Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah yang digunakan dalam praktikum adalah bagian dari permukaan bumi
yang mengandung dan menopang kehidupan atau mampu sebagai media tumbuh
tanaman .
Batas atas tanah adalah udara atau air yang dangkal. Batas bawah tanah sulit
ditentukan atau sampai batuan di bawahnya.
Tanah berbentuk lapisan-lapisan diatas batuan terkonsolidasi sebagai akibat
interaksi dari bahan induk, iklim, makhluk hidup, topografi, dan pada periode waktu
tertentu. Walaupun batas bawah dari tanah tidak bias didefinisikan, tetapi batas bawah
tersxebut dapat ditandai dengan batas aktivitas biologi seperti batas perakaran, dan
kehidupan mikroba tanah. Jika aktivitas biologi lebih dari 200 cm, maka secara
konvensi batas terbawah tanah adalah 200 cm ( 2 meter ).
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi tanah?
2. Bagaimana proses pembentukan tanah?
3. Apa yang dimaksud bahan induk?
4. Apa saja faktor-faktor pembentuk bahan induk?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi tanah
2 Mengetahui proses pembentukan tanah
3 Mengetahui konsep bahan induk
4 Mengetahui faktor-faktor pembentuk bahan induk
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Tanah
Tanah (bahasa Yunani: pedon; bahasa Latin: solum) adalah bagian kerak bumi
yang tersusun dari mineral dan bahan organik. Tanah sangat vital peranannya bagi
semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan
menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar. Struktur tanah yang
berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernafas dan
tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme. Bagi sebagian
besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak.
Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme, membentuk
tubuh unik yang menutupi batuan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai
pedogenesis. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri
atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon tanah. Setiap horizon menceritakan
mengenai asal dan proses-proses fisika, kimia, dan biologi yang telah dilalui tubuh
tanah tersebut.
Hans Jenny (1899-1992), seorang pakar tanah asal Swis yang bekerja di
Amerika Serikat, menyebutkan bahwa tanah terbentuk dari bahan induk yang telah
mengalami modifikasi/pelapukan akibat dinamika faktor iklim, organisme (termasuk
manusia), dan relief permukaan bumi (topografi) seiring dengan berjalannya waktu.
Berdasarkan dinamika kelima faktor tersebut terbentuklah berbagai jenis tanah dan
dapat dilakukan klasifikasi tanah.
B. Pembentukan Tanah
Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme,
membentuk tubuh unik yang menutupi batuan. Proses pembentukan tanah
dikenal sebagai pedogenesis. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai
tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon tanah.
Setiap horizon menceritakan mengenai asal dan proses-proses fisika, kimia, dan
biologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut.
Hans Jenny (1899-1992), seorang pakar tanah asal Swis yang bekerja di
Amerika Serikat, menyebutkan bahwa tanah terbentuk dari bahan induk yang telah
mengalami modifikasi atau pelapukan akibat dinamika faktor iklim, organisme
(termasuk manusia), dan relief permukaan bumi (topografi) seiring dengan
berjalannya waktu. Berdasarkan dinamika kelima faktor tersebut terbentuklah
berbagai jenis tanah dan dapat dilakukan klasifikasi tanah.
Profil tanah adalah irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke
batuan induk tanah. Tanah yang telah mengalami perkembangan lanjut akan memiliki
horisonisasi yang lengkap, yaitu terdiri dari: (1) horison O, (2) horison A, (3) horison
Eluviasi, (4) horison B, (5) lapisan C, dan (6) bahan induk tanah (R). Harisonisasi
dalam profil tanah secara pemodelan disajikan dalam gambar berikut.
Pemodelan dari profil tanah dengan deferensiasi horison yang lengkap,
sebagai penciri tingkat perkembangan sistem tanah.
Pengertian dari beberapa istilah penamaan horison dalam profil tanah adalah sebagai
berikut:
1. Horison O adalah horison tanah yang tersusun dari serasah atau sisa-sisa tanaman
(Oi) dan bahan organik tanah (BOT) hasil dekomposisi serasah (Oa),
2. Horison A adalah horison yang tersusun dari bahan mineral berkandungan bahan
organik tinggi sehingga berwarna agak gelap.
3. Lapisan Eluviasi atau Horison Eluviasi adalah horison yang telah mengalami
proses eluviasi (pencucian) sangat intensif sehingga kadar bahan organik tanah,
liat silikat, Fe dan Al rendah tetapi kada pasir dan debu kuarsa (seskuoksida) serta
mineral resisten lainnya tinggi, sehingga berwarna agak terang.
4. Horison B adalah horison illuvial atau horison pengendapan sehingga terjadi
akumulasi dari bahan-bahan yang tercuci dari horison diatasnya.
