You are on page 1of 10

Malaria: Epidemiologi dan Diagnosis

Lukman Hakim1

Malaria: Epidemiology and Diagnostic


Abstract. Malaria is an infectious disease caused by Plasmodium spp, are naturally trans-
mitted by the mosquito Anopheles spp. Malaria transmission occurs because of interaction
between the agent, the definitive host and intermediate hosts (humans). Therefore, the trans-
mission of malaria is influenced by the presence and fluctuations in vector populations (i.e
transmitting mosquito Anopheles spp).
Malaria diagnosis consists of clinical diagnosis and diagnosis based on laboratory examina-
tion. Clinical diagnosis or clinical malaria diagnosis was presumptive diagnosis of malaria
based on clinical examination of patients with symptoms include fever (periodical), heat,
level of consciousness, dizziness, etc. as well as specific local typical symptoms. Experiences
of medical personnel who perform precise diagnosis will determine whether or not the diag-
nosis, so that clinical diagnosis cannot be the main reference in the treatment of malaria be-
cause of high error rates.

rentan terhadap penyakit dan kematian


PENDAHULUAN akibat malaria; dengan jumlah negara
endemis malaria pada tahuin 2004 seba-
Malaria adalah penyakit yang
nyak 107 negara.3
disebabkan oleh parasit Plasmodium dan
ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Di Indonesia yang merupakan nega-
Secara global, penyebarannya sangat luas ra tropis, malaria tetap menjadi salah satu
yaitu di wilayah antara garis bujur 60 di penyakit menular utama khususnya di
utara dan 40 di selatan, meliputi lebih beberapa wilayah yang dinyatakan masih
dari 100 negara beriklim tropis dan sub endemis terutama di luar Pulau Jawa. Hal
tropis. Penduduk yang berisiko terkena ini disebabkan karena malaria masih
malaria berjumlah sckitar 2,3 miliar atau merupakan penyakit menular yang dapat
41% dari penduduk dunia.1 Setiap tahun menyebabkan kematian pada kelompok
jumlah kasus malaria berjumlah 300-500 berrisiko tinggi yaitu bayi, balita, dan ibu
juta dan mengakibatkan 1,5 s/d 2,7 juta hamil dan secara langsung dapat
kematian, terutama di Afrika sub Sahara. menurunkan produktivitas kerja. Pada
Asia Selatan dan Asia Tenggara serta tahun 2006 terdapat sekitar 2 juta kasus
Amerika Tengah. Wilayah yang kini su- malaria klinis, sedangkan tahun 2007
dah bebas malaria adalah Eropa, Ameri- menjadi 1,75 juta kasus. Jumlah pen-
ka Utara, sebagian besar Timur Tengah, derita positif malaria (hasil pemeriksaan
sebagian besar Karibia, sebagian Ameri- mikroskop positif terdapat kuman malar-
ka Selatan. Australia dan Cina.2 ia) tahun 2006 sekitar 350 ribu kasus,
dan pada tahun 2007 sekitar 311 ribu ka-
Laporan WHO tahun 2005 me-
sus.4
nyebutkan, di seluruh dunia jumlah kasus
baru malaria berkisar 300-500 juta orang
dengan kematian 2,7 juta orang/tahun, EPIDEMIOLOGI MALARIA
sebagian besar anak-anak di bawah lima
Secara alamiah, penularan malaria
tahun yang merupakan kelompok paling
terjadi karena adanya interaksi antara
1. Loka Litbang P2B2 Ciamis, Badan Litbangkes agent (parasit Plasmodium spp), host de-
*email: lukman@litbang,depkes.go.id

