You are on page 1of 6

EKONOMI DAN KEMISKINAN SURINAME

V. EKONOMI 1. Umum
Karakteristik utama dari ekonomi Suriname adalah ekonomi skala kecil yang bergantung
bantuan luar negeri, khususnya Belanda. Bantuan dana untuk mendukung pelaksanaan
program-program pembangunan selalu diberikan sejak Suriname memperoleh kemerdekaan
pada tanggal 25 November 1975. Perekonomian Suriname didominasi oleh sumber daya
alamnya, khususnya bauksit.
Produk ekspor utama Suriname adalah aluminium, minyak mentah, beras, udang, pisang,
kayu dan emas. Sejumlah investor asing dalam sektor emas dan kayu telah bertambah sejak
tahun 1993. Negara mitra utama untuk ekspor adalah Amerika Serikat, Belanda, Trinidad &
Tobago, Dutch Antiles, Brazil, Inggris, Venezuela dan Guyana. Sedangkan produk impor
utama adalah BBM, katun, tepung, daging, susu, bahan baku dan bahan setengah jadi, mesin-
mesin, alat-alat transport, makanan, serta barang- barang kosumsi. Negara mitra utama untuk
impor adalah Amerika Serikat, Belanda, Jerman, Perancis, Jepang, Brazil, Venezuela, dan
Norwegia.
Dalam 8 tahun terakhir ini, perekonomian Negara masih menghadapi masa-masa sulit.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya keras untuk menstabilkan kondisi makro
ekonomi setelah depresiasi tajam mata uang Suriname, inflasi pada tahun 2002 (15,5%), dan
pertumbuhan riil GDP yang merosot dari 4,5% menjadi 3% pada tahun 2002. Ironisnya,
pemerintah tetap menerapkan kebijakan yang tidak populer seperti menaikkan pajak
penjualan sebesar 3%, memberlakukan pajak kasino dan pajak pengorbanan (bridging
tax) sebesar 10% atas corporate income dan atas pendapatan pribadi, serta menaikkan harga
BBM sekitar 40%. Pemerintah juga melakukan pengetatan anggaran belanja termasuk
mencegah kenaikan gaji PNS tahun 2003. Untuk menciptakan stabilitas mata uang,
pemerintah telah mengganti mata uang Surinamese Guilder menjadi Surinamese Dollar
SRD, yang berlaku mulai 1 Januari 2004.
Sejumlah inisiatif pada tahun 2003 untuk menstimulir pengembangan ekonomi dan
menaikkan pendapatan negara menjadi alternatif utama untuk menjawab defisit anggaran
pemerintah, sepertideclaration of intent dengan perusahaan bauksit BHP
Billiton dan Suralco/Alcoa. Langkah ini menghasikan investasi jutaan dollar dengan
pemberian konsesi kepada perusahaan tersebut di Pegunungan Bakhuys. Perjanjian dengan
perusahaan emas Kanada, Cambior dan declaration of intent dengan perusahaan
RRC, Zhuong Heng Tai Investment dalam proyek kelapa sawit, juga menyumbang devisa
negara dan penciptaan lapangan kerja
Perhitungan sementara sensus bulan Maret 2003 yang menyebutkan bahwa jumlah penduduk
Suriname adalah 481.146 jiwa (Juli 2003), di mana 18% penduduknya adalah keturunan Jawa
dari Indonesia, yang relatif masih memegang tradisi dan budaya Jawa. Kondisi ini merupakan
modal utama yang memberi kontribusi penting bagi pengembangan hubungan baik Indonesia
- Suriname, terutama di bidang sosial budaya dan diversifikasi komoditas Indonesia yang
dipasarkan di Suriname.
Selama tahun 2003, pemerintah melakukan serangkaian langkah reformasi struktural untuk
mengatasi kerentanan (vulnerability) ekonomi. Untuk memperbaiki kinerja fiskal, anggaran
dan administrasi perpajakan, pemerintah meluncurkan program pengetatan kelembagaan
untuk 3 tahun ke depan dengan bantuan teknik dari pemerintah Belanda. Untuk memperkuat
sistem keuangan, peraturan mengenai pengawasan perbankan baru telah disetujui oleh Bank
Sentral Suriname (CbvS) sesuai dengan the Basel Core Principle serta pemberlakuan
peraturan mengenai money laundering.
Dalam kebijakan perdagangan, Suriname sedang berada pada tahap akhir
implementasi Caricom Common External Tariff dan persetujuan Single Market and Economy
Treaty. Namun disayangkan, reformsi di sector publik masih terbatas. Upaya pemerintah
lainnya adalah memperbaiki anggaran fiskal serta menurunkan tekanan inflasi melalui
kebijakan fiskal dan moneter.

