You are on page 1of 7

Kadar Serum Zinc dan Iron pada Diabetes Melitus

Tipe 2 dengan Periodontitis

Abstract :

Tujuan penulisan : Seng dan besi adalah nutrisi penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
dari makhluk hidup. Gangguan dari unsur runutan dapat menyebabkan perlawanan dari insulin
dan komplikasi pada diabetes. Tujuan dari penulisan ini ialah mengetahui hubungan antara kadar
serum seng dan besi pada diabetes melitus tipe 2 (T2DM) dengan atau tanpa periodontitis.

Bahan dan Cara Kerja : Penelitian ini dilakukan pada 3 yaitu kelompok orang sehat (kelompok
I, n=150), T2DM dengan periodontitis (kelompok II, n=150), dan T2DM tanpa periodontitis
(kelompok III, n=150). Seng diukur dengan metode Nitro-PAPS (pyridylazo-N-propyl-N-
sulfopropylamino-Phenol) dengan satuan g/dl. Serum besi diukur dengan metode Ramsay
Dipyridyl. Pembacaan diukur dengan SL 159-UV visible spectrophotometer (ELICO) dengan
gelombang 520 nm.

Hasil : Kadar serum seng dalam T2DM tanpa periodontitis (kelompok II) sangat tinggi
dibandingkan dengan kelompok lain. Kadar besi dalam kelompok II lebih tinggi dibandingkan
kelompok III, namun lebih kecil dibandingkan dengan kelompok I. Kenaikan kadar serum seng
dalam T2DM dengan periodontitis merupakan peran dari pro-oksidan yang di katalisis dengan
berbagai reaksi dan menghasilkan bentuk spesies oksigen reaktif.

Kesimpulan : Kadar tinggi dari besi memenuhi tempat penyimpanan, sehingga kandungan seng
terkuras pada T2DM dengan periodontitis. Hal tersebut menyebabkan stres oksidatif dan
meningkatkan produksi sitokinin. Kemudian hal tersebut menyebabkan perlawanan pada insulin
dan menurunkan sekresi insulin pada T2DM dengan periodontitis.

Kata Kunci : Besi, Diabetes Melitus tipe 2, Tekanan Oksidatif, Periodontitis, Seng

Pendahuluan

Diabetes mellitus tipe 2 adalah penyakit metabolism lazim dengan jumlah penderita
mencapai 85%-90% dari semua kasus diabetes pada negara berkembang1. Penderita T2DM
sudah mencpai 382 juta pada tahun 2013 dan pada 2035 diperkirakan akan bertambah sampai
592 juta penderita. Diabetes menyebabkan kematian mencapai angka 5,1 juta pada 2013. Setiap
6 detik satu orang meninggal karena diabetes2. Faktor utama penyebab timbulnya T2DM adalah
gaya hidup yang berubah, terutama pada daerah kota, obesitas, pola makan, dan perununan
aktivitas fisik3

Penyakit periodontal sering terjadi pada penderita T2DM. Penyakit periodontal


merupakan respon inflamasi dari bakteri yang ada pada ligamen periodontal gigi. Jika tidak
diatasi, dapat berdampak pada pengenduran/resesi dari ligamen periodontal, resorpsi tulang, dan
terlepasnya beberapa gigi4. Inflamasi periodontal merupakan inflamasi kronis pada manusia di
dunia. Inflamasi periodontal akan berujung pada periodontitis yang sudah mencapai 50%
penderita dewasa dan 60% pada penderita berumur 65 tahun keatas.

Seng merupakan zat yg tidak toksik dan kandungannya pada tubuh manusia sekitar 2-4 g
seng. Mikronutrien ini sangat penting untuk berbagai proses intraseluler pada 400 enzim yang
berbeda dan juga terdapat 3000 Zn-dependent yang menjadi faktor transkripsi, selain itu ada
protein lain seperti metaloenzim. Seng ini hampir serupa dengan insulin5.

