Dinas Kesehatan Kbaupaten/Kota. Secara umum, Puskesmas
memberikan pelayanan preventif, promotif, kuratif sampai dengan rehabilitative
baik melalui Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) atau Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM). Puskesmas dapat memberikan pelayanan rawat inap selain
pelayanan rawat jalan. Hal ini disepakati oleh Puskesmas dan Dinas Kesehatan
setempat yang bersangkutan. Dalam memberikan pelayanan di masyarakat,
Puskesmas biasanya memiliki subunit dalam setiap programnya yang diketuai
oleh seorang kepala pemegang program tertentu.
Puskesmas Bungah merupakan Puskesmas di Kabupaten Gresik, Provinsi
Jawa Timur yang bertanggung jawab atas telaksananya pelayanan kesehatan
primer, sekunder, maupun tersier di 22 desa, yaitu desa Bungah, Abar Abir,
Bedanten, Gumeng, Indro Delik, Kemangi, Kisik, Kramat, Masangan, Melirang,
Mojopuro Gede, Mojopuro Wetan, Pegundan, Raci Wetan, Sidokumpul,
Sidomukti, Sidorejo, Sukorejo, Sukowati, Sungon Legowo, Tanjung Widoro, dan
Watu Agun.
Berdasarkan data jumlah pasien dengan penyakit berbasis lingkungan pada
tahun 2016 di UPT Puskesmas Bungah Gresik, didapatkan bahwa penyakit kulit
berada di peringkat 4 dari 9 penyakit terbanyak selama tahun 2016. Penyakit kulit
tersebut berafiliasi langsung dengan penyakit skabies karena penyakit kulit
tersebut yang berbasis langsung dengan lingkungan. Hal tersebut juga diperkuat
dengan total kunjungan pasien dengan penyakit skabies pada bulan Januari 2017
sebanyak 60 pasien dan pada bulan Februari 2017 sebanyak 34 pasien, hal
tersebut menunjukkan bahwa di wilayah kerja UPT Puskesmas Bungah Gresik
masih terdapat banyak penyakit skabies. Hal itu tidak terlepas dari wilayah kerja
UPT Puskesmas Bungah Gresik yang terdapat 12 pondok pesantren, dimana itu
merupakan tempat resiko terjadinya penyakit skabies yang tinggi.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
intervensi berupa penyuluhan tentang penyakit skabies di salah satu pondok

31
pesantren yakni Pondok Pesantren Nurul Hidayah, desa Melirang, Kecamatan
Bungah, Kabupaten Gresik dalam rangka untuk menanggulangi penyakit infeksi
menular berbasis lingkungan di wilayah kerja UPT Puskesmas Bungah Gresik

6.1 Upaya Meningkatkan Pengetahuan Tentang Penyakit Skabies


Upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyakit skabies
dapat dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan kesehatan tentang
penyakit skabies. Penyuluhan kesehatan dengan metode tatap muka
berkelompok dan diskusi dua arah adalah cara paling mudah dan paling
memungkinkan untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyakit skabies
pada masyarakat beresiko tinggi yakni yang bermukim berkelompok, salah
satunya yang kami jadikan adalah santri pondo pesantren yang bermukim
di pondoknya.

6.2 Kuesioner Pretest dan Posttest sebagai Metode untuk Mengetahui


Sejauh Mana Pengetahuan Sasaran Kelompok Masyarakat Tentang
Penyakit Skabies
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang penyakit skabies
dilakukan dengan memberikan kuesioner sebagai pretest yang dilakukan
sebelum intervensi dan kuesioner sebagai posttest setelah dilakukan
intervensi. Kuesioner tersebut berisi 6 pertanyaan yang dari masing
masing pertanyaan ada unsur poin 1 jika benar dan 0 jika salah. Dari total
skoring dari 6 pertanyaan tersebut akan dikategorikan sebagai 3 tingkatan
yakni, total poin 0-2 itu termasuk kategori Kurang, total poin 3-4 itu
termasuk kategori Cukup, dan total poin 5-6 itu termasuk kategori Baik.
Hal tersebut terkait dengan pengetahuan tentang penyakit skabies. Untuk
kuesioner yang digunakan tercantum dalam lampiran.