Sementara itu, menurut catatan Biro Pusat Statistik Suriname inflasi kuartal pertama tahun
2004 adalah 6,2% dan pada kuartal kedua berhasil diperbaiki sehingga tingkat inflasi
mencapai 3,1%.Bank Sentral Suriname menyebutkan bahwa dalam waktu enam bulan, biro
internasional peringkatStandard & Poor (S&P) telah mengubah prospek kemampuan
membayar hutang Suriname(creditworthiness) dari B minus menjadi B atau dari stabil ke
positif.
Dalam laporan UNDP mengenai pengembangan SDM di seluruh dunia, posisi Suriname telah
merosot dari peringkat 64 pada tahun 2001 menjadi peringkat ke-74 di tahun 2002. Laporan
UNCTAD mengenai keadaan investasi dunia tahun 2002 menunjukkan bahwa Suriname
dalam posisi terbawah, atau urutan ke-140, yang berarti Suriname paling sedikit diminati oleh
investor asing. Dalam index kebebasan ekonomi dunia (IEF), sejak dipublikasikan tahun
1995, Suriname masih dikategorikan sebagai salah satu negara yang paling tidak aman dalam
hal aktivitas ekonomi. Suriname juga masih dihadapkan pada tantangan-tantangan struktural
yang besar, terutama kurang sehatnya sektor-sektor di luar sektor pertambangan, lemahnya
SDM, dan terlalu banyaknya jumlah pegawai negeri sipil (PNS).
Berdasarkan Human Development Index 2006 yang dipublikasikan tanggal 7 Maret 2007,
saat ini Suriname tidak lagi dimasukkan dalam kategori negara miskin, namun
sebagai medium income country. Berdasarkan data PBB, pendapatan perkapita Suriname
tahun 2006 adalah US$ 4.100
2. Sektor-sektor Ekonomi

a. Pertanian
Suriname merupakan salah satu negara pengekspor beras dan pisang terbesar di wilayah
Karibia. Wilayah Suriname seluas 163.265 km2, dengan komposisi 161.465 km2 daratan dan
1.800 km2 perairan. Lebih dari 85% tanah Suriname masih berupa hutan, dan lahan pertanian
baru 0,4% dari total luas wilayah. Suriname memiliki 95.000 hektar arable land, 15.000
hektar padang rumput dan 7000 hektar permanent crops.
Stichting Machinale Laandbouw (SML) merupakan perusahaan negara yang memproduksi
beras. Lahan produksi padi SML adalah 50.000 hektar; konsumsi beras nasional Suriname
per bulan adalah 3.000 metrik ton, sedangkan produksinya adalah 4 metrik ton per hektar,
atau total produksi sekitar 200.000 metrik ton. Tujuan ekspor beras Suriname adalah negara-
negara Caricom dan Eropa.
Perusahaan pisang Negara, Surland, sebelum bermasalah berproduksi 20.000 boks pisang per
minggu, dan menyumbang devisa sebesar US$ 300.000 per minggu. Namun sejak bulan
Maret 2002, Surland tidak beroperasi karena mismanajemen. Pada bulan Maret 2004,
perusahaan Surland telah mengekspor kembali ke pasar Eropa (Perancis).
VII. ANALISA SINGKAT: POLITIK, EKONOMI, SOSIAL BUDAYA, PENERANGAN, HANKAM, DAN
PERAN SURINAME DI KAWASAN REGIONAL / INTERNASIONAL