Dalam pankreas, seng terlibat dalam proses pembentukan, penyimpanan, dan sekresi
insulin.Insulin terdapat dalam bentuk monomer dari seng bebas. Insulin terdapat dalam bentuk
heksamer yang melekat pada 2 molekul seng per mol heksamer. Ketika sel pankreas dirangsang
dengan adanya kenaikan kadar glukosa, maka insulin dan seng dikeluarkan dengan cara
eksositosis. Disosiasi dari insulin dan seng kompleks terjadi sebagai akibat dari pH ekstraseluler.
Proses disosiasi tersebut menghasilkan monomer dari insulin yang merupakan bentuk aktif dari
insulin. Gangguan dalam keseimbangan Zn dapat ditemukan dalam berbagai penyakit, seperti
Alzheimers disease, penyakit jantung, kanker, autoimun, dan diabetes. Dalam pasien diabetes,
intake dari Zn di hati kurang dan akhirnya kekurangan Zn.

Besi (Fe) berperan sebagai kofaktor dari beberapa enzim, termasuk dalam reaksi oksidasi
dan reduksi karena kemampuannya untuk berada dalam 2 jenis ion yaitu Ferrous (Fe2+) dan ferric
(Fe3+). Besi sangat penting bagi makhluk eukariotik dan prokariotik, dimana digunakan untuk sintesis
Heme, dan besi-sulfur (Fe-S) dan kofaktor lainnya. Protein Fe-S terlibat dalam katalisator, reaksi redoks,
respirasi, replikasi DNA, dan tranksripsi.Besi harus selalu seimbang agar tidak toksik. Pada sistem
metabolism Fe dalam tubuh manusia, uptake besi, pengangkutan, pengeluaran, penggunaan sangat diatur
ketat oleh tubuh. Logam besi memiliki fungsi penting dalam perkembangan penyakit diabetes dan
komplikasinya. Peningkatan penyimpanan besi sangat berhubungan dengan perkembangan diabetes dan
gangguan jantung. Besi merupakan prooksidan yang mengkatalisis beberapa reaksi seluler, menghasilkan
produksi ROS dengan akibat adanya peningkatan stress oksidatif.

Mineral menjalankan fungsi vital dalam perjalanan metabolisme dalam tubuh manusia.
Perkembangan dari penyakit diabetes melitus juga mengakibatkan gangguan pada metabolisme
mikronutrien. Percobaan dilakukan dengan berfokus pada kadar serum seng dan besi pada T2DM dengan
periodontitis.

Bahan dan Cara Kerja

Percobaan dilakukakn pada 450 subjek dengan rentang umur 25 sampai 56 tahun yang terdiri dari
3 kelompok individu sehat (kelompok I, n=150), T2DM dengan periodontitis (kelompok II, n=150), dan
T2DM tanpa periodontitis (kelompok III, n=150. Subjek kelompok I dengan populasi yang
disamaratakan, subjek kelompok II dari pasien SRM Speciality Hospital India, subjek kelompok III dari
pasien rawat jalan pada Departement of Periodontology dan Oral Implantology, SRM Dental College
India. Percobaan telah disetujui oleh Institutional Ethical Committee of Medical ad Health Science, SRM
University India dan semua subjek telah mensetujui persetujuan tindakan.
Penilaian Klnis dari Subjek Pengamatan

Informasi usia, jenis kelami, tekanan darah, body mass index (BMI), jangka waktu diabetes
melitus, pengobatan terakhir (suplementasi insulin dan agen hipoglikemik mulut), makanan dan
komplikasi diabetes melitus telah diperoleh dari kuisioner yang berstandard. Riwayat dasar klinis dan
demografi semua subjek telah dikumpulkan. Penilaian klinis pada subjek periodontitis yaitu pemeriksaan
gingiva, intra-oral, jumlah gigi yang ada dan hilang, penularan penyakit, pendalaman penyidikan.

Pocket Probing Depth (PPD) dan Clinical Attachment Loss (CAL) dimaksudkan untuk mengukur
dengan cermin mulut dan penyidikan periodontal William untuk menilai status periodontal. PPD diukur
sebagai jarak dari marginal periodontal sampai bagian bawah pocket yang diselediki. PPD diukur pada 6
tempat pergigi, dinyatakan dalam millimeter. Periodontitis ditandai dengan pengeroposan tulang yang
dibuktikan dengan pemeriksaan radiografi. Status periodontal diperiksa oleh ahli periodontal dari SRM
Dental College, Departemen Periodontal, Chennai.

Pasien Diabetes Melitus dibawah makanan khusus diabetes dan tidak mengkonsumsi suplemen
nutrisi dan obat-obatan lain yang dapat mengganggu kadar serum logam selama pengamatan.

