You are on page 1of 11

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian, Asas Dan Tujuan Penatagunaan Tanah


a. Pengertian
1. Tata Guna Tanah
"Tanah" dipakai dalam berbagai arti, maka dalam
pengunaannya perlu mengetahui batasan dari pada tanah,
agar diketahui dalam arti apa istilah tersebut digunakan.
"Tanah", dalam arti yuridis, menurut undang-undang pokok
agraria (UUPA) pasal 4 disebutkan, bahwa atas dasar hak
menguasai dari negara ditentukan adanaya bermacam-
macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah yang
dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang.
Dengan demikian jelaslah, bahwa "tanah" dalam
pengertian yuridis adalah permukaan bumi (ayat 1).
Sedangkan hak atas tanah adalah hak atas sebagian
tertentu permukaan bumi, yang terbatas, berdimensi dua
dengan ukuran panjang dan lebar.
Tanah yang diberikan kepada dan dipunyai oleh orang
dengan hak-hak yang disediakan oleh UUPA, adalah untuk
digunakan atau dimanfaatkan. Diberikannya dan
dipunyainya tanah dengan hak-hak tersebut tidak akan
bermakna, jika penggunaannya terbatas hanya pada tanah
sebagai permukaan bumi saja. Untuk keperluan apa pun
tidak bisa tidak, pasti diperlukan juga penggunaan sebagian
tubuh bumi yang ada dibawahnya dan air serta ruang yang
ada di atasnya. Oleh karena itu dalam (ayat2) dinyatakan,
bahwa hak-hak atas tanah bukan hanya memberikan
wewenang untuk mempergunakan sebagian tertentu
permukaan bumi yang bersangkutan, yang disebut "tanah",
tapi juga tubuh bumi yang ada di bawahnya dan air serta
ruang yang ada di atasnya.
Dengan demikian, maka yang dipunyai dengan hak atas
tanah itu adalah tanahnya, dalam arti sebagian tertentu dari
permukaan bumi. Tapi wewenang menggunakan yang
bersumber pada hak tersebut diperluas hingga meliputi juga
penggunaan sebagian tubuh bumi yang ada di bawah tanah
dan air serta ruang yang ada diatasnya.
Tubuh bumi dan air serta ruang yang dimaksud itu
bukan kepunyaan pemegang hak atas tanah yang
bersangkutan. Ia hanya diperbolehkan menggunakannya.
Penggunaan tanah ini ada batasnya menurut pasal 4 ayat
(2) .... sekedar diperlukan untuk kepentingan yang langsung
berhubungan dengan penggunaan tanah itu, dalam batas-
batas menurut undang-undang (UUPA) dan peraturan-
peraturan lain yang lebih tinggi.
Sedangkan berapa tubuh bumi itu boleh digunakan dan
setinggi berapa ruang yang ada di atasnya boleh digunakan,
ditentukan oleh tujuan penggunaannya, dalam batas-batas
kewajaran, perhitungan teknis kemampuan tubuh buminya
sendiri, kemampuan pemegang haknya serta ketentuan
peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.
Misalnya pembangunan pabrik kertas PTHU, Porsea
SUMUT. Menggunakan sebagian dari permukaan bumi
berupa tanah untuk pembangunan pabrik. Namun dalam
penggunaan tanah ini harus memperhatikan pasal 6 UULH.
Untuk itu seharusnya penggunaan pabrik kertas PTHU
tersebut harus memperhatikan ketentuan UU no. 24 tahun
1992 tentang penataan ruang, agar tidak terjadi
kerusakan/pencemaran lingkungan seperti yang dialami oleh
PTHU tersebut, karena segalanya sudah ada rencana yang
matang dengan segala akibatnya yang bisa diatasi bila
timbul masalah. Misalnya pembuatan penampungan limbah
industri harus sedemikian rupa agar tidak sampai jebol, bila
sampai jebol akibatnya akan membahayakan lingkungan
sekitar, karena tersemar. Semuanya harus sudah
direncanakan dan diperhitungkan dengan benar. Termasuk
penebangan hutan pinus, seharusnya tahu, akibat dari
penebangan tersebut, umumnya semua sudah terlanjur
sebagai akibat kurang memperhatikan peraturan-peraturan
yang ada.