5. Horison C adalah lapisan tanah yang bahan penyusunnya masih serupa dengan
batuan induk (R) atau belum terjadi perubahan.
6. Batuan induk tanah (R) merupakan bagian terdalam dari tanah dan masih berupa
batuan. Lapisan tanah atas (top soil) terdiri dari: (1) horison O, dan (2) horison A.
Lapisan tanah bawah (sub soil) terdiri dari: (1) horison E, dan (2) horison B.
Solum tanah meliputi: (1) lapisan tanah atas, dan (2) lapisan tanah bawah.
a) Batuan Beku
Batuan beku atau batuan vulkanik terbentuk oleh magma yang berasal dari letusan
gunung berapi, batuan beku atau batuan vulkanik terdiri dari meneral yang tinggi dan banyak
mengandung unsur hara tanaman. Di Indonesia batuan vulkanik memegang peranan yang
lebih penting, hal ini di sebabkan karena gunung berapi tersebar mana-mana, dan karena
letesan gunung berapi yang menghasilkan batuan vulkanik yang menyebabkan kesuburan
tanah. Selain atas dasar terjadinya batuan vulkanik juga dapat dibagi atas dasar kandungan
kadar SiO2 nya menjadi tiga golongan, yaitu, batuan asam yang berkadar Si O2 lebih dari
65%, batuan intermedier yang kadar Si o2 antar 52% s/d 65% dan batuan basis yang berkadar
Si O2 kurang dari 52%.
Batuan vulkanik di Indonesia kebanyakan termasuk basis, kemudian intermedier dan
yang paling sedikit batuan asam. Batuan asam biasanya berwarna lebih muda dari pada
batuan basis, batuan asam juga biasanya lebih banyak mengandung alkali dan Al, sedangkan
kadar unsur-unsur seperti Fe,Mg dan Ca lebih rendah, sehingga berat jenisnya juga lebih
kecil. Perbedaan lain adalah mengenai daya tahannya terhadap proses pelapukan, batuan
asam lebih tahan terhadap proses pelapukan karena warnanya kebih muda. Akibatnya tanah
yang berasal dari batuan asam tektunya lebih kasar daripada tanah yang berasal dari bari
batuan basis, maka dapat dikatakan tanah yang berasal dari batuan asam mempunyai
kandungan unsur hara yang sedikit dibandingkan dengan tanah yang berasal dari batuan
basis.
Karakteristik tekstur dan struktur pada batuan beku sangat dipengaruhi oleh waktu
dan energi kristalisasi. Apabila terdapat cukup energi dan waktu pembentukan kristal maka
akan terbentuk kristal berukuran besar, sedangkan bila energi pembentukan rendah akan
terbentuk kristal yang berukuran halus. Bila pendinginan berlangsung sangat cepat, maka
kristal tidak sempat terbentuk dan cairan magma akan membeku menjadi gelas. Proses ini
sangat identik dengan pembuatan gula pasir, di mana untuk membuat gula yang berukuran
kasar diperlukan waktu pendinginan relatif lebih lama dibandingkan gula yang berukuran
halus.
Jenis-jenis Batuan Beku:
Berdasarkan Tempat Pembekuan Magma, batuan beku dibedakan menjadi :
1. Batuan Beku Dalam (Flutonik)
Batuan beku yang proses pembekuannya terjadi secara lambat dan berasal dari magma cair
sehingga proses kristalisasi menghasilkan mineral dengan kristal kasar(Granitic).
2. Batuan Beku Gang (Intrusi)
Batuan beku yang proses pembekuannya terjadi di dalam lubang magma.
3. Batuan Beku Atas (Ekstrusi / Batuan Vulkanik)
Batuan beku luar yang proses pembekuannya terjadi dengan cepat di permukaan bumi; kristal
mineral yang terbentuk berukuran kecil(forfiritik atau basaltik)
Berdasarkan kandungan SiO2, batuan beku dibedakan menjadi:
1. Batuan Beku Masam : kandungan SiO2 tinggi > 65%
2. Batuan Beku Intermedier : kandungan SiO2 sedang > 55% s/d 65%
3. Batuan Beku Basa : kandungan SiO2 rendah < 55%
b) Batuan Endapan(Sedimen)
Batuan endapan terjadi karena proses pengendapan bahan yang diangkut oleh air atau
udara dalam waktu yang lama. Ciri untuk membedakan batuan endapan dan batuan lainnya
yaitu, batuan endapan biasanya berlapis, mengandung jasad (fosil) atau bekas-bekasnya dan
adanya keseragaman yangnyata dari bagian-bagian berbentuk bulat yang menyusun.
