You are on page 1of 14

Silabus

1. Fungsi al quran Secara umum dan dalam kaitan dengan iptek


2. Manusia sebagai Abdullah dan Khalifatullah fil ardhi
3. Pandangan Islam terhadap ilmu pengetahuan
- Batasan Ilmu Pengetahuan
- Sumber Ilmu Pengetahuan
- Motivasi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
- Metode Pengugkapan masalah dalam Islam
- Kegunaan Ilmu Pengetahuan
4. Teknologi dalam Islam
a. Batasan Teknologi
b. Motivasi Islam untuk Mengembangkan Teknologi
c. Filosofi Iqra dan Kalam
d. Struktur alam smesta dan Teknologi Rancang Bangun
e. Manfaat Teknologi Bagi Manusia
5. Ilmu Amaliyah dan Amal Ilmiah
6. Konsep Pengembangan Teknologi
a. Tujuan Pengemangan Teknologi
b. Kejujuran dalam Pengembangan Teknologi
c. Sarana Pengemangan Teknologi
d. Stimulasi al-Quran dalam pengembangan Teknologi
7. Zaman Keemasan, surutnya dan kebangkitan Islam
8. Teknologi untuk manusia
9. Akhlakul Karimah sebagai landaan IPTEK
10.Mempersiapkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia
11.Kesenjangan antara seharusnya (Das Soslen) dan Kenyataan (Das Sain) dan
bagaimana cara mengatasinya
12.Ilmu Pengetahuan (Sains) Teknologi (IPTEK) dan keterpaduannya dengan
Islam
13.Aplikasi Bioteknologi Modern dan Implikasinya Terjhadap umat manusia
14.Alkohol dalam produk obat, kosmetika, Makanan dan Minuman
15.Perkembangan Masyarakat Berdemensi imtaq dan iptek
16.Aplikasi Teknologi
a. Teknologi Komunikasi dan Imformasi
b. Teknologi Lingkungan
c. Teknologi Rekayasa Genetika
d. Teknologi Sandang
e. Teknologi Arsitktur dan Sipil
f. Teknologi Mesin
g. Teknologi Pertambangan

Fungsi Al Quran

Pendahuluan
Dalam Bab ini akan dibahas dua tema fungsi al Quran yaitu fungsi al quran
secara umum dan fungsi al Quran khusus berkaitan dengan ilmu pengetahuan
dan teknologi (iptek).
Dari kedua tema pokok bahasan tersebut diharapkan mahasiswa dapat
memahami dengan jelas fungsi al quran baik secara umum maupun yang
berkaitan dengan iptek.

Pertemuan ke- 1

Fungsi Al Quran secara umum


Al Quran sebagai kitab suci umat Islam perlu difungsikan dalam
kehidupan sehari-hari, baik dalam bersikap, bertindak maupun dalam
bertingkah laku. Masih dirasakan oleh kebanyakan umat Islam ketidaksesuaian
antara sikap dan tingkah laku dengan norma-norma yang ada dalam al Quran.
Menurut penelitian DR. Dawud al-Aththar bahwa kejahiliyahan terhadap
al Quran telah menjadi gejala umum yang banyak sekali menimpa kaum awam
maupun kaum terpelajar. Mereka telah menjadi al Quran sebagai jampi-jampi
untuk menangkal kejahatan dan bahaya, atau hanya dibaca diawal persidangan,
pertemuan, atau dbaca di kuburan untuk meminta berkah dan ampunan.
Secara bahasa al Quran berarti bacaan sempurna yang menjelaskan
suatu nama pilihan Allah yang dapat dikatakan sempurna karena tiada bacaan
semacam al Quran yang dibaca oleh ratusan juta orang cenderung tidak
mengerti artinya dan atau tidak dapat menulis dengan aksaranya. Bahkan
dewasa ini ada kecenderungan untuk menghafalnya baik dikalangan dewasa,
remaja maupun anak-anak.
DR. Subhi al-Saleh, mendefinikan al Quran adalah sebagai berikut : Al
Quran adalah firman Allah yang bersifat/berfungsi mukjizat (sebegai bukti
kebenaran atas kenabian Muhammad Saw) yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad dan tertulis dalam mushab-mushaf, dan dinukilkan/diriwayatkan
dengan jalan mutawatir dan dipandang ibadah membacanya.
Untuk memfungsikan al Quran tersebut, kaum muslimin dituntut untuk
mengenali dan memahami sungguh-sungguh apa yang menajdi isi al Quran
serta mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Al Quran mempunyai berapa fungsi sebanyak namanya yang tertera
didalamnya sendiri, dianataranya seperti : al-Huda, al-Mauizah, al-Bayan, al-
Furqan, dan lain-lain.
Al Quran merupakan mukjizat terbesar bagi Nabi Muhammad saw.
Kualitas Kebenarannya bersifat ilmia yang tidak dilakukan oleh siapapun sampai
hari kiamat nanti. Hal ini sesuai dengan firman Allah, QS. Al-Isra (17:88).

