Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN AKHIR
2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang dengan
kasihNya telah mengijinkan kami tim pengkaji untuk menyelesaikan kajian yang
berjudul ?Kajian Model Pengolahan Sampah dan SDM Dinas Kebersihan di Kota
Medan?. Kajian ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi sistim pengelolaan
sampah Kota Medan dan menyusun rencana strategis model pengelolaan
sampah dan SDM Dinas Kebersihan berdasarkan kondisi internal dan eksternal
daerah. Kami menyadari bahwa kajian ini dapat terselesaikan dengan bantuan
dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini kami tim
pengkaji menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya kajian ini.
Demikianlah Laporan Akhir ini kami susun, semoga dapat bermanfaat bagi semua
pihak yang membutuhkan informasi tentang model pengelolaan sampah dan
SDM dinas kebersihan di Kota Medan untuk mewujudkan kota Medan yang
bersih di masa yang akan datang.
Tim Pengkaji
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR v
Bab 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Penelitian 5
1.4 Manfaat Penelitian 5
1.5 Luaran (Output) Penelitian 5
ii
Bab 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Kota Medan 38
4.1.1 Sejarah Singkat 38
4.1.2 Keadaan Geografis 39
4.1.3 Demografis 42
4.1.4 Sarana Pendidikan 47
4.1.5 Fasilitas Kesehatan Masyarakat 47
4.1.6 Pengaruh PDRB terhadap Pengelolaan Sampah
Kota Medan 48
4.2 Kondisi Pengelolaan Sampah Kota Medan 49
4.2.1 Teknik Operasional 49
4.2.2 Struktur Organisasi Dinas Kebersihan Kota Medan 56
4.2.3 Hukum dan Peraturan 57
4.2.4 Peran Serta Masyarakat 58
4.3 Analisis Potensi dan Timbulan Sampah 59
4.3.1 Potensi Timbulan Sampah Kota Medan 59
4.3.2 Sarana dan Prasarana Dinas Kebersihan 64
4.3.3 Komposisi Timbulan Sampah 65
4.3.4 Upaya Mereduksi Produksi Sampah dan Mengurangi
Sampah dari Sumber Timbulan 66
4.4 Analisis Teknis Operasional Pengolahan Sampah 70
4.4.1 Analisis Kondisi Pewadahan 70
4.4.2 Analisis Kondisi Tenaga Kerja dan Alat Angkut 71
4.4.3 Analisis Kebutuhan Lahan TPA 74
4.5 Analisis Persepsi dan Tingkat Partisipasi Masyarakat 75
4.5.1 Persepsi Masyarakat 75
4.5.2 Tingkat Partisipasi Masyarakat 76
4.6 Analisis Kondisi menggunakan Analisis SWOT 76
4.7 Alternatif Kebijakan 80
DAFTAR PUSTAKA 90
LAMPIRAN 93
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
LAPORAN AKHIR
BAB 1
PENDAHULUAN
Dari aspek organisasi dan kelembagaan, Dinas Kebersihan Kota Medan sebagai
pengelola sampah belum memiliki fungsi dan kewenangan yang jelas, sehingga
beban tanggung jawab dibidang pengelolaan sampah belum sepenuhnya
menjadi prioritas kerja. Dengan kondisi demikian, mempengaruhi sistem
pembiayaan karena dinas teknis sebagai penguna anggaraan dalam pengelolaan
sampah belum menjadikan masalah sampah sebagai masalah yang prioritas.
Pembiayaan pengelolaan sampah hanya berupa honorarium tenaga kerja dan
berupa iuran dari konsumen yang nilainya sangat kecil sekali.
Perkembangan penduduk di kota Medan yang sangat pesat tidak terlepas dari
pengaruh dorongan berbagai kemajuan teknologi, transportasi dan sebagainya.
Hal ini merupakan kenyataan bahwa kota Medan merupakan lokasi yang paling
efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif. Pertambahan jumlah
penduduk, perubahan pola konsumsi, dan gaya hidup masyarakat telah
meningkatkan jumlah timbulan sampah, jenis, dan keberagaman karakteristik
sampah. Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap berbagai jenis bahan
pokok dan hasil teknologi serta meningkatnya usaha atau kegiatan penunjang
pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga memberikan kontribusi yang besar
terhadap kuantitas dan kualitas sampah yang dihasilkan. Sejalan dengan
meningkatnya volume timbulan sampah pengelolaan sampah yang tidak
mempergunakan metode dan teknik pengelolaan sampah yang ramah
lingkungan selain akan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan
juga akan sangat menganggu kelestarian fungsi lingkungan.
2| K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Di Kota Medan persoalannya lebih kompleks, hal ini disebabkan karena tidak ada
intervensi dari pengambil kebijakan saat ini. Jika dibiarkan terus menerus maka
tidak mustahi terdapat g?unungan sampah?di berbagai sudut -sudut kota. Hal ini
tentunya dapat memperburuk kondisi lingkungan terutama estetika kota Medan.
Gambar 1.1
Kondisi Sampah di Kota Medan
begitu saja di lahan parkir atau lahan kosong, hal ini mengurangi estetika pasar
dan menimbulkan bau tidak sedap. Sedangkan pewadahan sampah pada toko
tidak mampu menampung sampah yang dihasilkan sehingga sampah berserakan
disekitar wadah sampah, hal ini tentu mengurangi keindahan kota.
4| K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Adapun manfaat dalam kajian ini adalah sebagai bahan pertimbangan bagi
pemerintah Kota Medan dalam penyusunan perencanaan pengelolaan sampah
dan kinerja SDM Kebersihan Kota Medan di masa yang akan datang khususnya
aspek teknis operasional.
5| K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
Menurut Slamet (2002), sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi
dikehendaki oleh yang punya dan bersifat padat. Sementara didalam Naskah
Akademis Rancangan Undang-undang Persampahan disebutkan sampah adalah
sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang berujud padat atau semi padat berupa
zat organik atau an organik bersifat dapat terurai maupun tidak dapat terurai
yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan.
Dilihat dari wujudnya limbah dapat berupa padatan, cairan atau gas, sedangkan
sampah hanya berupa padatan atau setengah padatan. Berbeda dengan sampah,
limbah memerlukan pengelolaan khusus agar tidak mencemari lingkungan.
Dalam pengertian ini maka tinja tidak termasuk kategori sampah, melainkan
limbah. Jadi perbedaan sampah dan limbah dapat dilihat dari wujudnya, tingkat
pencemaran dan metode pengelolaan. Untuk lebih memahami perbedaan antara
sampah, buangan dan limbah, dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut:
6| K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Kebutuhan Manusia
Sisa Produk
Barang Bekas
Buangan
Sampah Limbah
Gambar 2.1
Klasifikasi Buangan Padat
(Sumber: Widyatmoko dan Sintorini, 2002)
7| K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Karakter sampah dapat dikenali sebagai berikut: (1) tingkat produksi sampah, (2)
komposisi dan kandungan sampah, (3) kecenderungan perubahannya dari waktu
ke waktu. Karakter sampah tersebut sangat dipengaruhi oleh tingkat
pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran serta gaya
hidup dari masyarakat perkotaan. Oleh karena itu sistem pengelolaan yang
direncanakan haruslah mampu mengakomodasi perubahan-perubahan dari
karakter sampah yang ditimbulkan. (Wibowo dan Djajawinata, 2004).
8| K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
(bolpoint, pensil, spidol, dll), toner foto copy, pita printer, kotak tinta printer,
baterai, bahan kimia dari laboratorium, pita mesin ketik, klise film, komputer
rusak, dan lain-lain. Baterai bekas dan limbah bahan kimia harus dikumpulkan
secara terpisah dan harus memperoleh perlakuan khusus karena berbahaya
dan beracun.
5. Sampah dari industri. Sampah ini berasal dari seluruh rangkaian proses
produksi (bahan-bahan kimia serpihan/potongan bahan), perlakuan dan
pengemasan produk (kertas, kayu, plastik, kain/lap yang jenuh dengan pelarut
untuk pembersihan). Sampah industri berupa bahan kimia yang seringkali
beracun memerlukan perlakuan khusus sebelum dibuang.
Kelima sub sistim pengelolaan sampah saling terkait satu dengan lainnya
sebagaimana pada Gambar 2.2 berikut ini:
10 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Gambar 2.2
Keterkaitan Komponen dalam Sistem Pengelolaan Sampah Kota
Gambar 2.3
Skema Teknik Operasional Pengolahan Sampah (SNI)
11 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
1. Timbulan Sampah
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulan sampah adalah:
a. Jumlah penduduk, artinya jumlah penduduk meningkat timbulan sampah
meningkat.
b. Keadan sosial ekonomi, semakin tinggi keadaan sosial ekonomi seseorang
akan semakin banyak timbulan sampah perkapita yang dihasilkan.
c. Kemajuan teknologi, akan menambah jumlah dan kualitas sampahnya.
Rata-rata timbulan sampah biasanya akan bervariasi dari hari ke hari, antara satu
daerah dengan daerah lainnya, antara satu negara dengan negara lain. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi timbulan sampah antara lain:
a. Tingkat hidup : makin tinggi tingkat hidup, makin banyak sampah yang
ditimbulkan
b. Pola hidup dan mobilitas masyarakat
c. Kepadatan dan Jumlah penduduk
d. Iklim dan musim
e. Pola penyediaan kebutuhan hidup dan penanganan makanan
f. Letak geografis dan topografi
Berdasarkan data BPS tahun 2000 dalam Wibowo dan Djajawinata (2004), dari
384 kota menimbulkan sampah sebesar 80.235,87 ton setiap hari, penanganan
sampah yang diangkut ke dan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
adalah sebesar 4,2 %, yang dibakar sebesar 37,6% , yang dibuang ke sungai 4,9 %
dan tidak tertangani sebesar 53,3 %.1 Hal tersebut disebabkan oleh beberapa
hal, diantaranya pertambahan penduduk dan arus urbanisasi yang pesat telah
menyebabkan timbulan sampah pada perkotaan semakin tinggi, kendaraan
pengangkut yang jumlah maupun kondisinya kurang memadai, sistem
pengelolaan TPA yang kurang tepat dan tidak ramah lingkungan, dan belum
diterapkannya pendekatan reduce, reuse dan recycle (3 R).
