You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanah yang digunakan dalam praktikum adalah bagian dari permukaan bumi
yang mengandung dan menopang kehidupan atau mampu sebagai media tumbuh
tanaman .
Batas atas tanah adalah udara atau air yang dangkal. Batas bawah tanah sulit
ditentukan atau sampai batuan di bawahnya.
Tanah berbentuk lapisan-lapisan diatas batuan terkonsolidasi sebagai akibat
interaksi dari bahan induk, iklim, makhluk hidup, topografi, dan pada periode waktu
tertentu. Walaupun batas bawah dari tanah tidak bias didefinisikan, tetapi batas bawah
tersxebut dapat ditandai dengan batas aktivitas biologi seperti batas perakaran, dan
kehidupan mikroba tanah. Jika aktivitas biologi lebih dari 200 cm, maka secara
konvensi batas terbawah tanah adalah 200 cm ( 2 meter ).

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi tanah?
2. Bagaimana proses pembentukan tanah?
3. Apa yang dimaksud bahan induk?
4. Apa saja faktor-faktor pembentuk bahan induk?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi tanah
2 Mengetahui proses pembentukan tanah
3 Mengetahui konsep bahan induk
4 Mengetahui faktor-faktor pembentuk bahan induk
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Tanah
Tanah (bahasa Yunani: pedon; bahasa Latin: solum) adalah bagian kerak bumi
yang tersusun dari mineral dan bahan organik. Tanah sangat vital peranannya bagi
semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan
menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar. Struktur tanah yang
berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernafas dan
tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme. Bagi sebagian
besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak.
Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme, membentuk
tubuh unik yang menutupi batuan. Proses pembentukan tanah dikenal sebagai
pedogenesis. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri
atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon tanah. Setiap horizon menceritakan
mengenai asal dan proses-proses fisika, kimia, dan biologi yang telah dilalui tubuh
tanah tersebut.
Hans Jenny (1899-1992), seorang pakar tanah asal Swis yang bekerja di
Amerika Serikat, menyebutkan bahwa tanah terbentuk dari bahan induk yang telah
mengalami modifikasi/pelapukan akibat dinamika faktor iklim, organisme (termasuk
manusia), dan relief permukaan bumi (topografi) seiring dengan berjalannya waktu.
Berdasarkan dinamika kelima faktor tersebut terbentuklah berbagai jenis tanah dan
dapat dilakukan klasifikasi tanah.
B. Pembentukan Tanah
Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme,
membentuk tubuh unik yang menutupi batuan. Proses pembentukan tanah
dikenal sebagai pedogenesis. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai
tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon tanah.
Setiap horizon menceritakan mengenai asal dan proses-proses fisika, kimia, dan
biologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut.
Hans Jenny (1899-1992), seorang pakar tanah asal Swis yang bekerja di
Amerika Serikat, menyebutkan bahwa tanah terbentuk dari bahan induk yang telah
mengalami modifikasi atau pelapukan akibat dinamika faktor iklim, organisme
(termasuk manusia), dan relief permukaan bumi (topografi) seiring dengan
berjalannya waktu. Berdasarkan dinamika kelima faktor tersebut terbentuklah
berbagai jenis tanah dan dapat dilakukan klasifikasi tanah.
Profil tanah adalah irisan vertikal tanah dari lapisan paling atas hingga ke
batuan induk tanah. Tanah yang telah mengalami perkembangan lanjut akan memiliki
horisonisasi yang lengkap, yaitu terdiri dari: (1) horison O, (2) horison A, (3) horison
Eluviasi, (4) horison B, (5) lapisan C, dan (6) bahan induk tanah (R). Harisonisasi
dalam profil tanah secara pemodelan disajikan dalam gambar berikut.
Pemodelan dari profil tanah dengan deferensiasi horison yang lengkap,
sebagai penciri tingkat perkembangan sistem tanah.
Pengertian dari beberapa istilah penamaan horison dalam profil tanah adalah sebagai
berikut:
1. Horison O adalah horison tanah yang tersusun dari serasah atau sisa-sisa tanaman
(Oi) dan bahan organik tanah (BOT) hasil dekomposisi serasah (Oa),
2. Horison A adalah horison yang tersusun dari bahan mineral berkandungan bahan
organik tinggi sehingga berwarna agak gelap.
3. Lapisan Eluviasi atau Horison Eluviasi adalah horison yang telah mengalami
proses eluviasi (pencucian) sangat intensif sehingga kadar bahan organik tanah,
liat silikat, Fe dan Al rendah tetapi kada pasir dan debu kuarsa (seskuoksida) serta
mineral resisten lainnya tinggi, sehingga berwarna agak terang.
4. Horison B adalah horison illuvial atau horison pengendapan sehingga terjadi
akumulasi dari bahan-bahan yang tercuci dari horison diatasnya.
5. Horison C adalah lapisan tanah yang bahan penyusunnya masih serupa dengan
batuan induk (R) atau belum terjadi perubahan.
6. Batuan induk tanah (R) merupakan bagian terdalam dari tanah dan masih berupa
batuan. Lapisan tanah atas (top soil) terdiri dari: (1) horison O, dan (2) horison A.
Lapisan tanah bawah (sub soil) terdiri dari: (1) horison E, dan (2) horison B.
Solum tanah meliputi: (1) lapisan tanah atas, dan (2) lapisan tanah bawah.