Katakanlah, sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat


serupa al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa
dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang
lain.

Di ayat 23 QS al Baqarah Allah berfirman :

Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al Quran yang kami turunkan
kepada hamba Kami (Muhammad) buatlah satu surat saja yang semisal al
Quran itu sebagai penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu termasuk
orang yang benar.

Inilah tantangan al Qur;an terhadap siapa saja yang masih meragukan


kebenaran al Quran dan kebenaran Nabi Muhammad saw sebagai seorang
utusan Allah, merke dirantang untuk membuat sebuah surat atau beberapa
surat yang menyerupai al Quran baik dari segi keindahan bahsa/sastranya,
kepadatan isinya dan ketinggian ilmu-ilmu yang terdapat didalamnya, maupun
kebenaran ungkapan-ungkapan dan ketepatan berita-beritanya sesuai dengan
kenyataan dan fakta sejarah.
Jika ada orang tidak menerima al Quran sebagai wahyu Allah adalah
salah satu diantara dua sebab yaitu :
a. Tidak berfikir dengan jujur dan sungguh-sungguh
b. Tidak sempat mendengar dan mengetahui al Quran secara baik (67:10,
4:82).
Oleh al Quran disebut al maghdhub (dimurkai Allah) karena tahu
kebenaran itu, dan disebut adh-dhollin (orang yang sesat) karena tidak
menemukan kebenaran itu.

Diantara fungsi al Quran secara umum, adalah sebagai berikut :

1. Al-Quran sebagai Pedoman Hidup.


Al Quran banyak mengemukakan pokok-pokok serta prinsip-prinsi umum
pengauran hidup dalam hubungan dengan Allah dan hubungan dengan
sesama manusia dan makhluk lainnya. Seperti : Beribadah langsung kepada
Allah (QS. 2:43, 183, 196, dan 11:114), pedoman berkeluarga dan
bermasyarakat (4:58; 49:10, 13; 8:46; 2:143), pedoman berdagang : 2:282;
kewarisan (2:180 ; 5:106), pendidikan dan pengajaran (3:159; 4:9, 63; 31:13-
19; 26:39-40) dan aspek kehidupan lainnya (2:208, 6:15, 9:51) Sikap memilih
sebagian dan menolak sebagian tata nilai itu dipandang al-Quran sebagai
bentuk pelanggaran dn dosa (33:36). Meaksanakannya dinilai ibadah (4:69;
24:52; 33:71) memperjuangkannya dinilai sebagai perjuangan suci. (61:10,
13 ; 9:41), mati karenanya dinilai sebagai mati syahid.