Inklusi dan Pengecualian

Semua penderita periodontitis yang digolongkan kategori periodontitis harus memiliki lebih dari
30% lesi dengan Clinical Level Attachment (CAL) 3mm dan kedalaman pocket 5 mm, setidaknya 2
gigi di tiap kuadran dengan jumlah total 20 gigi. Subjek harus memiliki T2DM, diagnose dari tes glukosa
oral , jangka waktu maksimal 5 tahun.

Pengukuran Dasar

BMI dihitung dari berat badan dan tinggi badan, berat badan dengan satuan kilogram dibagi
dengan tinggi badan dengan satuan meter. Diperlukan juga ukuran sistol dan diastole. Sampel darah
diambil dari semua objek, kemudian dibuat serum dengan mesin sentrifugal 1500 rpm selama 10 menit.
HbA1c, dianalisa dengan metode cairan chromatography dan dinyatakan dengan satuan persen. Serum
glukosa diukur dengan metode glucose-oxidase-peroxide (GOD-POD), menggunakan alat reagen dari
Merck Specialities Private Limited, India.

Perkiraan Serum Zinc dan Besi

Serum Zinc ddiukur oleh alat dari Crest Biosystems, Goa, India dengan metode Nitro-PAPS
(pyridylazo-N-prophyl-N-sulfopropylamino-Phenol) dan dinyatakan dalam g/dl. Serum Besi ditentukan
dengan metode Ramsays dipyridyl. Volume serum, 0,1 sodium sulphite dan dipyridyl reagen dicampur
dalam kaca tabung dan disentrifugal. Kemudian dipanaskan pada air mendidih selama 5 menit.
Didinginkan, ditambahkan 1 ml chloroform, ditutup, dikocok kuat selama 30 detik. Kemudian di
sentrifugal 300 rpm untuk mendapatkan permukaa yang jernih. Pembacaan diukur dengan SL 19-UV
visible spectrophotometer (ELICO) dalam gelombang 520 nm

Hasil dan Diskusi

Karakteristik demografis dalam kelompok I (Kontrol sehat), kelompok II (T2DM tanpa


periodontitis) dan kelompok III (T2DM dengan periodontitis) ditunjukkan pada table 1. Tidak ada
perbedaan signifikan dalam tekanan sistolik dan diastolic pada ketiga kelompok. Persentase HbA1c pada
kelompok II dan kelompok III 7.74 1.31 ketika dibandingkan dengan kotrol. Nilai FBG menigkat pada
kelompok II dan III ketika dibandingkan dengan kelompok I. Seperti yang diharapkan nilai PPD
(Periodontal Probing Depth) dan Clinical Attachment Level) lebih besar dari 4 mm pada T2DM dengan
periodontitis keika dibandingkan pada orang sehat.

Tabel 1. Karakteristik Demografik pada populasi studi ketiga kelompok

Tabel 2. Karakteristik Klinis dari Populasi Studi

Kadar Serum Seng dan Besi pada Ketiga Grup dari Populasi Studi

Konsentrasi Serum Seng dan Besi pada kelompok I, II, dan III ditunjukkan pada table 2.
Level serum seng pada kelompok III lebih rendah daripada kelompok lainya. Data kami
menyebutkan bahwa level serum seng pada T2DM dengan periodontitis lebih redah dibanding
individu tanpa penyakit ini. Level serum seng pada T2DM tanpa periodontitis lebih tinggi
dibanding kelompokm lain. Level besi pada kelompok II lebih tinggi daripada kelompok III,
namun lebih rendah daripada kelompok I.

Diabetes mellitus merupakan permasalahan yang berkaitan dengan peningkatan radikal


bebas dan penurunan potensial antioksidan, yang berdampak pada ketidakseimbangan antara
pembentukan radikal bebas dan perlindungan dari antioksidan dalam sel normal. Baik insulin-
dependent (tipe 1) maupun non-insulin-dependent (tipe 2) berhubungan dengan peningkatan
oxidative-stress. Hyperglicemia dapat pula memicu pembentukan ROS dari sumber yang
bermacam-macam seperti phosphorilasi oksidatif, glikolisis, NAD(P)H oksidatif, lipoxygenase,
cytochrome P450 monooxygenases, nitric oxide synthase (NOS). Kadar serum seng meningkat
pada T2DM tanpa periodontitis (kelompok II), namun kadar serum besi berkurang.