1. Faktor- Faktor Pembentukan Tanah


Dalam faktor pembentukan tanah dibedakan menjadi dua golongan yaitu,
faktor pembentukan tanah secara pasif dan aktif. Faktor pembentukan tanah secara
pasif adalah bagian-bagian yang menjadi sumber massa dan keadaan yang
mempengaruhi massa yang meliputi bahan induk, tofografi dan waktu atau umur.
Sedangkan faktor pembentukan tanah secara aktif ialah faktor yang menghasilkan
energi yang bekerja pada massa tanah, yaitu iklim, (hidrofer dan atmosfer) dan
makhkluk hidup (biosfer). Adapun pembentukan tanah di pengaruhi oleh lima
faktor yang bekerjasama dalam berbagai proses, baik reaksi fisik (disintregrasi)
maupun kimia (dekomposisi). Semula dianggap sebagai faktor pembentukan tanah
hanyalah bahan induk, iklim, dan makhluk hidup. Setelah diketahui bahwa tanah
berkembang terus, maka faktornya ditambah dengan waktu. Tofografi (relief)
yang mempengaruhi tata air dalam tanah dan erosi tanah juga merupakan faktor
pembentukan tanah.

2. Bahan Induk Tanah


Dalam proses pembentukan tanah juga terdapat bahan induk yang
menyusun pembentukan tanah, bahan induk tersebut bersumber dari batuan dan
bahan organik. Menurut Jenny (1941), bahan Induk adalah keadaan tanah pada
waktu nol (time zero) dari proses pembentukan tanah.
Bahan induk terdiri dari batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen
(endapan), dan batuan metamorf. Melalui proses pelapukan, batuan induk itu akan
hancur menjadi bahan induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan menjadi
tanah dalam waktu relatif lama.
Tanah yang terdapat di permukaan bumi sebagian memperlihatkan sifat
(terutama sifat kimia) yang sama dengan bahan induknya. Bahan induknya masih
terlihat misalnya tanah berstuktur pasir berasal dari bahan induk yang kandungan
pasirnya tinggi. Susunan kimia dan mineral bahan induk akan mempengaruhi
intensitas tingkat pelapukan dan vegetasi diatasnya. Bahan induk yang banyak
mengandung unsur Ca akan membentuk tanah dengan kadar ion Ca yang banyak
pula sehingga dapat menghindari pencucian asam silikat dan sebagian lagi dapat
membentuk tanah yang berwarna kelabu. Sebaliknya bahan induk yang kurang
kandungan kapurnya membentuk tanah yang warnanya lebih merah.
Pengaruh bahan induk tanah terhadap pembentukan tanah ditentukan oleh
sifat bahan induk, tekstur, komposisi mineral, dan tingkat kemantapan. Pengaruh
bahan induk tanah terhadap tanah:
- Menentukan kemajuan (existance) tanah dan rona bentang tanah
- Bahan induk yang tidak mantap
Misalnya endapan alluvial menghasilkan tanah yang pembentukannya tidak
didahului oleh prores pelapukan
- Bahan induk yang mantap
Misalnya granit perkembangan tanah selalu didahului dengan proses
pelapukan.
- Menentukan tekstur tanah yan terbentuk.
Misalnya: Bahan induk yang mengandung butir kuarsa berukuran pasir
umumnya menghasilkan tanah yang menpunyai tekstur yang berpasir
meskipun telah mengalami proses pelapukan yang hebat.
- Menentukan sifat tanah.
Misalnya : Bahan induk yang bersifat masam, menghasilkan tanah
yang mempunyai kandungan kalsium,magnesium, kalium, besi dan mangan
yang rendah, tetapi mempunyai cadangan silika yang tinggi. Sedangkan tanah
yang berkembang dari bahan induk basa, mempunyai banyak cadangan ion-
ion basa, dan tanah semacam ini umumnya lebih subur dibanding dengan
tanah yang berkembang dari bahan induk masam.