107
Aspirator Vol. 3 No. 2 Tahun 2011 : 107-116

Source : Roll Back Malaria, WHO

Gambar 1. Peta distribusi penderita malaria global

finitive (nyamuk Anopheles spp) dan host plasenta dari ibu hamil ke bayi yang
intermediate (manusia). Karena itu, penu- dikandungnya.
laran malaria dipengaruhi oleh
keberadaan dan fluktuasi populasi vektor Kejadian luar biasa (KLB) ditandai
(penular yaitu nyamuk Anopheles spp), dengan peningkatan kasus yang disebab-
yang salah satunya dipengaruhi oleh in- kan adanya peningkatan populasi vektor
tensitas curah hujan, serta sumber parasit sehingga transmisi malaria meningkat
Plasmodium spp. atau penderita5 di dam jumlah kesakitan malaria juga me-
samping adanya host yang rentan.6 Sum- ningkat. Sebelum peningkatan populasi
ber parasit Plasmodium spp. adalah host vektor, selalu didahului perubahan ling-
yang menjadi penderita positif malaria7 kungan yang berkaitan dengan tempat
Tapi di daerah endemis malaria tinggi, perindukan potensial seperti luas per-
seringkali gejala klinis pada penderita airan, flora serta karakteristik lingkungan
tidak muncul (tidak ada gejala klinis) yang mengakibatkan meningkatnya
meskipun parasit terus hidup di dalam kepadatan larva. Untuk mencegah
tubuhnya. Ini disebabkan adanya peru- KLB malaria, maka peningkatan
bahan tingkat resistensi manusia terhadap vektor perlu diketahui melalui
parasit malaria sebagai akibat tingginya pengamatan yang terus menerus
frekuensi kontak dengan parasit, bahkan (surveilans). 4
di beberapa negara terjadinya kekebalan Ketika parasit dalam bentuk
ada yang diturunkan melalui mutasi ge- sporozoit masuk ke dalam tubuh
netik.8 Keadaan ini akan mengakibatkan manusia melalui gigitan nyamuk
penderita carrier (pembawa penyakit) Anopheles spp, kurang lebih dalam
atau penderita malaria tanpa gejala klinis waktu 30 menit akan sampai ke
(asymptomatic), setiap saat bisa menular- dalam sel hati. Selanjutnya akan
kan parasit kepada orang lain, sehingga melakukan siklus dalam sel hati
kasus baru bahkan kejadian luar biasa dengan berubah dari sporozoit
(KLB) malaria bisa terjadi pada waktu menjadi schizon hati muda,
yang tidak terduga.7 Selain penularan kemudian tua dan matang. Selan-
secara alamiah, malaria juga bisa ditular- jutnya schizon hati yang matang
kan melalui transfusi darah atau trans-

108
Malaria : ......(Lukman Hakim.)

akan melepaskan merozoit untuk Kemudian diketahui oleh Ross pa-


masuk ke dalam sistem sirkulasi. 2 da tahun 1897 bahwa malaria
ditularkan oleh nyamuk yang ban-
Komponen epidemiologi ma- yak terdapat di rawa -rawa 6 .
laria terdiri dari (1). agent malaria
adalah parasit Plasmodium spp, (2). Secara keseluruhan Plasmodium
host malaria, ada dua jenis yaitu terdiri dari 12 sub genera. Dari
manusia sebagai host intermediate kedua belas sub genera tersebut,
atau sementara karena tidak ter- hanya tiga sub genera yang men-
jadi pembiakan seksual dan nya- jadi parasit pada mamalia termasuk
muk sebagai host definitive atau manusia yaitu sub genera Plasmodi-
tetap karena terjadi pembiakan um, sub genera Laverinia, dan sub
seksual dan (3). lingkungan yaitu genera Vinckeria. Lima sub genera
yang berpengaruh terhadap ke- menjadi parasit pada reptilia dan empat
hidupan manusia dan nyamuk sub genera lagi hidup pada burung
vektor malaria. (Aves).
1.Agent atau parasit Plasmodium yang menjadi parasit
pada manusia yaitu sub genera Plasmo-
Parasit adalah suatu istilah dium terdiri dari spesies P. vivax, P.
yang diberikan kepada mahluk ovale, dan P. malariae. Sub genera
hidup baik tumbuhan atau bi- Laverinia terdiri dari spesies P. falcipa-
natang yang menumpang pada rum. Sedangkan dari sub genera
mahluk hidup lain (induk semang) Vinckeria terdiri dari spesies P.
dan dalam kehidupannya meru- reichenowi, P. schwetzi , dan P.
gikan induk semangnya tersebut. rhodaini tidak menjadi parasit pada
Untuk hidup dan berkembang biak manusia tapi pada mamalia lain.
parasit ini mengambil makanan
dari dalam tubuh induk se- Di Indonesia, spesies Plasmodium
mangnya, sehingga induk se- yang hidup pada manusia yang dominan
mangnya mengalami gangguan adalah P. falciparum dan P. vivax.
bahkan bisa menimbulkan ke- Sedangkan P. ovale dan P. malariae
matian. biasanya ditemukan di wilayah Indonesia
bagian Timur.
Parasit malaria adalah Plasmo-
dium spp. yaitu binatang bersel sa- Sebagaimana makhluk hidup
tu (protozoa) yang termasuk genus lainnya, Plasmodium spp. juga
Plasmodia, famili Plasmodiidae melakukan proses kehidupan yang meli-
dari ordo Coccidiidae. 8 puti metabolisma (pertukaran zat), per-
tumbuhan, pergerak- kan, berkembang
Dalam tubuh manusia, untuk biak dan mempunyai reaksi terhadap
kelangsungan hidupnya Plasmodium rangsangan. Dalam berkembang biak,
memakan sel darah merah (SDM) Plasmodium spp. Mempunyai dua cara
tempat ia hidup sehingga induk yaitu :
semangnya (penderita) mengalami
anemia dan gangguan lainnya. a. Pembiakan seksual.
Pembiakan ini terjadi di dalam tubuh
Plasmodium sebagai parasit ma- nyamuk melalui proses sporogoni. Bila
laria baru ditemukan pada abad ke mikrogametosit (sel jantan) dan
19, ketika Laveran melihat makrogametosit (sel betina) terhisap
"bentuk pisang" dalam darah oleh vektor bersama darah penderita,
seorang penderita malaria.

