Kanalis analis berasal dari proktoderm yang merupakan invaginasi ektoderm,
sedangkan rektum berasal dari entoderm. Karena perbedaan asal anus dan rektum ini, perdarahan, persarafan, serta penyaliran vena dan limfnya berbeda juga, demikian pula epitel yang menutupinya. Rektum dilapisi oleh mukosa glanduler usus sedangkan kanalis analis oleh anoderm yang merupakan lanjutan epitel berlapis gepeng kulit luar. Tidak ada yang disebut mukosa anus. Daerah batas rektum dan kanalis analis ditandai dengan perubahan jenis epitel. Kanalis analis dan kulit luar disekitarnya kaya akan persarafan sensorik somatik dan peka terhadap rangsangan nyeri, sedangkan mukosa rektum mempunyai persarafan otonom dan tidak peka terhadap nyeri. (Gambar 37-40) Darah vena di atas garis anorektum mengalir melalui sistem porta, sedangkan yang berasal dari anus dialirkan ke sistem kava melalui cabang vena iliaka. Distribusi ini menjadi penting dalam upaya memahami cara penyebaran keganasan dan infeksi serta terbentuknya hemoroid. Sistem limf dari rektum mengalirkan isinya melalui pembuluh limf sepanjang pembuluh hemoroidalis superior kearah kelenjar limf paraaorta melalui kelenjar limf iliaka interna, sedangkan limf yang berasal dari kanalis analis mengalir ke arah kelenjar inguinal. (37-41) Kanalis analis berukuran panjang kurang lebih 3 sentimeter. Sumbunya mengarah ke ventrokranial yaitu kearah umbilikus dan membentuk sudut yang nyata ke dorsal dengan rektum dalam keadaan istirahat. Pada saat defekasi sudut ini menjadi lebih besar. Batas atas kanalis anus disebut garis anorektum, garis mukokutan, linea pektinata, atau linea dentata. Didaerah ini, terdapat kripta anus dan muara kelenjar anus antara kolumna rektum. Infeksi yang terjadi disini dapat menimbulkan abses anorektum yang dapat membentuk fistel. Lekukan antara sfingter sirkuler dapat diraba didalam kanalis analis sewaktu melakukan colok dubur, dan menunjukkan batas antara sfingter interna dan sfingter ekstern (garis Hilton). Cincin sfingter anus melingkari kanalis analis dan terdiri dari sfingter intern dan sfingter ekstern. Sisi posterior dan lateral cincin ini terbentuk dari fusi sfingter intern, otot longitudinal, bagian tengah otot levator (puborektalis), dan komponen otot sfingter eksternus. Otot sfingter internus terdiri atas serabut otot polos, sedangkan otot sfingter eksternus terdiri atas serabut otot lurik. Persarafan Persarafan rektum terdiri atas sistem simpatik dan sistem parasimpatik. Serabut simpatik berasal dari pleksus mesenterikus inferior dan dari sistem parasakral yang terbentuk dari ganglion simpatis lumbal ruas kedua, ketiga, dan keempat. Unsur simpatis pleksus ini menuju kearah struktur genital dan serabut otot polos yang mengendalikan emisi air mani dan ejakulasi. Persarafan parasimpatik (nervi erigentes) berasal dari saraf sakral kedua, ketiga dan keempat. Serabut saraf ini menuju ke jaringan erektil penis dan klitoris serta mengendalikan ereksi dengan cara mengatur aliran darah kedalam jaringan ini. Oleh karena itu cedera saraf yang terjadi pada waktu operasi radikal panggul seperti ekstirpasi radikal rektum atau uterus, dapat menyebabkan gangguan fungsi vesika urinaria dan gangguan fungsi seksual. Muskulus puborektalis mempertahankan sudut anorektum, otot ini mempertajam sudut tersebut bila meregang dan meluruskan usus bila mengendur. Kontinensia Kontinensia anus bergantung pada konsistensi feses, tekanan didalam anus, tekanan didalam anus, tekanan didalam rektum, dan sudut anorektal. Makin encer feses, makin sukar untuk menahannya