2.4 Komponen Utama Pembentuk Bahan Induk Tanah


2.4.1 Mineral
Bahan mineral tanah merupakan bahan anorganik tanah yang terdiri dari berbagai
ukuran, komposisi dan jenis mineral. Mineral tanah berasal dari hasil pelapukan batuan-
batuan yang menjadi bahan induk tanah. Pada mulanya batuan dari bahan induk tanah
mengalami proses pelapukan dan menghasilkan regolit. Pelapukan lebih lanjut menghasilkan
tanah dengan tektur masih kasar.
Mineral merupakan kumpulan dari kristal-kristal, sedangkan kristal adalah suatu
persenyawaan yang mempunyai bentuk tertentu sebagai hasil reaksi antara dua atau lebih
unsur-unsur kimia kulit bumi. Mineral dapat dibagi ke dalam 3 jenis:
1. Mineral primer
Merupakan sumber utama unsur kimia dan bahan pokok senyawa organik tanah. Mineral
primer ini menguasai fraksi kasar seperti pasir dan debu yang merupakan partikel tanah
dengan diameter 0,002-1,00 mm. Contoh: feldspar, amfibol, kuarsa, piroksin, dll
2. Mineral Assesoria
Merupakan campuran dari bermacam-macam mineral yang terdapat dalam jumlah kecil
dalam sistem mineralogi batuan. Mineral ini tahan terhadap pelapukan dan tergabung dalam
kuarsa di dalam partikel pasir. Contoh: apatit, rutil, pirit, zircon, dll
3. Mineral Sekunder
Mineral sekunder dibentuk dari mineral primer yang kurang tahan terhadap pelapukan dan
menguasai fraksi halus, seperti liat, dengan diameter < 0,002. Contoh: illit, mika, kaolinit, dll
Komposisi mineral merupakan sifat bahan induk yang paling penting, karena sifat ini
menentukan sifat fisik dan kimia tanah yang terbentuk.
Ukuran mineral tanah sangat beragam mulai dari ukuran sangat kasar sampai dengan
ukuran yang sangat halus seperti mineral liat. Mineral liat hanya dapat dilihat dengan bantuan
mikroskop elektron. Sifat mineral liat ditentukan dari:
0. Susunan kimia pembentuknya yang tetap dan tertentu, terutama berkaitan dengan
penempatan internal atom-atomnya,
2. Sifat fisiko-komia dengan batasan waktu tertentu, dan
3. Kecenderungan membentuk geometris tertentu.
Komposisi mineral dalam tanah sangat tergantung dari beberapa faktor sebagai
berikut:
a. Jenis batuan induk asalnya,
b. Proses-proses yang bekerja dalam pelapukan batuan tersebut, dan
c. Tingkat perkembangan tanah.
Bahan induk tanah mineral berasal dari berbagai jenis batuan induk, sehingga dalam
proses pelapukannya akan menghasilkan keragaman mineral tanah yang lebih tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat hubungan yang erat antara komposisi
mineral bahan induk dengan komposisi mineral batuannya. Sebagai contoh adalah tanah yang
terbentuk dari bahan induk yang berasal dari batuan basalt dan granit, akan memiliki
komposisi mineral tanah sebagai berikut:
1. Mineral kuarsa,
2. Mineral ortoklas,
3. Mineral mikroklin,
4. Mineral albit
5. Mineral oligoklas,
6. Mineral muskovit,
7. Mineral biotit.
Pada tanah-tanah yang mudah melapuk dan peka terhadap proses pencucian
(leaching), seperti tanah Podzol, ditemukan mineral yang didominasi hanya jenis mineral:
kuarsa dan ortoklas. Dominasi kedua mineral ini disebabkan karena kedua mineral ini relatif
lebih resisten terhadap pelapukan. Berbeda dengan tanah-tanah yang belum mengalami
pelapukan (kurang mengalami pelapukan), maka dalam tanah tersebut masih ditemukan
mineral tanah yang beragam dengan komposisi mineral tanah pada setiap lapisan yang
hampir seragam.
Berdasarkan keberadaan silikat dalam mineral tanah, maka mineral dalam tanah
dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu:
a. Kelompok mineral silikat
b. Kelompok mineral bukan silikat.