109
Aspirator Vol. 3 No. 2 Tahun 2011 : 107-116

maka proses perkawinan antara kedua lam proses pembentukan sel


sel kelamin itu akan terjadi. Dari proses kelamin.
ini akan terbentuk zigot yang kemudi-
an akan berubah menjadi ookinet dan Karena dalam setiap stadium
selanjutnya menjadi ookista. Terakhir terjadi proses, maka morfologi
ookista pecah dan membentuk spo- parasit juga mengalami perubahan.
rozoit yang tinggal dalam kelenjar Dengan demikian, maka dalam sta-
ludah vektor. Perubahan dari mikro- dium itu sendiri terdapat tingkatan
gametosit dan makrogametosit umur yaitu tropozoit muda, tropozoit
sampai menjadi sporozoit di dalam setengah dewasa, tropozoit dewasa,
kelenjar ludah vektor disebut masa tu- sizon muda, schizon tua, schizon ma-
nas ekstrinsik atau siklus sporogo- tang, gametosit muda, gametosit tua,
ni. dan gametosit matang.
Jumlah sporokista pada setiap ooki- Jumlah merozoit dan schizon
sta dan lamanya siklus sporogoni, yang dihasilkan oleh satu sel sporo-
pada masing-masing spesies Plasmo- zoit, tidak asama pada masing-
dium adalah berbeda. Jumlah sporo- masing spesies Plasmodium. Jumlah
zoit P. vivax dalam ookista adalah merozoit P. falciparum di dalam satu
30-40 butir dan siklus sporogoni sel sizon dewasa sebanyak 32 dan lama
selama 8-9 hari; sporozoit P. falci- siklusnya 24 jam; artinya reproduksi ting-
parum adalah 10 -12 butir dan si- gi dan cepat sehingga kepadatan tropo-
klus sporogoni selama 10 hari, P. zoit pada darah sangat tinggi. Jumlah
malariae adalah 6-8 butir dan si- merozoit P. vivax dan P. ovale
klus sporogoni selama 26-28 hari. sebanyak 16 dan lama siklusnya 48 jam,
b. Pembiakan aseksual artinya reproduksi rendah dan lebih lam-
Pembiakan aseksual terjadi di bat sehingga kepadatan tropozoit pada
dalam tubuh manusia melalui darah sering rendah. Sedangkan jumlah
proses schizogoni yang terjadi me- merozoit P. malariae sebanyak 8 dan
lalui proses pembelahan sel lama siklusnya 72 jam, artinya reproduksi
secara ganda. Inti tropozoit dewasa lebih rendah dan lebih lambat. Ini mung-
membelah menjadi 2, 4, 8, dan kin yang menjadi penyebab jarangnya
seterusnya sampai batas tertentu spesies ini ditemukan.
tergantung pada spesies Plasmodi-
umnya. Bila pembelahan inti telah Karena perbedaan proses perkem-
selesai, sitoplasma sel induk bangan, maka masa tunas atau pre paten
dibagi-bagi kepada setiap inti atau masa inkubasi Plasmodium di da-
dan terjadilah sel baru yang dise- lam tubuh manusia (intrinsik) masing-
but merozoit. masing spesies lamanya berbeda. P. fal-
ciparum selama 9-14 hari, P. vivax
Dengan adanya proses -proses selama 12-17 hari, dan P. malariae 18
pertumbuhan dan pembiakan asek- hari.
sual di dalam sel darah merah
manusia, maka dikenal ada tiga 2. Vektor malaria
tingkatan (stadium) Plasmodium yai- Adalah serangga atau nyamuk yang
tu (1). stadium tropozoit, Plasmodium termasuk Anopheles spp yang menular-
ada dalam proses pertumbuhan, kan malaria, ilmu yang mempelajarinya
(2). stadium schizon, Plasmodium ada adalah entomologi malaria.
dalam proses pembiakan, (3). sta-
dium gametosit, Plasmodium ada da- Tidak semua spesies Anopheles
menjadi vektor penyakit malaria, karena