01. Analisa Politik

Pemerintahan partai NF+ (New Front Plus) pimpinan Presiden Runaldo Ronald Venetiaan yang
dikenal berkharisma pragmatis serta piawai dalam membina kesatuan dan persatuan di kalangan
anggota pemerintah, menunjukkan keseriusan untuk menciptakan perbaikan di berbagai bidang,
memenuhi harapan rakyat banyak bagi realisasi nyata pembangunan, khususnya di bidang politik,
ekonomi, sosial budaya, keamanan, dan penerangan. Keberhasilan Presiden Venetiaan dalam
menjaga kekompakan di kalangan anggota pemerintah dan menjalin hubungan baik dengan
parlemen, merupakan kekuatan bagi pemerintahan NF+ dalam menghadapi berbagai tantangan dan
tekanan dari lawan-lawan politiknya (kelompok oposisi).

Kemampuan pemerintah dalam mengendalikan gejolak-gejolak politik, sosial dan menciptakan rasa
aman bagi rakyat banyak ini, telah menjadi faktor pendukung utama bagi pelaksanaan pembangunan
di bidang ekonomi, perdagangan, pariwisata, sosial dan budaya. Kondisi demikian telah pula ikut
mendorong peningkatan investasi asing ke Suriname sejak awal tahun 2003, khususnya dari India
dan China, dan peningkatan pertumbuhan ekonomi, serta mengembalikan stabilitas moneter dan
penekanan inflasi.

Kekompakan kelompok koalisi NF+, yang berhasil dibina dan dipelihara Presiden Venetiaan, tidak
berarti bebas dari masalah yang bergejolak dalam tubuh NF+ sendiri. Kalau pihak oposisi berupaya
mendiskreditkan pemerintah dan berupaya meraih kembali kekuasaan dari NF+, maka gejolak yang
terjadi di tubuh internal NF+ lebih banyak dilatarbelakangi oleh rasa tidak puas dalam hal pemerataan
rejeki / keadilan pembagian kesempatan, jabatan, fasilitas, proyek dan kepentingan lainnya dari
masing-masing partai politik (parpol) untuk memperoleh posisi lebih dominan dalam tubuh NF+,
seperti yang terungkap dari pernyataan masing-masing pimpinan parpol anggota NF+.

Dalam rangka mempertahankan kekuasaan dan melanjutkan program-program pembangunan


pemerintah koalisi NF+ periode lima tahun berikutnya (Agustus 2005 Agustus 2010), parpol koalisi
NF+ harus berjuang mengerahkan segala daya kekuatannya untuk menghadapi tantangan berat dari
gabungan parpol-parpol oposisi NDP (Nationale Democratische Partij), DNP-2000 (Democratic
Nationaal Partij), dan A-1 (Alternatieve). Hasilnya adalah NF+ meraih kembali kekuasaannya melalui
pemilu legislatif serta pemilihan presiden dan wapres pada tahun 2005. Hal itu tidak lepas dari
keberhasilan Presiden Ronald Venetiaan yang secara arif bijaksana terus berupaya mempertahankan
kekompakan dan kerjasama di kalangan anggotanya.

Masalah yang masih menjadi ganjalan hingga saat ini adalah mengenai tragedi berdarah 8 Desember
1982, yaitu pembunuhan 15 orang tokoh politik, agama dan pemuka masyarakat oleh kelompok
militer yang diduga dipimpin oleh Desi Bouterse (Ketua parpol oposisi NDP). Pihak oposisi NDP
(peraih suara terbanyak pemilu legislatif tanggal 25 Mei 2005), pada saat demonstrasi pada bulan
Oktober 2005 pernah menyampaikan ancaman kepada pemerintah dan khususnya secara pribadi
kepada Presiden Ronald Venetiaan, bahwa tidak akan ada proses pengadilan atas dirinya apabila
pemerintah mencintai Suriname. Apa yang terjadi pada tanggal 8 Desember 1982, adalah resiko
suatu perang internal. Situasi terakhir saat ini, Ketua Parlemen Paul Somohardjo menyatakan tidak
akan menanggapi tuntutan pihak oposisi NDP untuk memasukkan dalam agenda sidang tentang
amnesti berkaitan dengan peristiwa 8 Desember 1982 tersebut, karena amnesti adalah pemberian
ampunan kepada pelaku suatu tindak kejahatan yang telah diputuskan bersalah dan berkekuatan
hukum tetap oleh pengadilan.