Kelompok Mineral Silikat:


Kelompok mineral silikat dibagi lagi menjadi 11 kelompok, yaitu:
1. Struktur Kristal Silikat Lempeng yang masuk kelompok Mineral Liat:
Beberapa mineral yang termasuk dalam mineral silikat dengan struktur kristal silikat lempeng
kelompok mineral liat adalah:
a. Mineral Liat Kaolinit {Si4Al4O10(OH)4}
b. Mineral Liat Vermikulit {AlMg5(OH)12(Al2Si6)}
c. Mineral Liat Klorit {AlMg5O20(OH)4}
d. Mineral Liat Montmorillonit
2. Struktur Kristal Silikat Lempeng yang masuk kelompok Mika:
Beberapa mineral yang termasuk dalam mineral silikat dengan struktur kristal silikat lempeng
kelompok mika adalah:
a. Mineral Muskovit {K2Al2Si6Al4O20(OH)4}
b. Mineral Biotit {K2Al2Si6(Fe++,Mg)6.O20(OH)4}
3. Struktur Kristal Silikat Lempeng yang masuk kelompok Serpentin:
Mineral yang termasuk dalam mineral silikat dengan struktur kristal silikat lempeng
kelompok serpentin adalah Mineral Serpentin {Mg3Si2O5(OH)4}
4. Struktur Kristal Silikat Kerangka Feldsfar:
Beberapa mineral yang termasuk dalam mineral silikat dengan struktur kristal silikat
kerangka feldsfar adalah:
a. Mineral Alkali Feldsfar {(Na,K)2O.Al2O3.6SiO2}
b. Mineral Plagioklas (Na2O.Al2O3.6SiO2)
5. Struktur Kristal Silikat Rantai Kelompok Piroksin:
Beberapa mineral yang termasuk dalam mineral silikat dengan struktur kristal silikat rantai
kelompok piroksin adalah:
a. Mineral Enstatit (MgO.SiO2)
b. Mineral Hipersten {(Mg,Fe)O.SiO2}
c. Mineral Diopsit (CaO.MgO.2SiO2)
d. Mineral Augit {CaO.2(Mg,Fe)O.(Al,Fe)2O3.3SiO2}
6. Struktur Kristal Silikat Rantai Kelompok Amfibol:
Beberapa mineral yang termasuk dalam mineral silikat dengan struktur kristal silikat rantai
kelompok amfibol adalah:
a. Mineral Hornblende {Ca3Na2(Mg,Fe)8(Al.Fe)4.Si14O44(OH)4}
b. Mineral Termolit {2CaO.5(Mg,Fe)O.8SiO2.H2O}
7. Struktur Kristal Silikat Kelompok Olivin:
Beberapa mineral yang termasuk dalam mineral silikat dengan struktur kristal silikat
kelompok olivin adalah:
a. Mineral Olivin {2(Mg,Fe)O.SiO2}
b. Mineral Titanit (CaO.SiO2.TiO2)
c. Mineral Tormalin (Na2O.8FeO.8Al2O3.4B2O3.16SiO2.5H2O)
d. Mineral Sirkon (ZrO2.SiO2)
8. Struktur Kristal Silikat Kelompok Garnet:
Mineral yang termasuk dalam mineral silikat dengan struktur kristal silikat kelompok garnet
adalah Mineral Almandit (Fe3Al2Si3O12)
9. Struktur Kristal Silikat Kelompok Epidol:
Beberapa mineral yang termasuk dalam mineral silikat dengan struktur kristal silikat
kelompok epidol adalah:
a. Mineral Soisit (4CaO.3Al2O3.6SiO2.H2O)
b. Mineral Klinosoisit (4CaO.3Al2O3.6SiO2.H2O)
c. Mineral Epidot (4CaO.3(Al,Fe)23.6SiO2.H2O)
10. Struktur Kristal Silikat Orto dan Cincin:
Beberapa mineral yang termasuk dalam mineral silikat kelompok struktur kristal silikat orto
dan cincin adalah:
a. Mineral Klanit (Al2O3.SiO2)
b. Mineral Silimanit (Al2O3.SiO2)
11. Struktur Kristal Silikat:
Mineral yang termasuk dalam mineral silikat kelompok struktur kristal silikat adalah Mineral
Andalusit (Al2O3.SiO2)