12 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Tabel II.1
Besaran Timbulan Sampah berdasarkan Komponen-Komponen Sumber Timbulan
Volume Berat
No. Komponen sumber sampah Satuan
(liter) (Kg)
1 Rumah permanen per org/hr 2,25-2,50 0,35-0,40
2 Rumah semi permanen per org/hr 2,00-2,25 0,30-0,35
3 Rumah non permanen per org/hr 1,75-2,00 0,25-0,30
4 Kantor per peg/hr 0,50-0,75 0,025-0,10
5 Toko/Ruko per ptgs/hr 2,50-3,00 0,15-0,35
6 Sekolah per mrd/hr 0,10-0,15 0,01-0,02
7 Jalan Arteri per mtr/hr 0,10-0,15 0,02-0,10
8 Jalan Kolektor per mtr/hr 0,10-0,15 0,10-0,05
9 Jalan Lokal per mtr/hr 0,50-0,1 0,005-0,025
10 Pasar per mtr/hr 0,20-0,60 0,10-0,30
Tabel II.2
Besaran Timbulan Sampah berdasarkan Klaifikasi Kota
13 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Dalam melakukan pewadahan harus disesuaikan dengan jenis sampah yang telah
terpilah, yaitu :
1) sampah organik seperti daun sisa, sayuran, kulit buah lunak, sisa
makanan dengan wadah warna gelap;
2) sampah anorganik seperti gelas, plastik, logam, dan lainnya, dengan
wadah warna terang;
3) sampah bahan berbahaya beracun (B3) rumah tangga dengan warna
merah yang diberi lambang khusus atau semua ketentuan yang berlaku
(Departemen Pekerjaan Umum, 2002).
Timbulan sampah adalah sampah yang dihasilkan dari sumber sampah. Menurut
Departemen Pekerjaan Umum, bila data pengamatan lapangan belum tersedia,
maka untuk menghitung timbulan sampah dapat digunakan nilai timbulan
sebagai berikut :
a. Satuan timbulan sampah kota besar : 2- 2,5 liter/orang/hari atau 0,4-0,5
kg/orang/hari
b. Satuan timbulan sampah kota sedang/kecil : 1,5-2 liter/orang/hari atau
1,3 ? 1,4 kg/orang/hari.
15 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Menurut Rahardyan dan Widagdo (2005), tujuan dari pewadahan adalah untuk
memudahkan dalam pengangkutannya dan selain itu dengan penggunaan wadah
ini, bau akibat pembusukan sampah yang juga dapat menarik perhatian lalat
dapat diatasi, air hujan yang berpotensi menambah kadar air sampah dapat
dikendalikan dan pencampuran sampah yang tidak sejenis dapat dihindari.
a. Sistim Pengumpulan
Pengumpulan sampah dari tiap-tiap sumber sampah dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu:
1) Sistem tidak langsung
Di daerah pemukiman yang sebagian besar dihuni oleh masyarakat
berpendapatan rendah, dengan kondisi jalan pemukiman yang sempit,
pengumpulan sampah dilakukan dengan gerobak sampai yang mempunyai
volume rata-rata 1 m3. Untuk kemudian diangkut ke TPS. Sampah dari pasar
dan hasil sapuan jalan biasanya dikumpul dalam kontainer atau TPS dekat
pasar yang kemudian diangkut Truk ke TPA.
2) Sistem Langsung, terdiri dari
1) Pengumpulan individu langsung, Pada sistem ini proses pengumpulan
dan pengangkutan sampah dilakukan ber-samaan. Pengumpulan
dilakukan oleh petugas kebersihan dari wadah-wadah sampah
rumah/persil kemudian dimuat ke kendaraan langsung dibawa ke TPA.
Alat pengumpul berupa truck standar atau dump truck, dan sekaligus
berfungsi sebagai alat pengangkut sampah menuju TPA. Daerah yang
dilayani dengan sistem ini adalah daerah pemukiman teratur (formal
area) dan daerah perkotaan dimana pada daerah-daerah tersebut sulit
untuk menempatkan transfer dipo atau kontainer angkut karena
kondisi, sifat daerahnya ataupun standar kesehatan masyarakat dan
standar kenyaman masyarakat cukup tinggi. Persyaratan yang perlu
diperhatikan dalam sistem ini adalah:
kondisi topografi (rata-rata > 5 %) sehingga alat pengumpul non
mesin sulit beroperasi.
Kondisi jalan cukup lebar dan operasi tidak menunggu pemakai
jalan lainnya.
Kondisi dan jumlah alat memadai
Jumlah timbulan sampah > 3 m3/hari
16 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
b. Waktu Pengumpulan
Waktu pengumpulan yang dimaksudkan adalah waktu yang terbaik untuk
melakukan pengumpulan. Pada umumnya pengumpulan sampai dilakukan pada
pagi hari atau siang , akan tetapi pada tempat-tempat tertentu misalnya pasar,
waktu pengumpulanya biasanya malam hari. Tata cara operasional pengumpulan
harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Rotasi 1-4 rit/hari.
2) Periodisasi 1 hari, 2 hari atau maksimal 3 hari tergantung kondisi
komposisi sampah, yaitu:
semakin besar prosentasi sampah organik periodisasi pelayanan
maksimal sehari 1 kali;
untuk sampah kering, periode pengumpulannya di sesuaikan
dengan jadwal yang telah ditentukan, dapat dilakukan lebih dari 3
hari 1 kali;
untuk sampah B3 disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku;
mempunyai daerah pelayanan tertentu dan tetap;
mempunyai petugas pelaksana yang tetap dan dipindahkan secara
periodik;
pembebanan pekerjaan diusahakan merata dengan kriteria
jumlah sampah terangkut, jarak tempuh dan kondisi daerah.
4. Pemindahan Sampah
Pemindahan sampah adalah kegiatan memindahkan sampah hasil pengumpulan
ke dalam alat pengangkut untuk di bawa ke tempat pembuangan akhir
(Departemen Pekerjaan Umum, 2002). Operasi pemindahan dan pengangkutan
menjadi diperlukan apabila jarak angkut ke pusat pemrosesan/TPA sangat jauh
sehingga pengangkutan langsung dari sumber ke TPA dinilai tidak ekonomis. Hal
tersebut juga menjadi penting bila tempat pemrosesan berada di tempat yang
jauh dan tidak dapat dijangkau langsung.
18 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
5. Pengangkutan Sampah
Pengangkutan sampah adalah tahap membawa sampah langsung dari sumber
sampah dengan sistim pengumpulan individual langsung atau pengumpulan
melalui sistim pemindahan menuju TPA. Pola pengangkutan dengan sistim
pengumpulan individual langsung, kendaraan dari pool menuju titik sumber
sampah dan mengambil sampah setiap titik sumber sampah sampai penuh,
selanjutnya diangkut ke TPA. Setelah truk dikosongkan selanjutnya truk
mengambil sampah di lokasi lainnya dan seterusnya sesuai jumlah ritase yang
telah ditetapkan. Pengangkutan dengan sistim pemindah, truck dari pool menuju
lokasi pemindah lalu dibawa ke TPA, selanjutnya pengambilan ke pemindah lain
sesuai ritase yang telah ditetapkan.
Tabel II.3
Jenis dan Alat Angkut Sampah
19 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
20 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
21 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Dengan demikian umur teknis dari suatu TPA merupakan fungsi dari Volume rill,
pemadatan, volume sampah yang diangkut pemulung, batas ketinggian,
ketinggian tanah urugan dan susut sampah.
22 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Menurut Wibowo dan Djajawinata (2004), ada tiga pendekatan yang harus
dilakukan dalam pengelolaan sampah yakni pendekatan aspek teknis,
pendekatan aspek kelembagaan dan pendekatan aspek keuangan dan
manajemen. Pengelolaan sampah merupakan suatu pekerjaan yang cukup sulit
karena berbagai hal yakni:
1. Perkembangan teknologi lebih cepat dari kemampuan masyarakat untuk
mengelola dan memahami persoalan persampahan.
2. Meningkatnya tingkat hidup masyarakat, yang tidak disertai dengan
keselarasan pengetahuan tentang persampahan
3. Meningkatnya biaya operasi, pengelolaan, dan konstruksi disegala bidang
termasuk bidang persampahan.
4. Kebiasaan pengelolaan sampah yang tidak efisien, tidak benar,
menimbulkan masalah pencemaran udara, tanah, air, menimbulkan
turunnya harga tanah karena nilai estetika menurun, bau dan
memperbanyak populasi lalat.
5. Kegagalan dalam daur ulang maupun pemanfaatan kembali barang bekas.
6. Semakin sulitnya mendapatkan lahan sebagai tempat pembuangan akhir
(TPA), selain tanah serta formasi tanah tidak cocok bagi pembuangan
23 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Sampah padat yang bertumpuk banyak tidak dapat teruraikan dalam waktu yang
lama akan mencemarkan tanah. Yang dikategorikan sampah disini adalah bahan
yang tidak dipakai lagi (refuse) karena telah diambil bagian utamanya dengan
pengolahan menjadi bagian yang tidak disukai dan secara ekonomi tidak ada
harganya. Sampah dapat berpengaruh pada kesehatan manusia baik langsung
maupun tidak langsung. Dampak langsung sampah pada kesehatan disebabkan
terjadinya kontak langsung dengan sampah tersebut misalnya sampah beracun,
sampah yang korosif terhadap tubuh, yang karsinogenik, teratogenik dan lain-
lain. Pengaruh tidak langsung dapat dirasakan masyarakat akibat proses
pembusukan, pembakaran dan pembuangan sampah.
