Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Pembimbing :
drg. Billy Sujatmiko, Sp.KG
2016
i
HALAMAN PENGESAHAN
Diskusi Kasus
Judul
Tumor Mukosa Buccal Suspek Ganas
Oleh:
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan
Klinik Senior di Departemen Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut Rumah Sakit
Mohammad Hoesin Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang periode 13
September 2016 29 September 2016.
Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan diskusi kasus dengan judul Tumor Mukosa
Buccal Suspek Ganas untuk memenuhi tugas laporan kasus yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran kepaniteraan klinik, khususnya dalam Departemen Ilmu Kesehatan
Gigi dan Mulut
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada drg. Billy Sujatmiko,
Sp.KG selaku pembimbing yang telah membantu memberikan ajaran dan masukan sehingga
laporan ini dapat selesai.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan diskusi kasus ini masih banyak
terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan. Demikianlah penulisan laporan ini, semoga
bermanfaat.
Penulis
3
DAFTAR ISI
JUDUL ..................................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
BAB I STATUS PASIEN.......................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6
BAB III ANALISIS KASUS
..................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................25
BAB I
STATUS PASIEN
1.1 Identifikasi
Nama : Latip Mustopa
Umur : 53 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Dusun 1 Desa Campang Tiga Ilir, OKU Timur
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Petani
Pendidikan : SD
Tanggal Konsul : Pasien dikonsulkan ke bagian gigi dan mulut pada tanggal 14-
09-2016
1.2 Anamnesis (Alloanamnesa pada tanggal 14 September 2016 pukul 11.00 WIB di
poli gigi dan Mulut RSMH)
g. Riwayat Kebiasaan
Pasien menggosok gigi 1x sehari saat mandi pagi
Kebiasaan mencongkel gigi yang berlubang dengan tangan/benda asing (-)
Kebiasaan menggoyangkan gigi yang goyang hingga patah sendiri (-)
Kebiasaan merokok (+)
Kebiasaan minum kopi (+)
Kebiasaan mengkonsumsi permen atau coklat (-)
d. Status Lokalis
- Massa lunak pada mukosa buccal kanan, warna kuning kehitaman, spontan
bleeding (-), ukuran 3 x 5 cm, konsistensi kenyal, nyeri, dan permukaan licin.
- Gangren radix pada gigi premolar 2 dan molar 2 kiri bawah (35 dan 37)
2.1.2 Insiden
Insiden terjadinya karsinoma sel skuamosa mukosa bukal adalah 5-10% dari
semua kanker rongga mulut di Amerika Utara dan Eropa Barat. Hal ini terjadi lebih
sering pada laki-laki : perempuan rasio 4:1, dan paling sering dalam lingkungan usia
60-80 tahun.
Insiden karsinoma bukal jauh lebih tinggi di Asia. Di Asia Tenggara penyakit
ini adalah bentuk paling umum kanker rongga mulut. Di India, bukal karsinoma
adalah kanker paling umum pada pria.
Tembakau dan alcohol adalah agen etiologi utama yang terkait dengan
perkembangan karsinoma bukal. Lainnya yang di curigai namun tidak di konfirmasi
etiologi agen termasuk human papioma virus, kebersihan mulut yang buruk, dan
iritasi kronis.
2.1.5 Terapi
Indikasi untuk terapi radiasi atau kemoterapi dalam pengaturan pasca operasi
termasuk tumor besar atau sangat invasif, margin dekat, metastasis pada beberapa
kelenjar getah bening, penyebaran ekstrakapsular kelenjar getah bening, atau invasi
perineural.
Hasil menunjukan terapi radiasi saja pada karsinoma bukal lanjut adalah tidak
terlalu efektif. Untuk penyakit lanjut, tingkat kontrol lokal-regional dan kelangsungan
hidup yang tertinggi dikombinasikan dengan pembedahan dan radiasi pasca operasi
atau terapi kemoradiasi. Radioterapi dimulai sekitar 4-6 minggu setelah operasi.
8
2.1.6 Prognosis
Karsinoma bukal memiliki kecenderungan untuk menjadi agresif, dengan
tingkat tinggi kambuh di daerah yang sama. Diagnosa dan pengobatan pada tahap
awal mengarah ke prognosis signifikan yang baik dibandingkan dengan penyakit pada
tahap yang lanjut.
9
a. Empat buah gigi seri (gigi insisivus). Bentuknya seperti sekop dengan tepi
yang lebar untuk menggigit, hanya mempunyai satu akar. Gigi insisivus atas
lebih besar daripada gigi yang bawah.
b. Dua gigi taring (gigi kaninus) yang serupa di rahang atas dan rahang bawah.