Kelompok Mineral Bukan Silikat:


Kelompok mineral bukan silikat dibagi lagi menjadi 6 kelompok, yaitu: (1) mineral
fosfat, (2) mineral karbonat, (3) mineral klorit, (4) mineral sulfat, (5) mineral hidroksida, dan
(6) mineral oksida. Contoh mineral tanah yang termasuk keenam kelompok mineral bukan
silikat ini disajikan sebagai berikut:
1. Mineral Fosfat:
Beberapa mineral yang termasuk dalam mineral bukan silikat kelompok mineral fosfat adalah
Mineral Apatit {Ca4(CaF)(PO4)3} atau {Ca4(CaCl)(PO4)3}
2. Mineral Karbonat:
Beberapa mineral yang termasuk dalam mineral bukan silikat kelompok mineral karbonat
adalah:
a. Mineral Kalsit (CaCO3)
b. Mineral Dolomit {(Ca, Mg)CO3}
3. Mineral Klorit:
Beberapa mineral yang termasuk dalam mineral bukan silikat kelompok mineral klorit adalah
Mineral Halit (NaCl)
4. Mineral Sulfat:
Beberapa mineral yang termasuk dalam mineral bukan silikat kelompok mineral sulfat
adalah:
a. Mineral Gipsum (CaSO4.2H2O)
b. Mineral Jarosit {KFe3(OH)6(SO4)2}
5. Mineral Hidroksida:
Beberapa mineral yang termasuk dalam mineral bukan silikat kelompok mineral hidoksida
adalah:
a. Mineral Gibsit {Al(OH)3}
b. Mineral Buhmit {Gamma Al.O(OH)}
c. Mineral Gutit {Alfa FeO.OH}
d. Mineral Lepidokrosit {Gamma FeO.OH}
6. Mineral Oksida:
Beberapa mineral yang termasuk dalam mineral bukan silikat kelompok mineral oksida
adalah:
a. Mineral Hematit (Fe2O3)
b. Mineral Ilmenit (FeO.TiO2)
c. Mineral Rutil (TiO2)
d. Mineral Anatase (TiO2)
e. Mineral Brokit (TiO2)
f. Mineral Magnetik (Fe3O4)
Bahan induk yang bersifat masam, menghasilkan tanah yang mempunyai kandungan
kalsium, magnesium, kalium, besi, dan mangan rendah tetapi mempunyai cadangan silika
yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh komposisi mineral batuan masam yang didominasi oleh
silika dan feldestal. Sebaliknya, tanah yang berkembang dari bahan induk basa mempunyai
cadangan ion-ion basa dan tanah semacam ini umumnya lebih subur dibanding dengan yang
berkembang dari bahan induk masam.
2.4.2 Batuan Induk
Batuan dapat didefinisikan sebagai bahan padat yang terjadi didalam membentuk
kerak bumi, batuan pada umumnya tersusun atas dua mineral atau lebih. Berdasarkan cara
terbentuknya batuan dapat dibedakan menjadi 3 jenis batuan, yaitu beku, batuan endapan dan
batuan malihan.
Batuan adalah material alam yang tersusun atas kumpulan (agregat) mineral baik yang
terkonsolidasi maupun yang tidak terkonsolidasi yang merupakan penyusun utama kerak
bumi serta terbentuk sebagai hasil proses alam. Batuan bisa mengandung satu atau beberapa
mineral. Sebagai contoh ada yang disebut sebagai monomineral rocks (batuan yang hanya
mengandung satu jenis mineral), misalnya marmer, yang hanya mengandung kalsit dalam
bentuk granular, kuarsit, yang hanya mengandung mineral kuarsa. Di samping itu di alam ini
paling banyak dijumpai batuan yang disebut polymineral rocks (batuan yang mengandung
lebih dari satu jenis mineral), seperti granit atau monzonit kuarsa yang mengandung mineral
kuarsa, feldspar, dan biotit.
Atas dasar cara terbentuknya, batuan dapat dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. batuan beku : sebagai hasil proses pembekuan atau kristalisasi magma
2. batuan sedimen : sebagai hasil proses sedimentasi
3. batuan metamorf : sebagai hasil proses metamorfisme