110
Malaria : ......(Lukman Hakim.)

dipengaruhi oleh lamanya berkembang halus seperti jarum. Dalam pertum-


parasit Plasmodium dalam tubuh nya- buhannya, jentik nyamuk mengalami
muk (inkubasi ekstrinsik) yaitu periode pelepasan kulit sebanyak empat kali
mulai nyamuk mengisap gamet pada (maka dikenal Stadium I sampai IV).
darah manusia, kemudian berkembang Waktu yang diperlukan untuk pertum-
menjadi sporozoit yang berkumpul da- buhan jentik antara 8-10 hari tergan-
lam kelenjar ludah nyamuk untuk siapt tung pada suhu, keadaan makanan
ditularkan kepadalam tubuh manusia. serta spesies.
Inkubasi ekstrinsik ini membutuhkan
waktu lebih dari 2 minggu tergantung Dari jentik akan tumbuh menjadi
dari spesies Plasmodium. Spesies kepompong (pupa) yang merupakan
Anopheles yang menjadi vektor malar- stadium istirahat dan tidak makan.
ia adalah apabila anggota populasi beru- Pada tingkatan ini akan dibentuk alat-
mur cukup panjang, kontak dengan alat tubuh nyamuk dewasa serta alat
manusia cukup tinggi, dan merupakan kelamin. Tingkatan kepompong ini
jenis yang dominan di lokasi yang ber- memakan waktu sampai dua hari.
sangkutan. Setelah itu nyamuk akan menjadi de-
wasa untuk hidup di darat dan udara.
Di Indonesia dijumpai lebih dari 90
spesies Anopheles spp. dan yang telah b) Bionomik nyamuk Anopheles
diketahui menjadi vektor adalah Bionomik nyamuk meliputi
sebanyak 18 spesies. Yang paling dikenal pengertian tentang perilaku,
adalah An. sundaicus, An. barbiros- perkembangbiakan, umur popu-
tris, An. maculatus dan An. aconi- lasi, penyebaran, fluktuasi
tus. musiman, serta faktor -faktor
a) Siklus hidup nyamuk lingkungan yang
mempengaruhinya, seperti ling-
Dalam hidupnya, nyamuk mengalami kungan fisik (musim, kelemba-
dua tingkatan kehidupan, yaitu ting- ban, angin, matahari, arus air).
katan dalam air dan tingkatan di luar Lingkungan kimiawi (kadar
air yaitu di darat dan udara. garam, pH) dan lingkungan bi-
ologik (tumbuhan bakau, gang-
Tingkatan dalam air dimulai dari telur gang, vegetasi di sekitar tempat
yang umurnya satu atau dua hari yang perindukan dan musuh alami).
kemudian menetas jadi jentik. Jentik
yang baru keluar dari telur, sangat