Adanya lapisan dalam batuan ini disebabkan karena timbunan lapisan pengendapan
yang masing-masing berbeda bahan, tekstur, warna dan tebalnya. Perbedaan ini terutama di
sebabkan oleh karena perbedaan waktu pengendapan dan bahan yang diendapkannya.jika
bahan yang diendapkannya seragam maka ciri akan terlihat kurang jelas. Batuan endapan dari
bahan-bahan yang diendapkan dari hasil pecahan batuan yang telah ada sebelumnya. Proses
pelapukan batuan endapan dapat terjadi melalui gerakan bumi, seperti gempa bumi,
patahan,timbulan,bahkan lipatan, dan tekanan akibat temperartur, juga bisa diakibatkan oleh
tenaga mahkluk hidup saeperti akar dan hewan, maupun gaya kimia yang di sebabkan oleh
gaya kimia seperti CO2, O2 asam organik dan sebagainya.
Batuan sedimen terbentuk dari hasil pelapukan batuan beku atau batuan metamorf
yang mengalami proses transportasi dan terendapkan di suatu tempat, dan selalu terbentuk
lapisan-lapisan sedimen.
a) Sedimen Klastik
Sisa pelapukan dalam bentuk fragmen, kemudian mengalami transportasi dan terdeposisi.
b) Sedimen Kimia
Merupakan endapan dari ebntuk lapisan.
c) Sedimen Biogen
Terbentuk akibat kegiatan organism.
Jenis-jenis Batuan Sedimen:
1. Batuan Kapur dan Dolomit : kandungan Ca, Mg > 50%
2. Batu pasir : kandungan Pasir > 50%
3. Shale (Serpih), Clayshale/Claystone: kandungan liatnya banyak
4. Siltstone : kandungan debunya banyak.
c) Batuan Malihan (Metamorf)
Batuan malihan terbentuk dari batuan beku atau batuan endapan atau juga dapat
terbentuk dari batuan malihan lainnya yang mengalami proses perubahan susunan dan
sentuknya yang akibatkan oleh pengaruh panas, tekanan atau gaya kimia. Batuan malihan
adalah batuan yanga memiliki sipat - sipat akibat telah malihnya batuan semula baik batuan
beku maupun endapan. Yang di namakan proses malihan adalah jumlah proses yang bekerja
dalam zone pelapukan dan menyebabkan pengkristalan kembali bahan induk. Adapun sarat
tejadinya proses malihan yaitu di sebabkan oleh temperatur tinggi, tekanan kuat, dan waktu
lama.
Temperatur tinggi saling mempercepat reaksi kimia juga penting untuk dapat
melampaui temperatur mineralnya. Secara teori dapat di terapkan atom - atom yang
menyusun mineral setelah mencapai temperatur kritik amplitudo getarannya akan sedemikian
besarnya, sehingga atom - atom dapat bergerak lebih besar dan mampu bertukar tempat.
Temperatur yang tinggi juga dapat mempertinggi plasitisitas mineral. Sumber panasnya
berasal dari bagian dalam bumi, energi mekanik menghasilkan yang merupakan hasil proses
geologi dan magma yang meleleh.
Tekanan yang mempengaruhi proses malihan ada macam, yaitu tekanan hidrostastik
dan tekanan yang berarah berupa desakan. Yang tertama menyebabkan perubahan volume
dan menghasilkan stuktur butir yang tidak teratur, sedangkan desakan menyebabkan bentuk
dan menghasilkan struktur sejajar. Tekanan yuang seragam mempengaruhi keseimbangan
kimia dengan memacu pengeluaran volume dan pembentukan mioniral-mineral yang rapat
jenisnyalebih tinggi, sedangkan desakan mewujudkan berbagai pengaruh terhadap susunan
mineral batuan. Waktu yang lama lambat laun membentuk batuan malihan.
Batuan metamorf terbentuk pada kondisi suhu dan tekanan yang tinggi.
a) Orto-metamorf : Terbentuk dari batuan beku.
b) Para-metamorf : terbentuk dari batuan sedimen.
Jenis-jenis Batuan Metamorf:
1. Schist : Batuan metamorf berbentuk lembar-lembar halus, contohnya Schist Mika
2. Gneis : Batuan metamorf berbentuk lembar-lembar kasar, contohnya Granit Gneis
3. Kuarsit : Batuan metamorf yang terbentuk dari batu pasir
4. Marmer : Batuan metamorf yang terbentuk dari batu kapur karbonat.
Batuan beku dan batuan metamorf menduduki 95% lapisan bumi, tetapi hanya 25%
yang tampak di permukaan. Batuan sedimen hanya menduduki 5%, tetapi yang tampak di
permukaan bumu 75% dan mempunyai peranan penting dalam pembentukan tanah.
Daftar Pustaka
Hanafiah, Kemas Ali. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Madjid, A. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Kanisius.
Utomo, Dwiyono Hari. 2010. Geografi Tanah. Malang: UM Press.