a) Batuan Beku
Batuan beku atau batuan vulkanik terbentuk oleh magma yang berasal dari letusan
gunung berapi, batuan beku atau batuan vulkanik terdiri dari meneral yang tinggi dan banyak
mengandung unsur hara tanaman. Di Indonesia batuan vulkanik memegang peranan yang
lebih penting, hal ini di sebabkan karena gunung berapi tersebar mana-mana, dan karena
letesan gunung berapi yang menghasilkan batuan vulkanik yang menyebabkan kesuburan
tanah. Selain atas dasar terjadinya batuan vulkanik juga dapat dibagi atas dasar kandungan
kadar SiO2 nya menjadi tiga golongan, yaitu, batuan asam yang berkadar Si O2 lebih dari
65%, batuan intermedier yang kadar Si o2 antar 52% s/d 65% dan batuan basis yang berkadar
Si O2 kurang dari 52%.
Batuan vulkanik di Indonesia kebanyakan termasuk basis, kemudian intermedier dan
yang paling sedikit batuan asam. Batuan asam biasanya berwarna lebih muda dari pada
batuan basis, batuan asam juga biasanya lebih banyak mengandung alkali dan Al, sedangkan
kadar unsur-unsur seperti Fe,Mg dan Ca lebih rendah, sehingga berat jenisnya juga lebih
kecil. Perbedaan lain adalah mengenai daya tahannya terhadap proses pelapukan, batuan
asam lebih tahan terhadap proses pelapukan karena warnanya kebih muda. Akibatnya tanah
yang berasal dari batuan asam tektunya lebih kasar daripada tanah yang berasal dari bari
batuan basis, maka dapat dikatakan tanah yang berasal dari batuan asam mempunyai
kandungan unsur hara yang sedikit dibandingkan dengan tanah yang berasal dari batuan
basis.
Karakteristik tekstur dan struktur pada batuan beku sangat dipengaruhi oleh waktu
dan energi kristalisasi. Apabila terdapat cukup energi dan waktu pembentukan kristal maka
akan terbentuk kristal berukuran besar, sedangkan bila energi pembentukan rendah akan
terbentuk kristal yang berukuran halus. Bila pendinginan berlangsung sangat cepat, maka
kristal tidak sempat terbentuk dan cairan magma akan membeku menjadi gelas. Proses ini
sangat identik dengan pembuatan gula pasir, di mana untuk membuat gula yang berukuran
kasar diperlukan waktu pendinginan relatif lebih lama dibandingkan gula yang berukuran
halus.
Jenis-jenis Batuan Beku:
Berdasarkan Tempat Pembekuan Magma, batuan beku dibedakan menjadi :
1. Batuan Beku Dalam (Flutonik)
Batuan beku yang proses pembekuannya terjadi secara lambat dan berasal dari magma cair
sehingga proses kristalisasi menghasilkan mineral dengan kristal kasar(Granitic).
2. Batuan Beku Gang (Intrusi)
Batuan beku yang proses pembekuannya terjadi di dalam lubang magma.
3. Batuan Beku Atas (Ekstrusi / Batuan Vulkanik)
Batuan beku luar yang proses pembekuannya terjadi dengan cepat di permukaan bumi; kristal
mineral yang terbentuk berukuran kecil(forfiritik atau basaltik)
Berdasarkan kandungan SiO2, batuan beku dibedakan menjadi:
1. Batuan Beku Masam : kandungan SiO2 tinggi > 65%
2. Batuan Beku Intermedier : kandungan SiO2 sedang > 55% s/d 65%
3. Batuan Beku Basa : kandungan SiO2 rendah < 55%

