Professional Documents
Culture Documents
Cedera kepala adalah suatu cedera akut pada susunan saraf pusat, selaput
otak, saraf kranial, termasuk fraktur tulang kepala, kerusakan jaringan lunak pada
kepala dan wajah, baik yang langsung (kerusakan primer) maupun tidak langsung
(kerusakan sekunder), yang menyebabkan gangguan fungsi neurologis berupa
gangguan fisik, kognitif dan fungsi psikososial baik yang bersifat sementara
maupun menetap (Setiawan & Maulida, 2010).
2. Morfologi
1) Tulang cranial
a. Lesi kulit kepala, umumnya kulit dan subkutis mampu meneruskan
dan meredam impact yang mengenainya tanpa menyebabkan kerusakan
pada struktur di bawahnya, namun bila impact terlalu besar dapat
menyebabkan SCALP hematom.
b. Fraktur Tulang Kepala
a) Fraktur linier merupakan fraktur dengan bentuk garis tunggal atau
stellata pada tulang tengkorak yang mengenai seluruh ketebalan
tulang kepala.
b) Fraktur diastesis merupakan fraktur yang terjadi pada sutura tulang
tengkorak yang menyebabkan pelebaran sutura-sutura tulang
kepala.
c) Fraktur kominutif merupakan fraktur tulang kepala yang memiliki
lebih dari satu fragmen dalam satu area fraktur.
d) Fraktur impresi terjadi akibat benturan dengan tenaga besar yang
langsung mengenai tulang kepala sehingga terjadi penekanan pada
duramater.
e) Fraktur basis cranii suatu fraktur yang terjadi pada dasar tulang
yang ditandai dengan ekimosis periorbital (racoon eyes), ekimosis
retro aurikuler (battle sign), kebocoran cairan serebrospinalis
(rhinorea, ortorea) (Hernanta, 2013).
2) Intra cranial
a. Lesi fokal
a) EDH (epidural hematom) adalah hematoma yang terletak antara
duramater dan tulang, biasanya sumber perdarahan adalah robeknya
arteri meningika media, vena diploica, sinus venosus duralis.
b) SDH (subdural hematom) adalah terkumpulnya darah antara
duramater dan jaringan otak. Terjadi akibat pecahnya pembuluh
darah vena yang terdapat di antara duramater, perdarahan lambat
dan sedikit.
c) ICH (intraserebral hematom) adanya perdarahan yang terjadi pada
jaringan otak biasanya akibat robekan pembuluh darah yang ada
dalam jaringan otak.
d) SAH (sub araknoid hematom) merupakan pecahnya pembuluh
darah kortikal baik arteri maupun vena dalam jumlah tertentu akibat
trauma yang memasuki ruang subaraknoid (Muttaqin, 2008).
b. Lesi difus
a) DAI (Diffuse Axonal Injury) ditandai dengan sobeknya atau
terpotongnya akson secara langsung yang memburuk selama 12
sampai 24 jam pertama karena adanya edema difus dan lokal.
b) Kontusio serebri adalah gangguan fungsi neurologik disertai
kerusakan jaringan otak tetapi kontinuitas otak masih utuh,
hilangnya kesadaran lebih dari 10 menit.
c) Edema serebri terjadi karena gangguan vaskuler akibat trauma
kepala.
d) Iskemia serebri terjadi akibat suplai aliran darah ke bagian otak
berkurang atau berhenti.
3. Keparahan
Menurut Rosjidi dan Nurhidayat (2009) pada klasifikasi ini digunakan skor
glasgow coma scale (GCS) untuk menilai deskripsi beratnya cedera kepala
secara kuantitatif.
a. Cedera Kepala Ringan (CKR)
GCS : 13-15, dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia namun
kurang dari 30 menit, tidak ada fraktur tengkorak, tidak ada kontusio
serebral, dan tidak ada hematom.
b. Cedera Kepala Sedang (CKS)
GCS : 9-12, terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia lebih dari 30 menit
tetapi kurang dari 24 jam, dapat mengalami fraktur tengkorak.
c. Cedera Kepala Berat (CKB)
GCS : 3-8, terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia lebih dari 24 jam,
dapat mengalami cedera meliputi kontusio serebral, laserasi, atau hematom
kranial.