6.3 Pelaksanaan Intervensi


Kegiatan ini dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan deteksi dini
dan lingkungan sehat tentang penyakit skabies. Kegiatan intervensi
tersebut dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 05 Mei tahun 2017 pukul
08.00 di Masjid Pondok Pesantren Al Islah, Desa Bungah, Kecamatan
Bungah, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur. Pada pukul 09.00

32
peserta undangan mulai berdatangan, lalu undangan dipersilahkan duduk
dan diberikan absensi dan kuesioner pretest. Jika undangan sudah selesai
mengisi daftar absensi dan kuesioner pretestnya, maka undangan dapat
mengumpulkan kepada dokter internsip yang telah diarahkan untuk ditukar
dengan snack konsumsi acara. Setelah terkumpul semua maka dilanjutkan
acara intervensi yakni penyuluhan kesehatan tentang penyakit skabies.

6.4 Evaluasi Intervensi


Setelah dilakukan analisis hasil sebelum dan sesudah intervensi,
maka dilakukan evaluasi terkait intervensi yang mana disesuaikan dengan
indikator yang telah dibuat sebagaimana tercantum pada tabel 6.1.

Tabel 6.1 Tabel Evaluasi Intervensi

Kegiatan Target Indikator Hasil Intervensi


Penyuluhan Mengetahui 80% Tercapai
tentang penyakit tingkat santriwan/santiwati 90 dari 90 total
skabies pengetahuan yang datang mengisi santriwan/santriwati
tentang penyakit pretest dan posttest. yang hadir mengisi
skabies kuesioner pretest
maupun posttest.

6.4.1 Evaluasi Proses


Peserta merupakan santriwan/santriwati serta pengajar yang
bermukim di pondok pesantren.
Semua peserta yakni sebanyak 90 orang mengisi daftar
absensi, mengisi kuesioner prestest, dan mengisi kuesioner
posttest, sehingga dapat disimpulkan 100% dari total
undangan yang hadir.
Peserta yang hadir berdasarkan distribusi jenis kelaminnya
terdiri dari, 25 laki laki dan 65 perempuan.
6.4.2 Evaluasi Impact

33
Evaluasi impact dilihat dari distribusi jenis kelamin
peserta, hasil skoring kuesioner pretest sebelum intervensi, dan
hasil skoring dari kuesioner posttest setelah intervensi.
Berikut ini adalah jumlah peserta yang hadir berdasarkan
distribusi jenis kelaminnya sebagaimana yang tercantum pada
gambar 6.1.

JumlahPesertaBerdasarkanJenisKelamin

santriwan

santriwa

Laki - laki Perempuan

Gambar 6.1 Distribusi Peserta Kegiatan Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari hasil rekapitulasi daftar absensi kegiatan,


didapatkan hasil sejumlah 25 peserta jenis kelamin laki laki
(22,5%) dan sejumlah 65 peserta jenis kelamin perempuan
(77,5%).

34
Gambar 6.2 Skoring Kuesioner Pretest Sbelum Intervensi

Dari hasil skoring kuesioner pretest sebelum intervensi


yang dapat dilihat dalam gambar 6.2, didapatkan sejumlah 15
peserta laki laki dan 23 peserta perempuan yang termasuk
dalam kategori kurang, 4 peserta laki laki dan 21 peserta
perempuan yang termasuk kategori cukup, dan 0 peserta laki
laki dan 1 peserta perempuan yang termasuk dalam kategori baik.
Jadi dengan demikian dapat diperoleh hasil akhir berupa,
sebanyak 38 peserta pada kategori kurang, sebanyak 25 peserta
pada kategori cukup, dan sebanyak 1 peserta pada kategori baik.

35
SkoringKuesioner Posttest Setelah Intervensi

63

23
1 1 1 1

LAKI - LAKI PEREMPUAN

Kurang Cukup Baik

Gambar 6.3 Skoring Kuesioner Posttest Setelah Intervensi

Dari hasil skoring kuesioner posttest setelah intervensi


yang dapat dilihat dalam gambar 6.3, didapatkan sejumlah 1
peserta laki laki dan 1 peserta perempuan yang termasuk dalam
kategori kurang, 1 peserta laki laki dan 1 peserta perempuan
yang termasuk kategori cukup, dan 23 peserta laki laki dan 63
peserta perempuan yang termasuk dalam kategori baik. Jadi
dengan demikian dapat diperoleh hasil akhir berupa, sebanyak 2
peserta pada kategori kurang, sebanyak 2 peserta pada kategori
cukup, dan sebanyak 86 peserta pada kategori baik.
Dari hasil di atas dapat disimpulkan jika tingkat
pengetahuan peserta terhadap penyakit skabies sangat rendah
sekali sebelum dilakukan intervensi dan hasil intervensi yang
telah dilakukan dapat meningkatkan pengetahuan peserta tentang
penyakit skabies.