b) Batuan Endapan(Sedimen)
Batuan endapan terjadi karena proses pengendapan bahan yang diangkut oleh air atau
udara dalam waktu yang lama. Ciri untuk membedakan batuan endapan dan batuan lainnya
yaitu, batuan endapan biasanya berlapis, mengandung jasad (fosil) atau bekas-bekasnya dan
adanya keseragaman yangnyata dari bagian-bagian berbentuk bulat yang menyusun.
Adanya lapisan dalam batuan ini disebabkan karena timbunan lapisan pengendapan
yang masing-masing berbeda bahan, tekstur, warna dan tebalnya. Perbedaan ini terutama di
sebabkan oleh karena perbedaan waktu pengendapan dan bahan yang diendapkannya.jika
bahan yang diendapkannya seragam maka ciri akan terlihat kurang jelas. Batuan endapan dari
bahan-bahan yang diendapkan dari hasil pecahan batuan yang telah ada sebelumnya. Proses
pelapukan batuan endapan dapat terjadi melalui gerakan bumi, seperti gempa bumi,
patahan,timbulan,bahkan lipatan, dan tekanan akibat temperartur, juga bisa diakibatkan oleh
tenaga mahkluk hidup saeperti akar dan hewan, maupun gaya kimia yang di sebabkan oleh
gaya kimia seperti CO2, O2 asam organik dan sebagainya.
Batuan sedimen terbentuk dari hasil pelapukan batuan beku atau batuan metamorf
yang mengalami proses transportasi dan terendapkan di suatu tempat, dan selalu terbentuk
lapisan-lapisan sedimen.
a) Sedimen Klastik
Sisa pelapukan dalam bentuk fragmen, kemudian mengalami transportasi dan terdeposisi.
b) Sedimen Kimia
Merupakan endapan dari ebntuk lapisan.
c) Sedimen Biogen
Terbentuk akibat kegiatan organism.
Jenis-jenis Batuan Sedimen:
1. Batuan Kapur dan Dolomit : kandungan Ca, Mg > 50%
2. Batu pasir : kandungan Pasir > 50%
3. Shale (Serpih), Clayshale/Claystone: kandungan liatnya banyak
4. Siltstone : kandungan debunya banyak.
c) Batuan Malihan (Metamorf)
Batuan malihan terbentuk dari batuan beku atau batuan endapan atau juga dapat
terbentuk dari batuan malihan lainnya yang mengalami proses perubahan susunan dan
sentuknya yang akibatkan oleh pengaruh panas, tekanan atau gaya kimia. Batuan malihan
adalah batuan yanga memiliki sipat - sipat akibat telah malihnya batuan semula baik batuan
beku maupun endapan. Yang di namakan proses malihan adalah jumlah proses yang bekerja
dalam zone pelapukan dan menyebabkan pengkristalan kembali bahan induk. Adapun sarat
tejadinya proses malihan yaitu di sebabkan oleh temperatur tinggi, tekanan kuat, dan waktu
lama.
Temperatur tinggi saling mempercepat reaksi kimia juga penting untuk dapat
melampaui temperatur mineralnya. Secara teori dapat di terapkan atom - atom yang
menyusun mineral setelah mencapai temperatur kritik amplitudo getarannya akan sedemikian
besarnya, sehingga atom - atom dapat bergerak lebih besar dan mampu bertukar tempat.
Temperatur yang tinggi juga dapat mempertinggi plasitisitas mineral. Sumber panasnya
berasal dari bagian dalam bumi, energi mekanik menghasilkan yang merupakan hasil proses
geologi dan magma yang meleleh.
Tekanan yang mempengaruhi proses malihan ada macam, yaitu tekanan hidrostastik
dan tekanan yang berarah berupa desakan. Yang tertama menyebabkan perubahan volume
dan menghasilkan stuktur butir yang tidak teratur, sedangkan desakan menyebabkan bentuk
dan menghasilkan struktur sejajar. Tekanan yuang seragam mempengaruhi keseimbangan
kimia dengan memacu pengeluaran volume dan pembentukan mioniral-mineral yang rapat
jenisnyalebih tinggi, sedangkan desakan mewujudkan berbagai pengaruh terhadap susunan
mineral batuan. Waktu yang lama lambat laun membentuk batuan malihan.
Batuan metamorf terbentuk pada kondisi suhu dan tekanan yang tinggi.
a) Orto-metamorf : Terbentuk dari batuan beku.
b) Para-metamorf : terbentuk dari batuan sedimen.
Jenis-jenis Batuan Metamorf:
1. Schist : Batuan metamorf berbentuk lembar-lembar halus, contohnya Schist Mika
2. Gneis : Batuan metamorf berbentuk lembar-lembar kasar, contohnya Granit Gneis
3. Kuarsit : Batuan metamorf yang terbentuk dari batu pasir
4. Marmer : Batuan metamorf yang terbentuk dari batu kapur karbonat.
Batuan beku dan batuan metamorf menduduki 95% lapisan bumi, tetapi hanya 25%
yang tampak di permukaan. Batuan sedimen hanya menduduki 5%, tetapi yang tampak di
permukaan bumu 75% dan mempunyai peranan penting dalam pembentukan tanah.