Gigi ini kuat dan menonjol di sudut mulut. Hanya mempunyai satu akar.
c. Empat buah geraham kecil (gigi premolar). Mahkotanya bulat hampir seperti
bentuk kaleng tipis, mempunyai dua tonjolan, satu di sebelah pipi dan satu di
sebelah lidah. Kebanyakan gigi pre-molar mempunyai satu akar, bebrapa
mempunyai dua akar.
d. Enam buah gigi geraham besar pada setiap rahang (gigi molar). Merupakan
gigi-gigi besar di sebelah belakang di dalam mulut digunakan untuk
menggiling makanan. Semua gigi molar mempunyai mahkota persegi, seperti
blok-blok bangunan. Ada yang mempunyai tiga, empat, atau lima tonjolan.
Gigi molar di rahang atas mempunyai tiga akar dan gigi molar di rahang
bawah mempunyai dua akar.
10
Gambar 2.2 Bentuk gigi susu dan Gigi permanen
2.2.2 Ginggiva
Gingiva adalah bagian mukosa rongga mulut yang mengelilingi gigi dan
menutupi linggir (ridge alveolar), yang merupakan bagian dari aparatus pendukung
gigi, periodonsium, dan membentuk hubungan dengan gigi. Gingiva dapat
beradaptasi terhadap perubahan lingkungan dan rongga mulut yang merupakan bagian
pertama dari saluran pencernaan dan daerah awal masuknya makanan dalam sistem
pencernaan. Jaringan rongga mulut terpapar
13 terhadap sejumlah besar stimulus,
temperatur dan konsistensi makanan dan minuman, komposisi kimiawi, asam dan
basa sangat bervariasi. Gingiva yang sehat berwarna merah muda, tepinya seperti
pisau seseuai dengan kontur gigi geligi (Manson dan Eley, 1993). Gingiva merupakan
bagian dari jaringan periodontal yang paling luar (Herijulianti, 2009).
1) Mukosa Alveolar
Mukosa alveolar adalah suatu mukoperiosteum yang melekat erat dengan
tulang alveolar di bawahnya. Mukosa alveolar terpisah dari periosteum melalui
perantara jaringan ikat longgar yang sangat vaskular sehingga umumnya
berwarna merah tua.
2) Pertautan Mukogingiva
Pertautan mukogingiva atau mucogingival junction adalah pemisah antara
perlekatan gingiva dengan mukosa alveolar.
3) Perlekatan Gingiva
Perlekatan gingiva atau attached gingiva meluas dari alur gingiva bebas
ke pertautan mukogingiva yang akan bertemu dengan mukosa alveolar.
Permukaan attached gingiva berwarna merah muda dan mempunyai stippling
yang mirip seperti kulit jeruk. Lebar attached gingiva bervariasi dari 0-9 mm.
Attached gingiva biasanya tersempit pada daerah kaninus dan premolar bawah
dan terlebar pada daerah insisivus (3-5 mm).
15
Permukaan attached gingiva berbintik-bintik seperti kulit jeruk. Bintik- bintik
ini biasanya disebut stippling. Stippling akan terlihat jelas apabila permukaan
gingiva dikeringkan.
Gambar 2.6 Keadaan Gingiva yang Sehat (Nield-Gehrig & Willman, 2011)
2.3 Ginggivitis
2.3.1. Pengertian Ginggivitis
Salah satu kelainan dalam rongga mulut yang prevalensinya paling tinggi
adalah penyakit periodontal yang paling sering dijumpai, yaitu gingivitis. Gingivitis
atau keradangan gingiva merupakan kelainan jaringan penyangga gigi yang hampir
selalu tampak pada segala bentuk kelainan jaringan penyangga gigi yang hampir
selalu tampak pada segala bentuk kelaianan gingiva (Musaikan, et al, 2003).
Gingivitis adalah peradangan pada gingiva yang disebabkan bakteri dengan
tanda-tanda klinis perubahan warna lebih merah dari normal, gingiva bengkak dan
berdarah pada tekanan ringan. Penderita biasanya tidak merasa sakit pada gingiva.
Gingivitis bersifat reversible yaitu jaringan gingiva dapat kembali normal apabila
dilakukan pembersihan plak dengan sikat gigi secara teratur. Periodontitis
menunjukkan peradangan sudah sampai ke jaringan pendukung gigi yang lebih
dalam. Penyakit ini bersifat progresif dan irreversible dan biasanya dijumpai antara
usia 30-40 tahun. Apabila tidak dirawat dapat menyebabkan kehilangan gigi, ini
menunjukkan kegagalan dalam mempertahankan keberadaan gigi di rongga mulut
sampai seumur hidup yang merupakan tujuan dari pemeliharaan kesehatan gigi dan
mulut (Nield, 2003).