Gambar 2. Siklus hidup nyamuk

111
Aspirator Vol. 3 No. 2 Tahun 2011 : 107-116

Dalam kehidupannya, ada tiga lah An. aconitus di samping itu


macam tempat dan jenis per- juga biasa ditemukan An. bar-
ilaku yang diperlukan nyamuk birostris, An. vagus, An. kochi dll.
yaitu tempat dan perilaku Di samping di sawah, An. aco-
berkembang biak, tempat dan nitus juga bisa berkembang bi-
perilaku mencari darah serta ak di aliran sungai irigasi
tempat dan perilaku istirahat. yang berasal dari mata air
yang sisinya ditumbuhi
c. Ekologi Nyamuk Anopheles rumput. Kepadatan nyamuk
Masing-masing spesies Anopheles tertinggi, biasanya terjadi pa-
mempunyai ekologi atau ling- da saat tanaman padi mulai
kungan yang berbeda -beda, mu- berusia 50 hari sampai panen
lai dari daerah pantai, sawah tiba, pada saat daunnya telah
dan hutan. rimbun.

Pantai Daerah pegunungan

Daerah pantai dengan karak- Karakteristik daerah seperti


teristik airnya payau, kelem- ini adalah airnya jernih dan
baban tinggi serta sinar ma- tawar, kelembaban tinggi.
tahari langsung, biasanya dis- Perairan yang dijadikan tem-
enangi oleh spesies An. sun- pat perindukan adalah tepi
daicus dan An. subpictus. Di danau yang terlindung, mata
samping itu ada pula spesies air yang terlindung serta ko-
lain yang ditemukan seperti bakan yang ada di dasar
An. barbirostris, An. vagus. sungai pada musim kemarau.
An.kochi dll. Tapi yang domi- Populasi Anopheles yang domi-
nan dan biasanya menjadi nan di daerah ini adalah
vektor di daerah ini adalah An.maculatus. Di samping itu
An. sundaicus. Kepadatan juga bisa ditemukan An. phili-
tertinggi biasanya terjadi pa- pinensis, An. ramsayi, An. annu-
da musim kemarau. laris, An. barbirostris dll.
Sawah Kepadatan nyamuk tertinggi
biasanya terjadi pada musim
Karakteristik daerah seperti kemarau ketika air danau dan
ini adalah airnya tawar dan mata air volumenya berku-
tersedia sepanjang tahun, si- rang dan debitnya mengecil.
nar matahari tidak langsung Juga dasar sungai pegunun-
mengenai air, kelembaban gan biasanya menyusut dan
tinggi dan suhu stabil. tercipta beberapa kobakan di
dasarnya.
Sawah yang dijadikan tempat
perindukan biasanya sawah Hutan
bertingkat yang di pegunun-
gan airnya bersumber dari Karakteristik daerah ini ada-
mata air yang ada sepanjang lah lembab dan suhu rendah.
tahun. Air yang dijadikan tempat
perindukan biasanya berasal
Di daerah seperti ini spesies dari air hujan yang tergenang
Anopheles yang dominan ada- pada lubang di tanah bekas