2. Al Quran Sebagai Hakim


Al Quran sebagai hakim berfungsi memberikan keputusan terakhir
mengenai beberapa masalah yang diperselisihkan dikalangan pemimpin
agama dari bermacam agama dan sekaligus sebagai korektor yang
mengoreksi kepercayaan, pandangan yang salah dikalangan umat
beragama, termasuk kpercayaan yang salah dalam kitab suci sebelumnya
yang dipandang suci oleh pemeluknya. Misalnya tentang ajaran Trinitas
dalam Byble (5:73) lihat QS. Al Najm:27). Dan ungkapan yang terdapat
kitab suci sebelumnya tentang Nabi dan Rasul yang mulia dan teladan
disebutkannya pernah melakukan perbuatan hina dan tercela. Misalnya
Nabi Ibarhim digambarkan sebagai pendusta, Nabi Luth sebagai orang
yang pernah berhubungan sek dengan putrinya dan lainnya. Tentang Isa
(3:49,59; 6:72, 75).

3. Al Quran sebagai Pengukuh/Penguat


Al Quran berfungsi mengukuhkan dan menguatkan kebenaran adanya
kitab-kitab yang pernah diturunkan sebelum al Quran dan kebenaran
adanya para Nabi dan Rasul sebelumnya. Hanya saja Nabi dan Rasul
sebelumnya tidak orisinil lagi, sebab sedikit yang telah diubah oleh para
pemimpin mereka. QS. Al Maedah:48 menyebutkan.

4. Al Quran sebagai sumber hukum


Al Quran berfungsi sebagai sumber hukum baik yang berkenaan
deengan masalah sosial, ekonomi, kebudayaan, ilmu pengetahuan, moral
dan sebagainya yang harus dijadikan sebagai way of life bagi seluruh
umat manusia untuk memecahkan persoalan-persoalan yang
dihadapinya. QS. An Nahl: (16:89), dan al Ahzab :36.

5. Al Quran sebagai sumber ilmu pengetahuan


Banyak ayat al Quran yang memberi petunjuk kepada manusia tentang
masalah ilmiah. Menurut DR. Dawud Al Aththar dalam kitabnya: Mujaz Ulum
al Quran mengetakan : Di atas dunia ini juga tidak ada kitab agama seperti al
Quran, yangmenunjukkan jalan kepada ilmu pengetahuan dan menyerukan
kepadanya, meneguhkannya, serta mendorong manusia untk berkreasi,
melakukan penemuan, penelitian dan penyelidikan, memuliakan para ilmuan
dan mengangkat derajat mereka baik ilmu tentang agama, maupun ilmu
tentang lapisan bumi, ilmu tentang kandungan, kesehatan, gzi dan ilmu
lainnya yang dicanangkan oleh ayat-ayat al Quran. Diantara ayat yang
mengandung nilai masalah ilmiah adalah Qs. Lukman (31:10-11).

6. Al Quran sebagai Al Furqan (pemisah)


Maknanya ialah memisahkan (seleksi) antara yang baik dengan yang
buruk, antara yang membangun dengan yang merusak, antara yang hak
dengan yang batil, dan mengingatkan kita untuk memilih alternatif yang
baik. QS. Al Furqan(25:1).

7. Al Quran sebagai Syifa (Obat)


Maksudnya ialah obat penyakit hati, umpamanya hasad, dendam, curiga,
putus asa dan lain-lain akhlak yang tercela. QS. Yunus:57.

8. Al Quran sebagai Nur (cahaya)


Didalam kehidupan ini, cahaya itu merupakan zat yang dibutuhkan.
Bagaimana jadinya hidup insani, hewani, nabati dan lain-lain, kalau
umpamanya tidak ada cahaya matahari dan bulan ? Pengertian cahaya disini
mempunyai makna yang luas. QS. Al Maedah:15.

9. Al Quran sebagai azd-Zdikir Peringatan).


Maksudnya suatu rangkaian peringatan agar manusia tidak terjerumus ke
lembah kesesatan dan kemerosotan. QS. An Nahl: 44).