Menurut Gelbert dkk (1996) ada tiga dampak sampah terhadap manusia dan
lingkungan yaitu:
24 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
a) Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang
berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur
air minum. Penyakit demam berdarah (haemorhagic fever) dapat juga
meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampahnya
kurang memadai.
b) Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
c) Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu
contohnya adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita
(taenia). Cacing ini sebelumnya masuk ke dalam pencernakan binatang
ternak melalui makanannya yang berupa sisa makanan/sampah.
d) Sampah beracun: Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000
orang meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi
oleh raksa (Hg). Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut
oleh pabrik yang memproduksi baterai dan akumulator.
25 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Menurut Waddell dkk (2005), sampah mempunyai konstribusi yang sangat besar
terhadap pendapatan masyarakat apabila sampah dikelola dengan benar.
Sampah di TPA Bantar Gebang, Bekasi mampu memberikan peluang bisnis bagi
para pemulung, dimana putaran uang per hari mencapai angka Rp 1,5 miliar per
hari. Jika produksi kompos dari sampah dilakukan secara optimal melalui sistim
pabrikasi terpadu, maka usaha pengolahan sampah bisa menghasilkan devisa
sebesar Rp 7,62 miliar per hari. Dalam setahun bisnis ini bisa menghasilkan 2,78
triliun rupiah atau lebih 20% dari APBD DKI Jakarta. Selain itu lokasi pembuangan
sampah juga memberikan efek ganda dengan munculnya bisnis ojek, angkutan
bus, warung dan bahkan pedagang emas di lokasi penampungan sampah.
Pada bidang pertanian sampah dapat digunakan sebagai pupuk dan pestisida.
Sampah basah atau sampah organik dapat diolah menjadi kompos yang bisa
berfungsi sebagai penyubur tanah dan pestisida organik untuk racun serangga.
Menurut Sudrajat (2006), hampir 23 juta ha lahan pertanian di dunia dikelola
menggunakan teknik pertanian organik. Rata-rata persentase lahan organik
dibanding pertanian biasa sekitar 4% - 6%. Di Indonesia terdapat sekitar 40.000
ha lahan pertanian organik, tetapi ada kecenderungan utnuk terus meningkat
sesuai kebutuhan pasar.
26 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
27 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
1. Pengurangan Sampah
Pengurangan sampah merupakan kegiatan untuk mengatasi timbulnya
sampah sejak dari produsen sampah (rumah tangga, pasar, dan lainnya),
mengguna ulang sampah dari sumbernya dan/atau di tempat pengolahan,
dan daur ulang sampah di sumbernya dan atau di tempat pengolahan.
Pengurangan sampah akan diatur dalam Peraturan Menteri tersendiri,
kegiatan yang termasuk dalam pengurangan sampah ini adalah:
a. Menetapkan sasaran pengurangan sampah
b. Mengembangkan Teknologi bersih dan label produk
c. Menggunakan bahan produksi yang dapat di daur ulang atau diguna
ulang
d. Fasilitas kegiatan guna atau daur ulang
e. Mengembangkan kesadaran program guna ulang atau daur ulang
2. Penanganan Sampah
Merupakan rangkaian kegiatan penaganan sampah yang mencakup pemilahan
(pengelompokan dan pemisahan sampah menurut jenis dan sifatnya),
pengumpulan (memindahkan sampah dari sumber sampah ke TPS atau
tempat pengolahan sampah terpadu), pengangkutan (kegiatan memindahkan
sampah dari sumber, TPS atua tempat pengolahan sampah terpadu,
28 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
29 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Penerapan Teknologi
Gambar 2.4
Skema Pengelolaan Sampah Ideal
Kualitas pelayanan jauh lebih sukar didefinisikan, dijabarkan dan diukur bila
dibandingkan dengan kualitas barang. Bila ukuran kualitas dan pengendalian
kualitas telah lama eksis untuk barang-barang berwujud, maka untuk pelayanan,
berbagai upaya sedang dikembangkan untuk merumuskan ukuran-ukuran
semacam itu. Pada dasarnya, definisi kualitas pelayanan terfokus pada upaya
pemenuhan kebutuhan dan keinginan pelanggan serta ketepatan
penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan. Menurut Lovelock
(1994) kualitas pelayanan merupakan tingkat kesempurnaan yang diharapkan
dan pengendalian atas kesempurnaan tersebut untuk memenuhi keinginan
pelanggan. Parasuraman dalam Ekaningtiyas (2009) berpendapat bahwa faktor
yang mempengaruhi kualitas pelayanan adalah layanan yang diharapkan dan
layanan yang dipersepsikan, sehingga implikasi baik buruknya layanan
tergantung pada kemampuan penyediaan layanan memenuhi harapan
pelanggannya secara konsisiten.
30 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Menurut Goetsch dan Davis yang dikutip oleh Tjiptono (1996) mendefiniskan
kualitas secara lebih luas cakupannya yaitu: kualitas merupakan suatu kondisi
dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, prosesan lingkungan
yang memenuhi atau melebihi harapan. Selanjutnya Triguno 1997) mengartikan
kualitas sebagai standar yang harus dicapai oleh
seorang/kelompok/lembaga/organisasi mengenai kualitas sumber daya manusia,
kualitas cara kerja, proses dan hasil kerja atau produk yang berupa barang dan
asa. Berkualitas mempunyai arti memuaskan kepada yang dilayani atas
tuntutan/persyaratan pelanggan/masyarakat.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi sangat urgen dan perlu
dilakukan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan dalam rangka
meningkatkan kemampuan dan profesionalisme. Sasaran dari pengembangan
kualitas sumber daya manusia khususnya pada dinas kebersihan adalah untuk
meningkatkan kinerja operasional pegawai dalam melaksanakan tugas. Selain itu,
kualitas sumberdaya manusia yang tinggi akan bermuara pada lahirnya
komitmen yang kuat dalam penyelesaian tugas-tugas rutin sesuai tanggung
jawab dan fungsinya masing-masing secara lebih efisien, efektif, dan produktif.
Oleh sebab itu, upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia dapat
diarahkan pada kedua aspek tersebut. Untuk menentukan kualitas fisik dapat di
upayakan melalui program peningkatan kesejahteraan dan gizi. Sedangkan untuk
meningkatkan kualitas non fisik, maka upaya pendidikan dan pelatihan sangat
diperlukan.
31 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
BAB 3
METODE PENELITIAN
1. Data Primer Data primer yang diinput untuk keperluan penelitian ini adalah:
a. Besaran timbulan sampah dan komposisinya.
b. Kebiasaan masyarakat dalam mengelola sampah, persepsi masyarakat
tentang sampah, partisipasi masyarakat dalam mengelola sampah.
c. Kegiatan masyarakat di TPA sementara dan kegiatan pencacahan sampah.
Data Sekunder
32 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Untuk mengetahui rata-rata timbulan sampah per kapita per hari maka dilakukan
pengambilan sampel yang berasal dari kegiatan domestik dan non rumah tangga.
Rata-rata timbulan sampah perjiwa di gunakan untuk menghitung kebutuhan
sarana prasarana dalam pengelolaan sampah, meliputi kebutuhan pewadahan,
kebutuhan alat angkut dan kebutuhan luas awal tempat pembuangan akhir atau
untuk mengetahui umur tempat pembuangan akhir.
Teknik pengambilan sampel dilapangan untuk rumah tangga dan non rumah
tangga dilakukan dengan menggunakan pedoman SK SNI M36-1991-03, yakni
pengambilan sampel dilakukan dengan cara proportional stratified random
sampling. Rumah tangga dibagi dalam tiga strata yaitu rumah tangga
berpendapatan tinggi, sedang dan rendah, masing-masing strata diambil secara
acak. Pembagian rumah tangga ke dalam strata karena masing-masing strata
diperkirakan memiliki rata-rata timbulan sampah yang berbeda sehingga
diharapkan hasil yang diperoleh lebih representatif.
dimana:
S = Jumlah sampel (jiwa)
Cd = Koefisien Perumahan (untuk kota kecil Cd = 0.5)
Ps = Populasi (jiwa)
33 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
dimana:
K = Jumlah sampel (KK)
S = Jumlah sampel jiwa
N = Jumlah jiwa per KK (N=5)
Dari jumlah sampel rumah tangga (K) ditentukan jumlah sampel setiap strata
rumah tangga dengan cara sebagai berikut:
a. Jumlah sampel rumah tangga berpendapatan tinggi = 25% x K
b. Jumlah sampel rumah tangga berpendapatan sedang = 30% x K
c. Jumlah sampel rumah tangga berpendapatan rendah = 40% x K
Jumlah contoh
No. Klasifikasi Kota Jumlah Penduduk Jumlah KK
jiwa
1 Metropolitan 1.000.000-2,5.000.000 1.000-1.500 200-300
2 Besar 500.000-1.000.000 700-1000 140-200
3 Sedang, Kecil, IKK 3.000-500.000 150-350 30-70
Sumber: SNI M-36-1991-03
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik jumlah penduduk kota Medan sebanyak
2.122.804 jiwa. Sedangkan untuk menentukan jumlah sampel untuk non
perumahan menggunakan rumus:
dimana:
S = Jumlah sampel (jiwa)
Cd = Koefisien Perumahan (untuk kota kecil Cd = 1)
Ts = Jumlah populasi non perumahan (jiwa)
34 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Pada kajian ini data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.