Seng dan besi merupakan unsur runutan essensial untuk enzim seluler dan protein.
Namun beberapa unsur berubah menjadi toxic apabila terjadi kelebihan akumulasi dalam
intraseluler. Beberapa percobaan menemukan bahwa terjadi penurunan kadar nutrisi antioksidan
pada pasien diabetes. Oxidative stress juga terlibat pada pathogenesis dari penyakit jantung,
retinopathy, neuropathym nephropathy, dan disfungsi ereksi pada diabetes17. Aktivitas redoks
memainkan peran penting pada pengaturan efek utama dari unsur runutan logam. Besi dapat
menyebabkan pembentukan radikal bebas dan karena itu besi memiliki dalam pengaturan dan
induksi dari apoptosis. Namun kebalikannya, Seng memiliki fungsi untuk melindungi dari
kerusakan oksidatif baik secara langsung maupun melalui induksi dari metallothionein.

Pada kasus tertentu, suplementasi seng dalam sel hepatoma dapat mengubah ekspresi
pengubah besi, dan selanjutnya dapat menurunkan absorpsi besi. Sehingga dapat tercapai
keadaan homeostatis dari keadaan sebelumnya yang terjadi akumulasi berlebih dari besi18.
Penyerapan dari kelebihan seng menurunkan absorpsi dari besi. Suplemen terdiri dari besi dan
berbagai unsur runutan serta mineral yang digunakan oleh berjuta manusia. Penggunaan
suplemen besi selama kehamilan juga sudah biasa dilakukan. Terdapat beberapa indikasi
pemakaian suplemen besi dan seng secara terus menerus dapat secara efektif memperbaiki
kekurangan besi dan mengurangi kerusakan oksidatif yang diinduksi oleh besi 19. Hal tersebut
membuktikan bahwa seng juga memainkan peran penting dalam homeostatis besi.

Seng dan besi berkompetisi dalam jalur absorpsi dan berdasarkan dari percobaan kultur
sel menunjukan bahwa besi dapat menghambat absorpsi seng ketika kadar besi lebih tinggi
daripada seng. Absorpsi dari seng berkurang ketika kadar besi tinggi 20. Pada T2DM dengan
periodontitis (kelompok 3), kadar dari seng rendah sedangkan besi meningkat. Peningkatan
kadar besi pada jaringan tertentu dapat meningkatkan resiko diabetes tipe II melalui mekanisme
lain. Misalnya, penyimpanan besi yang tinggi pada hati dapat memacu resistensi insulin dengan
menghambat kapasitas pengeluaran insulin yang menyebabkan gangguan pembentukan
glikogen21. Selain itu, besi dapat mengganggu peran insulin dan mengganggu pernyerapan
glukosa pada adiposit. Kemudian, penyimpanan besi berlebih pada otot dapat menambah
oksidasi asam lemak bebas dan dapat mengganggu pengubahan glukosa. Jadi, baik peningkatan
glukosa maupun penurunan fungsi glukosa dapat terjadi sebagai akibat dari peningkatan kadar
besi dalam tubuh. Kelebihan besi dalam tubuh juga dapat menyebabkan deposisi besi pada sel -
pankreas yang dapat mengganggu sekresi insulin22.
Kondisi toksisitas besi kronis dapat berhubungan dengan (a) hemochromatosis, kelainan
genetik dimana terjadi peningkatan absorpsi besi pada usus. (b) asupan zat besi tinggi dan (c)
sering melakukan transfusi darah (sering dibutuhkan dalam perawatan penyakit anemia. Kasus
toksisitas besi kronis jarang terjadi dan kebanyakan berhubungan dengan hepatotoksisitas23.
Berbagai disfungsi imun dan penyakit disebabkan oleh penurunan kadar serum seng, termasuk
T2DM dengan periodontitis mengindikasi potential co-effect kelebihan produksi dari IL-6 dan
penambahan kerentanan dari sel B karena kekurangan seng. Selain PMN, monosit/makrofag dan
DCs, sel B merupakan modulator utama dalam imunitas mulut. Dari percobaan, Pada kelompok
III kadar serum besi tinggi dan kadar seng sangat rendah (T2DM dengan periodontitis),
dibandingkan kelompok lain. Jadi kekurangan besi menyebabkan penurunan jaringan limfoid
dibandingan jaringan lain, dan perkembangan sel B juga terganggu.