Selain itu, pemerintah Suriname juga menghadapi berbagai kendala dalam masalah penegakan
supremasi hukum. Hal itu disebabkan terbatasnya jumlah hakim dan jaksa, ruang dan peralatan
sidang, kualitas dan kapasitas rumah tahanan. Saat ini, Suriname dijadikan jalut internasional lalu
lintas narkoba, khususnya jalur cocaine dan heroine dari Kolombia, Brasil, dan Venezuela untuk para
konsumen internasional, terutama di Belanda. Menurut informasi, setiap tahun tidak kurang dari 10
ton cocaine Kolombia masuk secara gelap ke Suriname untuk dikirim ke luar negeri (Belanda).
Menurut laporan UNODC (United Nations Office for Drug and Crime), Suriname merupakan salah
satu dari sedikit negara yang sebagian besar narkoba-nya (80%) diselundupkan ke Eropa, terutama
Belanda. Sedangkan yang dikirim ke pasar AS sekitar 20%. Mengingat masalah narkoba di Suriname
sudah sangat berbahaya dan mengkhawatirkan, diperburuk lagi dengan keterlibatan oknum-oknum
militer, Presiden Ronald Venetiaan telah memberikan ijin kepada Menteri Kehakiman dan Kepolisian
untuk membentuk Crime Fund. Drug Enforcement Agency AS telah menempatkan wakil tetapnya di
Kedubes AS Paramaribo, dan Belanda menempatkan Police Liaison di Kedubes Belanda
Paramaribo. Sebagian besar penjahat narkoba adalah dari etnis Kreol (di antara mereka ada yang
terkenal dan dijuluki Pablo Escobar Suriname) dan Hindustan. Namun ada pula etnis Jawa, 7 (tujuh)
orang di antaranya sudah ditangkap.

Dalam kaitannya dengan masalah perbatasan Suriname-Guyana, Suriname telah menghentikan


secara sepihak aktivitasnya dalam sub-komisi bersama masalah perbatasan tersebut sebagai protes
terhadap tindakan Guyana yang aktif mempublikasikan peta ke dua negara versi Guyana. Peta versi
Guyana tersebut memasukkan wilayah perbatasan yang dipersengketakan ke dua negara di
Corentijn River. Keberadaan sub-komisi tersebut merupakan salah satu butir isi Joint Statement hasil
kunjungan Presiden Guyana, Bharrat Jagdeo, ke Suriname tanggal 28-30 Januari 2002. Suriname
juga menolak untuk melanjutkan perundingan melalui komisi bersama mengenai perbatasan ke dua
negara. Karena tidak sabar menunggu berlarut-larutnya penyelesaian sengketa perbatasan, Guyana
secara sepihak dan dengan mengacu pada pasal 287 dan Annex VII Konvensi Hukum Laut PBB
(diratifikasi Guyana tahun 1994) menyampaikan pengaduan kepada PBB dan ITLOS (International
Tribunal on the Law of the Sea) di Hamburg, Jerman, tanggal 25 Februari 2004. Tindakan Guyana
tersebut mengagetkan Suriname dan menimbulkan reaksi keras dari berbagai kalangan terhadap
pemerintah Presiden Ronald Venetiaan, yang dianggap gagal mengantisipasi tindakan sepihak
Guyana. Sebenarnya pemerintah Suriname menginginkan penyelesaian melalui jalur diplomatik ke
dua negara. Namun karena sudah terjadi, tidak ada pilihan bagi Suriname kecuali mengikuti proses
penyelesaian melalui arbitrasi ITLOS, yang prosedurnya tidak mudah dan membutuhkan banyak
biaya. Diharapkan sesuai janji ITLOS, putusan sudah dapat diperoleh sebelum Agustus 2007.