Untuk memperoleh data primer digunakan teknik pengumpulan data melalui
wawancara langsung pada sasaran penelitian dengan menyediakan suatu daftar
pertanyaan terstruktur dalam bentuk kuesioner. Menurut Hadi (2005), kuisioner
dibagi dalam dua kategori yaitu:
a. Kuisioner tidak langsung, yaitu dengan membagikan kuisioner kepada
responden, jika telah diisi lengkap kuisioner diserahkan kembali kepada
peneliti, dikirim atau diambil langsung oleh peneliti.
b. Kuisioner langsung, yaitu peneliti langsung mewawancarai responden dengan
pedoman kuisioner yang telah disiapkan. Guna menghindari salah interpretasi
dari respon tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan maka pada
penelitian ini dilakukan kuisioner langsung.
Data sekunder diperoleh dari berbagai instansi yang terkait antara lain Badan
Pusat Statistik, Dinas Kebersihan Kota Medan berupa dokumen-dokumen
kebijakan, publikasi hasil penelitian dan berbagai referensi yang terkait dengan
penelitian ini.
Liter/hari/jiwa)
35 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Berat Rata-rata
Kg/hari/jiwa)
Lakukan perhitungan volume total sampah per hari sebagai fungsi jumlah
penduduk. Untuk menghitung kebutuhan luas lahan TPA mengacu pada
petunjuk teknis Nomor CT/S/Re-CT/004/98 dengan rumus sebagai berikut :
dimana :
L = Luas lahan yang dibutuhkan setiap tahun (m2)
V = Volume sampah
T = Ketinggian timbulan yang direncanakan (m)
0.7 dan 1.1.5 = Konstanta
dimana :
H = Luas total lahan (m2)
L = Luas lahan setahun (m2)
I = Umur lahan (tahun)
J = Ratio luas lahan total dengan luas lahan efektif (1,2)
36 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Gambar 3.1
Kerangka Skema Penelitian
37 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Medan didirikan oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawi pada tahun 1590. John
Anderson, orang Eropa yang pertama mengunjungi Deli pada tahun 1833
menemukan sebuah kampung yang bernama Medan. Kampung ini berpenduduk
200 orang dan seorang pemimpin bernama Tuanku Pulau Berayan sudah sejak
beberapa tahun bermukim disana untuk menarik pajak dari sampan-sampan
pengangkut lada yang menuruni sungai. Pada tahun 1886, Medan secara resmi
memperoleh status sebagai kota, dan tahun berikutnya residen Pesisir Timur
serta Sultan Deli pindah ke Medan. Tahun 1909, Medan menjadi kota yang
penting di luar Jawa, terutama setelah pemerintah kolonial membuka
perusahaan perkebunan secara besar-besaran. Dewan kota yang pertama terdiri
dari 12 anggota orang Eropa, dua orang bumiputra, dan seorang Tionghoa.
38 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 terdapat dua gelombang migrasi besar
ke Medan. Gelombang pertama berupa kedatangan orang Tionghoa dan Jawa
sebagai kuli kontrak perkebunan. Tetapi setelah tahun 1880 perusahaan
perkebunan berhenti mendatangkan orang Tionghoa, karena sebagian besar dari
mereka lari meninggalkan kebun dan sering melakukan kerusuhan. Perusahaan
kemudian sepenuhnya mendatangkan orang Jawa sebagai kuli perkebunan.
Orang-orang Tionghoa bekas buruh perkebunan kemudian didorong untuk
mengembangkan sektor perdagangan. Gelombang kedua ialah kedatangan orang
Minangkabau, Mandailing dan Aceh. Mereka datang ke Medan bukan untuk
bekerja sebagai buruh perkebunan, tetapi untuk berdagang, menjadi guru dan
ulama. Sejak tahun 1950, Medan telah beberapa kali melakukan perluasan areal,
dari 1.853 ha menjadi 26.510 ha di tahun 1974. Dengan demikian dalam tempo
25 tahun setelah penyerahan kedaulatan, kota Medan telah bertambah luas
hampir delapan belas kali lipat.
Tabel IV.1
Batas Wilayah Kota Medan
39 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Gambar 4.1
Peta Kecamatan Kota Medan
40 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat. Melalui
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973 Kota Medan
kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11
Kecamatan dengan 116 Kelurahan. Berdasarkan luas administrasi yang sama
maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD,
tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran Kelurahan menjadi 144
Kelurahan.
Tabel IV.2
Jumlah Kecamatan berdasarkan Kelurahan Kota Medan
41 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
4.1.3 Demografis
Penduduk Kota Medan terdiri dari berbagai macam suku atau etnis. Sebelum
kedatangan bangsa asing ke wilayah Medan yang merupakan bagian dari
wilayah Sumatera Timur pada saat itu, penduduk Medan masih dihuni oleh
suku-suku asli, seperti : Melayu, Simalungun, dan Karo. Namun, seiring dengan
hadir dan berkembangnya perkebunan tembakau di Sumatera Timur maka
demografi penduduk Medan berubah dengan hadirnya suku-suku pendatang,
seperti Jawa, Batak Toba, Cina, dan India. Suku-suku pendatang itu tinggal
menetap dan telah bercampur baur dengan penduduk asli sehingga Kota Medan
sampai saat ini dihuni oleh berbagai macam etnis, seperti : Melayu, Simalungun,
Batak Toba, Mandailing, Cina, Angkola, Karo, Tamil, Benggali, Jawa, dan lain
sebagai. Suku-suku yang ada di Kota Medan ini hidup secara harmonis dan
toleran antara satu suku dengan yang lain.
Pada tahun 2012, penduduk Kota Medan mencapai 2.122.804 jiwa. Dibanding
hasil Proyeksi Penduduk 2012, terjadi pertambahan penduduk sebesar 5.580
jiwa (0,26%). Dengan luas wilayah mencapai 265,10 km, kepadatan penduduk
mencapai 7.987 jiwa/ km. Komposi Penduduk Kota Medan tidak hanya dilihat
berdasarkan suku, tetapi juga berdasarkan jenis kelamin, agama, mata
pencaharian, dan pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel IV.3
Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan dan Jenis Kelamin
Tahun 2012
Jika dilihat berdasarkan jumlah penduduk Kota Medan yakni sebanyak 2.122.804
jiwa , maka kebutuhan tenaga pengumpul adalah sebanyak 2000 orang dan
tenaga muat untuk pengangkutan adalah sebanyak 2000 orang, sehingga jumlah
tenaga yang dibutuhkan adalah sebanyak 4000 orang. Bentuk kelembagaan
pengelola sampah sangat terkait dengan klasifikasi kota. Berdasarkan jumlah
penduduknya Kota Medan dikategorikan sebagai kota Besar.
Tabel IV.4
43 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Kepadatan
Luas Wilayah
No. Kecamatan Penduduk Penduduk per
(Km2) 2
Km
1 Medan Tuntungan 20,68 82 042 3967,21
2 Medan Johor 14,58 125 913 8636,01
3 Medan Amplas 11,19 116 227 10386,68
4 Medan Denai 9,05 142 001 15690,72
5 Medan Area 5,52 96 675 17513,59
6 Medan Kota 5,27 72 685 13792,22
7 Medan Maimun 2,98 39 665 13310,40
8 Medan polonia 9,01 53 552 5943,62
9 Medan Baru 5,84 39 577 6776,88
10 Medan Selayang 12,81 100 455 7841,92
11 Medan Sunggal 15,44 112 967 7316,52
12 Medan Helvetia 13,16 145 519 11057,67
13 Medan Petisah 6,82 61 855 9069,65
14 Medan Barat 5,33 70 912 13304,32
15 Medan Timur 7,76 108 792 14019,59
16 Medan Perjuangan 4,09 93 526 22866,99
17 Medan Tembung 7,99 133 841 16751,06
18 Medan Deli 20,84 170 931 8202,06
19 Medan labuhan 36,67 112 642 3071,78
20 Medan Marelan 23,82 147 318 6184,63
21 Medan Belawan 26,25 95 709 3646,06
Tahun 2012 265,10 2 122 804 8 007,56
2011 265,10 2 117 224 7 987,00
2010 265,10 2 097 610 7 913,00
2009 265,10 2 121 053 8 001,00
Sumber : Kota Medan dalam Angka 2013, BPS Kota Medan
Tabel IV.5
44 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Tabel IV.6
45 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Tahun 2012
Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat jumlah penduduk terbanyak berada pada
Kecamatan Medan Deli dengan jumlah 170,931 orang yang dihuni oleh 84.449
laki-laki dan 84.449 perempuan. Sementara itu, Kecamatan Medan Baru lebih
banyak didominasi oleh penduduk berjenis kelamin perempuan daripda
penduduk yang berjenis kelamin laki-laki yang hanya berjumlah 17.574 orang.
Berdasarkan Tabel di atas juga dapat disimpulkan bahwa penduduk Kota Medan
bila dirinci dari jenis kelaminnya berjumlah 2.122.804 orang dengan 1.047.875
penduduk berjenis kelamin laki-laki dan 1.074.929 penduduk berjenis kelamin
perempuan. Peningkatan Komposisi penduduk Kota Medan dapat dilihat
berdasarkan jenis kelamin dari tahun ke tahun.
46 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Tabel IV.7
Data Sarana Pendidikan di Kota Medan
Tabel IV.8
Data Sarana Kesehatan di Kota Medan
47 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Pada bidang pertanian sampah dapat digunakan sebagai pupuk dan pestisida.