10. Al Quran sebagai Mauidzah (pelajaran)


Maksudnya adalah al Quran adalah sumber pelajaran yang akan
mendidik dan mengangkat manusia kederajat insani yang tinggi. QS.
3:138.
11. Al Quran sebagai Rahmat (Kasih Sayang)
Maksudnya kasih sayang Ilahi, yang mengaruniakan nikmat yang tiada
terhingga kepada umat manusia. QS. An Nahl:89.
12. Al Quran sebagai Busyra ( Kabar Gembira)
Yang dimaksud adalah al Quran membawa berita pembira bagi orang-
orang yang berbakti, taat, dan disiplin, berupa kenikmatan hidup
lahiriyah maupun rohaniyah dalam kehidupan didunia ini dan dihari yang
akan datang. QS. An Naml:1-2.

13. Al Quran sebagai Burhan (bukti kebenaran)


Maksudnya adalah al Quran adalah bukti kebenaran. Kepalsuan dan
kezaliman yang hendak dibacakan orang yang melakukannya setiap
zaman, disirnakan dengan bukti-bukti kebenaran yang masuk akal
(rasional) dan sesuai dengan kemajuan kecerdasan dan kebudayaan
umat manusia. QS. An Nisa:174.

14. Al Quran sebagai al-Mizan ( Timbangan).


Al Quran merupakan dasar hukum dan alat pengukur untuk
memisahkan antara yang benar dengan yang palsu, antara yang adil
dengan yang zalim. QS. As Syura:17.

Pertemuan- 2

Fungsi al-Quran Yang Terkait dengan IPTEK.


Al Quran adalah kitabullah yang berisi petunjuk dan pedoman yang
lengkap untuk meminpin seluruh segi kehidupan manusia kearah kebahagiaan
yang hakiki dan abadi. Kita juga yakin bahwa al Quran mengandung ayat-ayat
yang dapat dijadikan pedoman (meskipun hanya secara garis besar) dalam
pengembangan ilmu pengetahuan (sains) dan teknologi dalam rangka
mempertebal keimanan dan meningkatkan kesejahteraan manusia.

Didalam bab lalu dsebutkan bahwa al Quran sebagai petujuk/pedoman


hidup manusia, mengajarkan dasar-dasar dan mengarahkan pada
perkembangan Iptek menuju muaranya yang hakiki. Yaitu yang dapat
membawa kemanfaatan dan kemudhan dalam dan kepada Khaliknya.

Apakah IPTEK itu ?