2.4.3 Bahan Organik


Organik adalah salah satu bahan induk yang berasal dari proses akumulasi
penimbunan hutan rawa / vegetasi rawa. Tanah yang terbentuk disebut: Tanah Organik,
Tanah Gambut, Histosol.
Bahan organik tanah merupakan penimbunan sisa tumbuhan dan hewan. Bahan ini
merupakan sisa yang dinamis mengalami pelapukan oleh jasad-jasad renik tanah atau
organisme tanah. Karena itu bahan ini merupakan bahan transisi tanah dan harus terus-
menerus diperbaharui dengan penambahan sisa tumbuhan atau bahan organik lainnya. Bahan
organik yang dikandung tanah hanya sedikit 3-5% dari berat tanah dalam top soil tanah
mineral yang mewakili, akan tetapi pengaruhnya terhadap sifat tanah dan kehidupan tanaman
jauh lebih besar.
Pengaruhnya antara lain:
a. Sebagai pembentuk butir atau granulator dari butir-butir tanah dan memperbaiki struktur
tanah sehingga produktif.
b. Sumber pokok unsur P, N, dan S serta unsur mikro.
c. Mendorong peningkatan daya penahan tanah dan mempertinggi jumlah air yang tersedia
bagi kehidupan tanaman.
d. Sumber tenaga bagi kegiatan mikroorganisme.

Sumber Bahan Organik:


1. Sumber Primer, yaitu jaringan organic tanaman (flora) yang dapat berupa daun, ranting dan
cabang, batang, buah, dan akar.
2. Sumber Sekunder, yaitu jaringan organic fauna yang dapat berupa kotoran dan mikrofauna.
3. Sumber lain dari luar, yaitu pemberian pupuk berupa pupuk kandang, pupuk hijau, pupuk
bokasi (kompos), dan pupuk hayati.
Bahan organik berperan terhadap kesuburan tanah dan pada ketahanan agregat tanah.
Bahan organik juga mempunyai pengaruh terhadap warna tanah yang menjadikan warna
tanah coklat kehitaman serta terhadap ketersediaan hara dalam tanah.
Tumbuhan menjadi sumber utama bagi bahan organik, pada keadaan alami tumbuhan
menyediakan bahan organik yang sangat besar, akibat pencernaan oleh mikroorganisme
bahan organik tercampur tercampur dalam tanah secara proses imfiltasi. Beberapa bentuk
kehidupan seperti cacing, rayap, dan semut berperan penting dalam pengangkutan tanah.
Faktor yang mempengaruhi bahan organik tanah yaitu, kedalaman tanah yang
menetukan kadar bahan bahan organik yang ditentukan pada kedalaman 20 cm dan makin
kebawah makin berkurang, faktor iklim menyebabkan bilamana semakin rendahnya susu
maka makin tinggi pula bahan organik yang terkandung dalam tanah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tanah (bahasa Yunani: pedon; bahasa Latin: solum) adalah bagian kerak bumi yang
tersusun dari mineral dan bahan organik. Tanah sangat vital peranannya bagi semua
kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara
dan air sekaligus sebagai penopang akar. Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan
bantuan organisme, membentuk tubuh unik yang menutupi batuan. Proses pembentukan
tanah dikenal sebagai pedogenesis.
Dalam proses pembentukan tanah, terdapat bahan induk yang menyusun pembentukan
tanah, bahan induk tersebut bersumber dari batuan dan bahan organik. Bahan induk terdiri
dari batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen (endapan), dan batuan metamorf. Batuan
induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian akan mengalami pelapukan dan
menjadi tanah. Komponen bahan induk terdiri dari bahan organik, batuan, dan bahan mineral.
Pengaruh bahan induk tanah terhadap tanah:
- Menentukan kemajuan (existance) tanah dan rona bentang tanah
- Bahan induk yang tidak mantap
- Bahan induk yang mantap
- Menentukan tekstur tanah yang terbentuk.
- Menentukan sifat tanah.
Bahan induk yang bersifat masam, menghasilkan tanah yang mempunyai kandungan
kalsium, magnesium, kalium, besi, dan mangan rendah tetapi mempunyai cadangan silika
yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh komposisi mineral batuan masam yang didominasi oleh
silika dan feldestal. Sebaliknya, tanah yang berkembang dari bahan induk basa mempunyai
cadangan ion-ion basa dan tanah semacam ini umumnya lebih subur dibanding dengan yang
berkembang dari bahan induk masam.
3.2 Saran
Makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu penulis memohon saran dan kritik
dari pembaca demi perbaikan makalah yang akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat
bagi pambaca.

Daftar Pustaka
Hanafiah, Kemas Ali. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Madjid, A. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Kanisius.
Utomo, Dwiyono Hari. 2010. Geografi Tanah. Malang: UM Press.

You might also like