Sampah organik dapat diolah menjadi pupuk organik cair dan pestisida organik
cair. Maka masyarakat yang bermatapencaharian bergerak di bidang pertanian,
perikanan, peternakan dan kehutanan dapat mempergunakan sampah organik
dengan cara mengolah sampah tersebut menjadi pupuk organik cair dan
pestisida organik cair. Dengan demikian ketergantungan petani terhadap pupuk
kimia dapat dikurangi. Di dunia terdapat hampir 23 juta ha lahan pertanian
dikelola menggunakan teknik pertanian organik. Rata-rata persentase lahan
organik dibanding pertanian biasa sekitar 4% - 6%. Di Indonesia terdapat sekitar
48 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
1. Pewadahan
Pewadahan merupakan suatu cara penampungan sampah sementara di
sumbernya baik individual maupun komunal. Ada beberapa tujuan dilakukan
pewadahan ini yaitu memudahkan pengumpulan dan pengangkutan, mengatasi
timbulnya bau busuk dan menghindari perhatian dari binatang, menghindari air
hujan dan menghindari pencampuran sampah.
Untuk saat ini di pemukiman Kota Medan cara pewadahan sampah yang
dilakukan adalah pola individual dan terbatas pada kegiatan komersial sementara
kegiatan domestik belum dilakukan pewadahan. Wadah-wadah individual ini di
tempatkan di depan rumah, bangunan dan ruko di sepanjang jalan dan bentuk
wadah yang digunakan bemacam-macam dapat dilihat pada Gambar 4.2. Setiap
biayanya menyediakan 1 unit wadah yang terbuat dari keranjang anyaman
bambu, drum bekas, wadah sisa cat dan wadah sampah khusus yang dibuat dari
tembok permanen. Wadah-wadah tersebut tidak tertutup dan dibiarkan terbuka,
jika terdapat sisa-sisa makanan seringkali dimasuki oleh binatang sehingga
sampah-sampah berserakan disekitar wadah, sehingga mengurangi nilai estetika
kota.
Namun untuk masa-masa yang akan datang wadah yang disediakan hendaknya
dapat berfungsi seperti diharapkan semestinya. Tidak standarnya wadah tempat
pembuangan sampah misalnya untuk sebagian toko, ukuran wadah tersebut
terlalu kecil sehingga wadah ini juga tidak dapat dimanfaatkan dengan baik,
misalnya sampah berupa kardus ukurannya yang relatif besar sehingga tidak bisa
masuk ke dalam wadah. Penempatan wadah berada di sepanjang jalan utama
dimana pada jalan tersebut terdapat banyak toko/ruko yang merupakan sumber
timbulan sampah.
49 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Gambar 4.2
Pewadahan Sampah yang biasa terdapat di Pemukiman Penduduk
Sumber: Hasil Observasi, 2013
50 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Gambar 4.3
Kondisi Sampah yang Ditumpuk Sembarang di Pasar Tradisional
51 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
52 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Gambar 4.4
Pengumpulan Sampah Menggunakan Tripper Truck dari Sumber Timbulan
Sumber: Hasil Observasi, 2013
Gambar 4.5
Pengumpulan Sampah Menggunakan Gerobak/Becak Sampah pada Daerah yang
Tidak Bisa dilalui oleh Tripper Truck
Sumber: Hasil Observasi, 2013
Gambar 4.6
Kondisi TPA Terjun di Kecamatan Medan Marelan
Sumber: Hasil Observasi, 2013
54 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Gambar 4.7
Pemilahan Sampah yang dilakukan Pemulung di Lokasi TPA Terjun
Kecamatan Medan Marelan
Sumber: Hasil Observasi, 2013
55 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Pewadahan/Pemilahan
Pengumpulan/Pengangkutan
TPA
Pemilahan/Pengolahan
(Sampah Daur Ulang dan Kompos)
Gambar 4.8
Pola Teknis Operasional Pemilahan Sampah Kota Medan
Sumber: Hasil Observasi, 2013
Adapun yang menjadi Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) Dinas Kebersihan Kota
Medan Menurut Perda No. 3/2009 Jo. Peraturan Walkiota No. 14/2010:
1. Peraturan kebijakan teknis dibidang kebersihan,
2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan pelayanan umun dibidang
kebersihan,
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang kebersihan,
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas
dan fungsinya.
56 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Gambar 4.9
Bagan Organisasi Dinas Kebersihan Kota Medan
Sumber: Dinas Kebersihan Kota Medan, 2011
57 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Menurut Syafrudin dan Priyambada (2001), ada tiga aturan dasar yang harus
dimiliki daerah dalam pengelolaan sampah diantaranya adalah sebagai berikut:
1. peraturan daerah tentang ketentuan-ketentuan pembuangan sampah
2. peraturan daerah tentang organisasi pengelolaan
3. peraturan daerah tentang tarif retribusi sampah.
58 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Gambar 4.10
Warga Mengumpulkan Sampah Plastik yang Mencemari Sungai Babura, Medan
Sumber: www.indoforum.org
Jika dikaitkan antara jumlah penduduk per kecamatan dengan rata-rata timbulan
sampah per jiwa perhari maka dapat diprediksi besaran timbulan sampah per
harinya, dapat dilihat pada Tabel IV.9 berikut:
59 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Tabel IV.9
Data Persampahan Per Kecamatan di Kota Medan
(dalam satuan kilogram)
Standar
Jumlah Jumlah
Timbulan Jumlah Jumlah
Jumlah Luas Timbulan Timbulan
Sampah Timbulan Timbulan
No. Kecamatan Penduduk Wilayah Sampah Sampah
(per Sampah Sampah
(jiwa) (Km2) (per (per
kg/orang/ (kg/hari) (kg/tahun) 3 3
m /hari) m /tahun)
hari)
1 Medan 82.042 20,68 0,5 41.021 14.972.665 41,02 14.973
Tuntungan
2 Medan Johor 125.913 14,58 0,5 62.957 22.979.123 62,96 22.979
3 Medan 116.227 11,19 0,5 58.114 21.211.428 58,11 21.211
Amplas
4 Medan Denai 142.001 9,05 0,5 71.001 25.915.183 71,00 25.915
5 Medan Area 96.675 5,52 0,5 48.338 17.643.188 48,34 17.643
6 Medan Kota 72.685 5,27 0,5 36.343 13.265.013 36,34 13.265
7 Medan 39.665 2,98 0,5 19.833 7.238.863 19,83 7.239
Maimun
8 Medan 53.552 9,01 0,5 26.776 9.773.240 26,78 9.773
Polonia
9 Medan Baru 39.577 5,84 0,5 19.789 7.222.803 19,79 7.223
10 Medan 100.455 12,81 0,5 50.228 18.333.038 50,23 18.333
Selayang
11 Medan 112.967 15,44 0,5 56.484 20.616.478 56,48 20.616
Sunggal
12 Medan 145.519 13,16 0,5 72.760 26.557.218 72,76 26.557
Helvetia
13 Medan 61.855 6,82 0,5 30.928 11.288.538 30,93 11.289
Petisah
14 Medan Barat 70.912 5,33 0,5 35.456 12.941.440 35,46 12.941
15 Medan Timur 108.792 7,76 0,5 54.396 19.854.540 54,40 19.855
16 Medan 93.526 4,09 0,5 46.763 17.068.495 46,76 17.068
Perjuangan
17 Medan 133.841 7,99 0,5 66.921 24.425.983 66,92 24.426
Tembung
18 Medan Deli 170.931 20,84 0,5 85.466 31.194.908 85,47 31.195
19 Medan 112.642 36,67 0,5 56.321 20.557.165 56,32 20.557
Labuhan
20 Medan 147.318 23,82 0,5 73.659 26.885.535 73,66 26.886
Marelan
21 Medan 95.709 26,25 0,5 47.855 17.466.893 47,85 17.467
Belawan
TOTAL 2.122.804 265,1 1.061.402 387.411.730 1.061 387.412
Satuan 1.061 387.412
dalam Ton
Sumber: Data Diolah, 2013
Diambil rata-rata timbulan sampah untuk kota besar 0,5 kg/org/hr berdasarkan data SNI 19-3964-1994 [18]
60 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Tabel IV.10
Data Persampahan Per Kecamatan di Kota Medan
(dalam satuan liter)
Standar
Jumlah Jumlah Jumlah
Timbulan Jumlah
Jumlah Luas Timbulan Timbulan Timbulan
Sampah Timbulan
No. Kecamatan Penduduk Wilayah Sampah Sampah Sampah
(per Sampah
(jiwa) (Km2) (per (per (per
liter/orang (per lt/tahun)
lt/hari) m3/hari) m3/tahun)
/hari)
1 Medan 82.042 20,68 2,5 205.105 74.863.325 205,11 74.863
Tuntungan
2 Medan Johor 125.913 14,58 2,5 314.783 114.895.613 314,78 114.896
3 Medan Amplas 116.227 11,19 2,5 290.568 106.057.138 290,57 106.057
4 Medan Denai 142.001 9,05 2,5 355.003 129.575.913 355,00 129.576
5 Medan Area 96.675 5,52 2,5 241.688 88.215.938 241,69 88.216
6 Medan Kota 72.685 5,27 2,5 181.713 66.325.063 181,71 66.325
7 Medan Maimun 39.665 2,98 2,5 99.163 36.194.313 99,16 36.194
8 Medan Polonia 53.552 9,01 2,5 133.880 48.866.200 133,88 48.866
9 Medan Baru 39.577 5,84 2,5 98.943 36.114.013 98,94 36.114
10 Medan Selayang 100.455 12,81 2,5 251.138 91.665.188 251,14 91.665
11 Medan Sunggal 112.967 15,44 2,5 282.418 103.082.388 282,42 103.082
12 Medan Helvetia 145.519 13,16 2,5 363.798 132.786.088 363,80 132.786
13 Medan Petisah 61.855 6,82 2,5 154.638 56.442.688 154,64 56.443
14 Medan Barat 70.912 5,33 2,5 177.280 64.707.200 177,28 64.707
15 Medan Timur 108.792 7,76 2,5 271.980 99.272.700 271,98 99.273
16 Medan 93.526 4,09 2,5 233.815 85.342.475 233,82 85.342
Perjuangan
17 Medan 133.841 7,99 2,5 334.603 122.129.913 334,60 122.130
Tembung
18 Medan Deli 170.931 20,84 2,5 427.328 155.974.538 427,33 155.975
19 Medan Labuhan 112.642 36,67 2,5 281.605 102.785.825 281,61 102.786
20 Medan Marelan 147.318 23,82 2,5 368.295 134.427.675 368,30 134.428
21 Medan Belawan 95.709 26,25 2,5 239.273 87.334.463 239,27 87.334
TOTAL 2.122.804 265,1 2,5 5.307.010 1.937.058.650 5.307 1.937.059
Satuan Meter Kubik 5.307 1.937.059
Sumber: Data Diolah, 2013