2. Penatagunaan Tanah
Penatagunaan tanah adalah sama dengan pola pengelolaan tata guna
tanah yang meliputi penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah
melalui pengaturan kelembagaan yang terkait dengan pemanfaatan tanah
sebagai satu kesatuan system untuk kepentingan masyarakat secara adil.
Penatagunaan tanah ini meliputi kebijakan penatagunaan tanah dan
penyelenggaraan penatagunaan tanah. Kebijakan penatagunaan tanah di
kawasan lindung dan kawasan budidaya sebagai pedoman umum
penggunaan tanah di daerah.
Penatagunaan tanah merupakan kebijakan dan kegiatan dibidang
pertanahan yang bertujuan mengatur dan mewujudkan penguasaan,
penggunaan dan pemanfaatan tanah untuk berbagai kegiatan pembangunan
sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RT-RW) dan mewujudkan
tertib pertanahan dengan tetap menjamin kepastian hukum atas tanah bagi
masyarakat.

b. Asas dan Tujuan Penatagunaan Tanah


1. Asas penatagunaan tanah
Asas penatagunaan tanah sebagaimana dimaksud dalam pasal 2
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 meliputi :
a) Keterpaduan adalah bahwa penatagunaan tanah dilakukan untuk
mengharmonisasikan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan.
b) Berdayaguna dan berhasilguna adalah bahwa penatagunaan tanah harus
dapat mewujudkan peningkatan nilai tanah yang sesuai dengan fungsi
ruang.
c) Serasi, selaras dan seimbang adalah bahwa penggunaan tanah menjamin
terwujudnya keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara hak dan
kewajiban masing-masing pemegang hak atas tanah atau kuasanya
sehingga meminimalkan benturan kepentingan antar penggunaan atau
pemanfaatan tanah.
d) Berkelanjutan, adalah bahwa penggunaan tanah menjamin kelestarian
fungsi tanah demi memperhatikan kepentingan antar generasi.
e) Keterbukaan, adalah bahwa penatagunaan tanah dapat diketahui oleh
seluruh lapisan masyarakat.
f) Persamaan, keadilan dan perlindungan hukum adalah bahwa dalam
penyelenggaraan penatagunaan tanah tidak mengakibatkan diskriminasi
antar pemilik tanah sehingga ada perlindungan hukum dalam
menggunakan dan memanfaatan tanah.

2. Tujuan penatagunaan tanah


Tujuan penatagunaan tanah sebagaimana dimaksud pada Pasal 4
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 adalah :
a. Dalam rangka pemanfaatan ruang dikembangkan penatagunaan tanah
yang disebut juga pola pengelolaan tata guna tanah.
b. Penatagunaan tanah sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) merupakan
kegiatan dibidang pertanahan dikawasan lindung dan kawasan
budidaya.
Penatagunaan tanah sebagaimana dimaksud pada Ayat (1)
diselenggarakan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota.
B. Kebijaksanaan penatagunaan tanah

Sebagai akibat dari pelaksanaan kebijakan penatagunaan tanah


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 PP No. 16 Tahun 2004 penyelesaian
administrasi antara lain pemberian hak, perpanjangan hak, pembaruan hak,
peralihan hak, peningkatan hak, penggabungan hak, pemisahan hak,
pemecahan hak, pembebanan hak, izin lokasi atau surat izin penunjukkan
dan penggunaan tanah dan penetapan lokasi, dalam rangka pelayanan
pertanahan dilaksanakan sebagaimana ketentuan yang berlaku dengan
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Penggunaan dan pemanfaatan tanahnya sesuai dengan Rencana Tata
Ruang Wilayah. Pengertian sesuai adalah bahwa wujud penggunaan dan
pemanfaatan tanah tidak bertentangan dengan fungsi kawasan dalam
RTRW yang bersangkutan.
2. Memenuhi syarat-syarat menggunakan dan pemanfaatan tanah, serta
memelihara tanah dan lingkungan sebagaimana tercantum pada Pasal
13 Peraturan Pemerintah Penatagunaan Tanah berikut penjelasannya.
3. Tidak mengubah penggunaan dan pemanfaatan tanah sehingga menjadi
tidak sesuai dengan fungsi kawasan yang telah ditetapkan dalam tata
ruang.
4. Hak Atas Tanah tidak dapat diberikan terhadap bidang-bidang tanah
apabila:
a. Tanahnya terletak dikawasan Lindung yang termasuk Kawasan
Hutan.
b. Tanahnya terletak pada lokasi situs.
5. Penyelesaian administrasi pertanahan diatas dan atau dibawah tanah
yang tidak terkait dengan penggunaan dan pemanfaatan tanah diatas
dan atau dibawahnya harus mendapat persetujuan pemegang hak atas
tanah.
6. Syarat-syarat menggunakan dan memanfaatkan tanah sebagaimana
tersebut pada butir 1 s.d. 5 merupakan satu kesatuan proses
penyelesaian administrasi pertanahan (Pasal 10 Peraturan Pemerintah
tentang Penatagunaan tanah).