112
Malaria : ......(Lukman Hakim.)

kaki binatang. Karena itu Jumlah ookista pada dinding luar


kepadatan tertinggi dai daerah lambung nyamuk vektor berkisar
ini biasanya terjadi pada antara beberapa buah sampai be-
musim hujan. Spesies Anophe- berapa ratus buah. Ookista makin
les yang dominan di daerah lama makin besar sehingga meru-
hutan adalah An. balabacensis. pakan bulatan -bulatan semi trans-
paran, berukuran 40 -80 dan
3. Perkembangan parasit palam mengandung butir -butir pigmen.
tubuh nyamuk dan manusia Bila ookista makin membesar dan
Penderita malaria yang digigit intinya membelah -belah, pigmen
oleh nyamuk (vektor), di samping tak tampak lagi. Inti yang sudah
darahnya yang terhisap ke dalam membelah kemudian dikelilingi
tubuh vektor, juga terbawa Plasmo- oleh protoplasma dan merupakan
dium dari berbagai stadium asek- bentuk-bentuk memanjang yang
sual yang ada dalam sel darah yai- ujungnya runcing dengan inti di
tu stadium tropozoit, stadium sizon, tengahnya. Bentuk ini disebut spo-
dan stadium gametosit. Stadium rozoit dengan ukuran panjang 10 -15
tropozoit dan schizon bersama darah . Ookista kemudian pecah dan
dicerna oleh vektor kemudian ma- ribuan sporozoit keluar dan bergerak
ti, sedangkan stadium gametosit ter- dalam rongga badan nyamuk
us hidup dan masuk ke dalam lam- vektor untuk mencapai kelenjar
bung nyamuk vektor. Di dalam liur (ludah).
lambung, inti mikrogametosit mem- Nyamuk yang mengandung
belah menjadi 4 sampai 8 buah sporozoit dalam kelenjar ludahnya,
yang masing-masing memiliki ben- kalau menggigit manusia di
tuk panjang seperti benang (flagel) samping mengeluarkan air lu-
dengan ukuran 20 -25 , menonjol dahnya, sporozoit-nya juga ikut terba-
keluar dari sel induk, bergerak - wa masuk ke dalam tubuh manusia.
gerak sebentar dan kemudian
melepaskan diri. Proses ini Dalam tubuh manusia, sporozoit
(eksflagelasi) hanya berlangsung be- mengalami perkembangan sebagai
berapa menit pada suhu yang opti- berikut:
mal. Flagel atau mikrogametosit
kemudian mengalami proses pema- a. Schizogoni
tangan (maturasi) kemudian mencari Sporozoit Plasmodium dalam waktu
makrogametosit untuk melakukan 1/2-1 jam sudah masuk ke dalam
perkawinan. Hasil perkawinan itu jaringan hati. Sporozoit dari P. vi-
disebut zigot. vax dan P. ovale sebagian berubah
Pada mulanya zigot hanya menjadi hypnosoit, sebagian lagi
merupakan bentuk bulat yang tidak berubah menjadi schizon hati. Se-
bergerak-gerak, tetapi dalam wak- dangkan sporozoit P. falcifarum
tu 18-24 jam berubah menjadi ben- dan P. malariae, semuanya berubah
tuk panjang seperti cacing yang menjadi schizon hati. Hypnosoit P.
dapat bergerak dengan ukuran 8 -24 vivax dan P. ovale sewaktu-waktu
yang disebut ookinet. Ookinet bisa berubah menjadi schizon hati.
kemudian menembus dinding lam- Karena itu untuk P. vivax dan P.
bung melalui sel epitel ke per- ovale dikenal adanya rekurensi yaitu
mukaan luar lambung dan menjadi kambuh dalam jangka waktu panjang.
bentuk bulat yang disebut ookista.

113
Aspirator Vol. 3 No. 2 Tahun 2011 : 107-116

Gambar 3. Siklus hiduip Plasmodium dalam tubuh manusia

Schizon hati mengandung ribuan siklus schizogoni eritrosit berulang


merozoit yang akan pecah dan keluar kembali.
dari jaringan hati untuk kemudian mas-
ing-masing merozoit ini menginvasi Fase masuknya merozoit ke dalam
sel darah merah (SDM). sel darah merah sampai terbentuknya
merozoit untuk menginvasi sel darah
Fase masuknya sporozoit ke dalam merah baru, disebut fase schizogoni
jaringan hati sampai keluar lagi dalam eritrosit . Lamanya fase eritrosit
bentuk merozoit, disebut fase schi- dan jumlah merozoit dalam schizon
zogoni jaringan hati atau fase pra hati, berbeda-beda untuk setiap spesies
eritrosit . Lamanya fase pra eritro- Plasmodium.
sit dan besarnya schizon hati serta
jumlah merozoit pada satu schizon
DIAGNOSIS MALARIA
hati, berbeda-beda untuk tiap spesies
Plasmodium. Diagnose malaria diperlukan dalam
pengobatan penderita malaria, karena itu
b) Schizogoni eritrosit
kemampuan teknis dalam diagnose ma-
Merozoit yang telah masuk ke dalam laria yang tepat sangat penting untuk
sel darah merah, kemudian berubah menentukan langkah selanjutnya dalam
menjadi bentuk tropozoit , yaitu pengobatan penderita malaria penderita
tropozoit muda, tropozoit lanjut, lain. Diagnosis yang benar dan cepat,
dan tropozoit tua. Tropozoit ini selain bisa dengan cepat mengobati pen-
selanjutnya membentuk schizon derita juga akan bisa mengurangi bahkan
darah yang mengandung merozoit menghentikan penularan lanjut kepada
yaitu bentuk schizon muda, schizon orang lain.7
tua, dan schizon matang. Schizon
Diagnosis malaria, secara umum
matang mengalami sporulasi yaitu
terdiri dari diagnosis berdasarkan gejala
melepaskan merozoit untuk kemudi-
klinis (symptom) serta diagnosis ber-
an menginvasi sel darah merah baru,
dasarkan pemeriksaan secara laboratori-
um.