Diambil rata-rata timbulan sampah untuk kota besar 2,5 lt/org/hr berdasarkan data SNI 19-3964-1994 [18]
61 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Tabel IV.11
Data Peningkatan Volume Sampah di Kota Medan
Tahun 1997-2012
Standar
Luas
Jumlah Timbulan Total Timbulan Total Timbulan Total Timbulan
Wilayah
Tahun Penduduk Sampah Sampah Sampah Sampah
Kota
(jiwa) (per (per kg/hari) (per ton/tahun) (per m3/tahun)
(Km2)
kg/orang/hari)
1997 1.899.028 265,1 0,5 949.514 346.573 346,57
1998 1.901.067 265,1 0,5 950.534 346.945 346,94
1999 1.902.500 265,1 0,5 951.250 347.206 347,21
2000 1.904.273 265,1 0,5 952.137 347.530 347,53
2001 1.926.520 265,1 0,5 963.260 351.590 351,59
2002 1.963.882 265,1 0,5 981.941 358.408 358,41
2003 1.993.602 265,1 0,5 996.801 363.832 363,83
2004 2.006.142 265,1 0,5 1.003.071 366.121 366,12
2005 2.036.185 265,1 0,5 1.018.093 371.604 371,60
2006 2.067.288 265,1 0,5 1.033.644 377.280 377,28
2007 2.083.156 265,1 0,5 1.041.578 380.176 380,18
2008 2.102.105 265,1 0,5 1.051.053 383.634 383,63
2009 2.121.053 265,1 0,5 1.060.527 387.092 387,09
2010 2.097.610 265,1 0,5 1.048.805 382.814 382,81
2011 2.117.224 265,1 0,5 1.058.612 386.393 386,39
2012 2.122.804 265,1 0,5 1.061.402 387.412 387,41
62 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Gambar 4.11
Grafik Peningkatan Volume Sampah Kota Medan
Tahun 1997-2012
Tabel IV.12
Proyeksi Peningkatan Volume Sampah di Kota Medan
Tahun 1997-2018
Total Timbulan
Tahun Sampah
(per m3/tahun)
1997 346,57
1998 346,94
1999 347,21
2000 347,53
2001 351,59
2002 358,41
2003 363,83
2004 366,12
2005 371,60
2006 377,28
2007 380,18
2008 383,63
2009 387,09
2010 382,81
2011 386,39
2012 387,41
63 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Total Timbulan
Tahun Sampah
(per m3/tahun)
2013 392,63
2014 395,94
2015 399,26
2016 402,57
2017 405,88
2018 409,19
64 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Tabel IV.13
Sarana dan Prasarana Dinas Kebersihan Kota Medan
Jumlah
Kapasitas
Jumlah Sampah
No. Jenis Sarana Angkut
(unit) 3 Terangkut
(m ) 3
(m )
Pengangkutan Sampah
1 Becak Sampah 750 1 750
2 Gerobak Sampah 335 1 335
3 Tripper Truk 162 8 1.296
4 Arm Roll Truk 22 10 220
5 Ambulance (Patroli Sampah) 6 4 24
6 Compactor Truk 7 12 84
7 Road Sweeper 7 6 42
65 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
a. Sampah kertas untuk saat ini sama sekali belum memiliki nilai ekonomi,
sehingga sampah kertas berupa koran, kardus langsung dibuang oleh
sumber sampah dan tidak di pungut kembali oleh pemulung.
b. Sebagian besar masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok
berbelanja setiap hari dan sebagian besar tidak membawa tempat
belanjaan hal ini meningkatkan potensi timbulan sampah plastik.
Komposisi sampah dari tahun ke tahun akan mengalami perubahan jenis, hal ini
berkaitan dengan adanya peningkatan kehidupan masyarakat.
Tindakan yang bisa dilakukan untuk setiap sumber sampah dalam mengurangi
produksi sampah adalah sebagai berikut:
1. Rumah Tangga, dalam mengurangi produksi sampahnya dapat
melakukan tindakan berupa reduce dan reuse. Pada tingkat rumah tangga
atau pemukiman, Ibu rumah tangga mempunyai peran yang besar dalam
mengurangi produksi sampah . Hal yang bisa dilakukan para ibu rumah
tangga dalam mengurangi produksi sampah diantaranya adalah:
Merubah kebiasaan para ibu rumah tangga dalam berbelanja
yakni biasanya tidak membawa tempat belanjaan menjadi
membawa tempat belanjaan ketika belanja. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukan bahwa 84,8 % ibu rumah tangga
berbelanja tidak membawa tempat belanjaan dari rumah sehingga
potensi menimbulkan sampah plastik terutama kantong plastik.
Sampah plastik yang dihasilkan tersebut hanya 21,2 % ibu rumah
tangga yang mengunakan kembali baik untuk keperluan sendiri
maupun diserahkan kepada yang membutuhkan.
Membiasakan menggunakan produk isi ulang, misalnya
penggunaan bahan pencuci yang menggunakan wadah isi ulang;
Menghindari penggunaan barang sekali pakai misalnya
menghindari pengunaan tissue dengan beralih menggunakan sapu
tangan;
66 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Menggunakan barang-barang atau produk yang tahan lama atau
masa pakainya lama, misalnya bola lampu menggunakan yang
hemat energi dan tahan lama;
Botol bekas sirup, jerigen bekas minyak goreng dapat digunakan
kembali sebagai wadah tempat air minum atau wadah madu
lebah atau tempat minyak goreng hasil home industri;
Tempat belanjaan yang digunakan agar dapat dipakai secara
berulang-ulang misalnya menggunakan keranjang dari hasil
anyaman bambu atau tas dari anyaman pandan. Tindakan ini
selain berfungsi dalam mereduksi timbulan sampah juga
merupakan pangsa pasar bagi perajin anyaman bambu dan
pandan sehingga dapat membantu sektor yang lainnya.
Penggunaan barang elektronik diusahakan mengunakan baterai
yang bisa diisi ulang, misalnya baterai untuk mainan anak-anak
menggunakan baterai yang bisa diisi ulang.
2. Perkantoran (swasta maupun pemerintah) dan sekolah, dapat
mengurangi produksi sampah melalui pendekatan Reduce dan Reuse,
tindakan-tindakan yang dilakukan dapat berupa:
Penghematan penggunaan alat tulis berupa kertas dapat
dilakukan dengan penggunaan kedua sisi kertas dan spasi yang
tepat untuk penulisan laporan dan fotokopi;
Penggunaan balpoint yang dapat diisi kembali;
Memaksimalkan penggunaan komputer , dimana komputer tidak
hanya digunakan untuk pengetikan tetapi juga digunakan
menyimpan data atau sistim pengarsipan sehingga dapat
mengurangi penggunaan kertas;
Dalam penjilidan laporan sedapat mungkin menghindari
penggunaan plastik.
Dalam melaksanakan seminar, rapat atau kegiatan lainnya
sedapat mungkin menghindari penggunaan wadah minum dari
plastik.
Penggunaan alat tulis yang bisa digunakan berulang kali; (g).
Penggunaan alat-alat penyimpan elektronik yang dapat dihapus
dan ditulis kembali.
3. Kegiatan Komersil, para pengusaha baik itu rumah makan, toko, hotel
maupun pedagang tanaman hias atau pecinta tanaman hias serta
kelompok ekonomi masyarakat lainnya , dalam mengurangi produksi dan
mengurangi potensi sampah yang dihasilkan dapat menerapkan
pendekatan Reduce, Reuse dan Recycle . Misalnya toko, rumah makan
dan hotel dapat menerapkan hal-hal berikut:
Memberikan tambahan biaya bagi pembeli yang meminta
kemasan/ pembungkus untuk produk yang dibelinya;
Memberikan kemasan/pembungkus hanya kepada produk yang
benar-benar memerlukannya;
Menyediakan pembungkus yang mudah terurai misalnya rumah
makan sedapat mungkin pembungkus menggunakan daun pisang
67 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Pembuatan kompos dari 5.000 ton bahan organik basah dihasilkan 3000 ton
kompos artinya terjadi penyusutan sebesar 40 %. Dengan demikian jika bahan
organik basah yang dihasilkan di Ranai sebesar 1,57 ton dapat menghasilkan
kompos sebanyak 942 kg kompos per hari. Di beberapa daerah di Indonesia
harga jual kompos berkisar antara Rp 300/kg ? Rp 500/kg. Jika kompos yang
dihasilkan dijual dengan kisaran harga tersebut maka pendapatan yang
diperoleh per hari adalah Rp 282.600 ? Rp 471.000, maka dalam satu bulan jika
pengolahan sampah organik basah dilakukan dengan benar dapat menambah
pemasukan bagi pengelola dengan kisaran Rp. 8.478.000/bulan ? Rp
14.130.000/bulan. Dari hasil tesebut dapat setara dengan biaya operasional
pengangkutan sampah sebesar 29% - 48%
68 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Gambar 4.12
Pola Pemanfaatan Sampah dengan Menggunakan Pendekatan
Mereduksi Produksi Sampah dan Mengurangi Sampah yang telah dihasilkan
Selain pembuatan kompos kegiatan daur ulang sampah plastik fit dapat
ditingkatkan karena potensi sampah plastik cukup besar yakni 15,81 %, Jika
diasumsikan 30 % dari sampah plastik tersebut berupa plastik fit maka per hari
bahan baku plastik fit yang tersedia adalah 15.81 % dari 4,8 ton adalah 0,76 ton,
maka jumlah plastik fit adalah 30 % dari 0,76 ton adalah 228 kg per hari jadi
untuk satu bulan bahan baku yang tersedia adalah 6,84 ton. Jika dalam proses
produksi terjadi penyusutan sebesar 20 % maka dari 6,84 ton plastik fit dapat
69 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
menghasilkan 5,5 ton hasil cacahan plastik. Harga penjualan plastik fit per 1 kg
adalah Rp 5.000 maka nilai ekonomi yang diperoleh dari pencacahan sampah
plastik fit adalah Rp 27.500.000 per bulan. Biaya produksi dan penjualan untuk
satu ton hasil cacahan sampah adalah Rp 1.868.250, maka untuk 5,5 ton
dibutuhkan biaya sebesar Rp 10.275.375,- maka keuntungan adalah sebesar Rp
17.224.625. Dari nilai ini penghasilan yang diperoleh oleh setiap anggota per
bulan adalah 80 % dari Rp 17.224.625 dibagikan untuk 10 orang anggota maka
masing-masing mendapatkan Rp 1.377.970. per bulan.