Pedoman dan kriteria pelaksanaan penatagunaan tanah meliputi


penyusunan indikator pelaksanaan penatagunaan tanah yang melalui
penataan kembali, kemitraan dan pelepasan hak. Untuk melengkapi atau
mendukung pemilihan indikator yang dimaksud setiap pelaksana harus
melengkapi data pendukung seperti demografi kependudukan (jumlah
penduduk, jumlah KK, mata pencaharian dll), sifat fisik medan
(kemampuan tanahnya), struktur penguasaan tanahnya, analisa investasi
pembangunan, ketersediaan infrastruktur publik dan lain-lain.

C. Penyelenggaraan penatagunaan tanah

Penyelenggaraan Penatagunaan Tanah sebagaimana diatur dalam Pasal


21 Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2004 meliputi kegiatan :
1. Pelaksanaan inventarisasi penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan
tanah.
2. Penetapan perimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan penguasaan,
penggunaan, dan pemanfaatan tanah menurut fungsi kawasan.
3. Penetapan pola penyesuaian penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan
tanah dengan Rencana Tata Ruang Wilayah .
Kegiatan tersebut diatas disajikan dalam peta dengan skala lebih besar
daripada skala Rencana Tata Ruang Wilayah yang bersangkutan.
Ad.1. Pelaksanaan inventarisasi penguasaan, penggunaan, dan
pemeliharaan tanah meliputi :
a. Pengumpulan dan pengolahan data penguasaan, penggunaan dan
pemanfaatan tanah, kemampuan tanah, evaluasi tanah serta data
pendukung.
b. Penyajian data berupa peta dan informasi penguasaan penggunaan dan
pemanfaatan tanah, kemampuan tanah, evaluasi tanah serta data
pendukung.
c. Penyediaan dan pelayanan data berupa peta dan informasi penguasaan,
penggunaan dan pemanfaatan tanah, kemampuan tanah, evaluasi tanah,
serta data pendukung.
Ad.2. Kegiatan penetapan perimbangan antara kesediaan dan
kebutuhan penguasaan, penggunaan dan pemanfaatan tanah menurut fungsi
kawasan, meliputi :
a. Penyajian neraca perubahan penggunaan dan pemanfaatan tanah pada
Rencana Tata Ruang Wilayah.
b. Penyajian neraca kesesuaian penggunaan dan pemanfaatan tanah pada
Rencana Tata Ruang Wilayah.
c. Penyajian dan penetapan prioritas kesediaan tanah pada Rencana Tata
Ruang Wilayah.
Ad.3. Pelaksanaan pola penyesuaian penguasaan dan pemanfaatan tanah dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah dilakukan, meliputi :
a. Penataan kembali
b. Upaya kemitraan
c. Penyerahan dan pelepasan hak atas tanah kepada Negara atau pihak lain dengan
penggantian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam rangka pelaksanaan penyesuaian, penguasaan dan pemanfaatan tanah
dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dengan mempertimbangkan :
1) Kebijakan penatagunaan tanah
2) Hak-hak masyarakat pemilik tanah
3) Inventarisasi pembangunan prasarana dan sarana
4) Evaluasi tanah[2]