02. Analisa Ekonomi

Sejak tahun 2004, pemerintah Suriname telah melakukan berbagai upaya dalam rangka memperbaiki
kinerja ekonomi pemerintahan. Untuk memperbaiki kinerja fiskal, anggaran dan administrasi
perpajakan, pemerintah telah meluncurkan program pengetatan kelembagaan. Untuk memperkuat
sistem keuangan, peraturan mengenai pengawasan perbankan telah disetujui Bank Sentral Suriname
(Centrale Bank van Suriname CBvS) dan memberlakukan peraturan mengenaimoney laundering.

Dalam rangka menciptakan stabilitas mata uang dan persiapan memasuki kawasan perdagangan
bebas di wilayah Karibia (CSME/Caribbean Single Market & Economy) dan FTAA (Free Trade
American Area), pemerintah memberlakukan kebijakan penghapusan tiga nol di belakang mata uang
Suriname (Suriname Guilder/SF) atau operation scrapping three zeros mulai tanggal 1 Januari 2004
dengan mengubah mata uang SF tersebut menjadi SRD (Suriname Dollar). Stabilitas mata uang
yang terjaga (US$ 1 = SRD. 2,7) dan tumbuhnya kepercayaan masyarakat terhadap SRD,
mendorong bank-bank seperti DSB (De Surinamese Bank) Bank per 1 September 2004 menurunkan
tingkat bunga pinjaman dari 22% menjadi 17%. Langkah tersebut dimaksudkan, terutama untuk
mendorong investasi di Suriname.

Dalam memenuhi kebutuhannya, Suriname melakukan impor barang-barang kebutuhan dari negara-
negara lain, sehingga nilai impor Suriname lebih besar daripada nilai ekspornya. Produk utama yang
diimpor Suriname, antara lain bahan bakar minyak, katun, tepung, daging, susu, makanan, bahan
mentah dan bahan setengah jadi, mesin-mesin, alat transportasi dan consumer goods. Mitra utama
impor ke Suriname adalah AS, Belanda, Trinidad-Tobago, Brasil, dan Jepang.

Pemerintah Suriname dalam upaya mendorong produktivitas, juga meminta kerjasama dan perhatian
organisasi-organisasi bisnis, seperti KKF (Kamer van Koophandel en Fabrieken) atau Kadin, VSB
(Vereniging Surinaams Bedrijsleven) atau Asosiasi Perdagangan dan Perindustrian Suriname, ASFA
(Associatie van Surinaamse Fabrikanten) atau Asosiasi Pengusaha Manufaktur Suriname, dan
AKMOS atau Organisasi Pengusaha Kecil dan Menengah Suriname.

Pendapatan pemerintah Suriname sebagian besar ditopang oleh sektor pertambangan baik minyak,
bauksit, maupun emas. Sementara dari sektor pertanian, hasil laut dan kehutanan belum begitu
menggembirakan. Perikanan merupakan salah satu penyumbang devisa terbesar sekitar US$ 91,6
juta tahun 2003 (sumber: Kementerian Pertanian, Peternakan, dan Perikanan). Namun Suriname
tidak memiliki cukup banyak ahli dan pengetahuan di sektor perikanan untuk mengeksploitasi
sumber-sumber daya perikanan senilai US$ 47 juta dimana sebagian besar diekspor ke Jepang,
USA, Eropa, dan negara-negara CARICOM. Untuk memanfaatkan sumber-sumber daya alamnya
guna membangun negara, pemerintah telah melakukan kerjasama dengan Cambior melalui
penandatangan perjanjian dengan perusahaan penambangan emas Kanada tanggal 13 Maret 2003.
Pemerintah Suriname berharap lebih banyak lagi perjanjian kerjasama dalam sektor tambang emas
dengan investor-investor asing. Saat ini, selain Cambior telah ada Suralco di Nassau, Grassalco dan
Canarc di Benzdorp. Canarc memperkirakan 20 juta ons cadangan emas di Benzdorp.

