You are on page 1of 10

ISU, PERMASALAHAN, DAN REKOMENDASI DALAM

PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR DI WILAYAH SUNGAI CITARUM

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Kebijakan dan Hukum Lingkungan
(Dosen: Dr. Indra Perwira)

OKKY YUDA NAGARANA


(NPM. 250120130017)

PROGRAM MAGISTER ILMU LINGKUNGAN


UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Daerah Aliran Sungai Citarum merupakan salah satu DAS penting di
Indonesia khususnya di Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah DAS Citarum meliputi
731.973,32 ha, dengan letak geografis 106o5136-107o51BT dan 7o19-6o24 LS
(BPDAS Citarum-Ciliwung, 2008). Berdasarkan daerah tangkapan waduk, DAS
Citarum dapat dikelompokkan menjadi 4 sub-DAS, yaitu: 1) Citarum Hulu, terletak
di sekitar Pacet, yang merupakan daerah tangkapan waduk Saguling, 2). Daerah
tangkapan dari waduk Cirata yang terletak di wilayah Cianjur dan sekitarnya, 3).
Daerah tangkapan waduk Jatiluhur di wilayah Purwakarta dan sekitarnya, dan 4).
Sub DAS Citarum Hilir yang merupakan areal terluas terletak di bagian utara
meliputi sebagian besar Kabupaten Karawang hingga Pantura (LPPM IPB, 2006).
Sungai Citarum berperan penting bagi kehidupan sosial ekonomi khususnya
di Jawa Barat dan DKI Jakarta. Selain sebagai sumber air minum, irigasi pertanian,
perikanan, pembangkit tenaga listrik, Citarum juga sebagai pemasok air utama untuk
kegiatan industri. Dua puluh tahun terakhir ini, kondisi lingkungan dan kualitas air
di sepanjang Citarum semakin memburuk. Dalam kurun waktu ini jumlah penduduk,
permukiman dan kegiatan industri di sepanjang daerah aliran sungai bertambah dan
berkembang dengan pesat.
Pengelolaan Wilayah Sungai (WS) Citarum tidak hanya meliputi batasan
hidrologi daerah aliran sungai Citarum itu sendiri, namun termasuk di dalamnya
daerah aliran sungai skala kecil pada sisi timur dan barat Citarum. Penerima manfaat
dari sumber daya air ini bukan hanya mereka yang berada dan hidup dalam WS ini,
namun juga penduduk Jakarta yang memanfaatkan air sungai melalui Saluran Tarum
Barat atau West Tarum Canal (WTC).
Telah banyak tulisan dan laporan yang membahas berbagai isu yang ada saat
ini berkenaan dengan pengelolaan sumber daya air di WS Citarum. Beberapa isu
kunci telah di dokumentasikan di dalam berbagai tulisan yang dihasilkan dalam
dekade terakhir. Masalah yang telah dapat teridentifikasi sangat banyak dan meliputi
berbagai area, termasuk sangat rendahnya kualitas air, penggundulan hutan,
degradasi daerah tangkapan air di hulu, penyedotan air tanah, dan degradasi
bangunan air. Hal ini menimbulkan dampak ekonomi dan sosial yang sangat negatif
bagi penduduk sekitar WS Citarum.

1.2. Permasalahan
Seperti dikemukakan sebelumnya, permasalahan pada pengelolaan sumber
daya air di WS Citarum antara lain:
1. Sangat rendahnya kualitas air.
2. Penggundulan hutan.
3. Degradasi daerah tangkapan air (DTA) di hulu DAS.
4. Penyedotan air tanah.
5. Degradasi bangunan air.