Dari data potensi timbulan sampah, maka dapat ditentukan jumlah kebutuhan
wadah sampah setiap sumber sampah. Pewadahan yang baik adalah yang
terbuat dari bahan yang berasal dari plastik, bambu, seng atau besi ,karena
operasinya lebih mudah, murah, estetis, fleksibel dan tahan lebih lama. Pola
pewadahan yang lebih tepat untuk kota atau daerah yang belum teratur dengan
kemampuan operasional dan pendanaan yang rendah serta potensi sampah yang
masih rendah adalah pola komunal.
70 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Tabel IV.14
Uraian Perhitungan Kebutuhan Wadah Sampah di Kota Medan
Jumlah pewadahan yang tersedia saat ini belum merata untuk setiap rumah
tangga sementara kebutuhan idealnya adalah 132.675 unit, artinya bahwa
pengadaan wadah untuk menampung sampah domestik adalah 100 %.
71 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Tabel IV.15
Uraian Perhitungan Kebutuhan Tenaga dan Alat Angkut Sampah
(Tripper Truck)
72 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Perhitungan kebutuhan alat angkut gerobak sampah, becak sampah dan tenaga
kerja dapat dilihat pada Tabel IV.16 dan Tabel IV.17 dibawah ini:
Tabel IV.16
Uraian Perhitungan Kebutuhan Tenaga dan Alat Angkut Sampah
(Gerobak Sampah)
Tabel IV.17
Uraian Perhitungan Kebutuhan Tenaga dan Alat Angkut Sampah
(Becak Sampah)
73 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
dimana:
L = Luas lahan yang dibutuhkan setiap tahun (m2)
V = Volume sampah
T = Ketinggian timbunan yang direncanakan (m)
0.7 dan 1.1.5 = Konstanta
H = LxIxJ
dimana:
H = Luas total lahan (m2)
L = Luas lahan setahun (m2)
I = Umur lahan
J = Rasio luas lahan total dengan luas lahan efektif (1,2)
Berdasarkan data yang diperoleh sangat tidak memungkinkan kondisi TPA Terjun
untuk menampung keseluruhan sumber timbulan sampah dari 21 kecamatan
yang ada di Kota Medan jika tidak menambah lokasi TPA dan menrepakan
metode pengolahan sampah yang optimal. Jika pendekatan pengurangan
sampah mulai dari sumbernya dengan prinsip 3R dilakukan dengan baik maka
74 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
dapat memperpanjang umur TPA. Daya dukung lahan untuk lokasi TPA yang
relatif besar maka pengurangan potensi sampah yang sampai di lokasi TPA tidak
terlalu berpengaruh terhadap kebutuhan lahan karena ada gap yang besar
antara kebutuhan dengan lahan yang tersedia.
75 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Dalam penilaian situasi ini alat analisis yang digunakan adalah SWOT dengan
menggambarkan kondisi internal dan eksternal. Kondisi internal adalah
menggambarkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dalam rencana
pengelolaan sampah sehingga nantinya diharapkan kekuatan yang ada dapat
dimanfaatkan semaksimal mungkin dan kelemahan dapat dikurangi. Begitu juga
dengan kondisi eksternal yaitu peluang dan ancaman, dalam hal ini bagaimana
kita mengembangkan strategi sehingga peluang yang ada dapat dimanfaatkan
dengan baik sementara ancaman dapat tanggulangi.
76 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
1. Kekuatan (Strength-S)
a. Terdapat institusi pengelola sampah, dengan bentuk kelembagaan
berupa seksi pada dinas Kebersihan Kota Medan
b. Sudah tersedia Sarana dan parasarana pengelolaan sampah
berupa wadah, alat angkut dan TPA.
c. Tenaga kerja sudah tersedia, baik tenaga muat maupun tenaga
penyapu jalan.
d. APBD Kota Medan yang cukup besar
e. Terdapat lembaga/institusi yang memfasilitasi pemasaran daur
ulang sampah yakni Dinas Pertanian, Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan Badan Lingkungan Hidup.
2. Kelemahan (Weakness-W)
a. Masih sulitnya koordinasi antar instansi terkait.
b. Jumlah sarana dan prasarana masih kurang, baik alat angkut
maupun wadah pada sumber sampah serta kebutuhan lahan TPA
yang semakin terbatas.
c. Pengaturan tenaga kerja yang ada belum efektif
d. Kesadaran masyarakat yang masih kurang dalam menjaga
kebersihan lingkungan dan pengelolaan sampah.
e. Pemerintah mengganggap permasalahan sampah belum menjadi
masalah prioritas, sehingga perencanaan pengelolaan belum
menjadi perhatian.
f. Keterbatasan anggaran.
3. Peluang (Opportunity-O)
a. Adanya keinginan dan kemauan dari masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan kebersihan, hal ini diindikasikan
berdasarkan kuisioner yang disampaikan pada masyarakat 96.97
% berkeinginan mendapatkan pelayanan pembuangan sampah.
b. Persepsi masyarakat yang baik tentang sampah, hal ini terlihat
bahwa masyarakat sudah menyadari dampak yang ditimbulkan
oleh sampah, dimana 100 % menyatakan bahwa sampah
menimbulkan bau, 84,84 % menyatakan sampah dapat
menimbulkan pencemaran air, 90.91% menyatakan sampah
merupakan tempat berkembang biaknya bibit penyakit, 87.88 %
menyatakan bahwa sampah mengganggu
pemandangan/keindahan dan 48.48 % menyatakan bahwa
sampah dapat mencemari tanah. Dengan demikian masyarakat
menyatakan bahwa pembangunan tempat pembuangan akhir
harus berada jauh dari pemukiman masyarakat.
c. Tingkat partisipasi masyarakat yang baik, dimana berdasarkan
kuisioner yang dsampaikan kepada masyarakat bahwa 81.81%
rumah tangga telah memiliki tong sampah, 96.77% bersedia
membayar retribusi.
77 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
4. Ancamana (Threat-T)
a. Dari waktu ke waktu jumlah penduduk terus meningkat yang
diiringi oleh perubahan pola/gaya hidup.
b. Pertumbuhan kegiatan perekonomian semakin meningkat
terutama pertokoan, perhotelan , rumah makan dan fasiltas
umum lainnya.
c. Belum adanya regulasi berupa peraturan daerah yang mengatur
tentang pembuangan sampah dan retribusi sampah.
Berdasarkan pada kondisi internal yang merupakan potensi dan kelemahan, dan
faktor eksternal yang dimiliki sebagai peluang dan ancaman terdapat beberapa
strategi yang dapat dilakukan dengan mengembangkan potensi yang ada,
meminimalisir kelemahan, memanfaatkan peluang yang ada serta bagaimana
mengatur suatu ancaman menjadi peluang.
78 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
79 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
80 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
BAB 5
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian ini ada beberapa hal yang dapat disimpulkan yaitu:
81 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
82 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
5.2 Rekomendasi
Tabel V.1
Matriks Kondisi Pengelolaan Sampah dan Permasalahan Pengelolaan Sampah
serta Rekomendasi Model Pengelolaan
Aspek
No. Pengelolaan Kondisi Existing Permasalahan Rekomendasi
Sampah
1. Kelembagaan/ Jumlah penduduk kota Medan Kota Medan sebagai salah Membentuk lingkaran korrdinasi
Pemerintah sebanyak 2.122.804 jiwa yang satu kota Metropolitan di yang lebih efektif dan sinergis
berdasarkan SNI M-36-1991- Indonesia merupakan salah antara Dinas Kebersihan Kota
03 termasuk klasifikasi kota satu kota yang sangat Medan selaku pelaksana utama
Metropolitan yang tersebar rentan dengan produksi dengan instansi-instansi lainya
di 21 kecamatan yang ada. sampahnya yang yaitu Dinas Pertamanan, Dinas
diakibatkan oleh jumlah Tata Ruang dan Tata Bangunan,
Instansi pengelola yakni Dinas penduduk yang semakin Dinas Perumahan dan
Kebersihan Kota Medan banyak serta perilaku Pemukiman, Dinas Pertanian dan
masyarakat yang konsumtif Kelautan, Dinas Perindustrian
Teknis pengelolaan sampah yang apabila tidak dikelola dan Perdagangan, Dinas
diserahkan ke masing-masing dengan baik akan Pendidikan, Dinas Kesehatan dan
kecamatan dan kelurahan menimbulkan dampak Badan Lingkungan Hidup Kota
timbulan sampah yang Medan serta Pihak Swasta.
tidak terkontrol.