Dalam kata IPTEK, terdapat dua makna, yaitu ilmu pengetahuan dan Teknologi.
Kata Ilmu dalam berbagai bentuknya dalam al Quran terulang 854 kali dalam al
Quran. Menurut Quraisy Shihab (1994:44) Kata ini digunakan dalam proses
pencapaian pengetahuan dan obyek pengetahuan. Dari segi bahasa, Ilm
mengandung arti kejelasan, karena itu segala yang terbentuk dari akar katanya
mempunyai ciri kejelasan. Perhatikan misalnya kata alam (bendera), ulmat
(bibir sumbing), alaam (gunung-gunung), alamat (alamat), dan sebagainya.
Kata ini berbeda dengan kata arafa (mengetahui) aarif (yang mengetahui, dan
marifat (pengetahuan).
Allah SWT tidak dinamai arif, tetapi aalim, dengan kata kerja yalam
(Dia mengetahi). Dan biasanya al-Quran kata itu bagi Allah- untuk hal-hal
yang diketahui-Nya, walaupun gaib, tersembunyi, atau dirahasiakan. Perhatiakn
obyek pengetahuan berikut, yang dinisbahkan kepada Allah : Yalamu Maa
Yusirrun (Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan), Yalamu Maa fi al-
arhaam (Allah mengetahui apa yang didalam rahim) dan lain-lain sebagainya.
Dalam pandangan al Quran ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan
manusia unggul atas makhluk-makhluk lain guna menjalankan fungsi
kekhalifahan. Ini tercermin dalam kisah kejadian manusia pertama yang
dijelaskan al-Quran dalam surat al-Baqarah: (2:31).
Menurut al Quran manusia memiliki potensi untuk meraih imu dan
mengembangkannya atas izin Allah, karena itu bertebaran ayat-ayat yang
memrintahkan manusia menempuh berbagai cara dalam rangka memperoleh
ilmu pengtahuan itu. Sebagaimana berkali-kali pula al Quran menunjukkan
betapa tinggi kedudukan orang-orang yang berpengetahuan. Dalam pandangan
al-Quran seperti diisyaratkan dalam QS. Al alaq : 1-5. Ilmu terdiri dari dua
macam, yaitu pertama; ilmu yang diperoleh tanpa upaya manusia yang
dinamai dengan Ilm Ladunny, seperti diimformasikan antara lain dal QS. Al-Kahf
(18:65). Kedua, ilmu yang diperoleh atas usaha manusia dan yang dinamai Ilm
Kasby, ayat-ayat yang berbicara tentang Ilm Kasby jauh lebih banyak daripada
berbicara Ilm Ladunny.
Pembagian ini disebabkan karena dalam pandangan al-Quran terdapat
hal-hal yang ada tetapi tidak dapat diketahui melalui upaya manusia sendiri.
Ada wujud yang tidak nampak, sebagaimana dijelaskan oleh al Quran, antara
lain seperti firman Allah QS Al Haqqah (69:38-39). Yang artinya : Aku
bersumpah dengan apa yang kamu lihat dan apa-apa yang kamu tidak lihat.
Dengan demikian, obyek ilmu meliputi batas-batas materi dan non
materi, fenomena dan nomena, bahkan ada wujud yang jangankan dilihat,
diketahhui manusiapun tidak, sebagaimana firman Allah QS. An Nahl (16:8).
Dia menciptakan apa-apa yang tidak kamu ketahui.
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pengetahuan manusia amat
terbatas, karena itu wajar jika Allah mengatakan QS. Al Isra(17:85) Kamu
tidak diberi pengetahuan kecuali sedikit.
Ilm pengetahuan adalah ilmu pengetahuan kealaman (natural sciences), yaitu
ilmu pengetahuan mengenai alam dengan segala isinya, ilmu pengetahuan
kealaman, dapat dibagi menjadi ilmu kehidupan (life sciennce), yaitu ilmu
pengetahuan mengenai makhluk hidup di alam, serta ilmu kebendaan (physical
science), yaitu ilmu pengetahuan mengenai bend mati di alam. Sedangkan
teknologi adalah ilmu tentang penerapan ilmu pengetahuan untuk memenuhi
suatu tujuan. Selanjutnya, ilmu pengetahuan dapat dirumuskan sebagai
himpunan sebab akibat yang disusun secara sistematis dari pengematan,
percobaan dan penalaran. Ilmu pengetahuan diawali oleh rasa ingin tahu
mengenai kejadian disekeliling kita, yang dilanjutkan dengan
mempertanyakannya serta tidak putus-putusnya.

Keingintahuan itu dilaksanakan melalui pengamatan, percobaan dan penalaran.


Gejala alam sekitar kita baik yang hidup seperti manusia, binatang dan
tumbuh-tumbuhan, maupun benda mati, seperti batu, gunung, lautan, angin,
bintang, matahari kita amati untuk memahaminya. Pengamatan tersebut dapat
dilakukan l3bih cermat dengan mengadakan pengukuran ataupun cara
pengumpulan data yang lain. Apabila gejala tidak ada, untuk mengkajinya
dapat ditimbulkan gejala melalui percobaan. Percobaan bertujuan untuk
menimbulkan gejala dalam lingkungan yang terkendali. Data yang dikumpulkan
dari pengamatan dan percobaan selanjutnya dianalisis dengan metode ilmiah
untuk memperoleh kesimpulan yang masuk akal, yang dapat diterima secara
nalar.

Obyek ilmu Pengetahuan.