17
2.3.4 Penyebab gingivitis
Kelainan yang terjadi dalam rongga mulut disebabkan oleh ketidakseimbangan
faktor-faktor yaitu : host, agent, environment, psikoneuroimunologi. Penyebab
gingivitis sangat bervariasi, mikroorganisme dan produknya berperan sebagai
pencetus awal gingivitis. Gingivitis sering dijumpai karena akumulasi plak supra
gingiva dan tepi gingiva, terdapat hubungan bermakna skor plak dan skor gingivitis
(Musaikan, 2003, Nurmala, 2010).
Lapisan plak pada gingiva menyebabkan gingivitis atau radang gingiva, umur
plak menentukan macam kuman dalam plak, sedangkan macam kuman dalam plak
menentukan penyakit yang ditimbulkan oleh plak. Plak tua adalah plak yang umurnya
tujuh hari mengandung kuman coccus, filament, spiril dan spirochaeta. Plak tua ini
menyebabkan gingivitis (Be, 1987, anonim, 2010).
Plak gigi terbukti dapat memicu dan memperparah inflamasi gingiva. Secara
histologis, beberapa tahapan gingivitis menjadi karakteristik sebelum lesi berkembang
menjadi periodontitis. Secara klinis, gingivitis dapat dikenali (anonim, 2009).
2.4.2 Etiologi
Gangren radiks dapat disebabkan oleh karies, trauma, atau ekstraksi yang
tidak sempurna (Lix et al, 2000).
19
2.4.3 Manifestasi Klinis
Gejala yang didapat dari gangren bisa terjadi tanpa keluhan sakit, dalam
keadaan demikian terjadi perubahan warna gigi, dimana gigi terlihat berwarna
kecoklatan atau keabu-abuan, gangguan proses pengunyahan. Pada inspeksi sudah
tidak terlihat lagi bagian dari mahkota gigi,. Pada gangren radiks, tidak dilakukan
pemeriksaan sondasi dan CE, pada perkusi tidak menimbulkan nyeri (Campbell dan
Green, 2005).
2.4.4 Patogenesis
Karies dapat terjadi akibat pertumbuhan bakteri di dalam mulut yang
mengubah karbohidrat yang menempel pada gigi menjadi suatu zat bersifat asam yang
mengakibatkan demineralisasi email. Umumnya, proses remineralisasi dapat
dilakukan oleh air liur, namun jika terjadi ketidakseimbangan antara demineralisasi
dan remineralisasi, maka akan terbentuk karies (lubang) pada gigi. Karies kemudian
dapat meluas dan menembus lapisan dentin. Pada tahap ini, jika tidak ada perawatan,
dapat mengenai daerah pulpa gigi yang banyak berisi pembuluh darah, limfe dan
syaraf. Pada akhirnya, akan terjadi nekrosis pulpa, meninggalkan jaringan mati dan
gigi akan keropos perlahan hingga tertinggal sisa akar gigi (Sonis, Fazio, dan Fang,
1995; Peterson, 2009).
Mahkota gigi dapat patah akibat trauma pada gigi, seperti terbentur benda
keras saat terjatuh, berkelahi, atau sebab lainnya. Seringkali mahkota gigi yang patah
menyisakan akar gigi yang masih tertanam dalam gusi, dengan pulpa gigi yang telah
mati.
Pencabutan tidak sempurna juga sering menyebabkan gangren radiks. Hal ini
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain struktur gigi yang rapuh, akar gigi yang
bengkok, akar gigi yang menyebar, kalsifikasi gigi, aplikasi forceps yang kurang tepat
dan tekanan yang berlebihan pada waktu tindakan pencabutan.
Sisa akar gigi atau gangren radiks yang hanya dibiarkan saja dapat muncul
keluar gusi setelah beberapa waktu, hilang sendiri karena teresorbsi oleh tubuh, atau
dapat berkembang menjadi abses, kista dan neoplasma. Setiap sisa akar gigi juga
berpotensi untuk mencetuskan infeksi pada akar gigi dan jaringan penyangga gigi.