Membuat sistem koordinasi yang
Pengaruh dari sistem terpusat yaitu pengelolaan
pengelolaan sampah yang sampah sepenuh menjadi
diserahkan kepada masing- wewenang daripada Dinas
masing kecamatan dan Kebersihan Kota Medan
kelurahan, mengakibatkan walaupun tetap diteruskan
instansi pengelola kepada kecamatan dan
kebersihan yakni Dinas kelurahan.
Kebersihan Kota Medan
kesulitan dalam melakukan Bekerjasama dengan pihak
koordinasi yang efektif, swasta dalam melakukan
pendataan serta pengangkutan dan pengolahan
inventarisasi sarana dan sampah yang ada.
prasarana yang masih
produktif.
2. Hukum dan Undang-Undang Nomor 32 Belum terdapatnya Perlu disusun Peraturan Daerah
Peraturan Tahun 1992 tentang Peraturan Daerah yang yang berkaitan dengan
Kesehatan dan Undang- berkaitan dengan persampahan terutama tentang
Undang Nomor 32 Tahun persampahan terutama organisasi pengelola,
2004 tentang Pemerintah Peraturan Daerah tentang pembuangan sampah dan
Daerah standar retribusi, retribusi serta Peraturan Daerah
Peraturan Daerah tentang yang berkaitan dengan
pembuangan sampah dan pengelolaan sampah sehingga
kurangnya keterlibatan Perda tersebut dapat segera di
masyarakat dalam operasionalkan.
perencanaan pengelolaan
sampah
Masyarakat Rumah Jumlah penduduk kota Kesadaran masyarakat Melakukan sosialisasi terus
Tangga (RT) Medan sebanyak Kota Medan yang masih menerus kepada masyarakat
2.122.804 jiwa tersebar di sangat kurang dalam tentang perlunya menjaga
21 kecamatan yang ada menjaga kebersihan kebersihan lingkungan.
yang setiap tahun lingkungan dan
mengalami peningkatan. pengelolaan sampah dan Memberi pengarahan dan
masih adanya persepsi penyuluhan ke masing-masing
bahwa yang menjaga RT tentang bagaimana
kebersihan kota adalah melakukan
tanggungjawab Dinas pemisahan/pengolahan sampah
Kebersihan dan belum yang dimulai dari sampah rumah
menjadi tanggungjawab tangga.
bersama.
Memberikan keahlian kepada
Perilaku masyarakat yang kelompok-kelompok masyarakat
masih melakukan praktek- tentang proses daur ulang
praktek berikut: sampah sederhana yang dapat
Membuang sampah di mengurangi produksi sampah di
sungai TPA.
Membuang sampah
dipinggir jalan yang Dalam mengurangi produksi
sepi penduduk sampah RT dapat melakukan
Membuang sampah di tindakan berupa reduce dan
lahan-lahan kosong di reuse. Pada tingkat rumah
sekitar pemukiman tangga atau pemukiman, Ibu
Membuat tempat rumah tangga mempunyai peran
sampah permanen, besar dalam mengurangi
kemudian dibakar produksi sampah. Hal yang bisa
setelah penuh dibuang dilakukan adalah:
kelahan kosong Merubah kebiasaan para ibu
sebagai penimbun rumah tangga dalam
tanah berbelanja yakni biasanya
Membuang sampah ke tidak membawa tempat
parit atau selokan. belanjaan menjadi membawa
tempat belanjaan ketika
belanja.
Membiasakan menggunakan
produk isi ulang
Menghindari penggunaan
barang sekali pakai
Menggunakan barang-barang
atau produk yang tahan lama
atau masa pakainya lama
Memberdayakan barang-
barang bekas
Tempat belanjaan agar dapat
dipakai berulang-ulang
Penggunaan barang
elektronik diusahakan
menggunakan baterai yang
bisa diisi ulang
84 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Sekolah Terdapatnya kurang lebih Kurangnya pengertian dan Sekolah merupakan salah satu
1620 sarana pendidikan kesadaran tentang lembaga formal pendidikan yang
formal di kota Medan menjaga lingkungan yang berfungsi untuk meningkatkan
ditambah 23 pendidikan bersih dan perilaku hidup pengetahuan dan kemampuan
non formal yang ada. bersih dan sehat (PHBS) di anak, sekolah merupakan
lingkungan sekolah. tempat kita memperoleh
berbagai ilmu pengetahuan
sebagai bekal untuk bertahan
hidup di kemudian hari.
Pemahaman dan pengenalan
mendetail mengenai lingkungan
dapat diperoleh anak melalui
pendidikan di sekolah.
Cara ? cara yang perlu dilakukan
untuk membiasakan diri
memelihara lingkungan yang
dimulai dari sekolah antara lain
sebagai berikut.
Menyusun dan
memasyarakatkan perogram
sekolah hijau.
Melaksanakan program
sekolah hijau, yaitu:
- Membangun kegiatan
apotek hidup di sekolah.
- Mengurangi atau
menghemat penggunaan
lampu, pendingin ruang
kelas, konsumsi air dan
energi lainnya
- Membangun mekanisme
pembuangan sampah di
sekolah
- Membiasakan untuk
kegiatan hemat atau
bahkan mendaur ulang
semua kertas, plastik dan
sejenisnya
- Menyediakan tempat
sampah berdasarkan jenis
sampahnya
- Menyediakan tempat
sampah berdasarkan jenis
sampahnya.
- Mengkondisikan kegiatan
ekstra kulikuler berbasis
lingkungan, seperti
kelompok hijau, pecinta
alam dan sejenisnya
85 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Perkantoran (swasta Sebagai kota Metropolitan Masih rendahnya Penghematan penggunaan alat
dan pemerintah) dan pusat administrasi kesadaran dalam tulis berupa kertas dapat
provinsi, kota Medan mengurangi produksi dilakukan dengan penggunaan
memiliki banyak sampah kedua sisi kertas dan spasi yang
perkantoran dan dunia tepat untuk penulisan laporan
usaha lainnya. dan fotokopi
Memaksimalkan penggunaan
komputer, dimana komputer
tidak hanya digunakan untuk
pengetikan tetapi juga digunakan
menyimpan data atau sistim
pengarsipan sehingga dapat
mengurangi penggunaan kertas
(lesspaper)
Kegiatan Komersil Medan sebagai kota Peluang yang cukup besar Dalam mengurangi produksi dan
Metropolitan terkenal untuk menghasilkan mengurangi potensi sampah
sebagai pusat timbulan sampah jika tidak yang dihasilkan dapat
perbelanjaan dan segera ditangani dengan menerapkan pendekatan
kulinernya cermat Reduce, Reuse dan Recycle .
Misalnya toko, rumah makan
dan hotel dapat menerapkan hal-
hal berikut:
Memberikan tambahan biaya
bagi pembeli yang meminta
kemasan/ pembungkus untuk
produk yang dibelinya
Memberikan
kemasan/pembungkus hanya
kepada produk yang benar-
benar memerlukannya
Menyediakan pembungkus
yang mudah terurai (ramah
lingkungan) misalnya rumah
86 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Timbulan Sampah Belum terdapat data hasil Belum ada acuan dalam Perlu dilakukan pengukuran
pengukuran timbulan menyusun kebutuhan secara periodik sebagai dasar
sampah yang valid per wadah, alat angkut dan perencanaan di tahun berikutnya
jiwa per hari tenaga kerja pengelolaan
sampah Guna mengurangi produksi
sampah perlu dilakukan
Belum ada acuan dalam sosialisasi Petunjuk Teknis
upaya meminimalisasi Nomor CT/S/Re-TC/001/98
produksi sampah tentang Tata Cara Pengolahan
Sampah 3M pada instansi
Belum ada acuan dalam pemerintah dan swasta serta
upaya pengolahan sampah masyarakat.
Pewadahan Pola Individual Belum terdatanya jumlah Perlu pendataan yang valid
wadah yang valid dan baik tentang pewadahan ideal yang
Tersedianya wadah (sesuai standar) digunakan masyarakat
87 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
88 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
89 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2013. Kota Medan Dalam Angka. Kota Medan
Bai, R. and Sutanto, M. 2002. The Practice and Challenges of Solid Waste
Management in Singapore. Waste Management 22 (2002), pp. 557569
Hadi, S.P. 2005. Metodologi Penelitian Sosial: Kualitatif, Kuantitatif dan Kaji
Tindak. Program Magister Ilmu lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang.
90 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Sofian. 2007. Sukses Membuat Kompos dari Sampah. PT. Agromedia Pustaka,
Jakarta.
91 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Suyoto B. 2004. Malapetaka Sampah Kasus TPA Bantar Gebang, Kasus TPA/IPLT
Sumur Batu, Kasus TPST Bojong. PT Adi Kencana Aji, Jakarta
Syafrudin dan Priyambada I.B., 2001. Pengelolaan Limbah Padat. Diktat Kuliah
Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Undip, Semarang.
Winarno F.G, Budiman AFS., Silitonga T dan Soewardi B, 1985. Limbah Hasil
Pertanian. Kantor Menteri Muda Urusan Peningkatan Produksi Pangan, Jakarta.
92 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
L A M P I R A N
93 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Lampiran. 1
94 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
Lampiran. 2
95 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
96 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
97 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
98 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
99 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan
100 | K a j i a n P e n g e l o l a a n S a m p a h d a n S D M D i n a s K e b e r s i h a n
di Kota Medan