Semua makhluk merupakan obyek yang layak untuk diriset. Jumlah


makhluk Allah yang tersebar dialam semesta tak dapat dihitung; jika masing-
masing makhluk terkandung didalamnya ilmu pengetahuan tentang makhluk
itu berarti jumlah ilmu pengetahuan juga tak dapat dihitung. Jika jumlah ilmu
pengetahuan yang ada sejak dulu sampai sekarang masih dapat dihitung
berarti manusia memiliki peluang yang sangat besar untuk memperoleh ilmu
pengetahuan baru sebanyak makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT.
Demikian pula karena teknologi bersifat selalu mengiringi dan mengimbangi
terhadap ilmu pengetahuan, maka jumlah teknologi yang perlu ada juga tak
dapat dihitung.

Al Quran sebagai Wujud Produk Iptek Allah.

Al Quran merupakan produk iptek Allah yang diturunkan kepada manusia


untuk menuntun manusia akan jalur riset yang perlu ditempuh, sehingga
manusia memperoleh hasil yang benar. Disini fungsi al Qran sebagai Hudan
memberikan kecerahan paa akal manusia, sehingga manusia lapangan
dihadapan Allah Yang Maha luas. Kebenaran hasil riset ini dapat diukur dari
keseuaian antara akal dan naql. Kerja akal yang sesuai dengan naql ini dapat
dikategorikan sebagai ibadah kepada Allah swt, dan sekaligus turut mengisi
definisi ijtihad dalam arti umum yang memiliki nilai yang sangat besar
sebagaimana dikatakan oleh Imam Ali R.A. Berfikir satu saat lebih baik dari
pada beribadah selama 1 tahun.

Oleh karena itu, usaha terus menerus untuk mengkaji al Quran perlu
ddilakukan dan bahkan hukumnya menjadi fardhu ain bagi setiap ilmuan yang
akan melakukan riset terhaap alam semesta, menciptakan produk teknologi
merupakan hasil kerja dari orang-orang yang taat kepada tata tertib al Quran.
Al Quran merupakan sumber permasalahan yang layak untuk diriset. Yang
dimaksud disini bukan al Quran itu sendiri yang diriset, namun permasalahan
riset dapat saja muncul setelah orang membaca dan mengkaji al Quran.
Metode ini termasuk jenis induktif. Selain itu Islam juga mempersilakan kepada
para periset untuk menggunakan metode deduktif (yang sesungguhnya dalam
ayat lain yang hal ini termasuk juga pada deduksi al-Quran. Oleh karena itu jika
periset itu orang yang beriman maka tidak ada masalah untuk menggunakan
metode riset, apakah induktif maupun deduktif.

Di atas dijelaskan bahwa al Quran merupakan karya Allah. Iptek ini


dalam tingkatannya dapat dikategorikan sebagai teknologi tingkat 1. Teknologi
yang diciptakan manusia disebut teknologi tinkat 2. Ilmuwan yang tidak
beriman menempatkan alat teknologi, dan menempatkannya dalam urutan
teknologi tingkat 1. Ini merupakan kekeliruan karena akan memberikan akibat
lain pada model ilmuwan. Orang yang tak beriman akan mengagungkan
teknologi, bersifat arogan dan jika diteruskan akan bermuara kepada
penuhanan diri sendiri. Jika teknologi yang seperti tidak dapat dimasukkan
dalam kategori ibadah kepada Allah. QS. Al Araf (7:146).

Mengkaji Iptek adalah Mengaji.

Jika orang membaca al Quran secara tektual dikatakan beribadah


(berpahala), apalagi jika umat mampu membaca al Quran secara kontektual
dengan cara mempelajari kandungan ayat-ayatnya, yang ditopang dengan
beberapa literatur pendukung dan ditinjau dari beberapa disiplin ilmu, adalah
suatu hal yang lebih layak bahya yang demikian itu pun disebut mengaji. Oleh
karena itu baginya berhak memperoleh pahala dari Allah. Demikian pula bagi
orang yang menterjemahkan ilmu pengetahuan itu ke dalam produk teknologi
atau membuat karya nyata, maka ia telah melakukan amal saleh dan baginya
berhak memperoleh pahala dari Allah SWT QS. Al Zalzalah (99:7).

Barang siapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrah, maka dia akan


melihatnya.

Landasan filosofi dalam beriptek.