1.3. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah pembuatan rekomendasi berupa rencana
aksi dan strategi untuk mengatasi masalah-masalah terkait isu pengelolaan sumber
daya air di WS Citarum.
BAB II
ISU, MASALAH, DAN REKOMENDASI

Peraturan Daerah Propinsi Tingkat I Jawa Barat No. 12 Tahun 1997 tentang
Pembangunan di Pinggir Sungai dan Sumber Air merupakan salah satu pengelolaan
sumber daya lingkungan perairan yang sudah ditetapkan di Jawa Barat. Perda No. 12
tahun 1997 bermaksud melaksanakan kegiatan perlindungan, pengembangan,
penggunaan dan pengendalian sumber daya air melalui penataan lingkungan
sepanjang sungai, dari sekitar sumber air secara tertib, teratur, bersih, indah, dan
serasi. Bebas dari:
1. Bangunan permanen dan semi-permanen.
2. Pemukiman liar.
3. Pembuangan sampah dan limbah padat.
4. Pencemaran limbah cair secara langsung.
5. Pemanfaatan daerah sempadan untuk jalur hijau.
6. Prasarana pelayanan tidak mengganggu pemeliharaan alur sungai dan sumber air.
7. Bangunan di pinggir sungai dan sumber air menghadap ke sungai.

Fungsi utama DAS Citarum bagian hulu adalah sebagai daerah tangkapan
air. Sumber daya air tersebut merupakan sumber aliran utama dalam DAS.
Pengeloaan DAS Citarum di atas Waduk Saguling secara terpadu dan holistik
mempunyai harapan agar tercipta kondisi lingkungan yang baik, salah satunya dapat
ditinjau dari implementasi Perda No. 12/1997.
DAS Citarum memiliki arti yang sangat strategis dalam pembangunan. Saat
ini DAS Citarum berkembang secara pesat menjadi wilayah pemukiman, pertanian,
dan industri. Perkembangan ini dikhawatirkan akan memberikan dampak penurunan
kualitas lingkungan. Kondisi ini dapat dilihat secara sekilas data yang didasarkan
dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Eko W., dkk (2003), yaitu kualitas air
sungai pada hulu DAS berdasarkan parameter BOD, COD, Mangan, Nitrit,
Detergen, dan Amonium mengalami peningkatan konsentrasi. Hal ini menandakan
bahwa penurunan kualitas air Sungai Citarum sudah dimulai dari bagian hulu.
Ditinjau dari segi kuantitas aliran sungai, perubahan dan perkembangan
penggunaan lahan akan membawa dampak berupa penurunan infiltrasi dan semakin
cepatnya air hujan masuk ke dalam sungai. Secara singkat, dapat dikatakan bahwa
apabila hujan turun, maka permukaan air sungai akan cepat naik. Sadar akan hal
tersebut bahwa DAS Citarum (khususnya bagian hulu) merupakan bagian penting
dari suatu program penyelamatan lingkungan, maka tidak boleh tidak semua pihak
yang mempunyai kepentingan baik langsung maupun tidak secara bersama-sama
mengambil bagian.
Walaupun Pemerintah Provinsi Jawa Barat sudah menerbitkan Perda No.
12/1997 ini, tapi tetap saja kondisi di lapangan tidak sejalan dengan harapan
dibuatnya perda tersebut. Air Sungai Citarum digunakan untuk berbagai kepentingan
antara lain kegiatan pertanian, sumber air baku air minum, sumber air baku untuk
industri, sumber air untuk perikanan, dan pembangkit listrik tenaga air. Sayangnya,
penggunaan dan pemanfaatan Sungai Citarum ini cenderung eksploitatif sehingga
berimplikasi pada menurunnya kualitas DAS Citarum.
Refleksi dari kondisi eksisting DAS Citarum akibat tindakan pengelolaan
sumber daya air yang tidak konservatif, maka timbul berbagai permasalahan:
1. Rendahnya kualitas air.
2. Penggundulan hutan.
3. Degradasi DTA di hulu DAS.
4. Penyedotan air tanah.
5. Degradasi bangunan air.