114
Malaria : ......(Lukman Hakim.)

Diganosis malaria klinis atau clini- kadangkala hasil pemeriksaan mikros-


cal presumptive diagnosis adalah kopis tidak dapat dipercaya penuh se-
diagnose malaria berdasarkan pada bagai dasar penegakan diagnosis terutama
pemeriksaan penderita secara klinis, pada pada penderita yang telah diberi pen-
umumnya terdiri dari pemeriksaan gejala gobatan atau profilaksis, karena obat anti
demam (berkala), panas, tingkat malaria secara parsial dapat menyebab-
kesadaran, pusing dll gejaja khas malaria kan berkurangnya jumlah parasit sehing-
yang sering kali tidak sama antara satu ga berada di bawah ambang pemeriksaan
daerah dengan daerah lainnya.7 Pengala- mikroskop. Ini mengakibatkan pada
man tenaga medis yang melakukan diag- pewarnaan sediaan darah hanya
nose sangat menentukan tepat atau tid- ditemukan sedikit parasit yang menggam-
aknya diagnose, sehingga diagnose klinis barkan parasitemia yang rendah padahal
tidak bisa dijadikan acuan utama dalam pasen sedang menderita malaria berat.
pengobatan malaria sebab tingkat kesala- Jumlah parasit yang sedikit pada sediaan
hannya cukup tinggi. hapus darah juga bisa ditemui pada fase
awal atau relap.16
Diagnose berdasarkan pemeriksaan
laboratorium, awalnya hanya berdasarkan Pemeriksaan parasit malaria ber-
pemeriksaan sediaan darah tepi yang te- dasarkan mikroskopis, pada umumnya
lah diwarnai dan diperiksa dibawah dilakukan pada penderita dengan gejala
mikroskop. Tujuannya untuk mengetahui klinis umum malaria yaitu panas dan
keberadaan parasit Plasmodium spp, demam berkala. Dilakukan pada speci-
menentukan spesiesnya serta menghitung men darah yang diambil dari darah tepi,
kepadatannya.6 Tapi dengan berkem- biasanya dari ujung jari tangan atau jem-
bangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, pol kaki. Spesimen darah dibuat preparat
pemeriksaan laboratorium bukan hanya pada slide glass dan dibuat bentuk
berdasarkan pemeriksaan mikroskopis, lingkaran dengan diameter 1 cm, setelah
tapi lebih jauh lagi dilakukan dengan kering selanjutnya diwarnai dengan
pemeriksaan keberadaan antibodi anti Giemsa dengan pewarnaan cepat atau
parasit Plasmodium spp yang berdasar- lambat. Setelah dicuci dengan air yang
kan deteksi enzyme-linked immuno- mengalir, selanjutnya diperiksa di bawah
sorbent assays (ELISA) melalui pemerik- mikroskop dengan pembesaran 10 x 100
saan polymerase chain reaction (PCR) 9, kali. Dianjurkan untuk membuat sediaan
10
juga pemeriksaan keberadaan DNA darah tipis untuk melihat morfologi para-
parasitnya.11 Bahkan sekarang ini sudah sit dalam menentukan spesiesnya
bisa dilakukan pemeriksaan secara cepat dan tebal untuk menentukan
menggunakan rapid diagnostic test kepadatannya. Pemeriksaan dil-
(RDT) untuk mendeteksi keberadaan an- akukan paling sedikit 200 sampai
tibodi anti parasit Plasmodium spp 300 lapangan pandang dengan
yang bisa dilakukan secara cepat di minyak emersi atau anisol sebelum
lapangan.12 Dari beberapa jenis pemerik- menyimpulkan negative, serta dil-
saan laboratorium, yang dianggap paling akukan pemeriksaan ulang 36 jam
baik sehingga dijadikan sebagai goal kemudian. 1 7
standard pemeriksaan laboratorium ma-
laria adalah pemeriksaan secara mikros-
DAFTAR PUSTAKA
kopis7, 13, 14, karena pemeriksaan ber-
dasarkan mikroskopis mempunyai kelebi- 1. Anonim. 2000. WHO Expert Committe on
han yaitu bisa menentukan dengan tepat Malaria, Twentieth Report, World Health
spesies serta stadium parasit Plasmodi- Organization Tehnical Report Series 892,
um spp termasuk kepadatannya.15 Tapi Geneva. Geneva: WHO.

