Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Dalam menentukan dosis obat suatu individu, seringkali
perhatian khusus perlu diberikan, sehubungan dengan kemam- Cl r = Q r x Er (volume/unit waktu), sedangkan E r adalah
puan tubuh individu untuk mengeliminasi obat yang diberikan. selisih kadar obat dalam plasma arteri dan vena per kadar
Ini dapat dijumpai misalnya pada individu dengan usia lanjut, obat dalam plasma arteri, atau
bayi, kelainan fungsi alat-alat eliminasi, atau karena terjadi
interaksi dengan obat lain sehingga eliminasinya terhambat l-2
Untuk mengetahui kemampuan tubuh mengeliminasi obat
tertentu, pengukuran parameter -parameter kinetika eliminasi
Dapat dikatakan pula, sebenarnya nilai klirens ginjal tersebut
merupakan metoda yang telah banyak dikenal dan diperguna-
kan. Pengukuran parameter - parameter ini meliputi kecepatan merupakan tetapan yang menggambarkan hubungan antara
eliminasi (kel), waktu paro biologik (t0,5) dan klirens tubuh kecepatan ekskresi obat pada waktu t (= dAe/dt) dengan
total (Cl) yang memerlukan pengambilan sampel darah secara konsentrasi obat dalam plasma Dada waktu t (= C). atau
serial selama waktu tertentu. Tentu saja ini merupakan metode
yang rumit dan kurang menyenangkan bagi pasien.
Untuk obat-obat tertentu, terutama yang mengalami
eliminasi dengan cara ekskresi melalui ginjal, dengan meng- Perlu diperhatikan bahwa sebenarnya klirens ginjal merupakan
ukur nilai klirens ginjal kita telah mendapatkan gambaran hasil dari proses -proses filtrasi glomeruler dan sekresi maupun
kemampuan tubuh untuk mengeliminasi obat tersebut. Ini reabsorpsi di sepanjang tubuli renis.
berdasarkan asumsi bahwa : Banyak manfaat yang dapat diambil dari pengukuran kadar
obat dalam urin. Keterbatasan kemampuan ekskresi ginjal
Cl total suatu obat misalnya, dapat diketahui dari nilai klirens ginjal
= Cl renal + Cl nonrenal
yang terukur setelah pemberian dosis bertingkat. Manfaat
Apabila ekskresi ginjal merupakan cara eliminasi utama untuk yang sangat besar dalam hubungannya dengan terapi obat itu
suatu obat, maka : untuk mengetahui kemampuan tubuh mengeliminasi obat
Cl total = Cl renal yang diberikan, bila obat tersebut dieliminasi terutama dengan
ekskresi ginjal. Untuk obat-obat ini, perubahan kemampuan
Klirens ginjal suatu obat didefinisikan sebagai volume ekskresi ginjal akan memberikan akibat yang nyata pada efek
darah yang dapat dibersihkan dari obat tersebut oleh ginjal farmakologiknya. Selain itu, pengukuran klirens ginjal juga
per satuan waktu, sehingga sebenarnya nilai klirens ginjal ini bermanfaat untuk kepentingan monitoring terapi obat, ter-
merupakan suatu ukuran yang menggambarkan kemampuan utama pada keadaan-keadaan dimana overdosis perlu dicurigai,
ginjal untuk membersihkan obat dari tubuh. Secara lebih se- mengingat :
derhana klirens ginjal dapat didefinisikan, dalam hubungan-
nya dengan pembuangan obat melalui ginjal, sebagai hasil
dari kecepatan aliran darah ginjal (Q r ) dan extraction ratio
ginjal (E r ); dimana t0,5 adalah waktu paro obat, kel adalah tetapan ke-
cepatan eliminasi, dan k r adalah tetapan kecepatan ekskresi
Disajikan pada Seminar Berkala I Ikatan Ahli Farmakologi dan Simpo-
sium Farmakokinetla Klinik - Yogyakarta, 3 - 4 Desember 1984.
Cermin Dunia Kedokteran No. 37 1985 21
ginjal.