Al Quran sebagai peletak landasan filosofi manusia dalam memandang dan


memahami alam semesta. Al Quran merupakan rumus (formula) baku dan
alam semesta dan segala perubahannya merupakan pesoalan yang layak dan
perlu dijawab. Al Quran merupakan kamus alam semesta. Solusi tentang teka
teki alam semesta akan terseesaikan dengan benar jika digunakan formula yang
tepat yaitu al Quran. Dengan demikian ayat-ayat kauniyah dan ayat-ayat
quraniyah akan berjalan secara paralel dan seimbang. Ilmu pengetahuan
seperti ini jika menjelma menjadi teknologi makan akan menjadikan teknologi
itu berbasiskan al Quran atau teknologi yang quranik. Metode seperti ini
disebut induksi al Quran.

Banyak ayat-ayat al Quran yang menyinggung tentang pengembangan


IPTEK seperti QS. Al Alaq : 1-5, Yunus : 101, Al Ghasiyah : 17-20. Dan lain-lain.

Al Quran sebagai prediktor. ( QS. Ar-Rum : (30: 41), Yusuf: (12: 47-48), tentang
syurga yang dijanjikan, bagi orang yang beriman dan beramal saleh.
Al Quran sebagai sumber motivasi.

Banyak ayat al Quran memberikan motivasi kepada manusia untuk menguaa


ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti firman Allah QS. Ar Rahman : 33,
Yusuf : 109, As Syuara (26:7), Yunus : 24.

Al Quran sebagai sumber Etika Pengembangan IPTEK.

Pada Teknologi harus terkandung muatan etika yang selalu menyertai hasil
teknologi pada saat akan diterapkan. Sungguhpun hebat hasil teknologi, namun
jika diniatkan untuk menghancurkan sesama manusia, manghancurkan
lingkungan, maka sangat dilarang oleh ajaran Islam. Jadi teknologi bukan
sesutu yang bebas nilai. Demikian pula penyalahgunaan teknologi merupakan
tindakan zalim yang tak patut untuk dilanjutkan. Oleh karena teknologi haru
dapat dimanfaatkan baik langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan
kemudahan, amar maruf nahi mungkar. Dan bukan untuk merusak, sehingga
menimbulkan bencana, Allah mengingatkan QS. Al-Qoshosh:77.

Fungsi Al Quran sebagai Sumber kebenaran ilmiah.

Allah berfirman QS. Al Israk : 105, al Araf: 52, Fathir: 24.

Sumber kebenaran ilmiah yang pertama adalah al Quran, dan yang kedua as
Sunnah. Dan masih ada sumber yang ketiga yaitu, alam semesta atau al
alamin, atau sebut saja al-Kaun. Jadi ketiga sumber motivator umat Islam
dalam penguasaan IPTEK adalah Al Quran, As Sunnah dan al Kaun.

Ketahuilah bahwa Islam adalah agama Allah yang serba benar dan serba ilmiah
sehingga selayaknya pula tidak dogmatik. Dogma itu adalah pendapat manusia
yang tidak berpijak pada tanda bukti kebenaran, jadi tanpa burhan atau hujjah
yang hak. Islaman al Quran menolak dogma dan menyatakan tidak ada dogma
dalam agama Allah seperti firman Allah, QS. 2: 256: Tidak ada dogma
(paksaan) dalam agama (Islam) ini, sesungguhnya telah jelas berbeda petunjuk
yang benar daripada yang sesat.
Dalam QS. An Naml : 64 Tunjukkanlah burhanmu, jika kamu memang
benar.

Supaya burhan itu terjamin kebenarannya maka hendaklah diambil dari


tiga sumber Islam tersebut dengan menggnakan akal sehat yang terlatih dan
ahli. Maka kita akan mengenal tiga macam burhan, yaitu : qurani, Burhan Sunni
dan Burhan Kauni.