Serum seng pada T2DM dengan atau tanpa periodontitis banyak berpengaruh pada
aktivitas fisiologis seluler dan dapat mengaktifkan kematian neuron, karena seng mengatur
nekrosis dan apoptosis. Seng dapat sangat mengganggu fungsi mitokondria dengan memicu
pelepasan ROS, mengatur masuknya mPTP, dan mendorong pengeluaran faktor pro-apoptosis.
Pengaturan seng yang memiliki oxidative stress dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya
nekrosis dan apoptosis. Faktanya, sudah terbukti bahwa neuron dari seng yang diatur oleh
oksidan seluler mempengaruhi potensial membrane mitokondria. Dimana didalam mitokondria,
berbanding dengan terbukanya mPTP oleh kenaikan seng25. Sebaliknya, seng menginduksi
regenerasi ROS mitokondria untuk menghasilkan seng.

Besi dapat merusak apabila terdapat bebas dalam tubuh. Besi bebas dengan kadar tinggi
dapat mempercepat pembentukan radikal toksik. Besi merupakan logam transisi dan pro-oksidan
yang kuat, yang mengkatalisis beberapa reaksi seluler dan menghasilkan ROS (reactive oxygen
species), namun dapat menaikkan kadar stress oksidatif. Hal ini dapat meningkatkan kerusakan
jaringan yang dapat meningkatkan resiko T2DM26.

Hal ini dapat menjelaskan bahwa terdapat hubungan antara besi dan diabetes, kemudian
juga berhubungan dengan inflamasi28. Hubungan antara diabetes, inflamasi, dan ferritin sangat
kompleks. Melalui ferritin, dapat diketahui kelebihan besi yang menyebabkan diabetes, selain itu
juga terdapat inflamasi yang dapat menyebabkan diabetes.

Selanjutnya, jika besi menyebabkan diabetes, maka salah satu mekanismenya melalui
kemampuan untuk menghasilkan stress oksidatif yang juga berhubungan dengan inflamasi.

Seng dapat berhubungan dengan besi pada system biologis, dan hubungan ini dapat
memberikan keuntungan dalam pencegahan besi perusak yang tidak diharapkan. Satu dari
berbagai mekanisme terbukti terlibat dalam antioksidan dari seng, logam yang tidak memiliki
aktifitas redoks, serta kemampuan seng untuk berkompetisi dengan besi untuk melekat pada
reseptor seluler. Perganian dari besi ke seng dapat mencegah siklus redoks dari besi, dan
meminimalisir tingkat oksidasi dari bahan kimia. Seng dapat mengurangi oksidasi besi pada
lipid, protein dan DNA29

Kompetisi seng dengan perlekatan dari besi menunjukkan bahwa kekurangan seng
menandakan bahwa terjadi peningkatan konsentrasi besi pada membrane dan intaseluler.
Konsentrasi dari logam yang dibutuhkan bisa terlalu tinggi ataupun terlalu rendah, dan
pengeluaran serta pemasukan logam akan diperlukan. Bahkan, ion logam esensial seperti seng
dan besi dapat menjadi toksik jika tidak diatur dengan baik. Sel sangat spesifik teradap system
proteion logam dan memilii control yang tepat pada akusisi, distribusi, dan regulasi.

Kesimpulan

Seng dan besi sangat esensial terhadap makhluk hidup dan terlibat pada setiap proses
dalam sel. Namun konsentrasii nya pada jaringan tubuh diatur ketat karena kelebihan besi dapat
menghasilkan radikal bebas toksik yang akan bereaksi dengan biomolekul. Kelebihan besi pada
penyimpanan besi menurunkan kadar serum seng pada T2DM dengan periodontitis, yang
menghasilkan stress oksidatif dan meningkatkan produksi sitokinin, semuanya akan memicu
perlawanan insulin dan penurunan sekresi insulin pada T2DM dengan periodontitis. Homeostatis
pada logam dan pengaturannya dalam sel harus selalu diperhatikan Karena apabila tidak
terpenuhi dapat menyebabkan penyakit.

You might also like