115
Aspirator Vol. 3 No. 2 Tahun 2011 : 107-116

2. Harijanto, P.N. 2000. Epidemiologi, Pato- 14.Rodulfo, H., Donato, M.D., Mora, R.,
genesis, Manifestasi Klinis, dan Pe- Gonzalez, L., Contreras, C.E. 2007. Com-
nanganan. Jakarta: EGC. parison of the diagnosis of malaria by mi-
3. WHO. 2005. World Malaria Report croscopy, immunochromatography and
2005.: Geneva. RBM/WHO/UNICEF. PCR in endemic areas of Venezuela. Bra-
zilian Journal of Medical and Biological
4. Anonim. 2002. Sistem Surveilans Dalam
Research. Vol 40:pp. 535-43.
Program Penanggulangan Malaria Di In-
donesia. Jakarta: Depkes RI.. 15.Anonim. 2006. The role of laboratory di-
agnosis to support malaria disease man-
5. Bates, A. 1990. The Natural History of
agement: Report Of A Who Technical
Mosquitoes and Plasmodium Parasites. .
Consultation. Geneva: World Health Or-
New York.: Gloucester. Mass. Peter
ganization.
Smith.
16.Gracia, L.S., Bruckner, D.A. 1966. Diag-
6. Russel, P.F. 1983. Practical Malariology.
nostik Parasitologi Kedokteran. Jakarta:
London: Oxford Univercity Press.
EGC.
7. Anonim. 1998. Epidemiologi Malaria.
17.Anoni m. 1999. Modul Parasitolo-
Materi Latihan Managemen P2-Malaria
gi Malaria. Modul Pelatihan Ma-
Untuk Kasubsi Vektor Kabupaten. Jakar-
naj emen Malaria bagi Kasubsi
ta: Subdit Malaria Depkes RI.
Vektor dan Petugas SLPV. Jakar -
8. Chwatt, L.J.B. 1980. Essential malariolo- ta: Departemen Kesehatan R.I.
gy. London: William Heinemann Medical
18.Castelli, F., Car osi, G. 2006. Di -
Books Ltd.
agnosis of malaria inf ection. Bre-
9. Johnston, S.P., Pieniazek, N.J., Xaya- scia: Institute of Inf ectious and
vong, M.V., Slemenda, S.B., Wilkins, Tropical Diseases. Universit y of
P.P., Silva, A.J.d. 2006. PCR as a Con- Brescia ( Ital y).
firmatory Technique for Laboratory Diag-
nosis of Malaria. Journal of Clinical Mi-
crobiology. Vol. 44, No. 3:pp. 1087-9.
10.Laoboonchai, A., Kawamoto, F., Tha-
noosingha, N., Kojima, S., Miller, S.,
Kain, K.C. 2001. PCR-based ELISA tech-
nique for malaria diagnosis of specimens
from Thailand. Tropical Medicine and
International Health. Vol 6 no 6: pp 458-
62.
11.Anonim. 2006. Guidelines for the treat-
ment of malaria. Geneva: World Health
Organization.
12.Kyabayinze, D.J., Asiimwe, C.,
Nakanjako, D., Nabakooza, J., Counihan,
H., Tibenderana, J.K. 2010. Use of RDTs
to improve malaria diagnosis and fever
case management at primary health care
facilities in Uganda. Malaria Journal. Vol
9 :200.
13.Mishra, S.K., Sohn, K. 2006. Comparison
between conventional Microscopy and
Polymerase Chain Reaction (PCR) in ma-
laria diagnosis. Kathmandu Nepal: De-
partment of Biochemistry, Intitute of
Mediicne (IOM) Maharajginj.

116

You might also like