Segala bidang ilmu yang dipelajari manusia, yang biasanya dibagi


menjadi empat kelompok besar yaitu : syariat agama (Islam), sains, teknologi,
dan seni (art), hendaknya ditegakkan diatas tiga macam burhan itu jika ingin
terjamin kebenarannya. Dengan demikian keempat ilmu kelompok itu akan
terlihat menyatu dan terpadu menjadi satu kesatuan ilmu yang benar dan utuh
(lengkap), katakanlah menjadi integrated knowledge atau ilmu terpadu yang
sangat diperlukan oleh seluruh umat manusia. Seluruh ilmu manusia akan
menjadi islami dan itulah ilmu yang benar, yang akan membantu menjawab
dan menyelesaikan setiap masalah-masalah berikutnya dalam usaha manusia
untuk meningkatkan kualitas hidupnya pasti apat dipecahkan secara sukses
dengan menggunakan metode pendekatan terpadu, yaitu aplikasi dari ilmu
terpadu itu. Dengan ilmu terpadu ini mudah-mudahan ide sekularisasi akan
tertutup rapat-rapat sehingga tidak ada jalan masuk ke alam pikiran ummat
Islam. Tidak hanya itu, yang lebih penting bagi kita adalah bahwa kita memiliki
identitas. Seperti disebut dalam QS. 2: 138. Shibghah (celupan) Allah, dan
siapakah yang lebih baik celupannya dari celupan Allah ? dan hanya kepada-
Nya kami menyembah

Bab II
Manusia sebagai Abdullah dan Khalifatullah fil ardhi.

Pertemuan ke 3

Pendahuluan

Bab ini akan menjelaskan tentang fungsi ganda manusia, yakni pertama
manusia sbagai abdullah (hamba Allah), yang penuh ketaatan menjalankan apa
yang diperintah-Nya dan menjauhi apa yang dilarang-Nya secara ihlas dan
konsisten. Kedua, manusia sebagai Khalifatullah fil ardhi, yang diberikan
kebebasan untuk memilih, berupaya dan berperan di dunia untuk meninkatkan
kesejahteraan ummat dan mmanfaatkan serta memelihara kelestarian dunia.
Didalam mengemban kedua fungsi tersebut diharapkan mahasiswa, umat Islam
giat belajar, berfikir, mendalami semua materi yang diajarkan an yang
dianjurkan agar dapat mengembangkan dan menggunakan Iptek sebagai
sarana untuk mencapai tujuan memenuhi fungsi kedua yaitu sebagai
Kholifatullah fil ardhi.

Fungsi manusia sebagai Abdullah dan Khalifatullah fil ardhi.

Manusia diturunkan di muka bumi ini mengemban kedua fungsi itu yaitu
sebagai bdullah (hamba Allah) dan sebagai Khalifatullah fil ardhi (wakil Allah di
muka bumi). Kalau Nabi Mahammad bin Abdullah sebagai Abduhu wa
Rasuluhu (yang terakhir), maka manusia secara kesaleluruhan menurut al
Quran yang diwahyukan kepada Muhammad Bin Abdullah adalah sebagai
Abduhu Wakhalifatuhu.

Manusia sebagai Abdullah sudah jelas tugas-tugasnya adalah mengabdi,


patuh dan taat pada ajaran yang telah disampaikan mlalui Rasulullah yaitu yang
berdasarkan al Quran dan al-Hadits.

Sebagai pengemban fungsi yang kedua, berbeda dengan makhluk-


makhluk lain, manusia diciptakan Allah dan kemudian ditempatkan di bumi ini
mempunyai misi khusus, yaitu sebagai wakil-Nya atau Khalifah-Nya di muka
bumi ini. Dalam al Quran disebut sebagai Khalifaullah fil ardhi. QS. 2: 30.

Manusia yang kemudian berkembang biak menjadi berbangsa-bangsa


dan bersuku bangsa, yang diperintahkan litaarafu (saling kenal mengenal,
berinteraksi, bahu membahu dalam melaksanakan tugas ke Khalifahan, dan
bukan saling menghancurkan. QS. Al Hujarat: 13.

You might also like