Setelah mengetahui permasalahan pada isu pengelolaan sumber daya air di


WS Citarum, selanjutnya adalah membuat langkah-langkah rekomendasi sebagai
solusi dari tiap poin permasalahan. Tabel 1 memaparkan lebih lanjut mengenai isu,
permasalahan, dan rekomendasi.
Tabel 1. Isu, Masalah, dan Rekomendasi Pengelolaan Sumber Daya Air di WS Citarum.
ISU PERMASALAHAN REKOMENDASI
Pengelolaan Sumber Daya A. Sangat rendahnya kualitas 1. Mengembangkan berbagai program mandiri berbasis masyarakat dan kegiatan
Air di WS Citarum. air. khusus perbaikan air minum, lingkungan, dan kualitas air.
2. Penentuan keperluan aliran lingkungan untuk mempertahankan kualitas air,
demikian pula untuk pembilasan sedimen dan mengurangi salinitas di bagian
hilir.
3. Identifikasi sumber-sumber dan tingkat pencemaran di Waduk Saguling, Cirata,
dan Jatiluhur untuk pengembangan dan pelaksanaan rencana aksi pengurangan
pencemaran.
4. Mengembangkan suatu rencana monitoring kualitas air untuk setiap wilayah
pengelolaan kualitas air yang menggambarkan parameter-parameter prioritas;
dalam hal ini: menerapkan monitoring sebagai aktivitas pengelolaan
menjamin bahwa data monitoring kualitas air digunakan untuk mendukung
program-program perbaikan (penegakan peraturan, insentif-disinsentif,
kesadaran/partisipasi masyarakat).

B. Penggundulan hutan. 1. Melaksanakan perlindungan hutan dengan sasaran tidak terjadi lagi
pengurangan lahan hutan dari kondisi saat ini.
2. Kaji ulang semua undang-undang yang terkait dengan perlindungan hutan
daerah tangkapan hulu, terutama pada kemiringan terjal (lebih dari 42 derajat)
dan mengevaluasi tepat tidaknya ketentuan pemberian perlindungan.
3. Membentuk kelompok kecil (terdiri dari ahli GIS atau penginderaan jauh, ahli
tata ruang, dan ekologi darat) di Dewan SDA wilayah sungai Citarum.
Kelompok kecil ini selanjutnya bekerja sama dengan pemerintah daerah,
BPDAS, BPLHD, dan Bappeda untuk membuat fungsi tata ruang yang terpadu.
4. Mengidentifikasi kawasan prioritas untuk direhabilitasi melalui penghutanan
kembali.
5. Memfasilitasi kontrak kesepakatan kerjasama antara penduduk desa dan Perum
Perhutani untuk pemanfaatan jangka panjang (> 30 tahun), dengan mandat
menanam pohon campuran yang mampu menanggulangi erosi, selain
menyediakan petani dengan suatu tanaman keras.
6. Memberikan saran kepada penduduk desa cara penghutanan kembali yang
paling efektif dan memberikan prioritas bagi penduduk desa untuk penyewaan
lahan.

C. Degradasi DTA di hulu. 1. Memprioritaskan peningkatan DTA melalui penghijauan dan penerapan
pemanfaatan lahan serta praktik pertanian secara tepat yang meminimumkan
terjadinya erosi.
2. Menciptakan kondisi yang baik dalam hal kelembagaan, keuangan, dan
kapasitas) masyarakat setempat untuk terlibat dalam penyediaan air minum dan
layanan sanitasi, pengelolaan DTA, dan pengelolaan limbah.
3. Memetakan mata air utama di DTA dan pengukuran hidrologi.
4. Mengumpulkan dukungan berbagai pemangku kepentingan untuk tata ruang
penghutanan kembali dengan perantara Dewan Sumber Daya Air WS Citarum,
serta mengijinkan untuk penelitian secara luas.
5. Mengembangkan rencana untuk peningkatan pengelolaan DTA di bagian hulu
waduk.
6. Pelatihan pengelolaan DTA untuk masyarakat disampaikan melalui jaringan
model Desa Konservasi.
7. Menugaskan suatu LSM untuk merancang kursus pelatihan pengelolaan DTA
dan sumber daya alam.
8. Memperkuat kelembagaan untuk koordinasi antar pemerintah daerah dan
organisasi pengelola wilayah sungai dalam rangka pengelolaan DTA.