6.4.3 Evaluasi Outcome


Evaluasi outcome belum dapat dinilai. Dibutuhkan
setidaknya pemeriksaan dini ulangan 1 tahun untuk dapat melihat
perubahan perilaku berdasarkan tingkat pengetahuan tentang
penyakit skabies tersebut.

36
6.4.4 Analisis SWOT
Kemudian lebih lanjut dilakukan analisis dengan
meninjau Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat
sebagaimana yang tercantum pada tabel 6.2 berikut.

Tabel 6.2 Analisis SWOT


Kelebihan Kelemahan
(Strength) (Weakness)
Dukungan dari puskesmas dan Hasil dari kegiatan ini belum
pihak Pondok Pesantren Al Islah bisa dijadikan cerminan
baik. bahwa peserta telah
Koordinasi antara tim kegiatan dan melaksanakan pengetahuan
pihak pemegang program promosi yang telah didapatkan dari
kesehatan, program kesehatan intervensi yang telah
lingkungan, dan program pos dilakukan.
kesehatan pesantren yang baik.
Kegiatan dilakukan dengan
kegiatan deteksi dini dan arahan
pencegahan dari aspek lingkungan
sehingga acara beraneka macam.
Koordinasi tim kegiatan dengan
pihak pondok pesantren yang baik
sehingga acara berlangsung
dengan semestinya.
Metode yang dipilih mudah,
murah, dan cepat karena dilakukan
dalam satu waktu yang bersamaan.
Peluang Hambatan
(Opportunity) (Threat)
Dukungan para pemegang program Sempitnya waktu pelaksanaan
dari puskesmas yakni program mengingat waktu pelaksanaan
promosi kesehatan, program yang terlaksana pada jeda
kesehatan lingkungan, dan antara waktu sholat dhuhur
program pos kesehatan pesantren sampai dengan masuk waktu

37
sholat ashar.
Tidak semua

sangat baik dengan adanya surat santriwan/santriwati maupun

mengadakan acara ini. pengajar yang bermukim di


Pengurus pondok pesantren Al pondok pesantren dapat
Islah yang telah menyediakan menghadiri acara kegiatan ini
fasilitas kegiatan berupa tempat, karena terbentur dengan
LCD, dan mikrofone. bermacam macam acara
lainnya yang tidak bisa
ditinggalkan.

Dari kelemahan dan hambatan yang dihadapi saat


kegiatan berlangsung, penulis mencoba mencari solusi sehingga
dapat dijadikan masukan untuk kegiatan selanjutnya pada tabel
6.3 berikut.

Tabel 6.3 Pemecahan Masalah Kelemahan & Hambatan Kegiatan


No. Kelemahan & Hambatan Solusi
Kelemahan
1. Hasil dari kegiatan ini belum bisa Dilakukan screening kembali sekitar
dijadikan cerminan bahwa peserta 1 tahun setelah kegiatan agar dapat
telah melaksanakan pengetahuan diketahui efek dari intervensi yang
yang telah didapatkan dari telah dilakukan sudah benar benar
intervensi yang telah dilakukan. diterapkan dalam kehidupan sehari
hari.
Hambatan
1. Sempitnya waktu pelaksanaan Mencari waktu pelaksanaan kegiatan
mengingat waktu pelaksanaan yang yang tidak dalam masa ujian
terlaksana pada hari Jumat dan nasional dan masih dalam masa
terbatas oleh waktu sholat Jumat. kegiatan belajar mengajar saja.

2. Tidak semua santriwan/santriwati Melakukan koordinasi dalam jangka


maupun pengajar yang bermukim waktu yang tidak singkat dengan
di pondok pesantren dapat pengurus pondok pesantren agar
menghadiri acara kegiatan ini kegiatannya bisa disesuaikan dengan

38
karena terbentur dengan bermacam kegiatan lainnya.
macam acara lainnya yang tidak
bisa ditinggalkan.

39

You might also like