D. LANDASAN HUKUM TATA GUNA TANAH


1. Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, dimana dalam pasal tersebut terkandung prinsip-
prinsip sebagai berikut:Bahwa bumi, air dan kekayaan alam dikuasai oleh
negara.Bahwa negara sebagai organisasi kekuasaan dari bangsa Indonesia harus
menggunakan BARA + K tersebut untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat.Bahwa hubungan antara negara dengan BARA + K merupakan hubungan
menguasai.
2. Sebagai pelaksana dari pasal 33 ayat (3) UUD 45 adalah Pasal 14 dan 15
UUPAPasal 14 menentukan agar pemerintah membuat suatu rencana umum
mengenai persediaan, peruntukan dan penggunaan BARA + K untuk kepentingan-
kepentingan yang bersifat politis, ekonomis, sosial dan keagamaan.Dalam
penjelasan umum poin 8 dinyatakan bahwa:Akhirnya untuk mencapai apa yang
menjadi cita-cita bangsa dan Negara di atas dalam bidang agraria perlu adanya
suatu rencana (planning) mengenai peruntukkan, penggunaan dan persediaan
bumi, air dan ruang angkasa untuk keperluan berbagai kepentingan hidup rakyat
dan Negara: Rencana Umum (National Planning) yang meliputi seluruh wilayah
Indonesia, yang kemudian diperinci menjadi rencana-rencana khusus (regional
planning) dari tiap-tiap daerah. Dengan adanya planning itu maka penggunaan
tanah dapat dilakukan secara terpimpin dan teratur hingga dapat membawa
manfaat yang sebesar-besarnya bagi Negara dan rakyat.Dalam penjelasan pasal 14
dinyatakan bahwa:Pasal ini mengatur soal perencanaan persediaan, peruntukan
dan penggunaan bumi, air dan ruang angkasa sebagai yang telah dikemukakan
dalam penjelasan umum (II angka 8). Mengingat akan corak perekonomian
Negara dikemudian hari dimana industri dan pertambangan akan mempunyai
peranan yang penting, maka disamping perencanaan untuk pertanian perlu
diperhatikan, pula keperluan untuk industri dan pertambangan (ayat 1 huruf d dan
e). Perencanaan itu tidak saja bermaksud menyediakan tanah untuk pertanian,
peternakan, perikanan, industri dan pertambangan, tetapi juga ditujukan untuk
memajukannya. Pengesahan peraturan Pemerintah Daerah harus dilakukan dalam
rangka rencana umum yang dibuat oleh Pemerintah Pusat dan sesuai dengan
kebijaksanaan Pusat.
Pasal 15 menentukan suatu kewajiban kepada semua pihak yang menggunakan
tanah baik Pemerintah, masyarakat maupun perseorangan untuk memelihara
tanahnya.Undang-undang yang diharapkan memberikan petunjuk lebih lanjut
tentang pembuatan rencana umum penggunaan tanah sebagaimana dikehendaki
pasal 14 UUPA ialah peraturan pemerintah
3. No. 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.4.UU No. 4 Tahun 1982 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup.5.UU No. 38 Prp Tahun 1960 jo UU No. 20
Tahun 1964 tentang Penggunaan dan Penetapan luas tanah untuk tanaman-
tanaman tertentu.Mengenai penertiban/pemanfaatan:6.UU No. 51 Prp Tahun 1960
tentang Pemakaian Tanah Tanpa Izin yang berhak atau kuasanya.7.Instruksi
Mendagri No. 2 Tahun 1982 tertanggal 30 Januari 19828.Keputusan Mendagri
No. 268 Tahun 1982 tertanggal 17 Januari 1982Mengenai Fatwa tata guna tanah
diatur dalam Peraturan Mendagri No. 3 Tahun 1972 jo No. 6 Tahun 1986.9.PP No.
16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah.
Menurut Mieke Komar Kantaatmadja, selain aspek-aspek tujuan penataan ruang,
penatagunaan tanahpun harus mengacu pada kebijaksanaan dasar mengenai
pertanahan yang terkandung dalam UUPA dan undang-undang lain yang berkaitan
dengan penggunaan tanah. Dasar-dasar penatagunaan tanah itu adalah:
1. Kewenangan untuk mengatur persediaan, peruntukkan dan penggunaan tanah
serta pemeliharaan tanah ada pada Negara;
2. Hak atas tanah memberikan wewenang kepeda pemegang hak untuk
menggunakan tanah yang bersangkutan untuk kepentingan yang langsung
berhubungan dengan penggunaan tanah itu;
3. Kewenangan pemegang hak atas tanah untuk mempergunakan tanah tersebut
dibatasi oleh ketentuan bahwa hak atas tanah berfungsi sosial;
4. Perlunya perlindungan terhadap pihak ekonomi lemah dalam proses
penatagunaan tanah;
5. Penatagunaan tanah tidak dapat dipisahkan dari pengaturan penguasaan dan
pemilikan tanah;
6. Penggunaan tanah disamping sebagai subsistem penatagunaan ruang juga
merupakan subsistem dari system pembangunan;
7. Karena sifatnya multidimensi (dimensi fisik, ekonomi, soaial, politik, hankam)
dan multisektor maka penatagunaan tanah dalam prakteknya harus
diselenggarakan secara koordinatif;
8. penatagunaan tanah harus mampu menyediakan tanah bagi semua kegiatan
pembangunan yang sifatnya dinamis, karena penatagunaan tanah bersifat dinamis
dan sibernetik;
9. Penyelenggaraan penatagunaan tanah merupakan tugas pemerintah pusat yang
pelaksanaannya di daerah berdasarkan dekonsentrasi atau medebewind.
Salah satu sasaran yang akan dicapai dari pelaksanaan tata guna tanah adalah
terjadinya penatagunaan tanah yang terdapat di perkotaan dan pedesaan sehingga
akan muncul suatu konsep penataan tanah yang baik serta serasi dari aspek
lingkungan. Konsep yang dimaksud untuk menata penggunaan tanah di perkotaan
dan pedesaan ialah Konsolidasi Tanah

BAB I
Penutup
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang
menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini.

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi


memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis
demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang
budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Suardi. Hukum Agraria. Badan Penerbit Iblam : Jakarta. 2005

Lany Kusumawati,Skripsi, Fakutlas Hukum Universitas Surabaya, 1999

PP Nomor 16 Tahun 2004

You might also like