D. Penyedotan air tanah. 1. Kaji ulang dan dokumentasi informasi yang ada tentang situasi air tanah di
Satuan WS Citarum, termasuk ketersediaan dan penggunaannya saat ini.
2. Kaji ulang studi pengelolaan air tanah sebelumnya.
3. Melaksanakan studi beberapa opsi penyediaan air baku, penyiapan suatu
rencana aksi untuk pengelolaan air tanah yang efektif dan berkelanjutan.
4. Pengembangan strategi dan rencana aksi untuk meningkatkan efektivitas
peraturan penggunaan air tanah, meliputi rekomendasi untuk perubahan
kerangka kerja peraturan yang ada.
5. Pengembangan mekanisme pemantauan dan evaluasi penggunaan air tanah.
6. Kaji ulang perangkat peraturan perundang-undangan pengelolaan air tanah dan
rekomendasi perbaikan, meliputi mekanisme untuk pemenuhan pengelolaan
(penegakan peraturan).
7. Capacity building untuk lembaga-lembaga yang terlibat dalam pengelolaan air
tanah.

E. Degradasi bangunan air 1. Pembangunan infrastruktur untuk penyimpanan dan distribusi air (waduk,
saluran, dan sistem perpipaan).
2. Pemeliharaan infrastruktur sehingga seluruh bangunan air mampu beroperasi
sesuai dengan kapasitas rencana.
3. Perencanaan dan pembangunan bangunan pengendali banjir dan aliran lumpur,
seperti tanggul, waduk pengendali banjir, dan lain-lain.
4. Pembangunan bendung pembagi di suatu sungai dan terowongan untuk
mengalirkan air di sebelah hulu waduk guna meningkatkan debit air dalam
rangka meningkatkan luas areal irigasi.
BAB III
PENUTUP

1. Sebagaimana diketahui bahwa DAS Citarum merupakan satu area yang sangat
penting dan strategis menyangkut berbagai aspek seperti pemerintahan,
pertanian, industri, sumber daya air, energi, dan lingkungan.
2. Menurunnya kualitas DAS Citarum menyebabkan interaksi di dalam ekosistem
tidak berkembang dan menjadikan lingkungan tidak nyaman. Bahkan, potensi
sumberdaya air permukaan oleh masyarakat bahwa potensinya sudah kurang
dapat diandalkan.
3. Penjabaran tiap masalah beserta masing-masing rekomendasinya ini
diharapkan dapat memunculkan solusi yang tepat guna dan sasaran untuk
tercapainya efektivitas dan efisiensi dalam penggunaan sumberdaya air di WS
Citarum.
4. Perlu dilakukan monitoring secara kontinyu baik terhadap industri maupun
terhadap Sungai Citarum sendiri yang dimulai secara serentak, holistik, dan
terpadu.
DAFTAR PUSTAKA

BPDAS Citarum-Ciliwung. 2008. Pengelolaan DAS Terpadu DAS Citarum


(buku I: Laporan Utama). BPDAS Citarum-Ciliwung, Ditjen RLPS
Dephut. Bogor.

Eko W., dkk. 2003. The Effect of Three Cascade Reservoirs in Citarum River
Basin To The Water Quality of Citarum River.

LPPM IPB. 2006. Menuju Sistem Pembayaran Bagi Jasa-jasa Perbaikan


Lingkungan Dalam Kaitannya Dengan Perbaikan Pengelolaan Sumber
Daya Lahan dan Air di DAS Citarum. Final Report. (tidak diterbitkan).

Peraturan Daerah Propinsi Tingkat I Jawa Barat No. 12 Tahun 1997 tentang
Pembangunan di Pinggir Sungai dan Sumber Air.

You might also like