Infeksi ini menimbulkan rasa sakit dari ringan sampai hebat, terjadi pernanahan,
pembengkak pada gusi atau wajah hingga sukar membuka mulut (trismus). Pasien
terkadang menjadi lemas karena susah makan. Pembengkakan yang terjadi di bawah
20
rahang dapat menginfeksi kulit, menyebabkan selulitis atau flegmon, dengan kulit
memerah, teraba keras bagaikan kayu, lidah terangkat ke atas dan rasa sakit yang
menghebat. Perluasan infeksi ini sangat berbahaya, bahkan penanganan yang
terlambat dapat merenggut jiwa, seperti pada angina Ludwig.
Infeksi pada akar gigi maupun jaringan penyangga gigi dapat mengakibatkan
migrasinya bakteri ke organ yang lain melalui pembuluh darah. Teori ini dikenal
dengan fokal infeksi. Keluhan seperti nyeri, bengkak dan pembentukan pus (nanah)
adalah reaksi tubuh terhadap infeksi gigi. Bakteri yang berasal dari infeksi gigi dapat
meluas ke jaringan sekitar rongga mulut, kulit, mata, saraf, atau organ berjauhan
seperti otot jantung, ginjal, lambung, persendian, dan lain sebagainya.
Gigi atau sisa akar seperti ini sebaiknya segera dicabut (ekstraksi), namun
antibiotik umumnya diberikan beberapa hari sebelumnya untuk menekan infeksi yang
telah terjadi. Pencabutan tidak dapat dilakukan dalam keadaan gigi yang sedang sakit,
karena pembiusan lokal (anestesi lokal) seringkali tidak maksimal. Sisa akar gigi yang
tertinggal ukurannya bervariasi mulai dari kurang dari 1/3 akar gigi sampai sebatas
permukaan gusi.
Gigi yang tinggal sisa akar tidak dapat digunakan untuk proses pengunyahan
yang sempurna. Gangguan pengunyahan menjadi alasan masyarakat untuk membuat
gigi tiruan. Masalahnya, sampai sekarang banyak yang masih membuat gigi tiruan di
atas sisa akar gigi. Keadaan ini bisa memicu infeksi lebih berat.
2.4.5 Tatalaksana (Sonis, Fazio, dan Fang, 1995; Lix et al, 2000)
Penatalaksanaan sisa akar gigi ini tergantung dari pemeriksaan klinis akar gigi
dan jaringan penyangganya. Akar gigi yang masih utuh dengan jaringan penyangga
yang masih baik, masih bisa dirawat. Jaringan pulpanya dihilangkan, diganti dengan
pulpa tiruan, kemudian dibuatkan mahkota gigi. Akar gigi yang sudah goyah dan
jaringan penyangga gigi yang tidak mungkin dirawat perlu dicabut. Sisa akar gigi
dengan ukuran kecil (kurang dari 1/3 akar gigi) yang terjadi akibat pencabutan gigi
tidak sempurna dapat dibiarkan saja. Untuk sisa akar gigi ukuran lebih dari 1/3 akar
gigi akibat pencabutan gigi sebaiknya tetap diambil. Untuk memastikan ukuran sisa
akar gigi, perlu dilakukan pemeriksaan radiologi gigi.
21
Pencabutan sisa akar gigi umumnya mudah. Gigi sudah mengalami kerusakan
yang parah sehingga jaringan penyangga giginya sudah tidak kuat lagi. Untuk kasus
yng sulit dibutuhkan tindakan bedah ringan.
BAB III
ANALISIS KASUS
Pada kasus ini pasien didiagnosis dengan tumor mukosa buccal dextra
suspek ganas. Anamnesis didapatkan sejak 2 bulan yang lalu timbul benjolan di
mulut kanan pasien. Awalnya pasien merasa ada yang mengganjal pada mulut kanan
dan terasa nyeri lalu pasien melakukan pemijatan pada mulut kanan tersebut. Sekitar
1 bulan yang lalu benjolan pada mulut kanan semakin membesar, nyeri, kenyal dan
menyebabkan sulit menelan. Kemudian pasien dikonsulkan ke bagian gigi dan
mulut karena akan direncanakan tindakan operasi
22 pengangkatan tumor.
Pada pemeriksaan ekstraoral didapatkan asimetri wajah, pembengkakan
pada pipi sebelah kanan. Pemeriksaan intraoral didapatkan ada massa pada mukosa
buccal sebelah kanan, ukuran 3x5 cm, berbatas tegas, mobile, warna kuning
kehitaman, spontan bleeding (-), konsistensi kenyal, nyeri, dan permukaan licin.
Pada pemeriksaan intraoral yang lain didapatkan kalkulus pada semua region,
terdapat gingivitis, dan gangren radix pada premolar 2 dan molar 2 kiri bawah.