Sekresi aktif
Selain hal di atas, untuk obat-obat yang eliminasi utama-
nya adalah ekskresi ginjal ini, pengukuran jumlah obat dalam Filtrasi berlangsung terus. Sekresi dapat diketahui bila
urin dapat memberikan gambaran kemampuan absorpsinya ternyata kecepatan ekskresi melebihi kecepatan filtrasi obat.
tanpa harus memberikan obat secara intravenosa. Mengingat persamaan :
MEKANISME EKSKRESI
Ekskresi obat melalui ginjal dipengaruhi oleh sifat-sifat
fisiko-kimia obat, ikatan dengan protein plasma dan faal sehingga
ginjal. Nefron merupakan unit utama fungsi ginjal, terdiri atas
glomerulus, tubulus proksimalis, ansa Henle, tubulus distalis
dan duktus kolektikus. Glomerulus menyaring darah dan maka terlihat, apabila nilai klirens ginjal ternyata melebihi
filtrat mengalir ke tubulus. Hampir semua air dari filtrat klirens yang disebabkan filtrasi, tentu terjadi pula sekresi.
direabsorpsi, dan hanya 12 ml/menit saja yang menjadi Mungkin pula terjadi reabsorpsi, namun lebih kecil daripada
urin. Sementara itu terjadi pula sekresi dan reabsorpsi di se- sekresinya.
panjang tubuli proksimalis dan distalis.
Jumlah obat yang diekskresi ke dalam urin merupakan Reabsorpsi
hasil filtrasi, sekresi dan reabsorpsi. Filtrasi dan sekresi mem- Reabsorpsi diduga pasti terjadi, apabila klirens ginjal yang
perbesar jumlah obat, sedangkan reabsorpsi mengurangi. terukur ternyata nilainya lebih kecil daripada klirens yang
Dengan kata lain : disebabkan filtrasi glomeruler (yang ditunjukkan dengan nilai
klirens kreatinin). Mungkin pula berlangsung sekresi aktif,
namun besarnya tidak melebihi reabsorpsi. Reabsorpsi dapat
bervariasi dari nol sampai sempurna. Reabsorpsi aktif terjadi
Filtrasi giomeruler pada beberapa senyawa endogen misalnya vitamin -vitamin,
Kira-kira 25% volume semenit jantung, yaitu 1,2 1,5 liter elektrolit, glukosa dan asam-asam amino, namun untuk ke-
darah permenit, mengalir ke ginjal. Sepuluh persen dari jumlah banyakan obat reabsorpsi berlangsung secara pasif. Derajat
tersebut difiltrasi di glomerulus. Hanya obat dalam bentuk reabsorpsi tergantung pada sifat-sifat obat, misalnya polaritas,
bebas yang terfiltrasi. Molekul obat yang terikat pada makro- derajat ionisasi dan berat molekulnya. Obat-obat yang sangat
molekul atau sel-sel darah tak dapat melalui membran glo- lipofilik akan mengalami reabsorpsi sempurna. Reabsorpsi di-
meruler. Dengan demikian filtrat mengandung obat dengan pengaruhi pula oleh faktor - faktor fisiologik seperti misalnya
kadar yang identik dengan kadarnya di cairan plasma, yaitu pH dan kecepatan pembentukan urin.
fraksi obat yang bebas (= Cb). PENGUKURAN KLIRENS GINJAL
Kecepatan filtrasi pada orang dewasa normal adalah sebesar
kira-kira 125 ml/menit, dan disebut sebagai kecepatan filtrasi Untuk mengukur klirens ginjal suatu obat, dikenal dua
glomeruler atau GFR (glomenilar filtration rate), sehingga : metode dengan kelebihan dan kelemahan masing - masing.
Dasar ke dua metode ini adalah pengertian yang telah dijelas-
kan di muka, hahwa :
KEPUSTAKAAN
Gambar 7. Nilai klirens ginjal sulfametazin setelah pemberian
1. Breimer DD & Danhof M. Interindividual differences in pharma- per oral dosis 500 mg dan 1000 mg. (dari : Suryawati & Santoso,
cokinetics and drug metabolism. Dalam: Breimer DD (ed.). Towards 1985 a).