Bauksit diproduksi oleh 2 (dua) perusahaan, yaitu Suralco (Suriname Alumunium Company) yang
merupakan cabang perusahaan bauksit Amerika Alcoa (Alumunium Company of America) dan BMS
(Billiton Maatscappij Suriname), yang sebelumnya merupakan bagian dari kelompok Shell dan
kemudian dijual kepada GenCorp dari Afrika Selatan pada tahun 1994. Pada tanggal 6 Januari 2003,
pemerintah telah mencapai persetujuan dengan Suralco dan BHP-Billiton mengenai pengembangan
sektor bauksit di Suriname Barat melalui penandatanganan Letter of Intent sesuai dengan MOU.
Selanjutnya draf perjanjian mengenai eksplorasi di Suriname Barat telah disetujui parlemen tanggal
12 Juni 2003, sehingga otorisasi pemberian konsesi eksplorasi untuk BHP-Billiton dan Suralco telah
disahkan. Pada tahun 2004 ekspor alumunium telah menyumbang lebih dari 30% dari total nilai
ekspor Suriname per tahunnya, dan telah mentransfer kepada negara sekurang-kurangnya US$ 25
juta di mana US$ 12 juta merupakan kontribusi dalam bentuk pajak. Norwegia merupakan salah satu
pembeli bauksit terbesar dari Suriname, sehingga dinilai sebagai salah satu mitra dagang terpenting.

Pada sektor investasi, masih banyak yang harus dibenahi. Hal tersebut tercermin dari laporan
UNCTAD (UN Conference on Trade and Development) mengenai Iklim Investasi Dunia yang
menyebutkan, bahwa peringkat Suriname masih berada pada peringkat bawah yaitu 143 dari 161
negara, sehingga meskipun Suriname dianggap memiliki sumber daya alam yang cukup besar,
Suriname masih tergolong sebagai negara termiskin ke tiga di wilayah Karibia. Diperkirakan jumlah
penduduk Suriname yang tergolong di bawah garis kemiskinan sekitar 65% dari total penduduk
Suriname. Berdasarkan gambaran yang disusun oleh Kementerian Perencanaan dan Pembangunan
Suriname, dari investasi Suriname tahun 2005 - 2010 termasuk dana yang berdasarkan komitmen
negara-negara mitra mencapai US$ 522 juta. Dana-dana ini akan dialokasikan untuk sektor
kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, perumahan, energi, pariwisata dan infrastruktur. Negara-
negara dan organisasi internasional yang telah memberikan komitmennya, antara lain Belanda,
China, Uni Eropa, UNDP, dan IADP (Inter-American Development Bank).

03. Analisa Sosial Budaya

Pemerintah Suriname menunjukkan besarnya perhatian dan upaya untuk menciptakan


keseimbangan antara pembangunan di bidang politik dan ekonomi dengan pembangunan di bidang
sosial budaya. Hal tersebut berdasarkan pertimbangan, bahwa pembangunan di bidang politik dan
ekonomi harus ditopang dengan pembangunan di bidang-bidang lainnya, seperti pendidikan,
pelayanan kesehatan, penyediaan perumahan rakyat, pelayanan terhadap warga manula dan
terlantar, perbaikan kondisi sosial masyarakat miskin di wilayah pedalaman, pengembangan potensi
seni budaya kawasan Karibia dan multietnis.

Pemerintah berupaya menumbuhkembangkan potensi seni budaya Karibia dan integritas seni budaya
multietnis (Amerindian, Kreol, Jawa, Hindustan, China, Oriental dan Eropa) sebagai identitas budaya
nasional Suriname. Upaya tersebut juga dimaksudkan untuk menarik wisatawan asing dari
mancanegara, khususnya Belanda dan negara-negara sekawasan Amerika dan Karibia. Pemerintah
juga mendukung penyelenggaraan HUT masing-masing kelompok keturunan imigran yang menjadi
komposisi masyarakat Suriname.