Pada kasus ini karena terdapat massa tumor pada bagian buccal dextra,
sebelum tindakan operasi perlu dilakukan antisipasi untuk mencegah terjadinya fokal
infeksi. Fokal infeksi adalah infeksi lokal pada anggota tubuh yang dapat
menyebabkan infeksi atau kumpulan gejala sakit pada anggota tubuh lain. Mulut
merupakan sumber bagi fokal infeksi, salah satu jenis fokal infeksi pada mulut adalah
kalkulus atau karang gigi. Karang gigi merupakan plak gigi yang mengeras akibat
proses demineralisasi. Karang gigi merupakan tempat dimana tumbuhnya berbagai
macam bakteri patogen yang dapat menyebabkan fokal infeksi ke organ tubuh lain.
Oleh sebab itu sebelum dilakukan operasi pengangkatan tumor dilakukan prosedur
scaling gigi sebagai tindakan pencegahan infeksi dengan cara membersihkan dan
menghilangkan karang gigi serta penyebab dari fokal infeksi. Tindakan scaling ini
mencegah agar bakteri patogen yang menetap pada karang gigi masuk melalui jalur
hematogen atau limfogen .
Selain itu karena terdapat gangren radix pada gigi premolar 2 dan molar 2 kiri
bawah, maka akan dilakukan tindakan exodontia. Gangren radiks sendiri adalah
tertinggalnya sebagian akar gigi. Jaringan akar gigi yang tertinggal merupakan
jaringan mati yang merupakan tempat subur bagi perkembangbiakan bakteri.
Tindakan exodonti yang dilakukan juga bertujuan untuk mencegah fokal infeksi selain
yang disebabkan oleh adanya kalkulus.
23
Daftar Pustaka:
24
4. Hinerman RW, Mendenhall WM, Morris CG, Amdur RJ, Werning JW, Villaret
DB:Postoperative irradiation for squamous cell carcinoma of the oral cavity: 35-
year experience. Head Neck 2004, 26:984-994.
5. Manson J.D. dan Eley B.M. 1993. Buku Ajar Periodonti. Edisi kedua p.45,
Hipokrates Jakarta.
8. Carranza FA. Newman MG. Takei HH. 2006. Clinical Periodontology. 9th ed
Philadelpia: WB Saunders Co; p. 74.
9. Depkes RI. 2002. Buku Pegangan materi Kesehatan Gigi dan Mulut untuk
Kegiatan KIA di Posyandu (UKGMD). Direktorat Jenderal Pelayanan Medik,
Direktorat Kesehatan Gigi p.13 Jakarta.
10. Langlais R.P. dan Miller C.S. 1998. Kelainan Rongga Mulut p.11, Hipokrates
Jakarta.
11. Manson J.D. dan Eley B.M. 1993. Buku Ajar Periodonti. Edisi kedua p.45,
Hipokrates Jakarta.
12. MediResource Clinical Team. 2010. Gingivitis. Available at (online):
http://jdr.sagepub.com/content/66/5/989.abstract (21 Apr 2010).
13. Musaikan, W.S. 2002. Gambaran Gingivitis pada Ibu Hamil di Puskesmas
Kecamatan Semampir tahun 2002. J. Majalah Kedokteran Gigi Universitas
Airlangga Edisi Khusus Temu Ilmiah Nasional III ISSN 0852-9027. Surabaya.
14. Nield, J.S. 2003. DE Foundation of Periodontitis for Dental Hygienist
.Philadelpia: Lippincott, Williams and Wilkins.
15. Sea, F. 2000. Buku Ajar ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. p.5, Poltekkes Kemenkes
Denpasar.
16. Susanti, E. 2003. Pengaruh kehamilan pada Kesehatan Gigi dan mulut serta
Modifikasi Perawatan yang Diperlukan. Universitas Mahasaraswati. J. Edisi
ISSW 1693-0002, Majalah FKG Universitas Mahasaraswati, Denpasar.
17. Lix, Kolltveit, Tronstad L, Olsen I. Systemic diseases caused by oral infection.
Clinical Microbiology Reviews 2000 Oct; 547-58.
18. Peterson LJ. Odontogenic infections. Diunduh dari :
http://famona.erbak.com/OTOHNS/Cummings?cumm069.pdf, 29 Juni 2009).
19. Sonis ST, Fazio RC, Fang L. Principles25 and practice of oral medicine. 2 nd ed.
Philadelphia: WB Saunders Company; 1995. p.399-415.
20. Campbell PJ, Green AR. Management of Polycythemia Vera and Essential
Thrombocythemia. American Society of Hematology. 2005 : 201208.
26