didalam usus. Tekanan pada suasana istirahat di dalam anus berkisar antara 25-100 mmHg dan di dalam rektum antara 5-20 mmHg. Jika sudut antara rektum dan anus lebih dari 80 derajat, feses sukar dipertahankan. Defekasi Pada suasana normal, rektum kosong. Pemindahan feses dari koloon sigmoid ke dalam rektum kadang-kadang dicetuskan oleh makan, terutama pada bayi. Isi sigmoid yang masuk kedalam rektum akan dirasakan oleh rektum sehingga menimbulkan keinginan untuk defekasi. Rektum mempunyai kemampuan khas untuk mengenal dan memisahkan bahan padat, cair dan gas. Sikap badan sewaktu defekasi, yaitu sikap duduk atau jongkok, memegang peranan yang berarti. Defekasi terjadi akibat refleks peristaltik rektum, dibantu oleh mengedan dan relaksasi sfingter anus eksterna. Syarat untuk defekasi normal ialah persarafan sensibel untuk sensasi isi rektum dan persarafan sfingter anus untuk kontraksi dan relaksasi yang utuh, peristalsis kolon dan rektum tidak terganggu, dan struktur anatomi organ panggul yang utuh. Anatomi Batas dinding perut anterolateral oleh McVay secara anatomis digambarkan sebagai berikut. Bagian atas adalah prosessus xifoideus dan batas bawah adalah arkus kostarum. Bagian bawah dari medial ke lateral dibatasi oleh simfisis pubis, ligamentum inguinal, krista pubikum dan krista iliaka. Bagian belakang dibatasi oleh tulang belakang. Dinding perut anterolateral dibagi menjadi 4 kuadran oleh garis vertikal melalui garis tengah mulai dari prosesus xifoideus, umbilikus, dan berakhir di simfisis pubis, dan garis horizontal yang melalui umbilikus. Dinding perut menyokong dan melindungi struktur intraperitoneal dan retroperitoneal. Susunan otot yang kompleks pada dinding perut memungkinkan batang tubuh melakukan gerakan berputar, menunduk, dan menengadah. Dinding perut terdiri atas beberapa lapis, yaitu (dari luar ke dalam) lapis kulit yang terdiri dari kutis dan subkutis, lemak subkutan dan fasia superfisial (fasia Scarpa), kemudian ketiga otot dinding perut yakni otot oblikus eksternus abdominis, oblikus internus abdominis, dan transversus abdominis dan akhirnya lapis praperitoneum serta peritoneum, yaitu fasia transversalis, lemak praperitoneal, dan peritoneum. Otot di bagian depan tengah terdiri atas sepasang otot rektus abdominis dengan fasianya yang dipisahkan oleh linea alba pada garis tengah. Dinding perut membentuk rongga perut yang melindungi isi rongga perut. Integritas lapisan muskuloaponeurosis dinding perut sangat penting untuk mencegah terjadinya hernia bawaan, dapatan, maupun iatrogenik. Otot dinding perut juga berfungsi dalam pernapasan, proses berkemih, dalam proses serta sewaktu buang air besar dengan meningkatkan tekanan intraabdomen. Perdarahan dinding perut berasal dari beberapa arah dari kraniodorsal, cabang aa.interkostales VI s/d XII dan arteri epigastrika superior dari kaudal, arteri iliaka sirkumfleksa superfisialis, arteri pudenda eksterna, dan arteri epigastrika inferior. Kekayaan vaskularisasi, dan arteri epigastrika inferior. Kekayaan vaskularisasi ini memungkinkan sayatan pada perut dibuat secara horizontal maupun vertikal tanpa menimbulkan gangguan perdarahan. Persarafan dinding perut dilayani secara segmental oleh nervus torakalis VI s/d XII dan nervus lumbalis I.
Diagnosis banding radang umbilikus kronik (kadang merupakan granuloma)
- Sinus urakus - Sinus ductus omfaloenterikus - Radang spesifik Difteri lokal Tuberkulosis lokal - Umbilikus dalam yang kumuh - Benda asing - Sinus pilonidalis
Keganasan sekunder dari karsinoma organ perut, seperti karsinoma ovarium,