Pemerintah juga memberikan perhatian cukup besar agar warga Suriname mendapatkan bimbingan
keagamaan dan budi pekerti yang mencukupi dalam upaya membekali warga dengan mentalitas
serta kepribadian yang dapat menunjang partisipasi warga dalam membangun bangsa. Untuk itu,
pemerintah memberikan kebebasan total dalam masalah pilihan agama, kepercayaan atau tidak
beragama, kepada setiap warga, sejauh dapat membaur secara rukun antar mereka dan tidak
mengancam kepentingan warga lainnya atau kerukunan nasional. Dalam hal ini, pemerintah
membuka pintu bagi Da'i Islam, Misionaris, dan agama lainnya dari mancanegara, termasuk
Indonesia, untuk memberikan pengajaran keagamaan kepada rakyat Suriname, karena masih banyak
yang belum mengenal agama atau belum menjalankan kewajiban agamanya sesuai dengan
ketentuan masing-masing agama yang diyakininya. Agama Islam merupakan terbesar ketiga di
Suriname setelah agama Kristen dan Hindu. Masalah lainnya yang juga memerlukan perhatian
adalah kasus-kasus bunuh diri di kalangan remaja, yang kebanyakan warga keturunan Hindustan.
Pada bulan Oktober 2005, ditemukan bukti-bukti bahwa diantara mereka yang mengakhiri hidupnya
dengan bunuh diri tersebut ada kaitannya dengan aliran sekte Setan. Aliran ini secara terselubung
telah mengembangkan aktivitasnya di Suriname, dan banyak pengikutnya yang telah menjadi korban.

Di bidang kesehatan, pemerintah terus melakukan upaya maksimal memberantas wabah penyakit
menular, seperti HIV/AIDS dan penyakit kelamin. Menurut informasi, pada pertengahan bulan
Oktober 2005, Suriname pernah menjadi korban nyamuk demam berdarah, puluhan korban harus
dirawat di rumah sakit dan sedikitnya 8 (delapan) orang meninggal dunia. Untuk memberikan
penyuluhan mengenai virus menular demam berdarah, pihak terkait Suriname meminta bantuan
KBRI Paramaribo untuk menerjemahkan buku komik Penyuluhan Demam Berdarah (berbahasa
Indonesia) ke dalam Bahasa Belanda. Kemudian untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
masyarakat pedesaan, Suriname juga berkeinginan mendapatkan bantuan kerjasama serta tukar
pengalaman dengan Indonesia.

Masalah sosial yang masih memerlukan perhatian pemerintah Suriname adalah masalah tuntutan
penyesuaian skala gaji dan tunjangan bagi pegawai negeri, khususnya guru, sebagai kompensasi
penurunan daya beli masyarakat akibat kecenderungan naiknya harga-harga kebutuhan pokok,
termasuk harga bensin. Situasi terakhir adalah pro dan kontra penutupan judi kasino.

04. Analisa Penerangan

Konsistensi kebijakan pemerintah dalam penerapan kebebasan pers dan informasi yang bertanggung
jawab serta dukungan terhadap perluasan informasi dan teknologi (IT), nampak telah mendorong
berkembangnya penyediaan sarana dan prasarana IT, media cetak, radio dan televisi, yang longgar
sensor namun bertanggung jawab. Selain itu, masyarakat juga bebas untuk memilih sumber informasi
sesuai kepentingan masing-masing. Dalam bulan Maret 2007, diresmikan stasiun baru televisi
Pertjajah Luhur (milik Ketua Perjajah Luhur/Ketua Parlemen, Paul Salam Somohardjo) di kota
Nieckeri (kota terbesar kedua di Suriname setelah Paramaribo).

Disamping fungsinya sebagai penyedia sarana informasi publik, pemerintah terus melakukan
perbaikan sarana dan prasarana informasi media massa, baik cetak maupun elektronik, untuk
kegiatan sosial, penyuluhan bagi masyarakat umum yang berkaitan dengan masalah politik, ekonomi,
sosial budaya, pendidikan, keamanan, dan lain-lain. Juga terlihat adanya peningkatan penyediaan
sarana layanan internet di tempat-tempat umum, bukan saja untuk masyarakat setempat, juga untuk
memenuhi kebutuhan para wisatawan dari mancanegara yang terus meningkat.

You might also like